Lompat ke isi

Gelar kehormatan Jepang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Honorifiks Jepang)

Bahasa Jepang menggunakan sufiks yang luas ketika menyebut atau memanggil orang. Gelar kehormatan ini adalah gender-netral dan dapat digunakan baik pada nama pertama atau nama keluarga.

Ketika memanggil atau menyebut seseorang dengan nama dalam bahasa Jepang, suatu akhiran kehormatan biasanya ditambahkan di belakang nama. Memanggil nama tanpa menggunakan gelar kehormatan atau yobisute (呼び捨て) menunjukkan adanya hubungan keakraban yang dekat, terhadap pasangan, anggota keluarga yang lebih muda, atasan terhadap bawahan (seperti guru kepada murid), dan sahabat dekat. Rekan dalam satu tim olahraga atau teman sekelas yang seumur atau seangkatan dapat dipanggil dengan nama keluarga saja tanpa gelar kehormatan.

Ketika menyebut orang ketiga, gelar kehormatan selalu digunakan. Namun gelar kehormatan tidak digunakan ketika menyebut nama anggota keluarga sendiri saat berbicara kepada bukan anggota keluarga, atau terhadap rekan kerja dari perusahaan sendiri saat berbicara di depan pelanggan atau rekan bisnis dari perusahaan lain. Gelar kehormatan tidak digunakan untuk diri sendiri, kecuali jika bersikap sombong (ore-sama), merasa imut (chan), atau saat berbicara pada anak kecil, untuk mengajari berbicara sopan dengan orang lain saat menyebut nama.

Gelar kehormatan umum

[sunting | sunting sumber]

San (さん), kadang-kadang diucapkan han (はん) pada Dialek Kansai, adalah gelar kehormatan paling umum dan mempunyai arti hormat yang sama dengan "Tuan", "Nyonya", "Nona", dll. Namun, selain digunakan untuk nama orang, gelar ini juga digunakan dalam cara lain.

San digunakan dengan kata tempat kerja, seperti penjual buku bisa dipanggil atau disebut honya-san ("toko buku" + san).

San juga digunakan untuk nama perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan atau toko yang bernama Kojima Denki bisa dipanggil sebagai "Kojima Denki-san" oleh perusahaan lain. Ini bisa dilihat pada peta kecil di buku telepon dan kartu nama di Jepang, di mana perusahaan di sekeliling perusahaan tersebut disebut menggunakan san.

San juga bisa digunakan pada nama binatang atau objek tidak bergerak. Sebagai contoh, kelinci peliharaan bisa dipanggil usagi-san, dan ikan untuk dimasak bisa disebut sakana-san. Keduanya bisa dianggap sebagai hal kekanak-kanakan (contoh Tuan Kelinci dalam bahasa Indonesia) dan biasanya tidak digunakan dalam pembicaraan formal. Penggunaan san juga jarang digunakan pada pasangan yang sudah menikah.

Dalam dunia maya, Pemain game Jepang sering menggunakan angka 3 pada pemain lain untuk menyebutkan san (contoh Taro3 artinya Taro-san), karena angka tiga ditulis (さん, san) yang diucapkan "san".

Chan (ちゃん) adalah akhiran kecil; gelar ini mengungkapkan bahwa si pembicara sedang berbicara pada orang yang dikasihi. Maka, menggunakan chan dengan nama orang yang lebih tinggi dari kita akan dianggap merendahkan dan kasar. Secara umum, chan digunakan untuk bayi, anak kecil, dan gadis remaja. Gelar ini bisa diaplikasikan pada binatang imut, pasangan, teman dekat, atau pada perempuan muda lainnya.

Walaupun secara tradisional gelar kehormatan tidak digunakan pada diri sendiri, beberapa gadis muda mengadopsi atau memangil dirinya kepada orang ketiga dengan menggunakan chan. Sebagai contoh, gadis muda bernama Kanako mungkin akan menyebut namanya dengan Kanako-chan daripada menggunakan namanya sendiri.

Tan (たん) adalah varian yang lebih imut[1] dari -chan. Kata ini membuat kesalahan pengucapan oleh anak kecil dari bentuk alamat itu, atau pembicaraan bayi – mirip dengan bagaimana, misalnya, seorang penutur bahasa Inggris mungkin menggunakan "widdle" alih-alih "little" ketika berbicara dengan bayi. Antropomorfisme Moe sering dilabeli -tan, seperti., Maskot komersial Habanero-tan, figur manga Afghanis-tan atau OS-tan yang mewakili sistem operasi.

Kun (君【くん】) digunakan oleh orang dengan status senior ketika menyebutkan atau memanggil orang yang lebih junior dari dirinya, atau kepada seseorang lain saat menyebut atau memanggil anak atau remaja laki-laki. Gelar ini bisa digunakan juga oleh perempuan ketika menyebutkan laki-laki yang sangat berarti baginya atau dikenalnya sejak lama. Walapun secara umum kun digunakan untuk laki-laki, hal ini tidak kaku. Sebagai contoh, dalam lingkungan bisnis, pegawai wanita yang junior bisa dipanggil kun oleh laki-laki yang senior.

Pada Parlemen Jepang, ketua menggunakan kun ketika menyebutkan anggota parlemen dan menteri. Sebuah perkecualian saat Takako Doi adalah ketua Majelis Rendah Jepang: dia menggunakan gelar san.

Sama (様 【さま】) adalah versi lebih hormat dari san. Gelar ini digunakan untuk menyebut orang dengan tingkat yang lebih tinggi dari dirinya, pada pelanggan, atau pada orang yang dikaguminya. Ketika menyebut untuk dirinya sendiri, sama hal ini bisa dianggap sombong atau angkuh.

Sama digunakan pada nama penerima dalam surat dan paket pos serta dalam e-mail bisnis.

Sama juga muncul dalam frasa seperti o-machidō sama ("maaf menunggu lama"), o-tsukare sama (sebuah ekspresi empati hati yang menghormati orang yang telah lama bekerja keras).

Senpai dan kōhai

[sunting | sunting sumber]

Senpai (先輩 【せんぱい】) digunakan untuk menyebut atau memanggil rekan yang lebih senior di sekolah, perusahaan, klub olahraga, atau grup lain. Di sekolah, siswa dengan kelas lebih tinggi dari dirinya dipanggil senpai. Siswa dengan kelas atau kelas lebih rendah dan guru tidak akan dipanggil senpai. Pada lingkungan bisnis, rekan dengan pengalaman kerja tinggi dipanggil senpai, tetapi boss tidak akan dipanggil senpai. Seperti "guru", "dokter", senpai bisa digunakan tanpa menyebutkan nama orang tersebut.

Kōhai (後輩 【こうはい】) adalah untuk senior pada junior, kebalikan dari senpai, tetapi jarang digunakan.

Sensei (先生 【せんせい】) (secara harafiah "lahir lebih dahulu") digunakan untuk menyebut atau memanggil guru, dokter, politikus, atau tokoh yang mempunyai wewenang. Gelar ini digunakan untuk menunjukkan hormat pada seseorang yang telah menguasai tingkat tertentu dalam seni atau kemampuan lain, gelar ini bisa juga digunakan pada novel, penyair, pelukis, dan seniman lain, termasuk seniman manga. Pada Seni bela diri Jepang, sensei biasanya digunakan untuk menyebut ketua dojo. Sama dengan senpai, sensei bisa digunakan tidak hanya sebagai akhiran, tetapi juga gelar yang berdiri sendiri.

Shi (氏 【し】) digunakan untuk tulisan formal, kadang-kadang juga dalam pembicaraan sangat formal, untuk menyebut seseorang yang tidak dikenal pembicara, biasanya orang yang dikenal pembicara melalui publikasi tetapi tidak pernah bertemu. Sebagai contoh gelar shi digunakan untuk dalam perkataan pembawa berita. Shi lebih digunakan dalam dokumen resmi, jurnal akademis, dan beberapa tulisan lain. Sekali nama seseorang disebutkan dengan shi, orang itu dapat dipanggil dengan shi saja, tanpa nama, selama hanya satu orang saja yang disebut dengan shi.

Gelar lain

[sunting | sunting sumber]

Gelar terkait pekerjaan

[sunting | sunting sumber]

Sangat umum untuk menggunakan nama pekerjaan seseorang setelah nama orang tersebut. Seperti, seorang atlet (選手, senshu) bernama Ichiro bisa dipanggil sebagai "Ichiro-senshu" daripada "Ichiro-san", dan tukang kayu (棟梁, tōryō) bernama Suzuki bisa dipanggil sebagai "Suzuki-tōryō" daripada "Suzuki-san".

Pada lingkungan bisnis, sangat umum untuk menyebut orang dengan tingkatannya, terutama jabatan/wewenangnya, seperti kepala departemen (部長, buchō) atau presiden direktur (社長, shachō). Baik dalam perusahaan sendiri atau ketika berbicara tentang perusahaan lain, jabatan + san digunakan, jadi presdir adalah Shachō-san. Ketika berbicara dalam perusahaan sendiri kepada konsumen atau perusahaan lain, jabatan digunakan sendiri atau ditambahkan nama orang tersebut, jadi kepala departemen bernama Suzuki disebut dengan Buchō atau Suzuki-buchō.

Untuk penjahat dan terdakwa

[sunting | sunting sumber]

Terdakwa dan tersangka dulunya tidak mempunyai gelar apapun, tetapi sekarang ada usaha untuk membedakan antara tersangka (容疑者, yōgisha), terdakwa (被告, hikoku), and narapidana (受刑者, jukeisha), sehingga tidak dianggap bersalah sampai ada bukti otentik. Gelar ini digunakan sendiri atau dengan nama.

Meskipun "tersangka" dan "terdakwa" pada awalnya adalah deskripsi yang netral, akan tetapi dari waktu ke waktu julukan-julukan tersebut semakin dianggap merendahkan. Saat Gorō Inagaki ditangkap saat kecelakaan lalu lintas tahun 2001, beberapa media menyebutnya dengan gelar buatan baru menbā (メンバー), berasal dari kata bahasa Inggris member, untuk menghindari penggunaan yōgisha (容疑者, tersangka).

Untuk perusahaan

[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa kata berbeda untuk "perusahaan kita" dan "perusahaan anda." "Perusahaan kita" dapat dinyatakan dengan rendah hati heisha (弊社, "perusahaan miskin") atau ungkapan netral jisha (自社, "perusahaan kita sendiri"), dan "perusahaan anda" bisa diekspresikan dengan gelar kisha (貴社, "perusahaan mulia", dalam tulisan) atau onsha (御社, "perusahaan yang kami hormati", dalam pembicaraan lisan). Sebagai tembahan, frasa tōsha (当社, "perusahaan ini") bisa merujuk baik pada perusahaan pembicara atau pendengar. Semua gelar ini digunakan sendiri, tanpa menyebutkan gelar

Saat menyebutkan nama perusahaan, sangat penting untuk memasukkan statusnya apakah PT Tbk (株式会社, kabushikigaisha) atau perseroan terbatas (有限会社, yūgen gaisha). Status ini sering disingkat masing-masing 株 dan 有.

Dono/tono

[sunting | sunting sumber]

Tono (殿 【との】), diucapkan dono (どの) ketika melekat pada nama, secara harafiah berarti tuan. Ini tidak sama dengan gelar bangsawan; tetapi ini sama dengan istilah "milord" atau "monseigneur Prancis," dan gelar ini berada di antara san dan sama pada tingkat kehormatan. Gelar ini jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari, tetapi masih digunakan dalam beberapa tipe korespondensi bisnis, seperti pada sertifikat dan penghargaan, dan korespondensi tertulis pada Upacara teh.

Ketika digunakan dalam percakapan saat ini gelar ini digunakan untuk lelucon usia yang berlebihan. Gelar ini juga sering digunakan di anime/manga; khusunya oleh orang asing, orang yang tua, khususnya pada anime/manga shounen.

No kimi (の君) adalah akhiran dari sejarah Jepang. Ini digunakan untuk pria dan wanita berkedudukan tinggi di istana, khususnya pada Periode Heian. Contoh paling terkenal adalah Pangeran Hikaru Genji, karakter protagonis dari Hikayat Genji yang dipanggil "Hikaru no Kimi "(光の君). Sekarang, akhiran ini digunakan sebagai metafora untuk seseorang yang berkelakukan layaknya sebagai pangeran atau putri dari masa lalu, tetapi sekarang sudah jarang. Penggunaan gelar ini lebih sering digunakan pada drama sejarah.

Akhiran ini juga muncul ketika memanggil pasangan dalam surat dari pria ke wanita, seperti, "Murasaki No kimi" atau "Sayangku Murasaki".

Ue () secara harafiah berarti "atas", dan menunjukkan tingkat respek yang tinggi. Walaupun penggunaannya saat ini kurang umum, tetapi masih dipakai seperti chichi-ue (父上) dan haha-ue (母上), masing-masing adalah istilah hormat untuk "ayahanda" dan "ibunda". Kuitansi yang tidak membutuhkan nama pembayar secara spesifik biasanya diisi dengan ue-sama.

Gelar resmi dan kekaisaran

[sunting | sunting sumber]
  • Heika (陛下) digunakan untuk kepala monarki dan pasangannya, dapat disamakan dengan 'Baginda'. Sebagai contoh, Tennō Heika (天皇陛下) berarti "Baginda Kaisar" dan Kōgō Heika (皇后陛下) berarti Baginda Permaisuri (istri kaisar). Kokuō Heika (国王陛下) berarti Baginda Raja dan Joō Heika (女王陛下) bermakna Baginda Ratu. Heika sendiri bisa digunakan sendiri tanpa imbuhan gelar lain, sama dengan Baginda.
  • Denka (殿下) digunakan untuk anggota keluarga istana yang bukan penguasa (pangeran dan putri), dapat disamakan dengan Paduka. Sebagai contoh, Kako Naishinnō Denka (佳子内親王殿下, "Paduka Putri Kako") dan Suwēden Ōkoku, Vikutoria Kōtaishi Denka (スウェーデン王国、ヴィクトリア皇太子殿下, "Paduka Putri Makhota Victoria dari Swedia"). Denka juga bisa digunakan sendiri tanpa imbuhan gelar lain.
  • Hidenka (妃殿下) digunakan untuk menyebut istri pangeran, dan penggunaannya sama dengan gelar istana lainnya.
  • Kakka (閣下) berarti "Your Excellency" (Paduka) digunakan untuk kepala pemerintahan/negara (kecuali yang sudah disebut dengan Heika atau Denka), menteri termasuk Perdana Menteri Jepang, duta besar, atau pejabat tinggi lainnya seperti Sekretaris Jenderal PBB. Gelar ini bisa digunakan sendiri atau ditambahkan dengan jabatannya.

Gelar seni bela diri

[sunting | sunting sumber]

Dalam bela diri Jepang sering memanggil gurunya sebagai sensei. Murid Junior dan senior saling berinteraksi dengan sistem senpai/kōhai.

Gelar lainnya juga dipakai ketika menyebut instruktur senior. Gelar mana yang dipakai tergantung organisasi tertentu.

Shōgō (称号, "gelar", "nama", "tingkat") adalah gelar Seni bela diri yang dibuat oleh Dai Nippon Butoku Kai,[2] Kokusai Budoin dan International Martial Arts Federation Europe.

  • Renshi (錬士 : れんし): instruktur.
  • Kyōshi (教士 : きょうし) mengacu pada guru tingkat lanjut.
  • Hanshi (範士 : はんし) mengacu pada ahli senior yang dianggap sebagai "guru dari guru". Gelar ini digunakan oleh banyak seni bela diri untuk beberapa instruktur ahli dari bela diri tersebut, dan kadang diterjemahkan sebagai "Grand Master".
  • Meijin (名人): dianugerahi oleh dewan khusus.

Gelar seni bela diri lain

[sunting | sunting sumber]
  • Kensei (剣聖, pedang suci) gelar terhormat yang diberikan pada prajurit yang mempunyai kemampuan legendaris dalam pedang.
  • Kyōshi (教師 : きょうし), sering disinonimkan sensei di Jepang, kadang-kadang mempunyai arti instruktur.
  • Oyakata (親方 : おやかた), master, khususnya pelatih sumo. Secara literal berarti seseorang yang in loco parentis.
  • Shihan (師範 : しはん), berarti kepala instruktur; tidak seperti gelar diatas gelar ini tidak berhubungan dengan tingkatan.
  • Shidōin (指導員:しどういん), Instruktur menengah, juga tidak berhubungan dengan peringkat.
  • Shishō (師匠 : ししょう) adalah gelar lain untuk instruktur seni bela diri.
  • Zeki (関 : ぜき), secara harafiah berarti "barrier" (pembatas), digunakan untuk pegulat sumo dalam dua divisi teratas (sekitori).

Gelar lain

[sunting | sunting sumber]
  • hōshi (法師: ほうし), Biksu Buddha Vihara
  • shinpu (神父: しんぷ), Pendeta katolik. Romo Katolik (shisai (司祭: しさい) menerima gelar ini.

Sufiks merdu dan permainan kata

[sunting | sunting sumber]

Dalam pembicaraan informal, beberapa orang Jepang ada yang menggunakan akhiran yang dibuat sendiri menggantikan gelar normal. Hal ini pada dasarnya adalah bentuk permainan kata, dengan akhiran dipilih untuk suara mereka, atau untuk konotasi ramah atau mencemooh. Meskipun berbagai sufiks seperti yang dapat diciptakan sendiri tak terbatas, beberapa telah mendapatkan penggunaan luas sedemikian rupa sehingga batas antara gelar yang sudah ada dan permainan kata telah menjadi sedikit kabur. Contoh dari sufiks ini adalah chan (lihat bawah), bee (hina), dan rin (ramah).[3] Harap dicatat tidak seperti gelar standar, penggunaan sufiks tersebut diatur terutama dengan bagaimana suaranya dalam hubungannya dengan nama tertentu, dan apa dampak yang inginkan pembicara.

Variasi baby talk (ucapan bayi)

[sunting | sunting sumber]

Beberapa gelar mempunyai versi ucapan bayi-yang sering salah diucapkan dan diasosiasikan dengan anak kecil, dan keimutan. Versi ucapan bayi dari sama adalah chama (ちゃま), sebagai contoh, faktanya chan adalah versi ucapan bayi dari san yang kemudian digunakan secara umum.

Bahkan ada versi ucapan bayi dari versi ucapan bayi. Chan diganti menjadi tan (たん), dan versi kurang umum, chama (ちゃま) menjadi tama (たま). Gelar ini biasanya digunakan untuk moe antropomorfisme, di mana perempuan imut, atau karakter laki-laki (jarang) merepresentasikan objek, konsep, atau produk populer tertentu. Contoh paling dikenal yaitu antropomorfisme sistem operasi OS-tan, Binchō-tan, dan antropomorfisme Wikipedia, Wikipe-tan.

Gelar dalam keluarga

[sunting | sunting sumber]

Kata untuk anggota keluarga mempunyai dua bentuk dalam bahasa Jepang. Saat menyebut keluarga sendiri pada saat berbicara pada orang bukan keluarga, kata benda deskriptif digunakan, seperti haha (母) untuk "ibu" dan ani (兄) untuk "kakak laki-laki". Ketika menyebut keluarga sendiri atau menyebut pada anggota keluarga orang lain, gelar kehormatan digunakan. Dengan menggunakan sufiks san, secara umum, "ibu" menjadi okaa-san (お母さん) dan "kakak laki-laki" menjadi onii-san (お兄さん). Kadang gelar kecil seperti chan atau gelar hormat sama digunakan daripada menggunakan san. Sementara itu, saat saudara lebih muda menyebut saudara lebih tua dengan onii-san atau onee-san, saudara yang lebih tua memanggil saudara mudanya dengan nama saja. Sama dengan orang tua memanggil anaknya hanya dengan nama saja tanpa gelar. Imbuhan chan biasanya digunakan untuk menyebut keluarga, atau orang yang sudah akrab dengan kita. onii-chan dan onii-san bisa disingkat nii-chan dan nii-san, contoh Seiichi nii-chan. onee-san dan onee-chan juga bisa disingkat menjadi nee-san dan nee-chan.

  • Otou-san (お父さん): ayah, atau otou-sama (さま). Dari chichi ().
    • Oji-san (叔父さん/小父さん/伯父さん 【おじさん】): paman (atau pria paruh baya). -san bisa diganti dengan -sama atau -chan (ちゃん).
    • Ojii-san (お祖父さん/御爺さん/お爺さん/御祖父さん 【おじいさん】): kakek . -san bisa diganti dengan -sama atau -chan.
  • Okaa-san (お母さん): Ibu, ata okaa-sama. dari haha ().
    • Oba-san (伯母さん/小母さん/叔母さん 【おばさん】): Bibi (perempuan paruh baya). -san bisa diganti dengan -sama atau -chan.
    • Obaa-san (お祖母さん/御祖母さん/御婆さん/お婆さん 【おばあさん】): nenek. -san bisa diganti dengan -sama atau -chan.
  • Onii-san (お兄さん): Kakak laki-laki (laki-laki muda), atau onii-sama, atau onii-chan. dari ani ().
  • Onee-san (お姉さん): Kakak perempuan (perempuan muda), atau onee-sama, atau onee-chan. dari ane ().

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ashcraft, Brian (30 January 2013). "Legendary Sega Consoles Turned into Colorful Anime Ladies". Kotaku. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-02. Diakses tanggal 30 January 2017. 
  2. ^ Patrick McCarthy. "Dai Nippon Butokukai". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-12. Diakses tanggal 2007-08-25. 
  3. ^ Rin kelihatannya terinspirasi dari gadis Eropa seperti Katherine dan Marilyn; lihat http://kotobakai.seesaa.net/article/8173861.html Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine.

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • Poser, William J. (1990) "Evidence for Foot Structure in Japanese". Language 66.1.78-105. Reprinted in Natsuko Tsujimura (ed.) Japanese Linguistics: Critical Concepts in Linguistics. Oxford: Routledge, 2005, pp. 159–190.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]