Lompat ke isi

Ibrani 4

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ibrani 4
Sebagian naskah Papirus 13, yang memuat Surat Ibrani 2:14-5:5; 10:8-22; 10:29-11:13; 11:28-12:17, dibuat sekitar tahun 225-250 M.
KitabSurat Ibrani
KategoriSurat-surat Paulus/Surat-surat Am
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
19
pasal 3
pasal 5

Ibrani 4 (disingkat Ibr 4) adalah bagian dari Surat kepada Orang Ibrani dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Tidak diketahui pengarangnya, selain dari informasi bahwa ia seorang laki-laki (berdasarkan jenis kata yang dipakainya, misalnya di ayat 11:32)[3] dan kenal dekat dengan Timotius.[4]

Pembagian isi pasal menurut Terjemahan Baru:

Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: "Sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku," sekalipun pekerjaan-Nya sudah selesai sejak dunia dijadikan.[5]

Referensi silang: Mazmur 95:11; Ulangan 1:34,35; Ibrani 3:11

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.[6]
Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.[8]
  • "Imam Besar Agung...Yesus": Setelah Kristus sendiri menanggung hukuman atas dosa-dosa umat manusia dengan mempersembahkan hidup-Nya sebagai korban, Ia masuk sorga di mana Ia melayani di hadapan Allah demi orang percaya. Pelayanan Yesus sebagai Imam Besar (bandingkan Ibrani 2:17) meliputi enam bidang:
    • 1) Yesus merupakan Imam sekaligus korban yang dipersembahkan. Ia mempersembahkan diri-Nya bagi semua orang sebagai korban yang sempurna karena dosa dengan mencurahkan darah-Nya dan mati sebagai pengganti orang berdosa (Ibrani 2:17–18; 4:15; 7:26–28; Markus 10:45; 1 Korintus 15:3; 1 Petrus 1:18–19; 2:22–24; 3:18).
    • 2) Yesus menjadi pengantara perjanjian baru yang lebih baik supaya semua "yang telah terpanggil dapat menerima bagian (warisan) kekal yang dijanjikan" (Ibrani 9:15–22), dan dapat senantiasa menghampiri Allah dengan penuh keyakinan (Ibrani 4:16; 6:19–20; 7:25; 10:19–22; lihat Yohanes 17:1 mengenai doa Yesus selaku Imam Besar).
    • 3) Ia berada di sorga di hadapan Allah untuk memberikan kasih karunia Allah kepada kita yang percaya (Ibrani 4:14–16). Oleh kasih karunia ini yang diberikan kepada kita melalui Dia, Kristus memperbaharui kita (Yoh 3:3) dan mencurahkan Roh Kudus-Nya ke atas kita (Kisah Para Rasul 1:4; Kisah Para Rasul 2:4,33).
    • 4) Yesus bertindak selaku perantara di antara Allah dengan semua orang yang telah melanggar hukum Allah dan mencari pengampunan serta pemulihan hubungan dengan-Nya (1 Yohanes 2:1–2).
    • 5) Jabatan imam yang diduduki oleh Yesus adalah untuk selama-lamanya. Sebagai imam Ia turut merasa dengan orang-orang percaya dalam pencobaan serta menolong dalam keperluan mereka (Ibrani 2:18; 4:15-16).
    • 6) Yesus hidup selama-lamanya untuk senantiasa menjadi perantara bagi mereka yang dengan iman "datang kepada Allah" oleh Dia (Ibrani 7:25). Akhirnya, Ia akan menyempurnakan keselamatan orang percaya (lihat Ibrani 7:25 dan Ibrani 9:28).[7]
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.[9]

Referensi silang: menderita karena pencobaan (Ibrani 2:18; 4:16; 5:2,7–9; Matius 4:1–10 26:37–39; Lukas 22:53); Ia dapat menolong (Ibrani 7:25,26; Yohanes 10:29; Filipi 3:21; 2 Timotius 1:12; Yudas 1:24); yang dicobai (1 Korintus 10:13; 2 Korintus 12:7–10; 2 Petrus 2:9; Wahyu 3:10)
Pada saat orang percaya tergoda untuk tidak setia kepada Allah dan menyerah kepada dosa, ia harus berdoa kepada Kristus yang telah menang atas segala pencobaan dan kini, selaku Imam Besar, berjanji untuk memberikan kekuatan dan kasih karunia untuk mengalahkan dosa. Tanggung jawab orang percaya adalah mendekat kepada-Nya pada saat mengalami kesulitan; tanggung jawab-Nya adalah memberikan pertolongan manakala diperlukan (Ibrani 4:16).[7]

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.[10]

Karena Kristus dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan orang beriman (Ibrani 4:15), orang itu dapat dengan penuh keberanian menghampiri takhta sorgawi, karena mengetahui bahwa doa dan permohonannya diterima dan diinginkan oleh Bapa di sorga (bandingkan Ibrani 10:19–20). Tempat itu disebut "takhta kasih karunia" karena dari takhta itu mengalir kasih, pertolongan, kemurahan, pengampunan, kuasa rohani, pencurahan Roh Kudus, karunia-karunia rohani, buah roh, dan semua yang diperlukan oleh orang beriman dari Allah. Salah satu berkat terbesar dari keselamatan ialah bahwa Kristus kini merupakan Imam Besar orang-orang beriman yang membuka jalan langsung ke hadapan Dia sehingga orang beriman selalu dapat meminta bantuan yang diperlukan.[7]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
  3. ^ Ibrani 11:32
  4. ^ Ibrani 13:23
  5. ^ Ibrani 4:3
  6. ^ Ibrani 4:12
  7. ^ a b c d The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  8. ^ Ibrani 4:14
  9. ^ Ibrani 4:15
  10. ^ Ibrani 4:16

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]