Karier militer Adolf Hitler
Karier militer Adolf Hitler dapat dibagi menjadi dua bagian yang berbeda dari kehidupan Adolf Hitler. Terutama, selama periode Perang Dunia I ketika Hitler menjabat sebagai Gefreiter (Kopral Muda) di Angkatan Darat Bavaria, dan era Perang Dunia II ketika Hitler menjabat sebagai Panglima tertinggi Wehrmacht melalui posisinya sebagai Führer dari Jerman Nazi.
Perang Dunia I
[sunting | sunting sumber]Ketika Hitler berusia 25 tahun pada tahun 1914, baik Austria-Hungaria dan Kekaisaran Jerman terlibat dalam Perang Dunia Pertama. Hitler menerima bagian terakhir dari tanah ayahnya pada bulan Mei 1913 dan pindah ke Munich di mana dia mendapat uang sebagai seorang pelukis.[1] Para sejarawan percaya ia meninggalkan Wina untuk menghindari wajib militer yang dilaksanankan oleh tentara Austria.[2] Hitler kemudian mengklaim bahwa ia tidak ingin mengabdi untuk Kekaisaran Habsburg karena adanya campuran "ras" dalam tentara-nya. Setelah ia dianggap tidak layak untuk layanan - ia gagal pemeriksaan fisik di Salzburg pada 5 Februari 1914 - ia lalu kembali ke Munich.[1]
Terlepas dari kenyataan bahwa Hitler masih memegang kewarganegaraan Austria, ia meminta izin untuk mengabdi di Angkatan Darat Bavaria pada bulan Agustus 1914. Hitler diberikan izin untuk bergabung, meskipun ia bukan warga negara Jerman.[3] Selama waktunya sebagai tentara, Hitler mulai mengemukakan gagasan nasionalis Jermannya yang dikembangkan dari usia muda.[4]
Tentara Jerman pada saat itu adalah kumpulan dari kekuatan regional yang diselenggarakan oleh berbagai negara bagian di Jerman dengan tentara Prusia menjadi sebuah bagian yang paling dominan. Staf Jenderal Jerman kebanyakan adalah bangsawan Jerman dan, tahun kemudian, Hitler menyatakan kebenciannya kepada kaum "jenderal dengan 'Vons' di depan nama mereka".
Selama perang, Hitler bertugas di Prancis dan Belgia di Resimen Cadangan Bavaria ke-16. Hitler awalnya terdaftar sebagai Schütze dan dipromosikan sekali untuk pangkat Gefreiter. Tugas utama Hitler adalah sebagai pengirim pesan di Front Barat, "pekerjaan yang relatif aman" berbasis di markas resimen, beberapa mil dari Front.[5]
Hitler terlibat di sejumlah pertempuran besar, termasuk Pertempuran Ypres Pertama, Pertempuran Somme, Pertempuran Arras, dan Pertempuran Passchendaele.[6] Pertempuran Ypres (Oktober 1914), yang dikenal di Jerman sebagai Kindermord bei Ypern (Pembantaian Tak Berdosa) menewaskan sekitar 40.000 orang (antara sepertiga dan setengah) dari sembilan divisi infanteri yang terlibat dalam 20 hari, dan kesatuan Hitler sendiri yang tadinya berjumlah 250 orang berkurang menjadi 42 pada bulan Desember. Penulis biografi John Keegan mengatakan bahwa pengalaman ini membuat Hitler menjadi penyendiri dan menarik diri untuk tahun-tahun perang berikutnya.[7]
Hitler dua kali diberi penghargaan untuk keberaniannya. Ia menerima Salib Besi, Kelas Kedua, pada tahun 1914 dan Salib Besi, Kelas Pertama, pada tahun 1918, sebuah tanda kehormatan yang jarang diberikan kepada seorang Gefreiter. Menurut Dr. Thomas Weber, Salib Besi Kelas Pertama Hitler direkomendasikan oleh Hugo Gutmann, seorang ajudan Yahudi, dan penghargaan ini langka umumnya diberikan kepada mereka yang bertugas di markas resimen, seperti Hitler, yang memiliki lebih banyak kontak dengan perwira yang lebih senior daripada prajurit tempur yang mungkin membantu dirinya mendapatkan penghargaan ini.[5]
Pada 15 Oktober 1918, ia untuk sementara dibutakan oleh serangan gas mustard dan dirawat di Pasewalk.[8] Sementara ia di sana, Hitler menerima kabar kekalahan Jerman dan belajar dari kekalahan tersebut,[9] lalu ia menderita kebutaan sementara untuk kedua kalinya.[10] Hitler marah atas Perjanjian Versailles, berbagai wilayah Jerman dirampas, demiliterisasi Rheinland dan dijatuhkannya sanksi yang merusak ekonomi Jerman. Kata Hitler, "Ketika saya terbaring di tempat tidur, ide datang kepada saya bahwa saya akan membebaskan Jerman, bahwa saya akan membuatnya besar. Aku langsung tahu bahwa itu akan terwujud."[11] Itu adalah perkembangan ideologisnya yang mulai tegas terbentuk.[12]
Setelah demiliterisasi total pada angkatan bersenjata, Hitler berusaha untuk tetap berada di militer setelah perang. Dia lalu kembali ke München.[13] Pada bulan Juli 1919 ia diangkat menjadi Verbindungsmann (agen intelijen) dari Aufklärungskommando (pengintai komando) dari Reichswehr, yang bertugas untuk memengaruhi tentara lain dan menginfiltrasi ke Partai Pekerja Jerman (DAP). Sementara memantau kegiatan DAP, Hitler menjadi tertarik dengan gagasan-gagasan pendiri partai tersebut Anton Drexler yang antisemitisme, nasionalis, antikapitalisme, dan antimarxisme.[14] Terkesan dengan keterampilan pidato Hitler, Drexler mengundangnya untuk bergabung dengan DAP, Hitler diterima pada tanggal 12 September 1919.[15]
Perang Dunia II
[sunting | sunting sumber]Ketika Perang Dunia II dimulai, Hitler mengangkat dirinya sendiri sebagai "Prajurit Pertama Reich" dan mulai mengenakan jaket militer abu-abu dengan swastika elang dijahit di lengan kiri atas (penggambaran anakronisme dalam film dan budaya populer meskipun, Hitler tidak memakai seragam coklat partai Nazi pada setiap saat selama Perang Dunia II). Sepanjang perang, satu-satunya dekorasi militer Hitler yang ditampilkan adalah Wound Badge dan Salib Besi yang ia dapat ketika Perang Dunia I dan Lencana Emas Partai Nazi.
Posisi Hitler dalam Perang Dunia II pada dasarnya adalah komandan tertinggi Angkatan Bersenjata Jerman Nazi. Pada 1941, Hitler menunjuk dirinya sendiri sebagai komandan tertinggi Angkatan Darat Jerman, sehingga ia mengambil peran operasional langsung yang biasanya dipegang oleh seorang Jenderal Jerman.
Catatan dan referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Shirer 1960, hlm. 27.
- ^ Weber 2010, hlm. 13.
- ^ Thomas Weber (29 September 2011). Hitler's First War: Adolf Hitler, the Men of the List Regiment, and the First World War. Oxford University Press. hlm. 16–. ISBN 978-0-19-161362-3.
- ^ Evans 2003, hlm. 163–164.
- ^ a b "Adolf Hitler a war hero? Anything but, said first world war comrades: Unpublished letters and diaries from List regiment soldiers portray Hitler as a loner, an object of ridicule and 'a rear area pig'", The Guardian, 16 August 2010
- ^ Shirer 1990, hlm. 53
- ^ Keegan 1987, hlm. 239
- ^ Kershaw 2008, hlm. 59, 60.
- ^ Kershaw 1999, hlm. 97.
- ^ Kershaw 1999, hlm. 102.
- ^ Langer 1972, hlm. 37.
- ^ Kershaw 2008, hlm. 61, 62.
- ^ Kershaw 1999, hlm. 109.
- ^ Kershaw 2008, hlm. 82.
- ^ Stackelberg 2007, hlm. 9.
- Bullock, Alan (1962) [1952]. Hitler: A Study in Tyranny. London: Penguin Books. ISBN 978-0-14-013564-0.
- Evans, Richard J. (2003). The Coming of the Third Reich. Penguin Group. ISBN 978-0-14-303469-8.
- Keegan, John (1987). The Mask of Command: A Study of Generalship. London: Pimlico. ISBN 978-0-7126-6526-1.
- Kershaw, Ian (1999) [1998]. Hitler: 1889–1936: Hubris. New York: W. W. Norton & Company. ISBN 978-0-393-04671-7.
- Kershaw, Ian (2008). Hitler: A Biography. New York: W. W. Norton & Company. ISBN 978-0-393-06757-6.
- Langer, Walter C. (1972) [1943]. The Mind of Adolf Hitler: The Secret Wartime Report. New York: Basic Books. ISBN 978-0-465-04620-1.
- Shirer, William L. (1990) [1960]. The Rise and Fall of the Third Reich. New York: Simon & Schuster. ISBN 978-0671728687.
- Speer, Albert (1970). Inside the Third Reich. New York: Macmillan. ISBN ISBN 0-297-00015-2 Periksa nilai: invalid character
|isbn=
(bantuan). - Stackelberg, Roderick (2007). The Routledge Companion to Nazi Germany. New York: Routledge. ISBN 978-0-415-30860-1.
- Zentner, Christian Ed; Bedürftig, Friedemann Ed (1991), The Encyclopedia of the Third Reich, New York: Macmillan. ISBN 0-02-897502-2.