Obat nyamuk bakar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Obat nyamuk bakar.

Obat nyamuk bakar adalah kemenyan pengusir nyamuk, yang umumnya dibuat menjadi bentuk spiral. Obat nyamuk bakar biasanya dibuat menggunakan pasta kering dari bubuk piretrum. Koil (alat penyangga obat nyamuk) biasanya didirikan di tengah spiral, sehingga obat nyamuknya terlihat menggantung. Pembakaran biasanya dimulai pada ujung terluar spiral dan berlangsung perlahan menuju pusat spiral.[1] Obat nyamuk bakar biasanya memiliki diameter sekitar 12 sentimeter (5 in) dan panjang ulir sekitar 90 cm dapat bertahan sekitar 11-12 jam pada kecepatan angin normal. Obat nyamuk bakar banyak digunakan di negara Asia, Afrika, Amerika Selatan, Kanada, dan Australia.[2] .

Penemuan[sunting | sunting sumber]

Piretrum yang digunakan selama berabad-abad sebagai insektisida di Persia dan Eropa[3] dikembangkan menjadi obat nyamuk pada akhir 1800-an oleh seorang pengusaha Jepang, Eiichiro Ueyama. Pada waktu itu, bubuk piretrum dicampur dengan serbuk kayu dan dibakar untuk mengusir nyamuk. Awalnya Ueyama menciptakan tongkat dupa yang dicampur dengan bubuk pati, bubuk kulit jeruk mandarin kering, serta bubuk piretrum; semua bahan tersebut dapat bertahan dalam waktu sekitar 40 menit. Pada tahun 1895, istrinya Yuki mengusulkan untuk membuat tongkat dupa yang lebih tebal dan panjang, serta melengkungkannya menjadi spiral dengan tujuan untuk membuat obat nyamuknya tahan lebih lama. Pada tahun 1902, setelah serangkaian percobaan, ia berhasil membuat dupa yang dapat dibakar dengan bentuk spiral. Metode yang ia lakukan yakni memotong batang dupa tebal yang panjangnya telah ditentukan, dan secara manual melilitkannya menjadi spiral. Metode ini digunakan sampai tahun 1957, ketika produksi massal dimungkinkan melalui mesin pencetak.[4][5] Setelah Perang Dunia Kedua, perusahaannya yang bernama Dainihon Jochugiku Co. Ltd, mendirikan perusahaan patungan di berbagai negara (termasuk di Tiongkok dan Thailand) untuk memproduksi produk penangkal nyamuk berdasarkan kondisi di masing-masing daerah.[5]

Kandungan[sunting | sunting sumber]

Bahan aktif yang ditemukan dalam obat nyamuk bakar antara lain:

Kekurangan[sunting | sunting sumber]

Obat nyamuk bakar dapat menyebabkan kebakaran yang tak disengaja. Pada tahun 1999, kebakaran di asrama tiga lantai di negara Korea Selatan menyebabkan kematian 23 orang ketika obat nyamuk dibiarkan menyala tanpa pengawasan.[8]

Meski obat nyamuk bakar dianggap sebagai insektisida yang aman bagi manusia dan mamalia, ada beberapa kekhawatiran mengenai bahaya asap dari obat nyamuk bakar. Obat nyamuk yang dijual di Tiongkok dan Malaysia diketahui menghasilkan asap sebanyak PM2.5 yang setara dengan asap dari 75-137 batang rokok dengan tingkat emisi formaldehida setara dengan asap 51 batang rokok.[9] Penelitian lain pada tikus menyimpulkan bahwa obat nyamuk bakar tidak memiliki risiko kesehatan yang signifikan, meskipun beberapa organisme mungkin mengalami iritasi sensorik sementara layaknya yang disebabkan oleh asap dari pembakaran bahan-bahan organik seperti kayu gelondongan. Dalam sebuah penelitian, tikus terpapar asap obat nyamuk bakar secara langsung selama enam jam sehari, lima hari seminggu, selama tiga belas minggu. Mereka menunjukkan tanda-tanda iritasi sensorik dari konsentrasi asap yang tinggi, tetapi tidak ada efek samping pada bagian tubuh lainnya. Studi ini menyimpulkan bahwa, dengan penggunaan normal, obat nyamuk bakar tidak berefek buruk bagi kesehatan.[10]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ McKean, Erin, ed. (2005). "Mosquito Coil". The New Oxford American Dictionary. Oxford University Press. hlm. 1105. 
  2. ^ Liu, Weili; Zhang, Junfeng; Hashim, Jamal H.; Jalaludin, Juliana; Hashim, Zailina; Goldstein, Bernard D. (September 2003). "Mosquito Coil Emissions and Health Implications" (PDF). Environmental Health Perspectives. 111 (12): 1454–1460. doi:10.1289/ehp.6286. PMC 1241646alt=Dapat diakses gratis. PMID 12948883. 
  3. ^ "Aromatica: History of pyrethrum". Bioaromatica Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 March 2010. Diakses tanggal 31 October 2009. 
  4. ^ Debboun, Mustapha; Frances, Stephen P.; Strickman, Daniel (2007). Insect repellents: principles, methods, and uses. Boca Raton: CRC Press. hlm. 6. ISBN 0-8493-7196-1. 
  5. ^ a b International Business Organization of Osaka, Inc (2004). "Great People of Osaka: Eiichiro Ueyama - Developing and promoting insecticide together with pyrethrum". Osaka business Update. 4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 February 2010. Diakses tanggal 31 October 2009. 
  6. ^ a b c d e f g h i Strickman, Daniel; Frances, Stephen P.; Debboun, Mustapha (2009). Prevention of Bug Bites, Stings, and Disease. New York: Oxford University Press. hlm. 117. ISBN 978-0-19-536577-1. 
  7. ^ "IUPAC: global availability of information on agrochemicals : meperfluthrin". University of Hertfordshire. Diakses tanggal 28 April 2017. 
  8. ^ Trumbull, Charles P., ed. (2000). "Disasters". Britannica Book of the year. 2000. Encyclopædia Britannica, Inc. hlm. 161. 
  9. ^ Liu, Weili; Zhang, Junfeng; Hashim, Jamal H.; Jalaludin, Juliana; Hashim, Zailina; Goldstein, Bernard D. (September 2003). "Mosquito Coil Emissions and Health Implications" (PDF). Environmental Health Perspectives. 111 (12): 1454–1460. doi:10.1289/ehp.6286. PMC 1241646alt=Dapat diakses gratis. PMID 12948883. 
  10. ^ Pauluhn, J; Mohr, U (May 2006). "Mosquito coil smoke inhalation toxicity. Part II: subchronic nose-only inhalation study in rats". Journal of Applied Toxicology. 26 (3): 279–92. doi:10.1002/jat.1139. PMID 16552726.