Lompat ke isi

Pasujudan Sunan Bonang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pasujudan Sunan Bonang

Pasujudan Sunan Bonang berada di desa Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Letaknya 17 km di sebelah timur kota Rembang jurusan Surabaya.[1] Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim) meninggal tahun 1525 diusia 60 tahun.[1] Tetapi, ada pendapat lain yang mengatakan, jika makam Sunan Bonang ada di wilayah Tuban dan Madura, Jawa Timur.[1] Tepatnya ada di depan pesisir Binangun.[1] Jika hendak bepergian kesana, harus naik anak tangga terlebih dahulu, karena tempatnya sangat tinggi sekali.[1] Pasujudan Sunan Bonang itu berwujud batu yang ada bekas sujudnya Sunan Bonang.[1] Menurut cerita masyarakat disana, pasujudan Sunan Bonang zaman dahulu itu adalah batu yang digunakan sujud oleh Sunan Bonang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.[1] Sujudnya Sunan Bonang itu sangat lama sekali, sehingga batu tersebut membekaspalapannya Sunan Bonang.[1] Sekarang Pasujudan Sunan Bonang tersebut dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.[1]

Sunan Bonang atau disebut Raden Makdum Ibrahim (Ampèl Denta, Surabaya 1465-Tuban 1525)yaitu putranya Sunan Ampèl dari istri yang namanya Dwi Candrawati.[1][2].Sunan Bonang (Maulana Ibrahim) adalah sepupu dari Sunan Kalijaga yang dikenal dengan sebutan pencipta gending yang pertama [1].Sebelumnya ada di bidang dakwah, Sunan Bonang sering nuntut ilmu (belajar) ada di Pasai, setelah dari Pasai.[2] Sunan Bonang juga mendirikan pondok pesantren yang berada di wilayah Tuban.[1][2] Santri yang belajar di pesantren Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), berasal dari tempat Nusantara.[3] Dalam pelaksanaan dakwahnya Maulana Makhdum Ibramim (Sunan Bonang) mempunyai ciri, yaitu dengan cara mengubah nama-nama Dèwa dengan nama-nama malaikat yang dikenali di dalam ajaran agama Islam.[3] Di dalam pesantrèn bisa ngupaya bisa pengatutnya jarang di agama Hindu dan Budha yang dikenal sudah dianut sebelumnya [1]

Tempat pasujudan sunan bonang.jpg
Pintu menuju pasujudan sunan bonang.jpg
makam putri cempa

Fasilitas

[sunting | sunting sumber]

Fasilitas yang tersedia di sini adalah:

  1. Batu bekas tempat bersujud Sunan Bonang
  2. Bekas kediaman Sunan Bonang
  3. Joran Pancing milik Sunan Bonang
  4. Makam-makam kuno lainnya

Di Pasujudan Sunan Bonang, ada mushola dengan kamar yang isinya batu besar yang biasa digunakan Sunan Bonang untuk alas salat (sajaddah) dan tempat membaca (shalawwat) dari perintah Nabi Haidir [4].Batu tersebut dikenal dengan nama batu pasujudan dan ada bekas anggota badannya Sunan Bonang.[4] Juga ada makam Putri Cempa, yaitu Dewi Indrawati (ibu)nya (Raden Patah) (Sultan) (Demak) yang menjadi mubalighah di Bonang hingga akhir hayatnya.[4] Uniknya makam tersebut ada alas tiang yang berupa umpak dari tulang ikan paus.[4] Setiap tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Raya idul Adha) pada waktu 09:00 WIB pasti diadakan ritual upacara penjamasan pusaka Sunan Bonang berupa “bende” yang dikenal nama bende becak.[4]

Menggubah Gamelan

[sunting | sunting sumber]

Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang waktu itu sangat kental sekali dengan estetika Hindu, juga memberi nuansa baru.[5] Dia itu temasuk kreator gamelan Jawa sampai seperti sekarang ini juga menambahakan instrumen bonang.[5] Gubahannya waktu itu diberi nuansa dzikir yang mendorong kecintaan marang kehidupan transedental (alam malakut).[5]

Tembang "Tombo Ati" itu termasuk salah satu karya Sunan Bonang.[5]

Pentas Pewayangan

[sunting | sunting sumber]

Di peméntasan pewayangan, Sunan Bonang itu sebagai dhalang yang piawai membius penontonnya.[5] Kesenangannya itu menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.[5] Kisah perseteruan Pandhawa dan Kurawa ditafsirakan Sunan Bonang sebagai peperangan diantaranya nafi (peniadaan) dan isbah (peneguhan).[5]

Suluk-suluk yang mengungkapkan pengalamannya menempuh jalan tasawuf dan berbagaia pokok ajaran tasawufnya yang disampaikan melalui ungkapan-ungkapan simbolik yang ada di kebudayaan Arab, Persia, Melayu dan Jawa[6].Suluk-suluk antara lain:

  1. Suluk Wujil [6]
  2. Suluk Khalifah [6]
  3. Suluk Kaderesan [6]
  4. Suluk Regol [6]
  5. Suluk Bentur [6]
  6. Suluk Wasiyat [6]
  7. Suluk Pipiringan [6]
  8. Gita Suluk Latri [6]
  9. Gita Suluk Linglung [6]
  10. Gita Suluk ing Aewuh [6]
  11. Gita Suluk Jebang [6]
  12. Suluk Wregol [6]

Karangan prosa seperti: Pitutur Sunan Bonang yang ditulis dalam bentuk dialog antara seorang guru sufi dan murid yang tekun.[6] Bentuk seperti ini biasa ditemui di sastra Arab dan Persia.[6]

Catatan Suku

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m (Indonesia)Bolland, B.J. (1985). Pergumulan Islam di Indonesia. Jakarta: Grafiti Press. hlm. 123. 
  2. ^ a b c (Indonesia)Salim Basyarahil, A. Aziz (2005). Hikmah dalam Humor Kisah dan Pepatah, Gema Insani (edisi ke-Cet. VII). Jakarta. hlm. 64. 
  3. ^ a b .(Indonesia)dkk, A. Jamil (1998). Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: CV. Toha Putra. hlm. 27. 
  4. ^ a b c d e (Indonesia) diundhuh tanggal 31 Mei 2011[pranala nonaktif permanen]
  5. ^ a b c d e f g (Indonesia) diundhuh tanggal 31 Mei 2011 Diarsipkan 2019-11-18 di Wayback Machine.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Indonesia) diundhuh tanggal 31 Mei 2011 Diarsipkan 2011-07-13 di Wayback Machine.