Lompat ke isi

Posesif (film)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Posesif)
Posesif
Poster film
SutradaraEdwin
ProduserMeske Taurisia
Muhammad Zaidy
SkenarioGina S. Noer
CeritaGina S. Noer
PemeranPutri Marino
Adipati Dolken
Yayu Unru
Cut Mini
Penata musikMar Galo
Dave Lumenta
SinematograferBatara Goempar
PenyuntingW. Ichwan Diardono
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
26 Oktober 2017
Durasi102 menit
Negara Indonesia
BahasaIndonesia
Pendapatan
kotor
Rp 6,4 miliar
Penghargaan
Festival Film Indonesia 2017

Posesif adalah film drama psikologis Indonesia yang disutradarai oleh Edwin dan ditulis oleh Gina S. Noer, serta dibintangi oleh Putri Marino dan Adipati Dolken beserta pemeran pendukung lainnya. Posesif dirilis secara luas pada 26 Oktober 2017.[1]

Meski sempat menuai kontroversi dalam legalitas filmnya, Posesif mendapatkan 10 nominasi pada Festival Film Indonesia 2017 dan memenangkan tiga penghargaan: Sutradara Terbaik untuk Edwin, Aktris Terbaik untuk Putri Marino dan Aktor Pendukung Terbaik untuk Yayu Unru.

Lala Anindhita (Putri Marino) adalah siswi teladan di sebuah SMA di Jakarta, yang juga seorang atlet loncat indah, yang dilatih oleh ayahnya sendiri (Yayu Unru). Lala yang hanya tinggal berdua dengan ayahnya sepeninggalan ibunya merasa dunianya sudah cukup dengan ayahnya dan kedua temannya, Rino (Chicco Kurniawan) dan Ega (Gritte Agatha), dan meskipun ayahnya bersifat sedikit mengekang, Lala tidak terlihat keberatan dan menjalani hidupnya dengan baik.

Saat sedang membantu gurunya, Lala bertemu murid pindahan baru disekolahnya bernama Yudhis Ibrahim (Adipati Dolken), yang langsung bermasalah dengan seorang guru killer (Ismail Basbeth). Lala pun ketahuan membantu Yudhis, dan sebagai hukuman, keduanya harus berjalan sepanjang lapangan sekolah dengan tali sepatu yang saling terikat. Meski ditertawai seluruh sekolah, Lala dan Yudhis menjadi dekat karena ini. Lala pun menyanggupi ajakan Yudhis untuk berpacaran, dan untuk pertama kalinya hidup Lala menjadi begitu berwarna.

Ayah Lala tidak keberatan putrinya mulai berpacaran, tetapi ia merasa perhatian Lala yang selama ini didapatkannya secara penuh mulai terbagi secara drastis. Di lain pihak, Yudhis pun mulai menunjukkan gelagat keinginan memiliki Lala sepenuhnya alias posesif, mulai dari menolak panggilan ke handphone Lala sampai akhirnya menyabotase saingan Lala dalam loncat indah. Secara mengejutkan, Lala sendiri sepenuhnya berpihak pada Yudhis setiap kali. Lala pun diundang Yudhis kerumahnya dan bertemu dengan mamanya, Diana (Cut Mini), yang seperti Lala dan ayahnya, selama ini tinggal berdua dengan Yudhis.

Suatu hari Yudhis mendapati Rino berusaha menelepon Lala, dan dengan emosi terbakar Yudhis pun melindas Rino yang sedang mengendarai motor sendiran di malam hari hingga tangannya patah. Lala yang curiga dengan Yudhis, dibentak Yudhis di ruang kelas sampai dicekik, yang membuat Lala menyadari betapa posesif Yudhis telah menjadi terhadapnya. Lala pun minta putus, tetapi Yudhis berulang kali minta maaf sambil menangis memohon pada Lala untuk kembali, bahkan sampai memukuli dirinya sendiri. Lala yang kasihan pun menerimanya kembali.

Ketika Lala dan Yudhis telah lulus SMA, kenyataan datang bahwa Yudhis harus kuliah di Bandung mengikuti tradisi keluarganya, sementara Lala diterima beasiswa atlet loncat indah di Jakarta. Karena tidak mungkin meminta Lala yang tidak punya siapa-siapa di Bandung untuk kuliah bersamanya, Yudhis pun berinisiatif untuk kuliah di Jakarta, tetapi diluar dugaan, Diana marah besar bahwa Yudhis tega berencana meninggalkan dirinya, bahkan sampai memukuli dan mencekik Yudhis dengan sepatunya. Lelah karena merasa semua orang ingin memisahkannya dan Lala, Yudhis pun kabur dari rumah dan meminta Lala untuk pergi bersamanya.

Setelah dipukuli oleh pemalak yang juga menyebabkan Lala babak belur, Yudhis pun menyadari bahwa kabur dari ibunya dan membawa kabur Lala dari ayahnya tidak akan menyelesaikan masalah. Kali ini, Lala lah yang bersikap posesif, memohon pada Yudhis untuk tetap pergi bersamanya ke Bali, bahkan sampai menawarkan untuk kerja apa saja demi Yudhis. Yudhis yang tidak tega membiarkan Lala hidup sengsara, akhirnya membuat keputusan berat untuk meninggalkan Lala yang sedang ganti baju di sebuah pom bensin. Lala pun pulang kerumahnya dengan kondisi babak belur dan dalam kepiluan ia minta maaf pada ayahnya. Lala tidak pernah mendengar dari Yudhis lagi, yang telah berangkat ke Bandung bersama Diana untuk kuliah.

Suatu pagi, Lala yang sedang jogging mendapati Yudhis mengejar dan berlari bersamanya. Ketika Lala berhenti, Yudhis juga berhenti. Lala menatap Yudhis lekat-lekat, lalu melanjutkan larinya. Ketika ia menoleh, Yudhis sudah tidak ada disana, dan Lala tersenyum.

Posesif merupakan film pertama yang diproduksi Palari Films. Film ini juga merupakan film panjang ketiga karya Edwin setelah Babi Buta yang Ingin Terbang (2009) dan Kebun Binatang (2012), sekaligus film panjang pertama karyanya yang ditayangkan di bioskop.[2] Sebelum akhirnya Edwin menyutradarai film ini, pada awalnya Teddy Soeriaatmadja yang didapuk menjadi sutradara film ini. Dalam sebuah wawancara dengan Rieko Yui dari The Japan Foundation, film ini semula direncanakan akan disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja.[3][a] Ini dipertegas dengan pernyataan dari produser Zaidy yang menyebut Teddy lebih dahulu dibidik sebagai sutradara sebelum akhirnya Edwin yang sejak awal terlibat jadi produser bersama dirinya turun tangan sebagai sutradara.[5] Film ini adalah film pertama kolaborasi Edwin dengan Gina S. Noer sebagai penulis cerita dan skenario.[2]

Film ini dibintangi oleh Putri Marino dan Adipati Dolken; dan merupakan debut Putri di kancah perfilman. Putri menuturkan bahwa dirinya bahkan sama sekali tidak mengenal Adipati sebelumnya karena kurang mengikuti perkembangan film Indonesia, sehingga dia harus mencari tahu lewat Google terlebih dahulu.[6]

Tema dan gaya

[sunting | sunting sumber]

Posesif menyoroti kekerasan dalam berpacaran. Gina melakukan penelitian selama enam bulan untuk produksi film ini. Hasil dari penelitian ini adalah kekerasan menduduki posisi pertama dalam hubungan berpacaran; yang berarti tindakan ini sering terjadi dalam hubungan pacaran dan rentan menimpa perempuan berusia 13-24 tahun.[7]

Penayangan

[sunting | sunting sumber]

Posesif ditayangkan di seluruh Indonesia pada 26 Oktober 2017, diundurkan dari jadwal semula yaitu Juli 2017.[8] Lembaga Sensor Film mengklasifikasikan film ini sebagai 13+.

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]
Tahun Ajang Penghargaan Kategori Penerima Hasil
2017 Jogja-NETPAC Asian Film Festival JAFF Indonesian Screen Awards Posesif Menang
Festival Film Indonesia Film Terbaik Meiske Taurisia & Muhammad Zaidy Nominasi
Sutradara Terbaik Edwin Menang
Aktor Terbaik Adipati Dolken Nominasi
Aktris Terbaik Putri Marino Menang
Aktor Pendukung Terbaik Yayu Unru Menang
Aktris Pendukung Terbaik Cut Mini Nominasi
Skenario Asli Terbaik Gina S. Noer Nominasi
Penyuntingan Terbaik W. Ichwan Diardono Nominasi
Sinematografi Terbaik Batara Goempar Siagian Nominasi
Tata Rias Terbaik Cika Rianda Nominasi
Festival Film Tempo Film Pilihan Tempo Posesif Nominasi
Sutradara Pilihan Tempo Edwin Nominasi
Skenario Pilihan Tempo Gina S Noer Nominasi
Aktris Utama Pilihan Tempo Putri Marino Nominasi
Aktor Utama Pilihan Tempo Adipati Dolken Nominasi
Aktor Pendukung Pilihan Tempo Yayu Unru Nominasi
Aktris Pendukung Pilihan Tempo Cut Mini Nominasi
2018 Festival Film Bandung Sutradara Terpuji Edwin Nominasi
Pemeran Utama Pria Terpuji Adipati Dolken Nominasi
Pemeran Pembantu Wanita Terpuji Cut Mini Menang
Penata Kamera Film Bioskop Terpuji Batara Goempar Nominasi
Indonesian Movie Actors Awards Film Terfavorit Posesif Nominasi
Pemeran Utama Pria Terbaik Adipati Dolken Nominasi
Pemeran Utama Pria Terfavorit Nominasi
Pemeran Utama Wanita Terbaik Putri Marino Nominasi
Pemeran Utama Wanita Terfavorit Nominasi
Pendatang Baru Terbaik Menang
Pendatang Baru Terfavorit Nominasi
Pasangan Terbaik Adipati Dolken - Putri Marino Nominasi
  1. ^ Seandainya film ini akhirnya tetap disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja, maka film ini adalah film pertama yang disutradarainya setelah "Trilogi Keintiman"; yang terdiri dari Lovely Man (2011), Something in the Way (2013), dan About A Woman (2014). Setelah tidak jadi menyutradarai Posesif, Teddy kemudian menyutradarai Menunggu Pagi (2018).[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Marino, Putri; Dolken, Adipati; Agatha, Griselda (2017-10-26), Posesif, diakses tanggal 2017-11-21 
  2. ^ a b Yuniar, Nanien (6 Agustus 2017). Priyambodo R. H., ed. "Edwin dan Gina Noer berkolaborasi dalam "Posesif"". Antara. Diakses tanggal 9 Maret 2019. 
  3. ^ Yui, Rieko (24 Mei 2017). "Cutting into the Taboos of Indonesian Society: Film Director Teddy Soeriaatmadja, Here-and-Now" [Memotong Tabu Masyarakat Indonesia: Sutradara Teddy Soeriaatmadja, Di Sini dan Sekarang]. Japan Foundation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 Februari 2019. 
  4. ^ Wirastama, Wira (14 Agustus 2018). "Setelah Trilogy of Intimacy, Teddy Soeriaatmadja Garap Tiga Film Komersial". Metro TV News. Diakses tanggal 6 Februari 2019. 
  5. ^ Wirastama, Purba (12 September 2017). "Edwin Bukan Pilihan Pertama Sutradara Film Posesif". Medcom. Diakses tanggal 9 Maret 2019. 
  6. ^ Djaya, Andi Baso (29 Januari 2017). "Pembelajaran Putri Marino dari film Posesif". Beritagar. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-03. Diakses tanggal 9 Maret 2019. 
  7. ^ "Film Posesif, Menyorot Bentuk Kekerasan yang Luput Disadari". Tempo. 13 Oktober 2017. Diakses tanggal 9 Maret 2019. 
  8. ^ Djaya, Andi Baso (26 Januari 2017). "Kisah cinta posesif Adipati Dolken dan Putri Marino". Beritagar. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-27. Diakses tanggal 9 Maret 2019.