Sepat siam
Sepat siam | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Domain: | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Subordo: | |
Famili: | |
Subfamili: | |
Genus: | |
Spesies: | Trichopodus pectoralis Regan, 1910
|
Sinonim | |
|
Sepat siam (Trichopodus pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku gurami (Osphronemidae). Di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam adalah nama lama Thailand) atau snake-skin gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di sisi tubuhnya.
Pemerian
[sunting | sunting sumber]Ikan rawa yang bertubuh sedang, panjang total mencapai 25 cm; namun umumnya kurang dari 20 cm.[2] Lebar pipih, dengan mulut agak meruncing.
Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada, dan sirip dubur berwarna gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya, dilengkapi oleh sepasang duri dan 2–3 jumbai pendek.[3] Rumus sirip punggungnya: VII (jari-jari keras atau duri) dan 10–11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX-XI, 36–38.[4]
Ikan yang liar biasanya berwarna perak kusam kehitaman sampai agak kehijauan pada hampir seluruh tubuhnya. Terkadang sisi tubuh bagian belakang tampak agak terang berbelang-belang miring. Sejalur bintik besar kehitaman, yang hanya terlihat pada individu berwarna terang, terdapat di sisi tubuh mulai dari belakang mata hingga ke pangkal ekor.[5]
Kebiasaan dan penyebaran
[sunting | sunting sumber]Seperti umumnya sepat, ikan ini menyukai rawa-rawa, danau, sungai, dan parit-parit yang berair tenang; terutama yang banyak ditumbuhi tumbuhan air.[5] Juga kerap terbawa oleh banjir dan masuk ke kolam-kolam serta saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah.
Sebagian besar makanan sepat siam adalah tumbuh-tumbuhan air[5] dan lumut. Namun ikan ini juga mau memangsa hewan-hewan kecil di air, termasuk ikan-ikan kecil yang dapat termuat di mulutnya. Ikan ini sering ditemui di tempat-tempat yang terlindungi oleh vegetasi atau sampah-sampah yang menyangkut di tepi air.
Ikan sepat siam menyimpan telur-telurnya dalam sebuah sarang busa yang dijaga oleh pejantan. Setelah menetas, anak-anak sepat diasuh oleh induk pejantan hingga dapat mencari makanan sendiri.
Sebagaimana kerabat dekatnya yakni tambakan, gurami, betok, dan cupang, sepat siam tergolong ke dalam anak bangsa Anabantoidei. Kelompok ini dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang insangnya, yang amat berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari udara. Adanya labirin ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin oksigen seperti rawa-rawa, sawah, dan lain-lain.[6] Akan tetapi, tak seperti ikan-ikan yang mempunyai kemampuan serupa (lihat misalnya ikan gabus, betok, atau lele), ikan sepat tak mampu bertahan lama di luar air. Ikan ini justru dikenal amat mudah mabuk dan lekas mati jika ditangkap.
Penyebaran asli ikan ini adalah di wilayah Asia Tenggara, terutama di lembah Sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam; juga dari lembah Sungai Chao Phraya.[5] Ikan ini diintroduksi ke Filipina, Malaysia, Indonesia, Singapura, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Kaledonia Baru.[7] Sepat siam dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1934, untuk dikembangkan pembudidayaannya di kolam-kolam dan sawah.[4] Tahun 1937, sepat ini dimasukkan ke Danau Tempe di Sulawesi dan sedemikian berhasil, sehingga dua tahun kemudian ikan ini mendominasi 70% hasil ikan Danau Tempe.[8] Saat ini sepat siam telah meliar dan berbiak di berbagai tempat di alam bebas, termasuk di Jawa.
Nilai ekonomi
[sunting | sunting sumber]Sepat siam merupakan ikan konsumsi yang penting, terutama sebagai sumber protein di daerah pedesaan. Selain dijual dalam keadaan segar di pasar, sepat siam kerap diawetkan dalam bentuk ikan asin dan diperdagangkan antarpulau di Indonesia.
Tidak seperti jenis sepat yang lain, sepat siam kurang populer sebagai ikan akuarium. Namun terdapat beberapa varian yang berwarna cerah (putih, kuning, atau merah) yang diperdagangkan sebagai ikan hias. Di Thailand, sepat siam merupakan salah satu dari lima ikan air tawar terpenting yang dibudidayakan untuk konsumsi maupun untuk akuarium.[9]
Jenis yang serupa
[sunting | sunting sumber]- Ikan sepat rawa.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Vidthayanon, C. (2012). "Trichopodus pectoralis". 2012: e.T188087A1852593. doi:10.2305/IUCN.UK.2012-1.RLTS.T188087A1852593.en.
- ^ Butler, Rhett Ayers, Tropical Freshwater Aquarium Fish (TFAF), 1995 and Mongabay.com Website, 2002
- ^ Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1922. The Fishes of The Indo-Australian Archipelago IV:365. E.J. Brill. Leiden. (sebagai Trichopodus)
- ^ a b Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd. dan Proyek EMDI KMNKLH Jakarta. hal 228.
- ^ a b c d "Trichogaster pectoralis". FishBase. Ed. Ranier Froese and Daniel Pauly. May 2007 version. N.p.: FishBase, 2007.
- ^ Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd. dan Proyek EMDI KMNKLH Jakarta. hal 218.
- ^ Agbayani, Eli (2006-12-01). "Introductions of Trichogaster pectoralis". Diakses tanggal 2007-05-19.
- ^ Whitten, A.J., M. Mustafa, dan G.S. Henderson. 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta. Hal 351-353
- ^ "National Aquaculture Sector Overview – Thailand". Food and Agriculture Organization of the United Nations.[pranala nonaktif permanen]
Pranala luar dan bacaan lanjut
[sunting | sunting sumber]- "Species Fact Sheet". Food and Agriculture Organization of the United Nations.[pranala nonaktif permanen]
- Robison, Henry Welborn (1971), An Ethological Study of the Snakeskin Gourami, Trichogaster pectoralis, with Comments on Phylogenetic Relationships Among Species of Trichogaster (Pisces, Belontiidae)
- Kegley, S. "Snake-skinned gourami (Trichogaster pectoralis) Chemical Toxicity". PAN Pesticide Database, Pesticide Action Network, North America (San Francisco, CA. 2007).
- Vromant, N. (2002). "Effect of fish on the yield and yield components of rice in integrated concurrent rice–fish systems" (PDF). Journal of Agricultural Science. 138: 63–71.