Singawalang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Singawalang
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Petiveria

L.
Spesies:
Petiveria alliacea

Sinonim

'Mapa graveolens
Petiveria corrientina
Petiveria foetida
Petiveria graveolens
Petiveria hexandria
Petiveria paraguayensis

Singawalang[3] (Petiveria alliacea)[4] adalah sebuah tumbuhan berbunga dalam keluarga Petiveriaceae. Spesies tumbuhan ini merupakan anggota tunggal dalan genus Petiveria. Tumbuhan ini berasal dari Florida dan Lembah Rio Grande bagian bawah di Texas, Amerika Serikat,[5] Meksiko, Amerika Tengah, Karibia, dan Amerika Selatan yang tropis.[2] Populasi pendatang terdapat di Benin dan Nigeria.[6] Tumbuhan ini berupa perdu menahun terna berakar dalam yang tumbuh setinggi 1 m dan memiliki bunga piccate kecil berwarna kehijauan. Akar dan daunnya memiliki bau tajam seperti bawang putih yang mencemari susu dan daging hewan yang memakannya.[7]

Nama Umum[sunting | sunting sumber]

Tumnuhan ini dikenal dengan sejumlah nama umum seperti guinea henweed & guiné (diucapkan [giˈnɛ]) di Brasil; anamu di Republik Dominika, Puerto Riko, dan Brasil; apacin di Guatemala; mucura di Peru; dan guine di banyak wilayah lainnya. di beberapa wilayah Amerika Latin disebut feuilles ave, herbe aux poules, petevere a odeur ail; di Trinidad disebut mapurite (diucapkan Ma-po-reete) dan gully root;[8] di Jamaika disebut guinea hen weed,[9] dan masih banyak lagi.

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan ini merupakan perdu terna. Daunnya sederhana, berseling, menyirip pada urutan pertama dan terjaring pada urutan kedua. Meskipun tanaman mampu bereproduksi sepanjang tahun, aktivitas reproduksi mencapai puncaknya pada sebagian tahun yang bergantung pada geografi. Misalnya, di Meksiko periode ini berlangsung dari bulan September hingga Oktober, sedangkan di Amerika Tengah dari bulan Juli hingga Januari.

Persebaran & Habitat[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan ini berasal dari Amerika Serikat (Florida paling selatan dan Texas), Hindia Barat, Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di Florida selatan telah dilaporkan terdapat di daerah yang terganggu, maritim, mesic, prairi, dan tropical hardwood hammocks serta gundukan cangkang.[10] Di Meksiko, tumbuhan ini banyak terdapat di perkebunan jagung, kopi, dan apel.[11]

Kandungan[sunting | sunting sumber]

Petiveria alliacea ditemukan mengandung sejumlah besar bahan kimia aktif biologis termasuk benzaldehida, asam benzoat, benzil 2-hidroksietil trisulfida, kumarin, isoarborinol, isoarborinol asetat, isoarborinol sinamat, isotiosianat, polifenol, senfol, tanin[, dan tritiolaniasin.[12]

Akarnya juga terbukti mengandung turunan sisteina sulfoksida yang serupa, namun berbeda dengan yang ditemukan pada tanaman seperti bawang putih dan bawang bombai. Misalnya, tumbuhan ini mengandung S-fenilmetil-L-sistein sulfoksida (petiveriin A dan B)[13] dan S-(2-hidroksietil)-L-sisteina (6-hidroksietitin A dan B). Senyawa-senyawa ini berfungsi sebagai prekursor beberapa tiosulfinat seperti S-(2-hidroksietil) 2-hidroksietana)tiosulfinat, S-(2-hidroksietil) fenilmetanatiosulfinat, S-benzil 2-hidroksietana)tiosulfinat dan S-benzil fenilmetanethiosulfinat (petivericin).[14] Keempat tiosulfinat ini ditemukan menunjukkan aktivitas antimikroba.[15] Petiveriin juga berfungsi sebagai prekursor fenilmetanethial S-oksida, agen lakrimatori yang secara struktural mirip dengan sin-propanetial-S-oksida dari bawang bombay,[16][17] tetapi pembentukannya memerlukan sistein sulfoksida liase baru dan enzim sintase faktor lakrimatori yang berbeda dari yang ditemukan dalam bawang bombay.[18][19][20]

Hewan peliharaan yang mengonsumsi tunbuhan ini dapat menularkan bau khas tanaman mirip bau bawang putih ke daging, telur, dan susunya. Selain itu, nitrat yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan toksikosis pada sapi.[11]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Selain digunakan sebagai tanaman obat, tumbuhan ini juga digunakan sebagai pengusir kelelawar dan serangga.[21]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "NatureServe Explorer 2.0". explorer.natureserve.org. Diakses tanggal 6 May 2022. 
  2. ^ a b "Singawalang". Germplasm Resources Information Network (GRIN) online database. Diakses tanggal 2010-04-05. 
  3. ^ Azmi, Nabila (07 September 2023). "Segudang Khasiat Daun Singawalang (Anamu) untuk Kesehatan". hellosehat.com. Diakses tanggal 08 November 2023. 
  4. ^ Carlquist, Sherwin (1998). "Wood and Stem Anatomy of Petiveria and Rivina (Caryophyllales); Systematic Implications". IAWA Journal. 19 (4): 383–391. doi:10.1163/22941932-90000659. 
  5. ^ Mild, C (2004-06-26). "Smelly Weed Is Strong Medicine" (PDF). Rio Delta Wild. Diakses tanggal 2010-04-05. 
  6. ^ Schmelzer, GH; Gurib-Fakim, A (2008). Medicinal Plants. Plant Resources of Tropical Africa. hlm. 412–415. ISBN 978-90-5782-204-9. 
  7. ^ Johnson, L. 1999. Anamu: Petiveria Alliacea. 14 pages (paperback). Woodland Publishing. ISBN 1-58054-038-4 (In Spanish).
  8. ^ Mendes J. 1986. Cote ce Cote la: Trinidad & Tobago Dictionary, Arima, Trinidad, p. 95.
  9. ^ "New anti-cancer discovery from Guinea Hen Weed". Jamaica Observer. 2014-03-09. 
  10. ^ "Petiveria alliacea L. Guinea hen weed". Floristic Inventory of South Florida Database Online. The Institute for Regional Conservation. Diakses tanggal 2017-01-06. 
  11. ^ a b "Petiveria alliacea (guinea hen weed)". Invasive Species Compendium. CABI. Diakses tanggal 2017-01-06. 
  12. ^ "Petiveria alliacea". Medicinal Plants for Livestock. Cornell University Department of Animal Science. Diakses tanggal 2010-04-04. 
  13. ^ Kubec, R; Musah, RA (2001). "Cysteine sulfoxide derivatives in Petiveria alliacea" (PDF). Phytochemistry. 58: 981985. doi:10.1016/s0031-9422(01)00304-1. 
  14. ^ Kubec, R; Kim, S; Musah, RA (2002). "S-Substituted cysteine derivatives and thiosulfinate formation in Petiveria alliacea--Part II" (PDF). Phytochemistry. 61: 675–680. doi:10.1016/S0031-9422(02)00328-X. 
  15. ^ Kim, S; Kubec, R; Musah, RA (2006). "Antibacterial and antifungal activity of sulfur-containing compounds from Petiveria alliacea" (PDF). Journal of Ethnopharmacology. 104: 188–192. doi:10.1016/j.jep.2005.08.072. PMID 16229980. 
  16. ^ Kubec R, Kim S, Musah RA (2003). "The lachrymatory principle of Petiveria alliacea". Phytochemistry. 63 (1): 37–40. doi:10.1016/S0031-9422(02)00759-8. PMID 12657295. 
  17. ^ Kubec R, Cody RB, Dane AJ, Musah RA, Schraml J, Vattekkatte A, Block E (2010). "Applications of DART Mass Spectrometry in Allium Chemistry. (Z)-Butanethial S-Oxide and 1-Butenyl Thiosulfinates and their S-(E)-1-Butenylcysteine S-Oxide Precursor from Allium siculum". Journal of Agricultural and Food Chemistry. 58 (2): 1121–1128. doi:10.1021/jf903733e. PMID 20047275. 
  18. ^ Musah RA, He Q, Kubec R (2009). "Discovery and characterization of a novel lachrymatory factor synthase in Petiveria alliacea and its influence on alliinase-mediated formation of biologically active organosulfur compounds". Plant Physiology. 151 (3): 1294–1303. doi:10.1104/pp.109.142539. PMC 2773066alt=Dapat diakses gratis. PMID 19692535. 
  19. ^ Musah RA, He Q, Kubec R, Jadhav A (2009). "Studies of a novel cysteine sulfoxide lyase from Petiveria alliacea: the first heteromeric alliinase". Plant Physiology. 151 (3): 1304–1316. doi:10.1104/pp.109.142430. PMC 2773092alt=Dapat diakses gratis. PMID 19789290. 
  20. ^ He Q, Kubec R, Jadhav AP, Musah RA (2011). "First insights into the mode of action of a "lachrymatory factor synthase"--implications for the mechanism of lachrymator formation in Petiveria alliacea, Allium cepa and Nectaroscordum species". Phytochemistry. 72 (16): 1939–1946. doi:10.1016/j.phytochem.2011.07.013. PMID 21840558. 
  21. ^ Pérez-Leal, R.; García-Mateos, M. R.; Martínez-Vásquez, M.; Soto-Hernández, M. (2006). "Cytotoxic and antioxidant activity of Petiveria alliacea L". Revista Chapingo. Serie Horticultura. 12 (1): 51–56.