Spiritualitas Katolik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Spiritualitas Katolik berarti bahwa, sesaat setelah seseorang menerima iman (fides quae creditur) dangan cara melakukan sebuah tindakan imani (fides qua creditur), maka seseorang menjalankan imannya tersebut melalui praktik-praktik spiritual. Walau semua umat Katolik diharapkan untuk berdoa bersama di perayaan misa, terdapat banyak bentuk yang berbeda dalam hal spiritualias dan doa pribadi yang telah berkembang selama berabad-abad. Tiap-tiap ordo besar dari Gereja Katolik Roma dan kelompok-kelompok umat awam besar lainnya memiliki praktik spiritualitas mereka sendiri yang unik - jalan mereka sendiri untuk mendekatkan diri pada Tuhan dalam doa dan dalam hidup berdasarkan Injil.

Ketakwaan devosi Katolik[sunting | sunting sumber]

Ketakwaan Katolik didasarkan pada kehidupan dan ajaran Yesus Kristus, yang dianggap sebagai pendiri Gereja Katolik.

Dasar hubungan Yesus Kristus, Putra Allah, adalah dengan Bapa-Nya. Sebagai Sang Putra, Yesus selalu berkomunikasi dengan Allah Bapa. Sepanjang hidup-Nya, Yesus memulai doa-Nya dengan kata "Bapa", dan doa yang Ia ajarkan kepada murid-murid-Nya mulai dengan kata "Bapa Kami". Dari hal ini Gereja Katolik telah memngembangkan sebuah ketakwaan yang meniru sikap Yesus. Perayaan Misa, pusat doa Gereja, juga merujuk pada Allah Bapa.

Spiritualitas Gurun[sunting | sunting sumber]

Spiritualitas Gurun adalah sebuah jalan pencarian Tuhan yang dipengaruhi oleh "teologi gurun" di kitab Perjanjian Lama yang merupakan inti dari tradisi Judeo-Kristiani, yaitu Tuhan menjaga umat-Nya berkelana selama 40 tahun di gurun [1] dan juga di sepanjang abad-abad selanjutnya dimana Tuhan berulang kali memanggil umat-Nya ke gurun sebagai tempat percobaan dimana mereka mungkin akan mengalami perubahan hati dan, dengan membuktikan pada diri mereka sendiri taat akan perintah Allah bagi umat manusia, menerima pencipta mereka sebagai Tuhan.

Dalam zaman Perjanjian Baru, sebagai jalan untuk membuktikan ketaatan-Nya, Yesus pergi ke gurun untuk mengalami percobaan-percobaan (Injil Matius 4:1-11; Injil Markus 1:12-13; Injil Lukas 4:1-13).

Jalan pertapaan Kristiani memiliki tujuan yang sama sebagaimana kata 'pertapa' yang diberikan kepada mereka yang melakukannya merujuk.

Di antara mereka yang terkenal luas menjalankan kehidupan spiritualitas gurun selama abad-abad awal Kekristenan adalah Santo Antonius dari Mesir (251-356). Ia hidup sebagai seorang pertapa selama sepuluh tahun, menjalankan gaya hidup pertapa sepanjang hidupnya, dan menanam sendiri sumber makanannya.


Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ (Kitab Bilangan 13:3, 26)