Lompat ke isi

Pengguna:Swarabakti/Maraton: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Yamla (bicara | kontrib)
k Yamla memindahkan halaman Pengguna:Masjawad99/Maraton ke Pengguna:Swarabakti/Maraton: Automatically moved page while renaming the user "Masjawad99" to "Swarabakti"
 
(47 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Sidebar with collapsible lists
{{Infobox language
| name = Sejarah Indonesia
|name=Bahasa Buru
| pretitle = Bagian dari [[:Kategori:Sejarah Indonesia|seri]] artikel mengenai
|states=[[Indonesia]]
| title = [[Sejarah Indonesia]]
|region=[[Provinsi Maluku|Maluku]]
| image = [[Berkas:Sejarah Indonesia.png|205px|border]]
|ethnicity=[[Suku Buru]]
| expanded = timeline
|speakers=45.000 total, 30.000 penutur aktif
|speakers2=
|date=1991
|ref={{sfn|Grimes|1991|p=45}}
|familycolor=Austronesian
|fam1=[[Rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]]
|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
|fam3=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Tengah-Timur|Melayu-Polinesia Tengah-Timur]]
|fam4=[[Rumpun bahasa Maluku Tengah|Maluku Tengah]]
|fam5=[[Rumpun bahasa Buru-Sula-Taliabu|Buru-Sula-Taliabu]]
|lc1=mhs|ld1=Buru
|lc2=lcl|ld2=Lisela
|glotto=buru1322
|glottorefname=Buruic
|glottoname=padanan tidak setara
|notice=IPA
}}


| headingstyle = background:#ccccff
'''Bahasa Buru''' merupakan sebuah bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] yang dituturkan di [[Pulau Buru]], Maluku. Penuturnya berjumlah sekitar 45.000 orang.{{sfn|Grimes|1991|p=45}}
| listtitlestyle = text-align:center; background:#ccccff
| liststyle = border-top:#aaa 1px solid;padding:0.3em;
| contentstyle =


| above = [[Garis waktu sejarah Indonesia|Garis waktu]]
==Klasifikasi dan ragam bahasa==
| abovestyle = border:none;
Bahasa Buru termasuk ke dalam rumpun bahasa Maluku Tengah yang juga mencakup sebagian besar bahasa-bahasa Austronesia di Kepulauan Maluku. Di antara bahasa-bahasa Maluku Tengah, bahasa Buru paling dekat hubungannya dengan bahasa-bahasa di kepulauan [[Sula]] dan [[Taliabu]], membentuk subkelompok [[rumpun bahasa Buru-Sula-Taliabu|Buru-Sula-Taliabu]] dalam rumpun Maluku Tengah. Rumpun bahasa Maluku Tengah sendiri termasuk dalam kelompok Melayu-Polinesia (cabang [[rumpun bahasa Melayu-Polinesia Tengah-Timur|Tengah-Timur]]) dari keluarga Austronesia.{{sfn|Collins|1983|p=15, 19–20}}


| list1title = [[Prasejarah Indonesia|Prasejarah]]
Pada tahun 1980-an, bahasa Buru memiliki lima dialek: (1) Masarete, (2) Wae Sama, yang dituturkan di pesisir tenggara pulau, (3) Rana, di wilayah pedalaman pulau, (4) Lisela, di sepanjang pesisir utara, dan (5) Fogi, di pesisir barat daya.{{sfn|Grimes|1991|p=35}} Di antara dialek-dialek bahasa Buru, dialek Lisela merupakan yang paling berbeda secara kosakata. Namun, dalam hal struktur, dialek Lisela hampir persis sama dengan dialek Masarete dan Rana.{{sfn|Grimes|1991|p=40}} Perbedaan antar dialek juga tidak menghalangi usaha untuk berkomunikasi satu sama lainnya. Ditambah lagi, masyarakat Buru menganggap bahwa kelima dialek ini merupakan satu kesatuan dan bukannya bahasa-bahasa berbeda.{{sfn|Grimes|1991|p=39}}
| list1 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
| [[Manusia Jawa]] | 1.000.000 [[Sebelum Sekarang|BP]]
| [[Manusia Flores]] | 94.000–12.000 BP
| [[Teori bencana Toba|Bencana alam Toba]] | 75.000 BP
| [[Kebudayaan Buni]] | 400 SM
}}


| list2title = Kerajaan awal
==Pantangan==
| list2 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
Masyarakat Buru mengenal [[tabu|pantangan]] atau ''koit'' yang melarang penggunaan kata-kata tertentu dan menggantinya dengan kosa kata baru yang mirip secara semantik, atau kata yang dimaksudkan sebagai deskripsi.{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=277}}{{sfn|Grimes|1991|p=34}} Salah satu pantangan adalah menyebut nama kerabat secara langsung. Jika nama kerabat tersebut diambil dari nama makhluk hidup atau fenomena alam (penamaan seamcam ini umum di beberapa tempat yang masih belum begitu dipengaruhi budaya luar), maka nama makhluk atau fenomena tersebut pun pantang diucapkan.{{efn|Tidak seperti pada beberapa masyarakat Austronesia lainnya, menyebut nama kerabat yang sudah meninggal bukanlah pantangan. Terkadang, mereka bahkan dipanggil dengan nama langsung tanpa panggilan kekerabatan.{{sfn|Grimes|1991|p=34}}}}{{sfn|Grimes|1991|p=33}} Ada pula pantangan yang diasosiasikan dengan wilayah tertentu; wilayah pantangan ini disebut ''net koit'' dalam bahasa Buru. Contohnya kata ''ikan'' 'ikan', yang di beberapa daerah diganti dengan kata ''edhamat'' 'sesuatu yang mengambang',{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=278}} atau kata ''senget'' 'nyamuk' yang di beberapa tempat diganti ''inhadat'' 'sesuatu yang menggigit'.{{sfn|Grimes|1991|p=34}} Pantangan semacam ini biasanya dikaitkan dengan legenda atau mitos setempat.{{sfn|Grimes|1991|p=34}}{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=278}}
| [[Kerajaan Kutai]] | 350–1605
| [[Kerajaan Tarumanagara]] | 358–669
| [[Kerajaan Kendan]] | 536–702
| [[Kerajaan Kalingga]] | 594–782
| [[Kerajaan Indraprahasta]] | 598–747
}}


| list3title = Klasik
Di wilayah pedalaman Garan yang tak berpenghuni di bagian barat laut pulau, bahasa Buru sehari-hari pantang digunakan.{{efn|Bahasa selain Buru, seperti [[bahasa Melayu]], boleh digunakan di wilayah ini.{{sfn|Grimes|1991|p=40}} Wilayah pantangan ini memiliki panjang dan lebar kurang lebih dua hari perjalanan dari ujung ke ujung. Penutur dialek Rana yang lazim melalui wilayah ini pun menciptakan ragam bahasa yang disebut ''Li Garan'' (bahasa Garan), yang kosa katanya diganti dengan metode yang biasa digunakan untuk menghindari kata pantangan. Contoh kosa kata
| list3 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
| [[Kerajaan Melayu]] | 671–1375
| [[Kerajaan Sriwijaya]] | 671–1183
| [[Kerajaan Sunda]] | 662–1579
| [[Kerajaan Galuh]] | 669–1482
| [[Kerajaan Sumedang Larang]] | 721–1620
| [[Kerajaan Medang]] | 752–1045
| [[Kerajaan Kanjuruhan]] | 800-an
| [[Kerajaan Bali]] | 914–1908
| [[Kerajaan Kahuripan]] | 1019–1045
| [[Kerajaan Sunda Galuh|Kerajaan Pajajaran]] | 1042–1482
| [[Kerajaan Janggala]] | 1045–1136
| [[Kerajaan Kadiri]] | 1045–1222
| [[Kerajaan Singasari]] | 1222–1292
| [[Kerajaan Majapahit]] | 1293–1500
}}


| list4title = Abad perdagangan
==Demografi dan persebaran==
| list4 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
Bahasa Buru dituturkan di sebagian besar Pulau Buru. Dialek Masarete dituturkan di daerah aliran sungai Wa Mala di bagian barat daya pulau, Wae Sama di pesisir tenggara, Rana di wilayah pedalaman, Lisela di sepanjang pesisir utara, dan Fogi di pesisir barat daya.{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=276}}{{sfn|Grimes|1991|p=35} Dialek Rana dan Lisela merupakan dialek dengan jumlah penutur terbanyak pada tahun 1989.{{sfn|Grimes|1991|p=44}} Dari kelima dialek ini, Masarete, Wae Sama dan Rana masih umum digunakan, sementara dialek Lisela penggunaannya menurun, dan dialek Fogi kini sudah punah.{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=276}}
| [[Penyebaran Islam di Indonesia|Penyebaran Islam]] | 1200–1600
| [[Kerajaan Aru]] | 1225–1613
| [[Kesultanan Ternate]] | 1257–1914
| [[Kesultanan Samudera Pasai]] | 1267–1521
| [[Kesultanan Gowa]] | 1300-an–1945
| [[Kerajaan Pagaruyung]] | 1347–1833
| [[Kekaisaran Brunei|Kesultanan Brunei]] | 1368–1888
| [[Kesultanan Melaka]] | 1405–1511
| [[Kesultanan Sulu]] | 1405–1851
| [[Kesultanan Cirebon]] | 1445–1677
| [[Kesultanan Demak]] | 1475–1554
| [[Kedatuan Giri]] | 1487–1700-an
| [[Kesultanan Aceh]] | 1496–1903
| [[Kerajaan Manado]] | 1500-1670
| [[Kerajaan Siau]] | 1510-1956
| [[Kolonialisme Portugis di Indonesia|Portugis]] | 1512–1850
| [[Kesultanan Banten]] | 1526–1813
| [[Kerajaan Larantuka]] | 1515–1904
| [[Kesultanan Kalinyamat]] | 1527–1599
| [[Kesultanan Johor]] | 1528–1877
| [[Kesultanan Pajang]] | 1568–1586
| [[Kesultanan Mataram]] | 1588–1681
}}


| list5title = Modern awal
==Fonologi==
| list5 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
Terdapat 15 [[fonem]] segmental dalam bahasa Ekari, dengan rincian 10 fonem [[konsonan]] dan 5 fonem [[vokal]].{{sfn|Doble|1987|p=58}}
| [[Vereenigde Oostindische Compagnie di Indonesia|VOC]] | 1602–1800
{| class="wikitable" style="text-align: center;"
| [[Kesultanan Bima]] | 1620–1958
|+ 1. Konsonan{{sfn|Doble|1987|p=58}}
| [[Kesultanan Sumbawa]] | 1674–1958
! colspan="2" |
| [[Kesultanan Kasepuhan]] | 1679–1815
! [[Konsonan bibir|Bibir]]
| [[Kesultanan Kanoman]] | 1679–1815
! [[Konsonan alveolar|Alveolar]]
| [[Kasunanan Kartasura]] | 1680–1745
! [[Konsonan langit-langit|Palatal]]
| [[Kesultanan Siak]] | 1723–1945
! [[Konsonan velar|Velar]]
| [[Kasunanan Surakarta]] | 1745–1946
|-
| [[Kesultanan Yogyakarta]] | 1755–1945
! colspan="2" | [[Konsonan nasal|Nasal]]
| [[Kesultanan Kacirebonan]] | 1808–1815
| m
| [[Kesultanan Deli]] | 1814–1946
| n
| [[Kesultanan Lingga]] | 1824–1911
|
}}
|
|-
! rowspan="2" | [[Plosif|Letup]]
! [[Suara (fonetik)|nirsuara]]
| p
| t
|
| k
|-
! [[Suara (fonetik)|bersuara]]
| b
| d
|
| ɡ [ɡˡ]
|-
! colspan="2" |[[Aproksiman]]
| w
|
| j
|
|}


| list6title = Penjajahan imperial Eropa
Fonem /ɡ/ diucapkan secara lateral sebagai [ɡˡ]. Jika fonem /k/ dan /ɡ/ didahului oleh bunyi [[vokal belakang]], keduanya akan diucapkan dengan labialisasi, seperti dalam kata ''okei'' [okʷei] 'mereka' dan ''euga'' [euɡˡʷa] 'lebih'. Fonem /j/ memiliki alofon [ʝ] jika diucapkan sebelum /i/, semisal dalam kata ''yina'' [ʝina] 'serangga'.{{sfn|Doble|1987|p=58}}
| list6 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
| [[Jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda|Prancis dan Britania]] | 1806–1815
| [[Hindia Belanda]] | {{longitem|style=line-height:1.3em|1800–1949}}
}}


| list7title = Kemunculan Indonesia
{| class="wikitable" style="text-align: center;"
| list7 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
|+ 2. Vokal{{sfn|Doble|1987|p=58}}
| [[Kebangkitan Nasional Indonesia|Kebangkitan Nasional]] | 1908–1942
!
| [[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|Pendudukan Jepang]] | 1942–1945
! Depan
| [[Revolusi Nasional Indonesia|Revolusi Nasional]] | 1945–1949
! Madya
}}
! Belakang
|-
! Tertutup
| i
|
| u
|-
! 1/2 terbuka
| e [ɛ]
|
| o
|-
! Terbuka
|
| a
|
|-
! [[Diftong]]
| colspan="3" |ei   ai   eu   au   ou
|}


| list8title = Kemerdekaan
Bahasa Ekari membedakan antara vokal panjang dan pendek; perbedaan panjang vokal dapat mengubah arti, semisal dalam kata ''iye'' 'daun' vs. ''iyee'' 'kelakuan', ''ena'' 'satu' vs. ''enaa'' 'baik', dan ''miyo'' 'bawah' vs. ''miyoo'' 'kecil'. Marion Doble menganalisis vokal panjang dalam bahasa Ekari sebagai geminasi vokal yang terdiri dari dua [[mora (linguistik)|mora]] seperti dalam diftong. Ada dua [[aksen nada]] (''pitch-accent'') berbeda dalam bahasa Ekari, yaitu nada netral dan tinggi. Nada netral mencakup nada menengah dan rendah yang penggunaannya dapat diprediksi tergantung posisinya dalam sebuah kata. Nada tinggi yang persebarannya lebih terbatas berkontras dengan nada netral, seperti dalam ii 'ya' vs. íí 'pasir' dan ''iyee'' 'kelakuan' vs. ''iyéé'' 'sembilan.{{sfn|Doble|1987|p=58}}{{sfn|Doble|1987|p=59}}
| list8 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
| [[Republik Indonesia Serikat]] | 1949–1950
| [[Periode demokrasi liberal di Indonesia|Demokrasi liberal]] | 1950–1957
| [[Demokrasi terpimpin di Indonesia|Demokrasi terpimpin]] | 1957–1965
| [[Transisi ke Orde Baru|Transisi]] | 1965–1966
| [[Orde Baru]] | 1966–1998
| [[Era Pasca-Soeharto|Pasca-Soeharto]] | 1998–sekarang
}}


| list9title = Menurut topik
==Tata bahasa==
| list9 = {{flatlist|
===Sintaksis===
* [[Arkeologi Indonesia|Arkeologi]]
Dalam kalimat transitif independen, struktur yang paling sering digunakan adalah [[subjek–objek–predikat]] (SOP), seperti dalam contoh berikut:{{sfn|Doble|1987|p=56}}
* [[Sejarah rupiah Indonesia|Mata uang]]
: ''Meido kodo nota noogai''
* [[Sejarah ekonomi Indonesia|Ekonomi]]
: orang-orang <small>{{abbr|P|penanda frasa/klausa}}</small> ubi jalar makan
* [[Sejarah militer Indonesia|Militer]]
: 'Orang-orang itu makan ubi jalar'
}}
Struktur OSP juga dapat digunakan untuk memberi penekanan pada objek. Susunan ini lebih umum ditemui pada kalimat dependen.{{sfn|Doble|1987|p=56}}
: ''Nota kodo okei noogai''
: ubi jalar <small>{{abbr|P|penanda frasa/klausa}}</small> mereka makan
: 'Ubi jalar itu mereka makan'


| below = {{portal-inline|Indonesia|size=tiny}}
==Referensi==

===Keterangan===
}}
{{notelist}}
===Catatan kaki===
{{reflist}}
===Bibliografi===
* {{cite book |last=Collins |first=James T. |year=1983 |title=The Historical Relationships of the Languages of Central Maluku, Indonesia |series=Pacific Linguistics, series D |volume=47
|location=Canberra |publisher=Pacific Linguistics |doi=10.15144/PL-D47 |url=http://sealang.net/archives/pl/pdf/PL-D47.pdf |ref=harv}}
* {{cite thesis |last=Grimes |first=Charles E |year=1991 |title=The Buru Language of Eastern Indonesia |type=Doktoral |publisher=Australian National University |url=https://openresearch-repository.anu.edu.au/handle/1885/10925 |ref=harv}}
* {{cite conference |last=Grimes |first=Charles E. |year=1995 |title=Digging for the Roots of Language Death in Eastern Indonesia: The Cases of Kayeli and Hukumina |conference=69th Annual Meeting of the Linguistic Society of America |location=New Orleans |pages=1–18 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Grimes |first=Charles E. |last2=Maryott |first2=Kenneth R. |editor=Thomas Edward Dutton |editor2=Darrell T. Tryon |year=1994 |chapter=Name speech registers in Austronesian languages |title=Language Contact and Change in the Austronesian World |series=Trends in Linguistics |volume=77 |pages=275–319 |isbn=9783110883091 |ref=harv}}
* {{cite journal |last=Klamer |first=Marian |year=2002 |title=Typical Features of Austronesian Languages in Central/Eastern Indonesia |journal=Oceanic Linguistics |volume=41 |issue=2 |page=363–383 |doi=10.1353/ol.2002.0007 |ref=harv}}

Revisi terkini sejak 23 Maret 2021 18.53