Lompat ke isi

Pengguna:Swarabakti/Maraton: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Yamla (bicara | kontrib)
k Yamla memindahkan halaman Pengguna:Masjawad99/Maraton ke Pengguna:Swarabakti/Maraton: Automatically moved page while renaming the user "Masjawad99" to "Swarabakti"
 
(32 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Sidebar with collapsible lists
{{Infobox language
| name = Sejarah Indonesia
|name=Bahasa Buru
| pretitle = Bagian dari [[:Kategori:Sejarah Indonesia|seri]] artikel mengenai
|states=[[Indonesia]]
| title = [[Sejarah Indonesia]]
|region=[[Provinsi Maluku|Maluku]]
| image = [[Berkas:Sejarah Indonesia.png|205px|border]]
|ethnicity=[[Suku Buru]]
| expanded = timeline
|speakers=45.000 total, 30.000 penutur aktif

|speakers2=
| headingstyle = background:#ccccff
|date=1991
| listtitlestyle = text-align:center; background:#ccccff
|ref={{sfn|Grimes|1991|p=45}}
| liststyle = border-top:#aaa 1px solid;padding:0.3em;
|familycolor=Austronesian
| contentstyle =
|fam1=[[Rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]]

|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
| above = [[Garis waktu sejarah Indonesia|Garis waktu]]
|fam3=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Tengah-Timur|Melayu-Polinesia Tengah-Timur]]
| abovestyle = border:none;
|fam4=[[Rumpun bahasa Maluku Tengah|Maluku Tengah]]

|fam5=[[Rumpun bahasa Buru-Sula-Taliabu|Buru-Sula-Taliabu]]
| list1title = [[Prasejarah Indonesia|Prasejarah]]
|lc1=mhs|ld1=Buru
| list1 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
|lc2=lcl|ld2=Lisela
| [[Manusia Jawa]] | 1.000.000 [[Sebelum Sekarang|BP]]
|glotto=buru1322
| [[Manusia Flores]] | 94.000–12.000 BP
|glottorefname=Buruic
| [[Teori bencana Toba|Bencana alam Toba]] | 75.000 BP
|notice=IPA
| [[Kebudayaan Buni]] | 400 SM
}}
}}


| list2title = Kerajaan awal
'''Bahasa Buru''' merupakan sebuah bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] yang dituturkan di [[Pulau Buru]], Maluku. Penuturnya berjumlah sekitar 45.000 orang.{{sfn|Grimes|1991|p=45}}
| list2 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
| [[Kerajaan Kutai]] | 350–1605
| [[Kerajaan Tarumanagara]] | 358–669
| [[Kerajaan Kendan]] | 536–702
| [[Kerajaan Kalingga]] | 594–782
| [[Kerajaan Indraprahasta]] | 598–747
}}


| list3title = Klasik
==Klasifikasi dan dialek==
| list3 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
Bahasa Buru termasuk ke dalam rumpun bahasa Maluku Tengah yang juga mencakup sebagian besar bahasa-bahasa Austronesia di Kepulauan Maluku. Di antara bahasa-bahasa Maluku Tengah, bahasa Buru paling dekat hubungannya dengan bahasa-bahasa di kepulauan [[Sula]] dan [[Taliabu]], membentuk subkelompok [[rumpun bahasa Buru-Sula-Taliabu|Buru-Sula-Taliabu]] dalam rumpun Maluku Tengah. Rumpun bahasa Maluku Tengah sendiri termasuk dalam kelompok Melayu-Polinesia (cabang [[rumpun bahasa Melayu-Polinesia Tengah-Timur|Tengah-Timur]]) dari keluarga Austronesia.{{sfn|Collins|1983|p=15, 19–20}}
| [[Kerajaan Melayu]] | 671–1375
| [[Kerajaan Sriwijaya]] | 671–1183
| [[Kerajaan Sunda]] | 662–1579
| [[Kerajaan Galuh]] | 669–1482
| [[Kerajaan Sumedang Larang]] | 721–1620
| [[Kerajaan Medang]] | 752–1045
| [[Kerajaan Kanjuruhan]] | 800-an
| [[Kerajaan Bali]] | 914–1908
| [[Kerajaan Kahuripan]] | 1019–1045
| [[Kerajaan Sunda Galuh|Kerajaan Pajajaran]] | 1042–1482
| [[Kerajaan Janggala]] | 1045–1136
| [[Kerajaan Kadiri]] | 1045–1222
| [[Kerajaan Singasari]] | 1222–1292
| [[Kerajaan Majapahit]] | 1293–1500
}}


| list4title = Abad perdagangan
Pada tahun 1980-an, bahasa Buru memiliki lima dialek: (1) Masarete, (2) Wae Sama, yang dituturkan di pesisir tenggara pulau, (3) Rana, di wilayah pedalaman pulau, (4) Lisela, di sepanjang pesisir utara, dan (5) Fogi, di pesisir barat daya.{{sfn|Grimes|1991|p=35}} Di antara dialek-dialek bahasa Buru, dialek Lisela merupakan yang paling berbeda secara kosakata. Namun, dalam hal struktur, dialek Lisela hampir persis sama dengan dialek Masarete dan Rana.{{sfn|Grimes|1991|p=40}} Perbedaan antar dialek juga tidak menghalangi usaha untuk berkomunikasi satu sama lainnya. Ditambah lagi, masyarakat Buru menganggap bahwa kelima dialek ini merupakan satu kesatuan dan bukannya bahasa-bahasa berbeda.{{sfn|Grimes|1991|p=39}}
| list4 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
| [[Penyebaran Islam di Indonesia|Penyebaran Islam]] | 1200–1600
| [[Kerajaan Aru]] | 1225–1613
| [[Kesultanan Ternate]] | 1257–1914
| [[Kesultanan Samudera Pasai]] | 1267–1521
| [[Kesultanan Gowa]] | 1300-an–1945
| [[Kerajaan Pagaruyung]] | 1347–1833
| [[Kekaisaran Brunei|Kesultanan Brunei]] | 1368–1888
| [[Kesultanan Melaka]] | 1405–1511
| [[Kesultanan Sulu]] | 1405–1851
| [[Kesultanan Cirebon]] | 1445–1677
| [[Kesultanan Demak]] | 1475–1554
| [[Kedatuan Giri]] | 1487–1700-an
| [[Kesultanan Aceh]] | 1496–1903
| [[Kerajaan Manado]] | 1500-1670
| [[Kerajaan Siau]] | 1510-1956
| [[Kolonialisme Portugis di Indonesia|Portugis]] | 1512–1850
| [[Kesultanan Banten]] | 1526–1813
| [[Kerajaan Larantuka]] | 1515–1904
| [[Kesultanan Kalinyamat]] | 1527–1599
| [[Kesultanan Johor]] | 1528–1877
| [[Kesultanan Pajang]] | 1568–1586
| [[Kesultanan Mataram]] | 1588–1681
}}


| list5title = Modern awal
==Pantangan==
| list5 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
Masyarakat Buru mengenal [[tabu|pantangan]] atau ''koit'' yang melarang penggunaan kata-kata tertentu dan menggantinya dengan kosa kata baru yang mirip secara semantik, atau kata yang dimaksudkan sebagai deskripsi.{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=277}}{{sfn|Grimes|1991|p=34}} Salah satu pantangan adalah menyebut nama kerabat secara langsung. Jika nama kerabat tersebut diambil dari nama makhluk hidup atau fenomena alam (penamaan seamcam ini umum di beberapa tempat yang masih belum begitu dipengaruhi budaya luar), maka nama makhluk atau fenomena tersebut pun pantang diucapkan.{{efn|Tidak seperti pada beberapa masyarakat Austronesia lainnya, menyebut nama kerabat yang sudah meninggal bukanlah pantangan. Terkadang, mereka bahkan dipanggil dengan nama langsung tanpa panggilan kekerabatan.{{sfn|Grimes|1991|p=34}}}}{{sfn|Grimes|1991|p=33}} Ada pula pantangan yang diasosiasikan dengan wilayah tertentu; wilayah pantangan ini disebut ''net koit'' dalam bahasa Buru. Contohnya kata ''ikan'' 'ikan', yang di beberapa daerah diganti dengan kata ''edhamat'' 'sesuatu yang mengambang',{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=278}} atau kata ''senget'' 'nyamuk' yang di beberapa tempat diganti ''inhadat'' 'sesuatu yang menggigit'.{{sfn|Grimes|1991|p=34}} Pantangan semacam ini biasanya dikaitkan dengan legenda atau mitos setempat.{{sfn|Grimes|1991|p=34}}{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=278}}
| [[Vereenigde Oostindische Compagnie di Indonesia|VOC]] | 1602–1800
| [[Kesultanan Bima]] | 1620–1958
| [[Kesultanan Sumbawa]] | 1674–1958
| [[Kesultanan Kasepuhan]] | 1679–1815
| [[Kesultanan Kanoman]] | 1679–1815
| [[Kasunanan Kartasura]] | 1680–1745
| [[Kesultanan Siak]] | 1723–1945
| [[Kasunanan Surakarta]] | 1745–1946
| [[Kesultanan Yogyakarta]] | 1755–1945
| [[Kesultanan Kacirebonan]] | 1808–1815
| [[Kesultanan Deli]] | 1814–1946
| [[Kesultanan Lingga]] | 1824–1911
}}


| list6title = Penjajahan imperial Eropa
Di wilayah pedalaman Garan yang tak berpenghuni di bagian barat laut pulau, bahasa Buru sehari-hari pantang digunakan. Wilayah pantangan ini memilki panjang dan lebar kurang lebih dua hari perjalanan dari ujung ke ujung. Untuk menghindari menggunakan bahasa sehari-hari, penutur dialek Rana yang lazim melalui wilayah ini pun menggunakan [[ragam bahasa]] bernama ''Li Garan'' 'bahasa Garan', yang kosa katanya diciptakan melalui metode yang umum digunakan untuk menghindari kata pantangan seperti dijelaskan di atas.{{sfn|Grimes|1991|p=40}} Contohnya, dalam ''Li Garan'', kata ''geba'' 'orang' disebut ''em-kise-n'' (kata dasar ''kise'' berarti 'berdahi tinggi'), ''ana-fina'' 'perempuan' disebut ''em-kise-n brenge-t'' (kata dasar ''brenge'' berarti '[[kuskus]] betina'{{efn|Kata ini pun awalnya tumbuh dari pantangan; kata dasar ''renge'' berarti 'membawa sesuatu dengan menyampirkannya di punggung', sebab induk kuskus seringkali menggendong anaknya di punggung.{{sfn|Grimes|1991|p=41}}}}), dan ''kira-n'' 'dahi' disebut ''olo-n hapu-t'' '(bagian) kepala yang [[ikat kepala|diikat]]'.{{sfn|Grimes|1991|p=41}} Selain berfungsi sebagai ragam bahasa yang digunakan di wilayah Garan, penutur dialek Rana juga menggunakan ragam ini sebagai bahasa rahasia jika ingin mendiskusikan sesuatu tanpa melibatkan penutur dialek lain.{{sfn|Grimes|1991|p=40}}
| list6 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
| [[Jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda|Prancis dan Britania]] | 1806–1815
| [[Hindia Belanda]] | {{longitem|style=line-height:1.3em|1800–1949}}
}}


| list7title = Kemunculan Indonesia
==Demografi dan persebaran==
| list7 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
Bahasa Buru dituturkan di sebagian besar Pulau Buru. Dialek Masarete dituturkan di daerah aliran sungai Wa Mala di bagian barat daya pulau, Wae Sama di pesisir tenggara, Rana di wilayah pedalaman, Lisela di sepanjang pesisir utara, dan Fogi di pesisir barat daya.{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=276}}{{sfn|Grimes|1991|p=35}} Dialek Rana dan Lisela merupakan dialek dengan jumlah penutur terbanyak pada tahun 1989.{{sfn|Grimes|1991|p=44}} Dari kelima dialek ini, penggunaan dialek Masarete, Wae Sama dan Rana masih cukup kuat. Sementara itu, dialek Lisela penggunaannya menurun, dan penutur dialek Fogi yang jumlahnya paling sedikit mungkin sudah bertukar menggunakan bahasa Melayu seluruhnya.{{sfn|Grimes|Maryott|1994|p=276}}{{sfn|Grimes|1995|p=3}}
| [[Kebangkitan Nasional Indonesia|Kebangkitan Nasional]] | 1908–1942
| [[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|Pendudukan Jepang]] | 1942–1945
| [[Revolusi Nasional Indonesia|Revolusi Nasional]] | 1945–1949
}}


| list8title = Kemerdekaan
==Fonologi==
| list8 = {{Aligned table|leftright=y|fullwidth=y
Terdapat 17 fonem konsonan dan 5 fonem vokal dalam bahasa Buru. Fonem /dʒ/ merupakan serapan.{{sfn|Grimes|1991|p=47–49}}
| [[Republik Indonesia Serikat]] | 1949–1950
{| class="wikitable"
| [[Periode demokrasi liberal di Indonesia|Demokrasi liberal]] | 1950–1957
|+ 1. Konsonan
| [[Demokrasi terpimpin di Indonesia|Demokrasi terpimpin]] | 1957–1965
|-
| [[Transisi ke Orde Baru|Transisi]] | 1965–1966
! !! [[Konsonan bibir|Labial]] !! [[Apikal]] !! [[Laminal]] !! [[Dorsal]]
| [[Orde Baru]] | 1966–1998
|-
| [[Era Pasca-Soeharto|Pasca-Soeharto]] | 1998–sekarang
! [[Konsonan nasal|Nasal]]
}}
| align=center| m || align=center| n || || align=center| ŋ
|-
! [[Konsonan letup|Letup]]
| align=center| p  b || align=center| t̪  d || align="center" | tʃ  (dʒ) || align="center" | k  g
|-
! [[Konsonan frikatif|Frikatif]]
| align=center| f || align=center| s || || align=center| h
|-
! [[Konsonan lateral|Lateral]]
| || align=center|l || ||
|-
! [[Konsonan getar|Getar]]
| || align=center|r || ||
|-
! [[Semivokal]]
| align=center| w || || align=center| j ||
|}


| list9title = Menurut topik
{| class="wikitable"
| list9 = {{flatlist|
|+ Vowels
* [[Arkeologi Indonesia|Arkeologi]]
|-
* [[Sejarah rupiah Indonesia|Mata uang]]
! !! Depan !! Madya !! Belakang
* [[Sejarah ekonomi Indonesia|Ekonomi]]
|-
* [[Sejarah militer Indonesia|Militer]]
! Tertutup
}}
| align=center| {{IPA|i}} || || align=center| {{IPA|u}}
|-
! Tengah
| align=center| {{IPA|e}} || || align=center| {{IPA|o}}
|-
! Terbuka
| || align=center| {{IPA|a}} ||
|}


| below = {{portal-inline|Indonesia|size=tiny}}
==Tata bahasa==
===Sintaksis===
Dalam kalimat transitif independen, struktur yang paling sering digunakan adalah [[subjek–objek–predikat]] (SOP), seperti dalam contoh berikut:{{sfn|Doble|1987|p=56}}
: ''Meido kodo nota noogai''
: orang-orang <small>{{abbr|P|penanda frasa/klausa}}</small> ubi jalar makan
: 'Orang-orang itu makan ubi jalar'
Struktur OSP juga dapat digunakan untuk memberi penekanan pada objek. Susunan ini lebih umum ditemui pada kalimat dependen.{{sfn|Doble|1987|p=56}}
: ''Nota kodo okei noogai''
: ubi jalar <small>{{abbr|P|penanda frasa/klausa}}</small> mereka makan
: 'Ubi jalar itu mereka makan'


}}
==Referensi==
===Keterangan===
{{notelist}}
===Catatan kaki===
{{reflist}}
===Bibliografi===
* {{cite book |last=Collins |first=James T. |year=1983 |title=The Historical Relationships of the Languages of Central Maluku, Indonesia |series=Pacific Linguistics, series D |volume=47
|location=Canberra |publisher=Pacific Linguistics |doi=10.15144/PL-D47 |url=http://sealang.net/archives/pl/pdf/PL-D47.pdf |ref=harv}}
* {{cite thesis |last=Grimes |first=Charles E |year=1991 |title=The Buru Language of Eastern Indonesia |type=Doktoral |publisher=Australian National University |url=https://openresearch-repository.anu.edu.au/handle/1885/10925 |ref=harv}}
* {{cite conference |last=Grimes |first=Charles E. |year=1995 |title=Digging for the Roots of Language Death in Eastern Indonesia: The Cases of Kayeli and Hukumina |conference=69th Annual Meeting of the Linguistic Society of America |location=New Orleans |pages=1–18 |ref=harv}}
* {{cite book |last=Grimes |first=Charles E. |last2=Maryott |first2=Kenneth R. |editor=Thomas Edward Dutton |editor2=Darrell T. Tryon |year=1994 |chapter=Name speech registers in Austronesian languages |title=Language Contact and Change in the Austronesian World |series=Trends in Linguistics |volume=77 |pages=275–319 |isbn=9783110883091 |ref=harv}}
* {{cite journal |last=Klamer |first=Marian |year=2002 |title=Typical Features of Austronesian Languages in Central/Eastern Indonesia |journal=Oceanic Linguistics |volume=41 |issue=2 |page=363–383 |doi=10.1353/ol.2002.0007 |ref=harv}}

Revisi terkini sejak 23 Maret 2021 18.53