Lompat ke isi

Krepa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ciko (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
(33 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{TMH Infobox|
[[Krepa]], adalah seorang [[antagonis]] dari [[wiracarita]] [[Mahabharata]]. Ia adalah anak angkat [[Santanu]] dan menjadi pejabat di [[Hastina]].
| Image = Krepa-kl.jpg
| Caption = Krepa sebagai tokoh [[pewayangan]] [[Jawa]].
| Nama = Krepa
| Devanagari = कृपा
| Ejaan_Sanskerta = Kṛpa
| Nama_lain = Saradwata, Baratacarya, Acarya (arti harfiah: guru)
| Gelar = Acarya
| Golongan = [[Ciranjiwi]]
| Kasta = brahmana
| Profesi = guru, penasihat
| Ayah = Saradwana
| Saudara = Krepi
| Ibu = Janapadi
| Tempat = [[Hastinapura]]
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''; ''[[Purana]]''; ''[[Bhagawadgita]]''
| Tokoh = ''Mahabharata''
}}
'''Krepa''' {{Sanskerta|कृप|Kṛpa|pelafalan: {{IPA|[ˈkrəpa]}}}} atau '''Krepacarya''' {{Sanskerta|कृपाचार्य|Kṛpācārya}} adalah seorang tokoh dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan putra [[Resi]] [[Saradwana]] dan Janapadi,<ref name="Varkey2001">{{cite book|last=Varkey|first=C.P.|title=A Pilgrimage ~ Through the Mahabharata|url=https://books.google.com/books?id=3ZoLhsMr3pMC&pg=PA22|year=2001|publisher=St Pauls BYB|isbn=978-81-7109-497-4|pages=22–}}</ref> dan menjadi penasihat serta guru para pangeran [[Dinasti Kuru]] di [[Hastinapura]]. Ia memiliki adik perempuan bernama Krepi, yang menikah dengan [[Drona]], yang juga merupakan guru para pangeran Dinasti Kuru.


Krepa juga dikenal sebagai ''[[Ciranjiwi]]'', atau "makhluk berumur panjang". Ia merupakan salah satu dari 3 kesatria [[Korawa]] yang [[:wikt:sintas|sintas]] setelah [[perang di Kurukshetra]] berakhir. Ia juga merupakan salah satu [[resi]] terkemuka pada era [[Kaliyuga]].<ref>K M Ganguly(1883-1896). [http://www.sacred-texts.com/hin/m13/m13b115.htm The Mahabharata,Book 13 Anusasana Parva,SECTION CL] sacred-texts.com,October 2003,Retrieved 2014-02-11</ref> Menurut ramalan dalam ''[[Purana]]'', Krepa akan menjadi anggota [[Saptaresi]] pada [[manwantara]] kedelapan.<ref>[http://www.sacred-texts.com/hin/vp/vp076.htm Vishnu Purana -Drauni or Asvathama as Next saptarishi] Retrieved 2015-02-15</ref>
Ia berperang pada pihak [[Korawa]] pada perang [[Bharatayuddha]]. Ia salah seorang kawan [[Aswatama]] yang membalas dendam kekalahan [[Korawa]].


==Nama==
[[image:Krepa-kl.jpg|thumb|center|Krepa]]
Kata ''krepa'' dalam [[bahasa Sanskerta]] berarti 'kasihan' atau 'menyedihkan'. Menurut kitab ''[[Mahabharata]]'' ({{circa}} 700 SM – 400 M), ia dan saudarinya diberi nama "Krepa" dan "Krepi" saat diadopsi oleh Raja [[Santanu]] yang merasa kasihan setelah menyaksikan keadaan mereka.{{sfn|Mani|1975|p=418}}<ref name = "C130" />{{sfn|Gandhi|2004|}}{{sfn|Dalal|2010|p=206}} Krepa memperoleh gelar "''acarya''" ('ahli') sebab ia merupakan seorang [[pemanah]] ulung.{{sfn|Varkey|2001|p=22}}{{sfn|Dalal|2010|p=206}}


Dalam [[wiracarita]], Krepa juga disebut dengan nama lain, seperti: "Gautama" (arti: keturunan [[Resi Gotama|Gotama]]), "Saradwata", "Saradwanputra" (arti: putra Saradwana), dan "Baratacarya" (arti: guru para keturunan [[Bharata (raja)|Bharata]]).{{sfn|Mani|1975|p=419}}{{sfn|Gandhi|2004}}
{{rintisan}}

== Kelahiran dan masa muda ==
Menurut kitab ''[[Adiparwa]]'' (kitab pertama dari 18 jilid ''[[Mahabharata]]''), [[Resi Gotama]] dan [[Ahalya]] memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Saradwana. Sebaliknya, sejumlah sastra ''[[Purana]]'' seperti ''[[Agnipurana]]'' menyebut Saradwana sebagai cucu Gotama.{{sfn|Mani|1975|p=418}}{{sfn|Dalal|2010|p=206}} Saradwana memiliki semangat yang luar biasa dalam ilmu [[panahan]], dan seiring bertambah usia, ia menjadi pemanah ulung.

Pada suatu ketika ia melakukan pertapaan yang sangat hebat agar bisa menjadi kesatria yang tak tertandingi, tetapi tindakannya malah meresahkan [[dewata]], terutama [[Indra]], raja para dewa. Akhirnya sang dewa mengirim [[bidadari]] cantik bernama Janapadi untuk menguji keteguhan hati Saradwana.<ref name="C130">Ganguli 1896, [https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01131.htm Adi Parva: Sambhava Parva: Section CXXX]</ref>{{sfn|Mani|1975|p=418}} Saat Saradwana melihat sang bidadari, ia pun tak mampu menahan nafsu birahi sehingga mengeluarkan [[sperma|air mani]]. Malu akan perbuatannya, akhirnya Saradwana mengurungkan niat untuk menjadi kesatria tangguh, lalu bersuluk ke tengah hutan. Air mani yang keluar dari tubuhnya jatuh ke atas [[gulma]], lalu terbagi menjadi dua. Seorang anak lelaki dan perempuan terbentuk dari air mani tersebut.<ref name = "C130" />{{sfn|Dalal|2010|p=206}}

Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' diceritakan bahwa sebelum memiliki nama, Krepa hidup di hutan bersama dengan adiknya. Suatu ketika Prabu [[Santanu]] (seorang raja [[Kuru (raja)|Dinasti Kuru]] dari [[Hastinapura]]) berburu ke tengah hutan. Di sana ia berjumpa dengan kedua anak tersebut. Karena merasa kasihan dengan keadaan mereka, ia memungut kedua anak tersebut dan memberi mereka nama "Krepa" dan "Krepi".{{sfn|Mani|1975|p=418}}<ref name = "C130" /> Kejadian tersebut diketahui oleh Saradwana yang sedang melakukan [[pertapaan]] di tengah hutan. Ia pun pergi ke Hastinapura untuk memberi tahu siapa sebenarnya anak-anak yang telah dipungut Santanu. Kemudian ia mengajarkan Krepa empat cabang ''[[Dhanurweda]]'' (panahan). Karena kemahiran Krepa dalam ilmu menggunakan senjata, akhirnya ia diangkat menjadi pejabat di Hastinapura dan diberi kepercayaan untuk mendidik para pangeran Kuru ([[Pandawa]] dan [[Korawa]]).{{sfn|Mani|1975|p=418}}{{sfn|Varkey|2001|p=22}}{{sfn|Dalal|2010|p=206}}

== Peran dalam Dinasti Kuru ==
Buku ''[[Adiparwa]]'' mengisahkan bahwa Krepa mendidik para pangeran [[Pandawa]], [[Korawa]], dan [[Yadawa]] tentang ilmu ''Dhanurweda''.{{sfn|Dalal|2010|p=206}} Kemudian, para pangeran Pandawa dan Korawa belajar di bawah bimbingan [[Drona]], yaitu saudara ipar Krepa, sebab Drona ialah suami Krepi. Saat pendidikan para pangeran telah usai, mereka unjuk kebolehan di alun-alun Hastinapura. Pada waktu itu, seorang kesatria tak dikenal bernama [[Karna]] muncul dari kerumunan lalu menantang [[Arjuna]]. Krepa pun menanyakan asal usul dan keluarga Karna, agar dapat dijadikan permakluman untuk menantang seorang pangeran. Namun pertanyaan yang diajukan Krepa tidak bisa dijawab oleh Karna. Akhirnya Duryodana datang lalu membela Karna. Ia juga mengangkat Karna menjadi raja di [[kerajaan Angga|Angga]].{{sfn|Mani|1975|p=419}}

Dalam buku ''[[Sabhaparwa]]'' dikisahkan bahwa Krepa menghadiri upacara [[Rajasuya]] yang diselenggarakan oleh [[Yudistira]], dan ia memperoleh ''[[daksina]]'' (persembahan) sebagai tamu kehormatan. Dalam kitab ''[[Wirataparwa]]'', Krepa membantu [[Duryodana]], yaitu [[Korawa]] sulung, untuk menemukan jejak para [[Pandawa]] yang sedang menyamar selama satu tahun di [[kerajaan Wirata]].{{sfn|Mani|1975|p=419}}

== Perang Kurukshetra ==
[[File:Kripa_and_shikhandi.jpg|right|thumb|360px|Ilustrasi pertempuran antara Krepa (kiri atas) melawan [[Srikandi]] (kanan atas) dari naskah ''[[Mahabharata]]'' dari [[India]] ([[abad ke-17]]).]]
Krepa berperang pada pihak [[Korawa]] pada saat [[Bharatayuddha]] ([[Perang Kurukshetra|perang keluarga Bharata]]) di lapangan [[Kurukshetra]].{{sfn|Dalal|2010|p=206}} Kitab ''[[Udyogaparwa]]'' (jilid ke-6 '' Mahabharata'') menceritakan bahwa [[Bisma]], selaku panglima tertinggi pasukan Korawa, menyebut Krepa sebagai seorang kesatria ulung.<ref>Ganguli 1896, [https://www.sacred-texts.com/hin/m05/m05167.htm Udyoga Parva: Uluka Dutagamana Parva: Section CLXVII]</ref>

Dalam kitab ''[[Bhismaparwa]]'', pada detik-detik sebelum perang dimulai, [[Yudistira]] memberi penghormatan kepada Krepa. Krepa berkata bahwa ia tidak bisa dibunuh. Meskipun demikian, hal itu tidak membuat Korawa menang. Krepa juga berkata bahwa kemenangan sesungguhnya berpihak pada tokoh yang benar, yaitu para [[Pandawa]].

Selama peperangan, Krepa bertempur dengan banyak kesatria, meliputi Wrehadksetra, [[Cekitana]], [[Satyaki]], [[Sadewa]], [[Arjuna]], [[Bhima|Bima]], [[Drestaketu]], dan Wardaksremi. Ia juga mengalahkan [[Srikandi]] dan [[Yudamanyu]], serta membinasakan pasukan pengawal [[Abimanyu]], Suketu, dan pangeran dari [[kerajaan Kalinda|Kalinda]]. Dalam kitab ''[[Salyaparwa]]'' disebutkan bahwa Krepa pernah menasihati [[Karna]] untuk berdamai dengan para Pandawa.

Ketika Bharatayuddha berakhir, dari pihak Korawa hanya Krepa, [[Kertawarma]] dan [[Aswatama]] yang masih hidup. Setelah diangkat sebagai panglima tinggi pasukan Korawa oleh [[Duryodana]], maka Aswatama memutuskan untuk melakukan serangan [[gerilya]] ke perkemahan pasukan Pandawa pada malam hari. Meskipun berat hati dengan keputusan Aswatama, pada akhirnya Krepa turut serta membantu. Ia berjaga-jaga di pintu perkemahan bersama Kertawarma; mereka menjagal para prajurit yang mencoba kabur dari serangan Aswatama. Setelah melakukan pembalasan, mereka kabur. Para Pandawa menyusul Aswatama ke tengah hutan, tempat [[Resi]] [[Byasa]] tinggal. Disana, Aswatama diadili dan dikutuk.

== Pascaperang ==

Dalam kitab ''[[Striparwa]]'' disebutkan bahwa Krepa menghadap [[Dretarastra]] dan [[Gandari]] (orang tua para Korawa) untuk memberitahukan mereka tentang kondisi pascaperang.<ref name = "Stri" >Ganguli 1896 [https://www.sacred-texts.com/hin/m11/m11011.htm Stri Parva: Jalapradanika Parva: Section XI]</ref> Dalam ''[[Asramawasikaparwa]]'', saat Dretarastra memutuskan untuk berkhalwat ke tengah hutan, Krepa hendak ikut bersamanya. Namun Dretarastra menolaknya, lalu ia memberi saran kepada [[Yudistira]] (penguasa [[kerajaan Kuru]] yang baru) untuk mengangkat Krepa sebagai dewan penasihat raja. Demikian pula ketika para Pandawa memutuskan untuk berkhalwat dari kehidupan duniawi, Krepa diangkat sebagai salah satu penasihat raja muda [[Parikesit]], cucu [[Arjuna]]. Setelah melaksanakan kewajibannya, akhirnya Krepa pensiun lalu mengasingkan diri ke tengah hutan, [[pertapaan|bertapa]] di sana untuk menjalani sisa hidupnya.{{sfn|Mani|1975|p=419}}

== Keistimewaan ==
Menurut kepercayaan [[Hinduisme|Hindu]], Krepa—bersama [[Aswatama]], [[Mahabali]], [[Byasa]], [[Hanoman]], [[Wibisana]], [[Markandeya]], dan [[Parasurama]]—adalah golongan [[Ciranjiwi]], yaitu "makhluk abadi" yang berumur sangat panjang, sampai akhir ''[[Kaliyuga]]'', yakni zaman terakhir di antara empat ''[[yuga]]''. Menurut [[sastra Hindu]], Krepa dan Aswatama dikutuk agar hidup abadi dan menderita sepanjang sisa hidupnya karena dosa yang mereka lakukan pada malam hari terakhir [[perang Kurukshetra]].{{sfn|Dalal|2010|p=98}}

Menurut kitab ''[[Wisnupurana]]'' ({{circa}} 400 SM – 900 M), Krepa akan menjadi salah satu ''[[Saptaresi]]''—tujuh [[resi]] terkemuka—pada ''[[Manwantara]]'' berikutnya, suatu kurun masa yang dimulai dengan era [[Manu (Hindu)|Manu]] yang baru—leluhur umat manusia—sesuai dengan [[kosmologi Hindu]].<ref name = "Vishnu" >Wilson 1840, [https://www.sacred-texts.com/hin/vp/vp076.htm Chapter II]</ref>{{sfn|Mani|1975|p=485}}

== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist|30em}}

=== Daftar pustaka ===
{{refbegin}}
* {{Cite book|last=Mani|first=Vettam|url=https://archive.org/details/puranicencyclopa00maniuoft/page/418/mode/1up|title=Puranic encyclopaedia : a comprehensive dictionary with special reference to the epic and Puranic literature|date=1975|publisher=Delhi : Motilal Banarsidass|others=Robarts - University of Toronto|pages=418, 419}}
* {{cite web|year=1896|title = The Mahabharata, Book 1-18|publisher=[[sacred-texts.com]]|last=Ganguli|first=Kisari Mohan|authorlink=Kisari Mohan Ganguli|url = http://www.sacred-texts.com/hin/m01/ }}
* {{Cite book|last=Dalal|first=Roshen|url=https://books.google.co.in/books?id=DH0vmD8ghdMC&q=Kripa#v=snippet&q=Kripa&f=false|title=Hinduism: An Alphabetical Guide|year=2010|publisher=Penguin UK|isbn=978-81-8475-277-9|language=en}}
*{{cite book|last=Varkey|first=C.P.|title=A Pilgrimage ~ Through the Mahabharata|url=https://books.google.com/books?id=3ZoLhsMr3pMC&pg=PA22|year=2001|publisher=St Pauls BYB|isbn=978-81-7109-497-4|pages=22–}}
*{{Cite book|last=Gandhi|first=Menka|url=https://books.google.co.in/books?id=Y5rzpNK3AiIC&q=Krpa#v=snippet&q=Krpa&f=false|title=Penguin Book Of Hindu Names For Boys|date=2004-10-16|publisher=Penguin UK|isbn=978-81-8475-836-8|language=en}}
* {{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/vp/vp076.htm|title=The Vishnu Purana|first=Horace Hayman|last= Wilson|year=1840|publisher=[[sacred-texts.com]]}}
{{refend}}

{{Tokoh Mahabharata}}

{{tokoh mitologi hindu}}


----
Kembali ke:
* [[Daftar Tokoh Wayang]]
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Resi]]

Revisi per 30 Juli 2023 03.10

Krepa
कृपा
Krepa sebagai tokoh pewayangan Jawa.
Krepa sebagai tokoh pewayangan Jawa.
Tokoh Mahabharata
NamaKrepa
Ejaan Dewanagariकृपा
Ejaan IASTKṛpa
Nama lainSaradwata, Baratacarya, Acarya (arti harfiah: guru)
GelarAcarya
Kitab referensiMahabharata; Purana; Bhagawadgita
KediamanHastinapura
GolonganCiranjiwi
Kastabrahmana
Profesiguru, penasihat
AyahSaradwana
IbuJanapadi
SaudaraKrepi

Krepa (Dewanagari: कृप; ,IASTKṛpa,; pelafalan: [ˈkrəpa]) atau Krepacarya (Dewanagari: कृपाचार्य; ,IASTKṛpācārya, कृपाचार्य) adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Resi Saradwana dan Janapadi,[1] dan menjadi penasihat serta guru para pangeran Dinasti Kuru di Hastinapura. Ia memiliki adik perempuan bernama Krepi, yang menikah dengan Drona, yang juga merupakan guru para pangeran Dinasti Kuru.

Krepa juga dikenal sebagai Ciranjiwi, atau "makhluk berumur panjang". Ia merupakan salah satu dari 3 kesatria Korawa yang sintas setelah perang di Kurukshetra berakhir. Ia juga merupakan salah satu resi terkemuka pada era Kaliyuga.[2] Menurut ramalan dalam Purana, Krepa akan menjadi anggota Saptaresi pada manwantara kedelapan.[3]

Nama

Kata krepa dalam bahasa Sanskerta berarti 'kasihan' atau 'menyedihkan'. Menurut kitab Mahabharata (ca 700 SM – 400 M), ia dan saudarinya diberi nama "Krepa" dan "Krepi" saat diadopsi oleh Raja Santanu yang merasa kasihan setelah menyaksikan keadaan mereka.[4][5][6][7] Krepa memperoleh gelar "acarya" ('ahli') sebab ia merupakan seorang pemanah ulung.[8][7]

Dalam wiracarita, Krepa juga disebut dengan nama lain, seperti: "Gautama" (arti: keturunan Gotama), "Saradwata", "Saradwanputra" (arti: putra Saradwana), dan "Baratacarya" (arti: guru para keturunan Bharata).[9][6]

Kelahiran dan masa muda

Menurut kitab Adiparwa (kitab pertama dari 18 jilid Mahabharata), Resi Gotama dan Ahalya memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Saradwana. Sebaliknya, sejumlah sastra Purana seperti Agnipurana menyebut Saradwana sebagai cucu Gotama.[4][7] Saradwana memiliki semangat yang luar biasa dalam ilmu panahan, dan seiring bertambah usia, ia menjadi pemanah ulung.

Pada suatu ketika ia melakukan pertapaan yang sangat hebat agar bisa menjadi kesatria yang tak tertandingi, tetapi tindakannya malah meresahkan dewata, terutama Indra, raja para dewa. Akhirnya sang dewa mengirim bidadari cantik bernama Janapadi untuk menguji keteguhan hati Saradwana.[5][4] Saat Saradwana melihat sang bidadari, ia pun tak mampu menahan nafsu birahi sehingga mengeluarkan air mani. Malu akan perbuatannya, akhirnya Saradwana mengurungkan niat untuk menjadi kesatria tangguh, lalu bersuluk ke tengah hutan. Air mani yang keluar dari tubuhnya jatuh ke atas gulma, lalu terbagi menjadi dua. Seorang anak lelaki dan perempuan terbentuk dari air mani tersebut.[5][7]

Dalam kitab Mahabharata diceritakan bahwa sebelum memiliki nama, Krepa hidup di hutan bersama dengan adiknya. Suatu ketika Prabu Santanu (seorang raja Dinasti Kuru dari Hastinapura) berburu ke tengah hutan. Di sana ia berjumpa dengan kedua anak tersebut. Karena merasa kasihan dengan keadaan mereka, ia memungut kedua anak tersebut dan memberi mereka nama "Krepa" dan "Krepi".[4][5] Kejadian tersebut diketahui oleh Saradwana yang sedang melakukan pertapaan di tengah hutan. Ia pun pergi ke Hastinapura untuk memberi tahu siapa sebenarnya anak-anak yang telah dipungut Santanu. Kemudian ia mengajarkan Krepa empat cabang Dhanurweda (panahan). Karena kemahiran Krepa dalam ilmu menggunakan senjata, akhirnya ia diangkat menjadi pejabat di Hastinapura dan diberi kepercayaan untuk mendidik para pangeran Kuru (Pandawa dan Korawa).[4][8][7]

Peran dalam Dinasti Kuru

Buku Adiparwa mengisahkan bahwa Krepa mendidik para pangeran Pandawa, Korawa, dan Yadawa tentang ilmu Dhanurweda.[7] Kemudian, para pangeran Pandawa dan Korawa belajar di bawah bimbingan Drona, yaitu saudara ipar Krepa, sebab Drona ialah suami Krepi. Saat pendidikan para pangeran telah usai, mereka unjuk kebolehan di alun-alun Hastinapura. Pada waktu itu, seorang kesatria tak dikenal bernama Karna muncul dari kerumunan lalu menantang Arjuna. Krepa pun menanyakan asal usul dan keluarga Karna, agar dapat dijadikan permakluman untuk menantang seorang pangeran. Namun pertanyaan yang diajukan Krepa tidak bisa dijawab oleh Karna. Akhirnya Duryodana datang lalu membela Karna. Ia juga mengangkat Karna menjadi raja di Angga.[9]

Dalam buku Sabhaparwa dikisahkan bahwa Krepa menghadiri upacara Rajasuya yang diselenggarakan oleh Yudistira, dan ia memperoleh daksina (persembahan) sebagai tamu kehormatan. Dalam kitab Wirataparwa, Krepa membantu Duryodana, yaitu Korawa sulung, untuk menemukan jejak para Pandawa yang sedang menyamar selama satu tahun di kerajaan Wirata.[9]

Perang Kurukshetra

Ilustrasi pertempuran antara Krepa (kiri atas) melawan Srikandi (kanan atas) dari naskah Mahabharata dari India (abad ke-17).

Krepa berperang pada pihak Korawa pada saat Bharatayuddha (perang keluarga Bharata) di lapangan Kurukshetra.[7] Kitab Udyogaparwa (jilid ke-6 Mahabharata) menceritakan bahwa Bisma, selaku panglima tertinggi pasukan Korawa, menyebut Krepa sebagai seorang kesatria ulung.[10]

Dalam kitab Bhismaparwa, pada detik-detik sebelum perang dimulai, Yudistira memberi penghormatan kepada Krepa. Krepa berkata bahwa ia tidak bisa dibunuh. Meskipun demikian, hal itu tidak membuat Korawa menang. Krepa juga berkata bahwa kemenangan sesungguhnya berpihak pada tokoh yang benar, yaitu para Pandawa.

Selama peperangan, Krepa bertempur dengan banyak kesatria, meliputi Wrehadksetra, Cekitana, Satyaki, Sadewa, Arjuna, Bima, Drestaketu, dan Wardaksremi. Ia juga mengalahkan Srikandi dan Yudamanyu, serta membinasakan pasukan pengawal Abimanyu, Suketu, dan pangeran dari Kalinda. Dalam kitab Salyaparwa disebutkan bahwa Krepa pernah menasihati Karna untuk berdamai dengan para Pandawa.

Ketika Bharatayuddha berakhir, dari pihak Korawa hanya Krepa, Kertawarma dan Aswatama yang masih hidup. Setelah diangkat sebagai panglima tinggi pasukan Korawa oleh Duryodana, maka Aswatama memutuskan untuk melakukan serangan gerilya ke perkemahan pasukan Pandawa pada malam hari. Meskipun berat hati dengan keputusan Aswatama, pada akhirnya Krepa turut serta membantu. Ia berjaga-jaga di pintu perkemahan bersama Kertawarma; mereka menjagal para prajurit yang mencoba kabur dari serangan Aswatama. Setelah melakukan pembalasan, mereka kabur. Para Pandawa menyusul Aswatama ke tengah hutan, tempat Resi Byasa tinggal. Disana, Aswatama diadili dan dikutuk.

Pascaperang

Dalam kitab Striparwa disebutkan bahwa Krepa menghadap Dretarastra dan Gandari (orang tua para Korawa) untuk memberitahukan mereka tentang kondisi pascaperang.[11] Dalam Asramawasikaparwa, saat Dretarastra memutuskan untuk berkhalwat ke tengah hutan, Krepa hendak ikut bersamanya. Namun Dretarastra menolaknya, lalu ia memberi saran kepada Yudistira (penguasa kerajaan Kuru yang baru) untuk mengangkat Krepa sebagai dewan penasihat raja. Demikian pula ketika para Pandawa memutuskan untuk berkhalwat dari kehidupan duniawi, Krepa diangkat sebagai salah satu penasihat raja muda Parikesit, cucu Arjuna. Setelah melaksanakan kewajibannya, akhirnya Krepa pensiun lalu mengasingkan diri ke tengah hutan, bertapa di sana untuk menjalani sisa hidupnya.[9]

Keistimewaan

Menurut kepercayaan Hindu, Krepa—bersama Aswatama, Mahabali, Byasa, Hanoman, Wibisana, Markandeya, dan Parasurama—adalah golongan Ciranjiwi, yaitu "makhluk abadi" yang berumur sangat panjang, sampai akhir Kaliyuga, yakni zaman terakhir di antara empat yuga. Menurut sastra Hindu, Krepa dan Aswatama dikutuk agar hidup abadi dan menderita sepanjang sisa hidupnya karena dosa yang mereka lakukan pada malam hari terakhir perang Kurukshetra.[12]

Menurut kitab Wisnupurana (ca 400 SM – 900 M), Krepa akan menjadi salah satu Saptaresi—tujuh resi terkemuka—pada Manwantara berikutnya, suatu kurun masa yang dimulai dengan era Manu yang baru—leluhur umat manusia—sesuai dengan kosmologi Hindu.[13][14]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Varkey, C.P. (2001). A Pilgrimage ~ Through the Mahabharata. St Pauls BYB. hlm. 22–. ISBN 978-81-7109-497-4. 
  2. ^ K M Ganguly(1883-1896). The Mahabharata,Book 13 Anusasana Parva,SECTION CL sacred-texts.com,October 2003,Retrieved 2014-02-11
  3. ^ Vishnu Purana -Drauni or Asvathama as Next saptarishi Retrieved 2015-02-15
  4. ^ a b c d e Mani 1975, hlm. 418.
  5. ^ a b c d Ganguli 1896, Adi Parva: Sambhava Parva: Section CXXX
  6. ^ a b Gandhi 2004.
  7. ^ a b c d e f g Dalal 2010, hlm. 206.
  8. ^ a b Varkey 2001, hlm. 22.
  9. ^ a b c d Mani 1975, hlm. 419.
  10. ^ Ganguli 1896, Udyoga Parva: Uluka Dutagamana Parva: Section CLXVII
  11. ^ Ganguli 1896 Stri Parva: Jalapradanika Parva: Section XI
  12. ^ Dalal 2010, hlm. 98.
  13. ^ Wilson 1840, Chapter II
  14. ^ Mani 1975, hlm. 485.

Daftar pustaka