Lompat ke isi

Solu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tambah galeri
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:A_Solu_on_lake_Toba.jpg|jmpl|Sebuah Solu di [[danau Toba]].]]
[[Berkas:A_Solu_on_lake_Toba.jpg|jmpl|Sebuah Solu di [[danau Toba]].]]
'''Solu''' adalah perahu tradisional [[Batak Toba]] dari [[Sumatra Utara]], [[Indonesia]]. Solu adalah perahu kayu,<ref>Giglioli (1893). p. 115.</ref> dengan papan tambahan di sisi yang diikat dengan paku payung besi. Ukurannya bermacam-macam, yang terbesar, untuk 50 pendayung, panjangnya sekitar 18 meter; ada sedikit lunas yang diukir di bagian depan dan belakang. Mereka didorong oleh pendayung yang duduk berpasangan di kursi melintang. Dayung yang digunakan memiliki bilah berbentuk oval dan gagang melintang. Perahu dapat dibedakan dari ornamennya: Hiasan buritan disebut ''giarogia di pudi'', yang terdiri dari tiga batang dengan jumbai dari bulu kuda dan sederet batang lebih pendek yang disebut ''rame rame'' dengan yang lebih besar di tengah berbentuk lingga, digantung; tidak ada tradisi yang muncul untuk menjelaskan ornamen tunggal ini. Ornamen pada haluan berupa ukiran dan lukisan yang melambangkan kepala kerbau, dengan ''rame rame'' lainnya dirangkai di depan dengan lingga sentral tunggal. Semacam sisir dengan bulu kuda di sisinya dan rambut manusia di ujungnya, di atasnya berdiri tiang berukiran tegak, yang disebut ''torgiok''.<ref>Giglioli (1893). p. 116.</ref>
'''Solu''' adalah perahu tradisional [[Batak Toba]] dari [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]]. Solu adalah perahu kayu,<ref>Giglioli (1893). p. 115.</ref> dengan papan tambahan di sisi yang diikat dengan paku payung besi. Ukurannya bermacam-macam, yang terbesar, untuk 50 pendayung, panjangnya sekitar 18 meter; ada sedikit lunas yang diukir di bagian depan dan belakang. Mereka didorong oleh pendayung yang duduk berpasangan di kursi melintang. Dayung yang digunakan memiliki bilah berbentuk oval dan gagang melintang. Perahu dapat dibedakan dari ornamennya: Hiasan buritan disebut ''giarogia di pudi'', yang terdiri dari tiga batang dengan jumbai dari bulu kuda dan sederet batang lebih pendek yang disebut ''rame rame'' dengan yang lebih besar di tengah berbentuk lingga, digantung; tidak ada tradisi yang muncul untuk menjelaskan ornamen tunggal ini. Ornamen pada haluan berupa ukiran dan lukisan yang melambangkan kepala kerbau, dengan ''rame rame'' lainnya dirangkai di depan dengan lingga sentral tunggal. Semacam sisir dengan bulu kuda di sisinya dan rambut manusia di ujungnya, di atasnya berdiri tiang berukiran tegak, yang disebut ''torgiok''.<ref>Giglioli (1893). p. 116.</ref>


== Galeri ==
== Galeri ==
Baris 7: Baris 7:
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Toba Batak prauw met houtsnijwerk op de voorsteven TMnr 60011149.jpg|Solu yang terdampar.
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Toba Batak prauw met houtsnijwerk op de voorsteven TMnr 60011149.jpg|Solu yang terdampar.
File:KITLV - 101138 - Kleingrothe, C.J. - Medan - Canoe on the beach at Lake Toba at Hutarajah on Samosir, in the background the Pusuk Buhit - circa 1905.tif|Solu di pantai di Danau Toba di Hutarajah di Samosir, dengan latar belakang Pusuk Buhit.
File:KITLV - 101138 - Kleingrothe, C.J. - Medan - Canoe on the beach at Lake Toba at Hutarajah on Samosir, in the background the Pusuk Buhit - circa 1905.tif|Solu di pantai di Danau Toba di Hutarajah di Samosir, dengan latar belakang Pusuk Buhit.
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Spelende Toba Batak kinderen in een prauw Simanindo TMnr 20017903.jpg|Toba Batak children in a solu at Simanindo.
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Spelende Toba Batak kinderen in een prauw Simanindo TMnr 20017903.jpg|Anak-anak Batak Toba di atas sebuah solu di Simanindo.
</gallery>
</gallery>


Baris 25: Baris 25:
* Giglioli, Henry Hillyer (1893). ''[[iarchive:internationalesa06inte/page/n137/mode/2up|Notes on the Ethnographical Collections Formed by Dr. Elio Modigliani During His Recent Explorations in Central Sumatra and Engano]]'' dalam Intern. Gesellschaft für Ethnographie; Rijksmuseum van Oudheden te Leiden (1893). Internationales Archiv für Ethnographie volume VI. Getty Research Institute. Leiden : P.W.M. Trap.
* Giglioli, Henry Hillyer (1893). ''[[iarchive:internationalesa06inte/page/n137/mode/2up|Notes on the Ethnographical Collections Formed by Dr. Elio Modigliani During His Recent Explorations in Central Sumatra and Engano]]'' dalam Intern. Gesellschaft für Ethnographie; Rijksmuseum van Oudheden te Leiden (1893). Internationales Archiv für Ethnographie volume VI. Getty Research Institute. Leiden : P.W.M. Trap.
{{Kapal dan perahu tradisional Indonesia}}
{{Kapal dan perahu tradisional Indonesia}}

[[Kategori:Perahu]]
[[Kategori:Perahu]]

Revisi terkini sejak 29 September 2023 04.43

Sebuah Solu di danau Toba.

Solu adalah perahu tradisional Batak Toba dari Sumatera Utara, Indonesia. Solu adalah perahu kayu,[1] dengan papan tambahan di sisi yang diikat dengan paku payung besi. Ukurannya bermacam-macam, yang terbesar, untuk 50 pendayung, panjangnya sekitar 18 meter; ada sedikit lunas yang diukir di bagian depan dan belakang. Mereka didorong oleh pendayung yang duduk berpasangan di kursi melintang. Dayung yang digunakan memiliki bilah berbentuk oval dan gagang melintang. Perahu dapat dibedakan dari ornamennya: Hiasan buritan disebut giarogia di pudi, yang terdiri dari tiga batang dengan jumbai dari bulu kuda dan sederet batang lebih pendek yang disebut rame rame dengan yang lebih besar di tengah berbentuk lingga, digantung; tidak ada tradisi yang muncul untuk menjelaskan ornamen tunggal ini. Ornamen pada haluan berupa ukiran dan lukisan yang melambangkan kepala kerbau, dengan rame rame lainnya dirangkai di depan dengan lingga sentral tunggal. Semacam sisir dengan bulu kuda di sisinya dan rambut manusia di ujungnya, di atasnya berdiri tiang berukiran tegak, yang disebut torgiok.[2]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Giglioli (1893). p. 115.
  2. ^ Giglioli (1893). p. 116.

Bacaan lanjut

[sunting | sunting sumber]