Lompat ke isi

Serangga dalam budaya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(23 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3: Baris 3:
Peran '''serangga dalam budaya''' membentang di berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang dianalisis secara akademis maupun yang lebih umum.
Peran '''serangga dalam budaya''' membentang di berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang dianalisis secara akademis maupun yang lebih umum.


Secara akademis, interaksi serangga dan masyarakat telah diperlakukan sebagiannya sebagai '''entomologi budaya''', di mana kebanyakan berhubungan dengan masyarakat "maju", dan merupakan bagian dari '''etnoentomologi''', yang kebanyakan berhubungan dengan masyarakat "primitif", meskipun lemah dalam pembedaannya, serta tidak berdasarkan pada teori. Kedua disiplin akademis mengeksplorasi kesejajaran, hubungan dan pengaruh [[serangga]] pada populasi manusia, dan sebaliknya. Disiplin-disiplin ini berakar pada [[antropologi]] dan [[sejarah alam]], serta [[entomologi]], yaitu studi tentang serangga. Penggunaan serangga lainnya dalam budaya, seperti [[biomimikri]], tidak dipelajari dalam disiplin akademis ini.
Secara akademis, interaksi serangga dan masyarakat telah diperlakukan sebagiannya sebagai '''entomologi budaya''', di mana kebanyakan berhubungan dengan masyarakat "maju", dan merupakan bagian dari '''etnoentomologi''', yang kebanyakan berhubungan dengan masyarakat "primitif"; meskipun lemah dalam pembedaannya, serta tidak berdasarkan pada teori. Kedua disiplin akademis mengeksplorasi kesejajaran, hubungan dan pengaruh [[serangga]] terhadap populasi manusia, dan juga sebaliknya. Disiplin-disiplin ini berakar pada ilmu [[antropologi]], [[sejarah alam]], dan [[entomologi]], yaitu sebuah kajian tentang serangga. Penggunaan serangga lainnya di dalam budaya, seperti [[biomimikri]], tidak dipelajari pada disiplin akademis ini.


Secara umum, oang-orang membuat penggunaan serangga yang luas, baik praktis maupun simbolis. Di sisi lain, sikap terhadap serangga sering kali negatif, dan upaya ekstensif dilakukan untuk membunuh mereka. Meluasnya penggunaan [[insektisida]] telah gagal memusnahkan [[hama serangga]], tetapi telah membuat resisten terhadap bahan kimia yang biasa digunakan pada ribuan spesis serangga.
Secara umum, serangga digunakan secara luas, baik untuk tujuan praktis maupun simbolis. Di sisi lain, sikap terhadap serangga sering kali negatif, dan upaya ekstensif telah dilakukan untuk membunuh mereka. Meluasnya penggunaan [[insektisida]] telah gagal memusnahkan [[hama serangga]], tetapi berakibat resisten terhadap bahan kimia yang biasa digunakan pada ribuan spesis serangga.


Penggunaan praktis misalnya dalam ([[entomofagi]]) makanan, [[serangga obat|obat-obatan]], [[sutra]] [[tekstil]] yang punya nilai, [[zat warna]] seperti ''[[carmine]]''; di dalam sains, serangga jenis [[Drosophila melanogaster|lalat buah]] merupakan [[model organisme]] penting yang dipelajari dalam [[genetika]], serta dalam bidang [[Peperangan Entomologis|peperangan]], di mana serangga berhasil digunakan pada [[Perang Dunia Kedua]] yang telah menyebarkan penyakit pada penduduk lawan. Satu serangga, seperti [[lebah madu]] yang menyediakan [[madu]], [[serbuk sari]], [[royal jelly]], [[propolis]] dan senyawa [[melittin]] yaitu peptida anti-inflamasi; yang larvanya dijadikan makanan di beberapa masyarakat tertentu. Penggunaan serangga secara medis misalnya dalam [[terapi belatung]] bagi luka ''[[debridement]]''. Lebih dari seribu kelompok protein telah diidentifikasi dalam air liur serangga pemakan darah, yang digunakan sebagai obat-obatan dengan manfaat sebagai antikoagulan, [[vasodilatasi|vasodilator]], [[antihistamin]] dan [[obat bius]].
Penggunaan praktis misalnya di dalam bidang ([[entomofagi]]) makanan, [[serangga obat|obat-obatan]], [[sutra]] [[tekstil]] yang bernilai, [[zat warna]] seperti [[karmin]]; di dalam sains, serangga jenis [[Drosophila melanogaster|lalat buah]] merupakan [[model organisme]] penting yang dipelajari pada ilmu [[genetika]], serta pada bidang [[Peperangan Entomologis|peperangan]], di mana serangga berhasil digunakan di [[Perang Dunia Kedua]] yang menyebarkan penyakit pada penduduk lawan. Satu serangga, seperti [[lebah madu]] yang menyediakan [[madu]], [[serbuk sari]], [[royal jelly]], [[propolis]] dan senyawa [[melittin]] yaitu peptida anti-inflamasi; yang larvanya dijadikan makanan di beberapa masyarakat tertentu. Penggunaan serangga secara medis misalnya dalam [[terapi belatung]] bagi luka [[debridement]]. Lebih dari seribu kelompok protein telah diidentifikasi pada air liur serangga pemakan darah, yang digunakan sebagai obat-obatan dengan manfaat sebagai antikoagulan, [[vasodilatasi|vasodilator]], [[antihistamin]] dan [[obat bius]].


Penggunaan simbolis yang berperan dalam [[Serangga dalam seni|seni]], [[Serangga dalam musik|musik]] (dengan [[daftar nyanyian yang terinspirasi serangga|banyaknya lagu yang menampilkan serangga]]), juga [[Arthropoda dalam film|di dalam film]], [[Serangga dalam literatur|sastra]], [[Serangga dalam agama|agama]], dan juga mitologi. [[Kostum]] serangga digunakan dalam produksi teater yang dipakai di dalam pesta dan karnaval.
Penggunaan simbolis yang berperan dalam [[Serangga dalam seni|seni]], [[Serangga dalam musik|musik]] (dengan [[daftar nyanyian yang terinspirasi serangga|banyaknya lagu yang menampilkan serangga]]), juga [[Arthropoda dalam film|pada film]], [[Serangga dalam literatur|sastra]], [[Serangga dalam agama|agama]], serta mitologi. [[Kostum]] serangga digunakan dalam produksi teater yang dipakai di dalam pesta dan karnaval.


== Konteks ==
== Konteks ==
Baris 21: Baris 21:
[[Berkas:Crop Duster.jpg|jmpl|lurus|Melawan serangga: sebuah [[pesawat terbang pertanian]] yang digunakan dengan bahan [[insektisida]] yang rendah dengan umpan [[kumbang akar jagung]].]]
[[Berkas:Crop Duster.jpg|jmpl|lurus|Melawan serangga: sebuah [[pesawat terbang pertanian]] yang digunakan dengan bahan [[insektisida]] yang rendah dengan umpan [[kumbang akar jagung]].]]


Di tahun 1968, {{Interlanguage link multi|Erwin Schimitschek|de}} mengklaim entomologi budaya merupakan sebuah cabang kajian serangga, di dalam sebuah ulasan tentang peran serangga yang digunakan di dalam [[cerita rakyat]] dan juga di dalam budaya termasuk di dalam [[agama]], makanan, obat-obatan, dan seni.<ref name="Schimitschek 1968">{{cite book |last=Schimitschek |first=E. |title=Handbuch der Zoologie |year=1968 |publisher=Berliner Akademie Verlag|editor=Helmcke J.G. |editor2=Stark D. |editor3=Wermuth H. |chapter=Insekten als Nahrung, Brauchtum, Kult und Kultur |volume= 4 | pages=1–62}}</ref> Di tahun 1984, [[Charles Hogue]] menutupi bidang ini di dalam bahasa Inggris dari tahun 1994 hingga 1997, kemudian majalah ''The Cultural Entomology Digest'' Hogue menyajikannya sebagai sebuah forum yang membahas bidang ini.<ref>{{cite web|last=Hogue|first=Charles|title=Cultural Entomology|url=http://www.insects.org/ced1/cult_ent.html|accessdate=22 July 2012}}</ref><ref>{{cite web|title=Who? What? Why?|url=http://www.insects.org/ced1/who_what_why.html |publisher=Cultural Entomology Digest |accessdate=22 July 2012}}</ref> Hogue berpendapat bahwa, "Manusia menghabiskan energi intelektualnya dalam tiga wilayah aktivitas dasar, yaitu: bertahan hidup, pembelajaran praktis (seperti aplikasi teknologi); menemukan pengetahuan murni lewat proses mental secara induktif (misalnya sains); dan mengejar pencerahan untuk mencecap kenikmatan dengan pelatihan estetika yang mengacu pada bidang "humaniora". [[Entomologi]] telah lama menaruh perhatian pada ([[entomologi ekonomi]]) yang digunakan untuk bertahan hidup dan kajian ilmiah (entomologi akademis), tetapi cabang investigasi yang menaruh perhatian pada pengaruh serangga (dan Arthropoda terrestrial lainnya, seperti [[arachnida]] dan [[myriapoda]]) di dalam sastra, bahasa, musik, seni, sejarah interpretasi, agama, dan rekreasi telah dikenal sebagai bidang khusus di dalam karya Schimitschek.<ref name="Schimitschek 1968"/><ref name="Schimitschek 1961">{{cite journal | last=Schimitschek | first=E. | title=Die Bedeutung der Insekten für Kultur und Wirtschaft des Menschen in Vergangenheit und Gegenwart | journal=Istanbul Universitesi | date= 1961 |volume= 908: | pages=1–48}}</ref><ref name="Hogue 1987">{{cite journal |last=Hogue |first=Charles |title=Cultural Entomology |journal=Annual Review of Entomology |date=January 1987|volume= 32 |pages=181–199 |doi= 10.1146/annurev.en.32.010187.001145}}</ref>
Pada tahun 1968, {{Interlanguage link multi|Erwin Schimitschek|de}} mengklaim entomologi budaya merupakan sebuah cabang kajian serangga, di dalam sebuah ulasan tentang peran serangga yang digunakan di dalam [[cerita rakyat]] dan juga di dalam budaya termasuk di dalam [[agama]], makanan, obat-obatan, dan seni.<ref name="Schimitschek 1968">{{cite book |last=Schimitschek |first=E. |title=Handbuch der Zoologie |year=1968 |publisher=Berliner Akademie Verlag|editor=Helmcke J.G. |editor2=Stark D. |editor3=Wermuth H. |chapter=Insekten als Nahrung, Brauchtum, Kult und Kultur |volume= 4 | pages=1–62}}</ref> Pada tahun 1984, [[Charles Hogue]] menutupi bidang ini di dalam bahasa Inggris dari tahun 1994 hingga 1997, kemudian majalah ''The Cultural Entomology Digest'' Hogue menyajikannya sebagai sebuah forum yang membahas bidang ini.<ref>{{cite web|last=Hogue|first=Charles|title=Cultural Entomology|url=http://www.insects.org/ced1/cult_ent.html|accessdate=22 July 2012|archive-date=2012-06-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20120617234900/http://www.insects.org/ced1/cult_ent.html|dead-url=yes}}</ref><ref>{{cite web|title=Who? What? Why?|url=http://www.insects.org/ced1/who_what_why.html|publisher=Cultural Entomology Digest|accessdate=22 July 2012|archive-date=2016-03-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20160304030739/http://www.insects.org/ced1/who_what_why.html|dead-url=yes}}</ref> Hogue berpendapat bahwa, "Manusia menghabiskan energi intelektualnya dalam tiga wilayah aktivitas dasar, yaitu: bertahan hidup, pembelajaran praktis (seperti aplikasi teknologi); menemukan pengetahuan murni lewat proses mental secara induktif (misalnya sains); dan mengejar pencerahan untuk mencecap kenikmatan dengan pelatihan estetika yang mengacu pada bidang "humaniora". [[Entomologi]] telah lama menaruh perhatian pada ([[entomologi ekonomi]]) yang digunakan untuk bertahan hidup dan kajian ilmiah (entomologi akademis), tetapi cabang investigasi yang menaruh perhatian pada pengaruh serangga (dan Arthropoda terrestrial lainnya, seperti [[arachnida]] dan [[myriapoda]]) di dalam sastra, bahasa, musik, seni, sejarah interpretasi, agama, dan rekreasi telah dikenal sebagai bidang khusus di dalam karya Schimitschek.<ref name="Schimitschek 1968"/><ref name="Schimitschek 1961">{{cite journal | last=Schimitschek | first=E. | title=Die Bedeutung der Insekten für Kultur und Wirtschaft des Menschen in Vergangenheit und Gegenwart | journal=Istanbul Universitesi | date= 1961 |volume= 908: | pages=1–48}}</ref><ref name="Hogue 1987">{{cite journal |last=Hogue |first=Charles |title=Cultural Entomology |journal=Annual Review of Entomology |date=January 1987|volume= 32 |pages=181–199 |doi= 10.1146/annurev.en.32.010187.001145}}</ref>
Hogue membuat batasan pada bidang ini dan berkata bahwa, "Narasi sejarah ilmu pengetahuan dari entomologi bukanlah merupakan bagian dari entomologi budaya, sementara pengaruh serangga di dalam [[sejarah]] secara umum dapat dianggap sebagai entomologi budaya."<ref name="Hogue">{{cite web |last=Hogue |first=Charles |title=Cultural Entomology |url=http://www.insects.org/ced1/cult_ent.html |publisher=Cultural Entomology Digest |accessdate=22 July 2012}}</ref> Dia menambahkan, "Karena istilah "budaya" didefinisikan secara sempit, di mana beberapa aspek secara normal dimasukkan di dalam kajian masyarakat yang dikecualikan."<ref name="Hogue"/>
Hogue membuat batasan pada bidang ini dan berkata bahwa, "Narasi sejarah ilmu pengetahuan dari entomologi bukanlah merupakan bagian dari entomologi budaya, sementara pengaruh serangga di dalam [[sejarah]] secara umum dapat dianggap sebagai entomologi budaya."<ref name="Hogue">{{cite web |last=Hogue |first=Charles |title=Cultural Entomology |url=http://www.insects.org/ced1/cult_ent.html |publisher=Cultural Entomology Digest |accessdate=22 July 2012 |archive-date=2012-06-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120617234900/http://www.insects.org/ced1/cult_ent.html |dead-url=yes }}</ref> Dia menambahkan, "Karena istilah "budaya" didefinisikan secara sempit, di mana beberapa aspek secara normal dimasukkan di dalam kajian masyarakat yang dikecualikan."<ref name="Hogue"/>


Darrell Addison Posey mencatat bahwa batasan antara entomologi budaya dan ethnoentomologi merupakan hal yang sulit digambarkan, dengan mengutip Hogue sebagai entomologi budaya yang membatasi pengaruh serangga pada "esensi kemanusiaan yang diekspresikan di dalam seni dan humaniora". Posey mencatat lebih lanjut bahwa anthropologi budaya biasanya terikat pada kajian yang telah "maju", terindustrialisasi, dengan masyarakat literer, di mana ethnoentomologi mempelajari "tentang masyarakat 'primitif' atau 'belum beradab' secara entomologis". Posey menyatakan bahwa bagian artifisial, yang lengkap dengan pembenaran yang tidak bias antara kami/mereka.<ref name=Posey/> Brian Morris mengkritisi hal serupa dengan cara para anthropolog memperlakukan sikap non-Barat terhadap alam sebagai monadik dan spiritualis, yang kontras dengan "gaya [[gnostik]]" dengan perlakuan penyederhanaan terhadap Barat sebagai sikap yang mekanistik, yang seringkali terjadi di abad ke-17. Morris menganggap hal ini sebagai "tidak berguna, jika tidak menyesatkan", dan sebagai gantinya menawarkan penelitiannya sendiri ke dalam cara-cara yang beragam bahwa masyarakat [[Malawi]] terkait dengan serangga dan binatang-binatang lainnya yang "pragmatis, intelektual, realis, praktis, estetis, simbolis and sakramen."<ref>Morris, 2006.</ref>
Darrell Addison Posey mencatat bahwa batasan antara entomologi budaya dan ethnoentomologi merupakan hal yang sulit digambarkan, dengan mengutip Hogue sebagai entomologi budaya yang membatasi pengaruh serangga pada "esensi kemanusiaan yang diekspresikan di dalam seni dan humaniora". Posey mencatat lebih lanjut bahwa anthropologi budaya biasanya terikat pada kajian yang telah "maju", terindustrialisasi, dengan masyarakat literer, di mana ethnoentomologi mempelajari "tentang masyarakat 'primitif' atau 'belum beradab' secara entomologis". Posey menyatakan bahwa bagian artifisial, yang lengkap dengan pembenaran yang tidak bias antara kami/mereka.<ref name=Posey/> Brian Morris mengkritisi hal serupa dengan cara para anthropolog memperlakukan sikap non-Barat terhadap alam sebagai monadik dan spiritualis, yang kontras dengan "gaya [[gnostik]]" dengan perlakuan penyederhanaan terhadap Barat sebagai sikap yang mekanistik, yang sering kali terjadi di abad ke-17. Morris menganggap hal ini sebagai "tidak berguna, jika tidak menyesatkan", dan sebagai gantinya menawarkan penelitiannya sendiri ke dalam cara-cara yang beragam bahwa masyarakat [[Malawi]] terkait dengan serangga dan binatang-binatang lainnya yang "pragmatis, intelektual, realis, praktis, estetis, simbolis and sakramen."<ref>Morris, 2006.</ref>


=== Kegunaan serangga di dalam ekosistem ===
=== Kegunaan serangga di dalam ekosistem ===
[[Berkas:Honeybee (Apis mellifera) pollinating Avocado cv.jpg|jmpl|kiri|Proses [[polinasi]] yang dilakukan oleh lebah pada tanaman [[alpukat]] yang merupakan bagian dari kegunaan serangga di dalam ekosistem.]]
[[Berkas:Honeybee (Apis mellifera) pollinating Avocado cv.jpg|jmpl|kiri|Proses [[polinasi]] yang dilakukan oleh lebah pada tanaman [[alpukat]] yang merupakan bagian dari kegunaan serangga di dalam ekosistem.]]


Badan [[Millennium Ecosystem Assessment]] (MEA) melaporkan di tahun 2005, bahwa definisi [[pelayanan ekosistem]] yang memberikan manfaat bagi manusia yang diperoleh dari ekosistem, serta membedakannya pada empat kategori, pada penetuan, regulasi, dukungan, serta budaya. Sebuah prinsip mendasar di mana beberapa spesis arthropoda yang telah dipelajari secara baik akan pengaruhnya terhadap manusia (misalnya lebah madu, [[semut]], [[nyamuk]], dan [[laba-laba]]). Namun, serangga menawarkan [[manfaat dan hasil ekologis]].<ref name=MEA>{{cite book|last1=Millennium Ecosystem Assessment|title=Ecosystems and human well-being : synthesis|date=2005|publisher=Island Press|url=http://www.millenniumassessment.org/documents/document.356.aspx.pdf|location=Washington, DC|isbn=1-59726-040-1|accessdate=7 August 2014}}</ref> [[Masyarakat Xerces]] misalnya memperhitungkan dampak ekonomi pada empat pelayanan ekologis yang diberikan oleh serangga diantaranya: proses polinasi, rekreasi (misalnya "pentingnya kumbang di dalam kegiatan [[berburu]], [[memancing]], dan observasi satwa liar, seperti [[pengamatan burung]]"), penguburan kotoran, dan [[Pengontrolan hama biologis|pengontrolan hama]]. Nilainya diperkirakan telah mencapai $153 milyar (2, 186 juta rupiah) di seluruh dunia.<ref>{{cite news |last=Lyman Kirst |first=Marian |title=Insect – the neglected 99% |url=http://www.hcn.org/blogs/goat/insects-the-neglected-99-percent/ |accessdate=22 July 2012 |newspaper=High Country News |date=29 Dec 2011}}</ref> Sebagai halnya [[E. O. Wilson]], yaitu seorang ahli semut<ref>{{cite web|title=Edward O. Wilson Biography|url=http://www.biography.com/people/edward-o-wilson-507387|publisher=Biography.com|accessdate=6 January 2017}}</ref> mengamati bahwa, "Jika seluruh umat manusia menghilang, maka dunia akan melakukan regenerasi pada keadaan makmur yang setimbang yang pernah ada di sepuluh tahun yang lalu. Jika serangga punah, maka lingkungan akan mengalami kekacauan."<ref>{{cite book |last=Wilson |first=E.O. |title=The Creation: An Appeal to Save Life on Earth |date=2006 |publisher=Norton}}</ref> Sebuah segmen televisi [[Nova (Seri TV)|Nova]] pada [[Layanan Penyiaran Publik]] di Amerika membingkai hubungan antara serangga dengan konteks urban, dengan menyatakan bahwa, "Kita manusia seringkali berpikir bahwa kita lah yang menjalankan dunia. Tetapi bahkan di pusat-pusat kota besar kita, sebuah musuh adidaya&nbsp;... makhluk kecil ini hidup di sekeliling kita dengan jumlah yang sangat banyak, dan bahkan kita tidak pernah melihat mereka. Tetapi dengan beragam cara, merekalah yang menjalankan pertunjukkan.<ref>{{cite web|title=Little Creatures Who Run the World|url=https://www.pbs.org/wgbh/nova/transcripts/2203crea.html|work=Nova|publisher=PBS Airdate: August 12, 1997}}</ref> Koran ''[[The Washington Post]]'' menyatakan bahwa, "Kita adalah makhluk terbang yang buta di berbagai aspek kelestarian lingkungan, dan itulah sebabnya kita juga terkejut ketika sebuah spesis seperti lebah madu mulai menyerang, atau serangga yang tidak kita inginkan, seperti [[nyamuk harimau Asia]] atau [[semut api]] muncul di tengah-tengah kita. Dengan kata lain, mulailah berpikir tentang kumbang-kumbang ini."<ref>{{cite news |last=Higgins |first=Adrian |title=Saving Earth From the Ground Up |url=https://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/06/29/AR2007062902334.html |work=June 30, 2007 |publisher=The Washington Post |accessdate=22 July 2012 |date=30 June 2007}}</ref>
Badan [[Millennium Ecosystem Assessment]] (MEA) melaporkan pada tahun 2005, bahwa definisi [[pelayanan ekosistem]] yang memberikan manfaat bagi manusia yang diperoleh dari ekosistem, serta membedakannya pada empat kategori, pada penetuan, regulasi, dukungan, serta budaya. Sebuah prinsip mendasar di mana beberapa spesis arthropoda yang telah dipelajari secara baik akan pengaruhnya terhadap manusia (misalnya lebah madu, [[semut]], [[nyamuk]], dan [[laba-laba]]). Namun, serangga menawarkan [[manfaat dan hasil ekologis]].<ref name=MEA>{{cite book|last1=Millennium Ecosystem Assessment|title=Ecosystems and human well-being : synthesis|date=2005|publisher=Island Press|url=http://www.millenniumassessment.org/documents/document.356.aspx.pdf|location=Washington, DC|isbn=1-59726-040-1|accessdate=7 August 2014}}</ref> [[Masyarakat Xerces]] misalnya memperhitungkan dampak ekonomi pada empat pelayanan ekologis yang diberikan oleh serangga diantaranya: proses polinasi, rekreasi (misalnya "pentingnya kumbang di dalam kegiatan [[berburu]], [[memancing]], dan observasi satwa liar, seperti [[pengamatan burung]]"), penguburan kotoran, dan [[Pengontrolan hama biologis|pengontrolan hama]]. Nilainya diperkirakan telah mencapai $153 miliar (2, 186 juta rupiah) di seluruh dunia.<ref>{{cite news |last=Lyman Kirst |first=Marian |title=Insect – the neglected 99% |url=http://www.hcn.org/blogs/goat/insects-the-neglected-99-percent/ |accessdate=22 July 2012 |newspaper=High Country News |date=29 Dec 2011}}</ref> Sebagai halnya [[E. O. Wilson]], yaitu seorang ahli semut<ref>{{cite web|title=Edward O. Wilson Biography|url=http://www.biography.com/people/edward-o-wilson-507387|publisher=Biography.com|accessdate=6 January 2017|archive-date=2017-01-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20170107102106/http://www.biography.com/people/edward-o-wilson-507387|dead-url=yes}}</ref> mengamati bahwa, "Jika seluruh umat manusia menghilang, maka dunia akan melakukan regenerasi pada keadaan makmur yang setimbang yang pernah ada di sepuluh tahun yang lalu. Jika serangga punah, maka lingkungan akan mengalami kekacauan."<ref>{{cite book |last=Wilson |first=E.O. |title=The Creation: An Appeal to Save Life on Earth |url=https://archive.org/details/creationappeal00wils |date=2006 |publisher=Norton}}</ref> Sebuah segmen televisi [[Nova (Seri TV)|Nova]] pada [[Layanan Penyiaran Publik]] di Amerika membingkai hubungan antara serangga dengan konteks urban, dengan menyatakan bahwa, "Kita manusia sering kali berpikir bahwa kita lah yang menjalankan dunia. Tetapi bahkan di pusat-pusat kota besar kita, sebuah musuh adidaya&nbsp;... makhluk kecil ini hidup di sekeliling kita dengan jumlah yang sangat banyak, dan bahkan kita tidak pernah melihat mereka. Tetapi dengan beragam cara, merekalah yang menjalankan pertunjukkan.<ref>{{cite web|title=Little Creatures Who Run the World|url=https://www.pbs.org/wgbh/nova/transcripts/2203crea.html|work=Nova|publisher=PBS Airdate: August 12, 1997}}</ref> Koran ''[[The Washington Post]]'' menyatakan bahwa, "Kita adalah makhluk terbang yang buta di berbagai aspek kelestarian lingkungan, dan itulah sebabnya kita juga terkejut ketika sebuah spesis seperti lebah madu mulai menyerang, atau serangga yang tidak kita inginkan, seperti [[nyamuk harimau Asia]] atau [[semut api]] muncul di tengah-tengah kita. Dengan kata lain, mulailah berpikir tentang kumbang-kumbang ini."<ref>{{cite news |last=Higgins |first=Adrian |title=Saving Earth From the Ground Up |url=https://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2007/06/29/AR2007062902334.html |work=June 30, 2007 |publisher=The Washington Post |accessdate=22 July 2012 |date=30 June 2007}}</ref>


=== Hama dan propaganda ===
=== Hama dan propaganda ===
Baris 35: Baris 35:
{{further|Entomologi ekonomi#Serangga-serangga berbahaya}}
{{further|Entomologi ekonomi#Serangga-serangga berbahaya}}
Sikap manusia terhadap serangga seringkali negatif, serta diperkuat dengan pengaruh [[sensasionalisme]] dalam media.<ref>{{cite journal |last=Kellert |first=S. R. |title=Values and perceptions of invertebrates |journal=Conservation Biology |year=1993 |pages=845-855 |doi=10.1046/j.1523-1739.1993.740845.x |volume=7 |issue=4}}</ref> Hal ini telah menghasilkan sebuah masyarakat yang mencoba memusnahkan serangga dari kehidupan sehari-hari.<ref name="Meyer">{{cite web |last=Meyer |first=John |title=Chapter 18: Insects As Pests |url=http://www.cals.ncsu.edu/course/ent425/text18/pestintro.html |date=2006 |publisher=North Carolina State University |accessdate=22 July 2012}}</ref> Sebagai contoh, hampir 75 juta pon dari berbagai jenis [[insektisida]] diproduksi dan dijual tiap tahunnya, yang digunakan di rumah-rumah dan kebun-kebun di Amerika. Pendapatan tahunan dari penjualan insektisida kepada pemilik rumah lebih dari $450 juta di tahun 2004. Kurang lebih satu juta spesis serangga telah dideskripsikan sejauh ini, di mana tidak lebih dari seribu spesis dianggap sebagai [[Serangga hama|hama]] serius dan kurang dari sepuluh ribu (sekitar 1%) jenisnya merupakan hama musiman.<ref name="Meyer"/> Tetapi tidak satu spesis serangga pun telah dibasmi secara permanen dengan penggunaan pestisida, dan sebagai gantinya, minimal seribu spesis telah mengembangkan resistensi lapangan terhadap pestisida, dan bahaya ekstensif telah selesai dalam memberikan manfaat kepada serangga termasuk diantaranya adalah lebah madu sebagai pelaku peran di dalam proses [[polinasi]].<ref>{{cite book |last=Miller G.T. |title=Sustaining the Earth |edition=6th |year=2004 |publisher=Thompson Learning |pages=211-216}}</ref>
Sikap manusia terhadap serangga sering kali negatif, serta diperkuat dengan pengaruh [[sensasionalisme]] dalam media.<ref>{{cite journal |last=Kellert |first=S. R. |title=Values and perceptions of invertebrates |url=https://archive.org/details/sim_conservation-biology_1993-12_7_4/page/845 |journal=Conservation Biology |year=1993 |pages=845-855 |doi=10.1046/j.1523-1739.1993.740845.x |volume=7 |issue=4}}</ref> Hal ini telah menghasilkan sebuah masyarakat yang mencoba memusnahkan serangga dari kehidupan sehari-hari.<ref name="Meyer">{{cite web |last=Meyer |first=John |title=Chapter 18: Insects As Pests |url=http://www.cals.ncsu.edu/course/ent425/text18/pestintro.html |date=2006 |publisher=North Carolina State University |accessdate=22 July 2012}}</ref> Sebagai contoh, hampir 75 juta pon dari berbagai jenis [[insektisida]] diproduksi dan dijual tiap tahunnya, yang digunakan di rumah-rumah dan kebun-kebun di Amerika. Pendapatan tahunan dari penjualan insektisida kepada pemilik rumah lebih dari $450 juta pada tahun 2004. Kurang lebih satu juta spesis serangga telah dideskripsikan sejauh ini, di mana tidak lebih dari seribu spesis dianggap sebagai [[Serangga hama|hama]] serius dan kurang dari sepuluh ribu (sekitar 1%) jenisnya merupakan hama musiman.<ref name="Meyer"/> Tetapi tidak satu spesis serangga pun telah dibasmi secara permanen dengan penggunaan pestisida, dan sebagai gantinya, minimal seribu spesis telah mengembangkan resistensi lapangan terhadap pestisida, dan bahaya ekstensif telah selesai dalam memberikan manfaat kepada serangga termasuk diantaranya adalah lebah madu sebagai pelaku peran di dalam proses [[polinasi]].<ref>{{cite book |last=Miller G.T. |title=Sustaining the Earth |edition=6th |year=2004 |publisher=Thompson Learning |pages=211-216}}</ref>


Selama [[Perang Dingin]], negara-negara [[Pakta Warsawa]] meluncurkan [[perang melawan kumbang kentang]], serta mencela [[Kumbang kentang Colorado|pengenalan spesis kumbang tersebut]] dari Amerika kepada [[CIA]], dan mengutuk spesis tersebut di dalam poster-poster [[propaganda]], serta menyuruh anak-anak mengumpulkan kumbang-kumbang tersebut dan membunuh mereka.<ref name=colUWP>{{cite web |last=Sindelar |first=Daisy|title=What's Orange and Black and Bugging Ukraine? |url=http://www.rferl.org/content/ukraine-colorado-beetle-separatists/25365793.html |work=Radio Free Europe / Radio Liberty |accessdate=18 May 2014}}<br>[https://www.nytimes.com/2014/05/05/world/europe/kievs-reins-weaken-as-chaos-spreads.html?_r=0 Ukraine's Reins Weaken as Chaos Spreads], [[The New York Times]] (4 May 2014)</ref>
Selama [[Perang Dingin]], negara-negara [[Pakta Warsawa]] meluncurkan [[perang melawan kumbang kentang]], serta mencela [[Kumbang kentang Colorado|pengenalan spesis kumbang tersebut]] dari Amerika kepada [[CIA]], dan mengutuk spesis tersebut di dalam poster-poster [[propaganda]], serta menyuruh anak-anak mengumpulkan kumbang-kumbang tersebut dan membunuh mereka.<ref name=colUWP>{{cite web |last=Sindelar |first=Daisy|title=What's Orange and Black and Bugging Ukraine? |url=http://www.rferl.org/content/ukraine-colorado-beetle-separatists/25365793.html |work=Radio Free Europe / Radio Liberty |accessdate=18 May 2014}}<br>[https://www.nytimes.com/2014/05/05/world/europe/kievs-reins-weaken-as-chaos-spreads.html?_r=0 Ukraine's Reins Weaken as Chaos Spreads], [[The New York Times]] (4 May 2014)</ref>
Baris 47: Baris 47:
[[Entomofagi]] adalah makan serangga. Banyak serangga digunakan sebagai kuliner [[penyedap]] makanan di beberapa masyarakat di seluruh dunia, dan karya Frederick Simon Bodenheimer yang betjudul ''Insects as Human Food'' (1951) menarik perhatian pada lingkup dan potensi entomofagi, tetapi praktik ini jarang terjadi dan bahkan tabu di masyarakat lain. Terkadang serangga dianggap cocok hanya untuk masyarakat miskin di dunia ketiga, tetapi pada tahun 1975 Victor Meyer-Rochow menyarankan supaya serangga dapat membantu meringankan kekurangan pangan global di masa depan dan mengadvokasi sebuah perubahan sikap barat terhadap budaya di mana serangga dihargai sebagai makanan.<ref name="Meyer-Rochow 1975">{{cite journal | last=Meyer-Rochow | first=Victor Benno | title=Can insects help to ease the problem of world food shortage? | journal= ANZAAS Journal: "Search"| date= 1975|volume= 6 |issue= 7 | pages=261–262}}</ref> P.J. Gullan and P.S. Cranston merasa bahwa obat untuk hal ini mungkin memasarkan hidangan serangga sebagai makanan yang eksotis dan mahal sehingga dapat diterima. Mereka juga mencatat bahwa beberapa masyarakat di sub-Sahara Afrika lebih menyukai [[ulat]] dibandingkan daging sapi, seperti halnya Chakravorty et al. (2011)<ref name="Nyishi">Chakravorty, J., Ghosh, S., and V.B. Meyer-Rochow. (2011). Practices of entomophagy and entomotherapy by members of the Nyishi and Galo tribes, two ethnic groups of the state of Arunachal Pradesh (North-East India). ''Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine 7(5)''</ref> tunjukkan bahwa serangga makanan (sangat dihargai di India Utara-Timur) yang harganya lebih mahal daripada daging. Hal ekonomis seperti biaya mengumpulkan serangga makanan dan uang yang diperoleh melalui penjualan serangga tersebut, telah dipelajari dengan latar Laos oleh Meyer-Rochow dkk. (2008).<ref name="Laos">Meyer-Rochow V.B., Nonaka K., Boulidam S (2008) More feared than revered: Insects and their impacts on human societies (with specific data on the importance of entomophagy in a Laotian setting. ''Entomologie Heute 20: 3–25''</ref> Di Meksiko, larva semut dan telur pengebor air Corixid dicari sebagai suatu bentuk [[kaviar]] oleh ahlu gastronomi. Di Guangdong, kumbang air memiliki harga cukup tinggi supaya serangga-serangga ini dapat diternakkan. Khususnya harga yang tinggi yang diambil di Thailand untuk serangga air raksasa ''[[Lethocerus indicus]]''.<ref name=GullanCranston2009/>
[[Entomofagi]] adalah makan serangga. Banyak serangga digunakan sebagai kuliner [[penyedap]] makanan di beberapa masyarakat di seluruh dunia, dan karya Frederick Simon Bodenheimer yang betjudul ''Insects as Human Food'' (1951) menarik perhatian pada lingkup dan potensi entomofagi, tetapi praktik ini jarang terjadi dan bahkan tabu di masyarakat lain. Terkadang serangga dianggap cocok hanya untuk masyarakat miskin di dunia ketiga, tetapi pada tahun 1975 Victor Meyer-Rochow menyarankan supaya serangga dapat membantu meringankan kekurangan pangan global di masa depan dan mengadvokasi sebuah perubahan sikap barat terhadap budaya di mana serangga dihargai sebagai makanan.<ref name="Meyer-Rochow 1975">{{cite journal | last=Meyer-Rochow | first=Victor Benno | title=Can insects help to ease the problem of world food shortage? | journal= ANZAAS Journal: "Search"| date= 1975|volume= 6 |issue= 7 | pages=261–262}}</ref> P.J. Gullan and P.S. Cranston merasa bahwa obat untuk hal ini mungkin memasarkan hidangan serangga sebagai makanan yang eksotis dan mahal sehingga dapat diterima. Mereka juga mencatat bahwa beberapa masyarakat di sub-Sahara Afrika lebih menyukai [[ulat]] dibandingkan daging sapi, seperti halnya Chakravorty et al. (2011)<ref name="Nyishi">Chakravorty, J., Ghosh, S., and V.B. Meyer-Rochow. (2011). Practices of entomophagy and entomotherapy by members of the Nyishi and Galo tribes, two ethnic groups of the state of Arunachal Pradesh (North-East India). ''Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine 7(5)''</ref> tunjukkan bahwa serangga makanan (sangat dihargai di India Utara-Timur) yang harganya lebih mahal daripada daging. Hal ekonomis seperti biaya mengumpulkan serangga makanan dan uang yang diperoleh melalui penjualan serangga tersebut, telah dipelajari dengan latar Laos oleh Meyer-Rochow dkk. (2008).<ref name="Laos">Meyer-Rochow V.B., Nonaka K., Boulidam S (2008) More feared than revered: Insects and their impacts on human societies (with specific data on the importance of entomophagy in a Laotian setting. ''Entomologie Heute 20: 3–25''</ref> Di Meksiko, larva semut dan telur pengebor air Corixid dicari sebagai suatu bentuk [[kaviar]] oleh ahlu gastronomi. Di Guangdong, kumbang air memiliki harga cukup tinggi supaya serangga-serangga ini dapat diternakkan. Khususnya harga yang tinggi yang diambil di Thailand untuk serangga air raksasa ''[[Lethocerus indicus]]''.<ref name=GullanCranston2009/>


Serangga-serangga yang digunakan sebagai makanan diantaranya larva lebah madu dan pupa,<ref>{{cite web |url=http://news.nationalgeographic.com/news/2013/13/130514-edible-insects-entomophagy-science-food-bugs-beetles/ |title=U.N. Urges Eating Insects: 8 Popular Bugs to Try |author=Holland, Jennifer |date=14 May 2013 |work=National Geographic |accessdate=16 July 2015}}</ref><ref>{{cite web |last1=Haris |first1=Emmaria |title=Sensasi Rasa Unik Botok Lebah yang Menyengat (Unique taste sensation botok with stinging bees) |url=http://www.sayangi.com/gayahidup1/kuliner/read/12669/sensasi-rasa-unik-botok-lebah-yang-menyengat |publisher=Sayangi.com |accessdate=22 June 2015 |language=Indonesian |date=6 December 2013}}</ref> [[Gonimbrasia belina|ulat mopani]],<ref>{{cite web|title=Worms! A look at Zimbabwe's favorite snack: mopane worms|url=http://www.nydailynews.com/life-style/eats/zimbabwe-favorite-snack-mopane-worms-article-1.1247669|publisher=New York Daily News|accessdate=10 July 2016|date=25 January 2013}}</ref> [[Beondegi|ulat sutera]],<ref>Robinson, Martin; Bartlett, Ray; Whyte, Rob. ''Korea'' (2007). Lonely Planet publications, {{ISBN|1-74104-558-4}}, {{ISBN|978-1-74104-558-1}}. page 63</ref> [[ulat Maguey]],<ref>{{cite web|last1=Tang|first1=Philip|title=The 10 tastiest insects and bugs in Mexico|url=https://www.lonelyplanet.com/mexico/oaxaca-state/travel-tips-and-articles/the-10-tastiest-insects-and-bugs-in-mexico|publisher=[[Lonely Planet]]|accessdate=10 July 2016}}</ref> [[ulat Witchetty]],<ref>{{cite book |title=Bush Food: Aboriginal Food and Herbal Medicine |last=Isaacs |first=Jennifer |authorlink= |coauthors= |year=2002 |publisher=New Holland Publishers (Australia) |location=[[Frenchs Forest, New South Wales]] |isbn=1-86436-816-0 |pages=190–192 }}</ref> jangkrik,<ref>{{cite news |title=Vietnam's most challenging foods |author=Bray, Adam |url=http://travel.cnn.com/explorations/eat/vietnams-bizarre-foods-864722 |newspaper=CNN: Travel |date=24 August 2010 |accessdate=2 June 2015}}</ref> [[Chapulines|belalang]]<ref>{{cite web |last1=Kenyon |first1=Chelsie |title=Chapulines |url=http://mexicanfood.about.com/od/authenticfamilyrecipes/r/chapulines.htm |accessdate=31 March 2015}}</ref> dan [[uir-uir]].<ref>{{Cite journal |url=http://nationalzoo.si.edu/Publications/ZooGoer/2005/4/edibleinsects.cfm |title=Edible Insects |author=Fromme |journal=[[Smithsonian Zoogoer]] |publisher=[[Smithsonian Institution]] |year=2005 |volume=34 |issue=4|first = Alison|archiveurl = https://web.archive.org/web/20051111041211/http://nationalzoo.si.edu/Publications/ZooGoer/2005/4/edibleinsects.cfm|archivedate = November 11, 2005 |accessdate=26 April 2015}}</ref> Di Thailand, terdapat 20.000 petani memelihara jangkrik yang dipanen sekitar 7.500 ton per tahun.<ref>{{Cite web |url=http://www.fao.org/docrep/017/i3246e/i3246e.pdf |title=Six-legged livestock |last=Hanboonsong| first=Yupa |last2=Tasanee |first2=Jamjanya |date=2013-03-01 |website=FAO |publisher=Food and Agriculture Organization |others=Patrick B. Durst |accessdate=10 July 2016}}</ref>
Serangga-serangga yang digunakan sebagai makanan diantaranya larva lebah madu dan pupa,<ref>{{cite web |url=http://news.nationalgeographic.com/news/2013/13/130514-edible-insects-entomophagy-science-food-bugs-beetles/ |title=U.N. Urges Eating Insects: 8 Popular Bugs to Try |author=Holland, Jennifer |date=14 May 2013 |work=National Geographic |accessdate=16 July 2015}}</ref><ref>{{cite web |last1=Haris |first1=Emmaria |title=Sensasi Rasa Unik Botok Lebah yang Menyengat (Unique taste sensation botok with stinging bees) |url=http://www.sayangi.com/gayahidup1/kuliner/read/12669/sensasi-rasa-unik-botok-lebah-yang-menyengat |publisher=Sayangi.com |accessdate=22 June 2015 |language=Indonesian |date=6 December 2013 |archive-date=2015-06-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150622203413/http://www.sayangi.com/gayahidup1/kuliner/read/12669/sensasi-rasa-unik-botok-lebah-yang-menyengat |dead-url=yes }}</ref> [[Gonimbrasia belina|ulat mopani]],<ref>{{cite web|title=Worms! A look at Zimbabwe's favorite snack: mopane worms|url=http://www.nydailynews.com/life-style/eats/zimbabwe-favorite-snack-mopane-worms-article-1.1247669|publisher=New York Daily News|accessdate=10 July 2016|date=25 January 2013}}</ref> [[Beondegi|ulat sutera]],<ref>Robinson, Martin; Bartlett, Ray; Whyte, Rob. ''Korea'' (2007). Lonely Planet publications, {{ISBN|1-74104-558-4}}, {{ISBN|978-1-74104-558-1}}. page 63</ref> [[ulat Maguey]],<ref>{{cite web|last1=Tang|first1=Philip|title=The 10 tastiest insects and bugs in Mexico|url=https://www.lonelyplanet.com/mexico/oaxaca-state/travel-tips-and-articles/the-10-tastiest-insects-and-bugs-in-mexico|publisher=[[Lonely Planet]]|accessdate=10 July 2016}}</ref> [[ulat Witchetty]],<ref>{{cite book |title=Bush Food: Aboriginal Food and Herbal Medicine |last=Isaacs |first=Jennifer |authorlink= |coauthors= |year=2002 |publisher=New Holland Publishers (Australia) |location=[[Frenchs Forest, New South Wales]] |isbn=1-86436-816-0 |pages=190–192 }}</ref> jangkrik,<ref>{{cite news |title=Vietnam's most challenging foods |author=Bray, Adam |url=http://travel.cnn.com/explorations/eat/vietnams-bizarre-foods-864722 |newspaper=CNN: Travel |date=24 August 2010 |accessdate=2 June 2015}}</ref> [[Chapulines|belalang]]<ref>{{cite web |last1=Kenyon |first1=Chelsie |title=Chapulines |url=http://mexicanfood.about.com/od/authenticfamilyrecipes/r/chapulines.htm |accessdate=31 March 2015 |archive-date=2015-04-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150402124356/http://mexicanfood.about.com/od/authenticfamilyrecipes/r/chapulines.htm |dead-url=yes }}</ref> dan [[uir-uir]].<ref>{{Cite journal |url=http://nationalzoo.si.edu/Publications/ZooGoer/2005/4/edibleinsects.cfm |title=Edible Insects |author=Fromme |journal=[[Smithsonian Zoogoer]] |publisher=[[Smithsonian Institution]] |year=2005 |volume=34 |issue=4|first = Alison|archiveurl = https://web.archive.org/web/20051111041211/http://nationalzoo.si.edu/Publications/ZooGoer/2005/4/edibleinsects.cfm|archivedate = November 11, 2005 |accessdate=26 April 2015}}</ref> Di Thailand, terdapat 20.000 petani memelihara jangkrik yang dipanen sekitar 7.500 ton per tahun.<ref>{{Cite web |url=http://www.fao.org/docrep/017/i3246e/i3246e.pdf |title=Six-legged livestock |last=Hanboonsong| first=Yupa |last2=Tasanee |first2=Jamjanya |date=2013-03-01 |website=FAO |publisher=Food and Agriculture Organization |others=Patrick B. Durst |accessdate=10 July 2016}}</ref>


=== Di bidang kedokteran ===
=== Di bidang kedokteran ===
Baris 53: Baris 53:
{{main article|Serangga di bidang kedokteran}}
{{main article|Serangga di bidang kedokteran}}


Serangga telah digunakan secara medis pada budaya di seluruh dunia, yang seringkali sesuai dengan [[Doctrine of Signatures|dogma benda hayati]]. Dengan demikian, femur belalang yang bentuknya menyerupai hepar manusia, seringkali digunakan sebagai obat penyakit hepar oleh masyarakat adat Meksiko.<ref name="Mexico">Ramos-Elorduy de Concini, J. and J.M. Pino Moreno. (1988). The utilization of insects in the empirical medicine of ancient Mexicans. ''Journal of Ethnobiology, 8(2), 195–202.''</ref> Dogma ini telah diterapkan di dalam [[Pengobatan Tradisional Cina]] (atau disingkat TCM) serta di dalam [[Ayurveda]]. TCM menggunakan arthropoda untuk berbagai tujuan; misalnya, [[kelabang]] digunakan untuk mengobati tetanus, kejang, dan sawan,<ref name="centipede">http://tcm.health-info.org/Herbology.Materia.Medica/wugong-properties.htm</ref> sementara Semut Hitam Gunung Cina atau ''[[Polyrhachis]] vicina'', digunakan sebagai obat semua penyakit, terutama oleh para orang tua, dan ekstraknya diuji sebagai agen anti-kanker.<ref>http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/1809450.stm</ref> Pengobatan Ayurveda menggunakan serangga jenis [[Termite]] untuk kondisi-kondisi seperti bisul, penyakit reumatik, anemia, dan nyeri. Larva penambang daun [[Jatropha]] digunakan dengan cara direbus untuk menginduksi laktasi, menurunkan demam, dan menenangkan saluran pencernaan.<ref name="Nyishi"/><ref name="Bioprospecting">Srivastava, S.K., Babu, N., and H. Pandey. (2009). Traditional insect bioprospecting—As human food and medicine. ''Indian Journal of Traditional Knowledge, 8(4):'' 485–494.</ref> Sebaliknya, obat serangga tradisional dari Afrika merupakan obat lokal dan tidak berbentuk.<ref name = "Bioprospecting" /> Masyarakat adat Amerika Tengah biasanya menggunakan berbagai macam serangga sebagai obat. Suku Maya misalnya, menggunakan gerombolan [[Semut tentara]] sebagai [[benang jahit]].<ref name="Meksiko" /> Racun yang dihasilkan [[Semut pemanen merah]] biasa digunakan untuk menyembuhkan penyakit [[reumatik]], [[arthritis]], dan [[poliomielitis]] melalui reaksi kekebalan tubuh yang dihasilkan akibat sengatannya.<ref name = "Meksiko" /> Pupa rebus ''[[Bombyx mori|silkworm]]'' diambil untuk mengobati penyakit [[apoplexy]], afasia, [[bronkhitis]], [[radang paru-paru]], sawan, [[pendarahan]], serta beser. <ref name = "Mexico" />
Serangga telah digunakan secara medis pada budaya di seluruh dunia, yang sering kali sesuai dengan [[Doctrine of Signatures|dogma benda hayati]]. Dengan demikian, femur belalang yang bentuknya menyerupai hepar manusia, sering kali digunakan sebagai obat penyakit hepar oleh masyarakat adat Meksiko.<ref name="Mexico">Ramos-Elorduy de Concini, J. and J.M. Pino Moreno. (1988). The utilization of insects in the empirical medicine of ancient Mexicans. ''Journal of Ethnobiology, 8(2), 195–202.''</ref> Dogma ini telah diterapkan di dalam [[Pengobatan Tradisional Cina]] (atau disingkat TCM) serta di dalam [[Ayurveda]]. TCM menggunakan arthropoda untuk berbagai tujuan; misalnya, [[kelabang]] digunakan untuk mengobati tetanus, kejang, dan sawan,<ref name="centipede">http://tcm.health-info.org/Herbology.Materia.Medica/wugong-properties.htm</ref> sementara Semut Hitam Gunung Cina atau ''[[Polyrhachis]] vicina'', digunakan sebagai obat semua penyakit, terutama oleh para orang tua, dan ekstraknya diuji sebagai agen anti-kanker.<ref>http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/1809450.stm</ref> Pengobatan Ayurveda menggunakan serangga jenis [[Termite]] untuk kondisi-kondisi seperti bisul, penyakit reumatik, anemia, dan nyeri. Larva penambang daun [[Jatropha]] digunakan dengan cara direbus untuk menginduksi laktasi, menurunkan demam, dan menenangkan saluran pencernaan.<ref name="Nyishi"/><ref name="Bioprospecting">Srivastava, S.K., Babu, N., and H. Pandey. (2009). Traditional insect bioprospecting—As human food and medicine. ''Indian Journal of Traditional Knowledge, 8(4):'' 485–494.</ref> Sebaliknya, obat serangga tradisional dari Afrika merupakan obat lokal dan tidak berbentuk.<ref name = "Bioprospecting" /> Masyarakat adat Amerika Tengah biasanya menggunakan berbagai macam serangga sebagai obat. Suku Maya misalnya, menggunakan gerombolan [[Semut tentara]] sebagai [[benang jahit]].<ref name="Meksiko" /> Racun yang dihasilkan [[Semut pemanen merah]] biasa digunakan untuk menyembuhkan penyakit [[reumatik]], [[arthritis]], dan [[poliomielitis]] melalui reaksi kekebalan tubuh yang dihasilkan akibat sengatannya.<ref name = "Meksiko" /> Pupa rebus ''[[Bombyx mori|silkworm]]'' diambil untuk mengobati penyakit [[apoplexy]], afasia, [[bronkhitis]], [[radang paru-paru]], sawan, [[pendarahan]], serta beser.<ref name = "Mexico" />


Produk-produk [[lebah madu]] digunakan secara medis dalam [[apitherapy]] di Asia, Eropa, Afrika, Australia, dan Amerika, meskipun faktanya lebah madu tidak diperkenalkan di Amerika hingga peristiwa kolonisasi oleh Spanyol dan Portugal. Sejauh ini, produk-produk tersebut merupakan produk serangga medis yang paling umum; baik secara historis maupun yang ada hingga saat ini, dan [[madu|madu-madu]] ini merupakan produk yang seringkali direkomendasikan.<ref name="Bioprospecting" /> Produk serangga ini juga diterapkan pada kulit untuk mengobati jaringan parut yang tumbuh dengan cepat, mengobati ruam, dan luka bakar,<ref name="China">Feng, Y., Zhao, M., He, Z., Chen, Z., and L. Sun. (2009). Research and utilization of medicinal insects in China. ''Entomological Research, 39:'' 313–316.</ref> selain itu digunakan juga sebagai tapal mata untuk mengobati infeksi.<ref name="Nyishi" /> Madu ini diambil untuk mengobati masalah pencernaan, yang juga digunakan sebagai pemulihan kesehatan secara umum. Madu diambil panas-panas untuk mengobati [[pilek]], [[batuk]], infeksi tenggorokan, [[laryngitis]], [[tuberculosis]], dan penyakit paru-paru.<ref name="Mexico" /> [[Apitoxin]] (venom lebah madu) diaplikasikan langsung melalui sengatannya untuk meredakan radang sendi, reumatik, [[polyneuritis]], dan [[asthma]].<ref name="Mexico" /> [[Propolis]], campuran resin, lilin yang dikumpulkan oleh lebah madu yang kemudian digunakan sebagai insulator sarang dan ''sealant'', seringkali dikonsumsi oleh para wanita [[menopause]] karena memiliki kandungan [[hormon]] yang tinggi, dan konon memiliki khasiat antibiotik, anestesi, dan anti-inflamasi.<ref name="Mexico" /> [[Royal jelly]] juga digunakan untuk mengobati [[anaemia]], [[ulkus gastrointestinal]], arteriosclerosis, [[tekanan darah rendah]] dan [[tekanan darah tinggi]], serta menghambat [[libido]] seksual.<ref name="Mexico" /> Terakhir, [[lebah roti]], atau lebah pollen, umumnya dimakan sebagai pemulihan kesehatan, dan dikenal dapat membantu mengobati infeksi internal dan eksternal.<ref name="Mexico" /> Salah satu [[peptida]] utama di dalam venom lebah seperti [[Melittin]], merupakan senyawa yang berpotensi mengobati [[inflamasi]] pada penderita [[Rheumatoid arthritis]] dan [[Multiple sclerosis]].<ref name="N.A. Ratcliffe 2011">Ratcliffe, N.A. et al. ''Insect Biochemistry and Molecular Biology'', 41 (2011) 747e769</ref>
Produk-produk [[lebah madu]] digunakan secara medis dalam [[apitherapy]] di Asia, Eropa, Afrika, Australia, dan Amerika, meskipun faktanya lebah madu tidak diperkenalkan di Amerika hingga peristiwa kolonisasi oleh Spanyol dan Portugal. Sejauh ini, produk-produk tersebut merupakan produk serangga medis yang paling umum; baik secara historis maupun yang ada hingga saat ini, dan [[madu|madu-madu]] ini merupakan produk yang sering kali direkomendasikan.<ref name="Bioprospecting" /> Produk serangga ini juga diterapkan pada kulit untuk mengobati jaringan parut yang tumbuh dengan cepat, mengobati ruam, dan luka bakar,<ref name="China">Feng, Y., Zhao, M., He, Z., Chen, Z., and L. Sun. (2009). Research and utilization of medicinal insects in China. ''Entomological Research, 39:'' 313–316.</ref> selain itu digunakan juga sebagai tapal mata untuk mengobati infeksi.<ref name="Nyishi" /> Madu ini diambil untuk mengobati masalah pencernaan, yang juga digunakan sebagai pemulihan kesehatan secara umum. Madu diambil panas-panas untuk mengobati [[pilek]], [[batuk]], infeksi tenggorokan, [[laryngitis]], [[tuberculosis]], dan penyakit paru-paru.<ref name="Mexico" /> [[Apitoxin]] (venom lebah madu) diaplikasikan langsung melalui sengatannya untuk meredakan radang sendi, reumatik, [[polyneuritis]], dan [[asthma]].<ref name="Mexico" /> [[Propolis]], campuran resin, lilin yang dikumpulkan oleh lebah madu yang kemudian digunakan sebagai insulator sarang dan ''sealant'', sering kali dikonsumsi oleh para wanita [[menopause]] karena memiliki kandungan [[hormon]] yang tinggi, dan konon memiliki khasiat antibiotik, anestesi, dan anti-inflamasi.<ref name="Mexico" /> [[Royal jelly]] juga digunakan untuk mengobati [[anaemia]], [[ulkus gastrointestinal]], arteriosclerosis, [[tekanan darah rendah]] dan [[tekanan darah tinggi]], serta menghambat [[libido]] seksual.<ref name="Mexico" /> Terakhir, [[lebah roti]], atau lebah pollen, umumnya dimakan sebagai pemulihan kesehatan, dan dikenal dapat membantu mengobati infeksi internal dan eksternal.<ref name="Mexico" /> Salah satu [[peptida]] utama di dalam venom lebah seperti [[Melittin]], merupakan senyawa yang berpotensi mengobati [[inflamasi]] pada penderita [[Rheumatoid arthritis]] dan [[Multiple sclerosis]].<ref name="N.A. Ratcliffe 2011">Ratcliffe, N.A. et al. ''Insect Biochemistry and Molecular Biology'', 41 (2011) 747e769</ref>


Peningkatan infeksi [[resistensi antibiotik]] telah memicu penelitian farmasi untuk sumber daya baru, termasuk penelitian tentang arthropoda.<ref>Dossey, A.T., 2010. Insects and their chemical weaponry: new potential for drug discovery. Nat. Prod. Rep 27, 1737e1757.</ref>
Peningkatan infeksi [[resistensi antibiotik]] telah memicu penelitian farmasi untuk sumber daya baru, termasuk penelitian tentang arthropoda.<ref>Dossey, A.T., 2010. Insects and their chemical weaponry: new potential for drug discovery. Nat. Prod. Rep 27, 1737e1757.</ref>
Baris 61: Baris 61:
[[Terapi Maggot]] misalnya menggunakan larva [[Calliphoridae|blowfly]] untuk membersihkan luka [[debridement]].<ref>{{cite journal |last1=Sun |first1=Xinjuan |last2=Jiang |first2=Kechun |last3=Chen |first3=Jingan |last4=Wu |first4=Liang |last5=Lu |first5=Hui |last6=Wang |first6=Aiping |last7=Wang |first7=Jianming |title=A systematic review of maggot debridement therapy for chronically infected wounds and ulcers |journal=International Journal of Infectious Diseases |volume=25 |year=2014 |pages=32–7 |doi=10.1016/j.ijid.2014.03.1397 |pmid=24841930}}</ref> Jenis arthropoda ini mengeluarkan senyawa [[allantoin]], yang digunakan dalam mengobati infeksi tulang, [[Osteomyelitis]].
[[Terapi Maggot]] misalnya menggunakan larva [[Calliphoridae|blowfly]] untuk membersihkan luka [[debridement]].<ref>{{cite journal |last1=Sun |first1=Xinjuan |last2=Jiang |first2=Kechun |last3=Chen |first3=Jingan |last4=Wu |first4=Liang |last5=Lu |first5=Hui |last6=Wang |first6=Aiping |last7=Wang |first7=Jianming |title=A systematic review of maggot debridement therapy for chronically infected wounds and ulcers |journal=International Journal of Infectious Diseases |volume=25 |year=2014 |pages=32–7 |doi=10.1016/j.ijid.2014.03.1397 |pmid=24841930}}</ref> Jenis arthropoda ini mengeluarkan senyawa [[allantoin]], yang digunakan dalam mengobati infeksi tulang, [[Osteomyelitis]].


Senyawa [[Cantharidin]] yaitu minyak penyebab blister yang ditemukan pada beberapa keluarga kumbang yang telah dijelaskan oleh nama umum yang tersamar [[kumbang Spanyol]], diterima oleh [[Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat|FDA]] di tahun 2004 telah digunakan di dalam pengobatan kutil dan masalah kulit lainnya. Ketika zaman Yunani dan Romawi Kuno, digunakan juga sebagai senyawa [[aprodisiak]] di beberapa masyarakat. Kajian di dalam kultur jaringan dan model binatang telah menunjukkan sifat perlawanan terhadap tumor.
Senyawa [[Cantharidin]] yaitu minyak penyebab blister yang ditemukan pada beberapa keluarga kumbang yang telah dijelaskan oleh nama umum yang tersamar [[kumbang Spanyol]], diterima oleh [[Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat|FDA]] pada tahun 2004 telah digunakan di dalam pengobatan kutil dan masalah kulit lainnya. Ketika zaman Yunani dan Romawi Kuno, digunakan juga sebagai senyawa [[aprodisiak]] di beberapa masyarakat. Kajian di dalam kultur jaringan dan model binatang telah menunjukkan sifat perlawanan terhadap tumor.


Serangga penghisap darah seperti [[caplak]], [[pikat]], dan [[nyamuk]] menyuntikkan beberapa senyawa bioaktif ke dalam mangsanya. Serangga ini telah lama digunakan oleh para praktisi Kedokteran Timur dalam pencegahan pembekuan darah atau trombosis, menawarkan kemungkinan aplikasi di dalam kedokteran ilmiah.<ref> Yang, X., Hu, K., Yan, G., et al., 2000. Komponen fibrinogenolitik di Tabanid, bahan obat tradisional Cina dan sifat-sifatnya. J. Southwest Agric. Univ. 22, 173e176 (Cina).</Ref> Lebih dari 1.280 keluarga protein dihubungkan dengan saliva dari organisme penghisap darah, termasuk diantaranya inhibitor agregasi platelet, ADP, [[asam arachidonik]], [[trombin]], PAF, antikoagulan, [[vasodilator]], [[vasokonstriktor]], [[antihistamin]], bloker kanal natrium, inhibitor pelengkap, pembentuk pori, inhibitor angiogenesis, [[anestesi]], AMP dan molekul pengenalan pola mikroba, serta parasit peningkat atau aktivator.<ref name="N.A. Ratcliffe 2011"/><ref>Ribeiro, J.M.C., Arca, B., 2009. From sialomes to the sialoverse: an insight into salivary potion of blood-feeding insects. Adv. Insect Physiol. 37, 59e118.</ref><ref>Francischetti, I.M.B., Mather, T.N., Ribeiro, J.M.C., 2005. Tick saliva is a potent inhibitor of endothelial cell proliferation and angiogenesis. Thromb. Haemost. 94, 167e174.</ref><ref>Maritz-Olivier, C., Stutzer, C., Jongejan, F., et al., 2007. Tick anti-hemostatics: targets for future vaccines and therapeutics. Trends Parasitol. 23, 397e407.</ref> Ixolaris yaitu inhibitor [[jaringan]] terbukti dapat memblokir pertumbuhan tumor primer dan [[angiogenesis]] di dalam model [[glioblastoma]].<ref>Carneiro-Lobo, T.C., Konig, S., Machado, D.E., 2009. Ixolaris, a tissue factor inhibitor, blocks primary tumor growth and angiogenesis in a glioblastoma model. J. Thromb. Haemost. 7, 1855e1864.</ref>
Serangga penghisap darah seperti [[caplak]], [[pikat]], dan [[nyamuk]] menyuntikkan beberapa senyawa bioaktif ke dalam mangsanya. Serangga ini telah lama digunakan oleh para praktisi Kedokteran Timur dalam pencegahan pembekuan darah atau trombosis, menawarkan kemungkinan aplikasi di dalam kedokteran ilmiah.<ref>Yang, X., Hu, K., Yan, G., et al., 2000. Komponen fibrinogenolitik di Tabanid, bahan obat tradisional Cina dan sifat-sifatnya. J. Southwest Agric. Univ. 22, 173e176 (Cina).</ref> Lebih dari 1.280 keluarga protein dihubungkan dengan saliva dari organisme penghisap darah, termasuk diantaranya inhibitor agregasi platelet, ADP, [[asam arachidonik]], [[trombin]], PAF, antikoagulan, [[vasodilator]], [[vasokonstriktor]], [[antihistamin]], bloker kanal natrium, inhibitor pelengkap, pembentuk pori, inhibitor angiogenesis, [[anestesi]], AMP dan molekul pengenalan pola mikrob, serta parasit peningkat atau aktivator.<ref name="N.A. Ratcliffe 2011"/><ref>Ribeiro, J.M.C., Arca, B., 2009. From sialomes to the sialoverse: an insight into salivary potion of blood-feeding insects. Adv. Insect Physiol. 37, 59e118.</ref><ref>Francischetti, I.M.B., Mather, T.N., Ribeiro, J.M.C., 2005. Tick saliva is a potent inhibitor of endothelial cell proliferation and angiogenesis. Thromb. Haemost. 94, 167e174.</ref><ref>Maritz-Olivier, C., Stutzer, C., Jongejan, F., et al., 2007. Tick anti-hemostatics: targets for future vaccines and therapeutics. Trends Parasitol. 23, 397e407.</ref> Ixolaris yaitu inhibitor [[jaringan]] terbukti dapat memblokir pertumbuhan tumor primer dan [[angiogenesis]] di dalam model [[glioblastoma]].<ref>Carneiro-Lobo, T.C., Konig, S., Machado, D.E., 2009. Ixolaris, a tissue factor inhibitor, blocks primary tumor growth and angiogenesis in a glioblastoma model. J. Thromb. Haemost. 7, 1855e1864.</ref>


Serangga jenis [[arachnid]] digunakan di dalam pengobatan tradisional, di mana racunnya dipelajari sebagai faktor bioaktif. Pada tahun 1993 [[Margatoxin]] disintesis dari racun kalajengking kulit Amerika Tengah menjadi ''[[Centruroides]] margaritatus''. Peptida ini secara selektif menghambat [[voltage-gated potassium channel|VGKCs]], dan telah dipatenkan oleh Merck, dengan potensi khasiat di dalam pencegahan [[Intimal hyperplasia|neointimal hyperplasia]], penyebab umum [[bypass graft|gagal jantung]].<ref> E. M. Costa-Neto, An. Acad. Bras. Cienc., 2005, 77 (1), 33–43.</ref>
Serangga jenis [[arachnid]] digunakan di dalam pengobatan tradisional, di mana racunnya dipelajari sebagai faktor bioaktif. Pada tahun 1993 [[Margatoxin]] disintesis dari racun kalajengking kulit Amerika Tengah menjadi ''[[Centruroides]] margaritatus''. Peptida ini secara selektif menghambat [[voltage-gated potassium channel|VGKCs]], dan telah dipatenkan oleh Merck, dengan potensi khasiat di dalam pencegahan [[Intimal hyperplasia|neointimal hyperplasia]], penyebab umum [[bypass graft|gagal jantung]].<ref>E. M. Costa-Neto, An. Acad. Bras. Cienc., 2005, 77 (1), 33–43.</ref>
<!--
<!--
=== In science and technology ===
=== In science and technology ===
[[File:Drosophila melanogaster - side (aka).jpg|thumb|right|The common fruitfly ''[[Drosophila melanogaster]]'' is one of the most widely used [[model organism]]s in biological research.]]
[[File:Drosophila melanogaster - side (aka).jpg|thumb|right|The common fruitfly ''[[Drosophila melanogaster]]'' is one of the most widely used [[model organism]]s in biological research.]]


Insects play an important role in biological research. Because of its small size, short generation time and high [[fecundity]], the common fruit fly ''[[Drosophila melanogaster]]'' was selected as a [[model organism]] for studies of the [[genetics]] of higher [[eukaryote]]s. ''D. melanogaster'' has been an essential part of studies into principles like [[genetic linkage]], [[epistasis|interactions between genes]], [[chromosome|chromosomal]] genetics, [[evolutionary developmental biology]], [[ethology|animal behaviour]] and [[evolution]]. Because genetic systems are well conserved among eukaryotes, understanding basic cellular processes like [[DNA replication]] or [[Transcription (genetics)|transcription]] in fruit flies helps scientists to understand those processes in other eukaryotes, including humans.<ref name="Pierce">{{cite book | title=Genetics: A Conceptual Approach | author=Pierce, BA | edition=2nd | publisher=W.H. Freeman and Company | location=New York | page=87 | isbn=0-7167-8881-0 | year=2006}}</ref> The [[genome]] of ''D. melanogaster'' was [[Genome project|sequenced]] in 2000, reflecting the fruit fly's important role in biological research. 70% of the fly genome is similar to the human genome, supporting the [[Charles Darwin|Darwinian]] theory of evolution from a single [[origin of life]].<ref name="Adams_2000">{{cite journal | last1=Adams | first=MD | title=The genome sequence of ''Drosophila melanogaster'' | journal=Science | volume=287 | issue=5461 | pages=2185–2195 | date=24 March 2000| pmid=10731132 | doi=10.1126/science.287.5461.2185 | last2=Celniker | first2=SE | last3=Holt | first3=RA | last4=Evans | first4=CA | last5=Gocayne | first5=JD | last6=Amanatides | first6=PG | last7=Scherer | first7=SE | last8=Li | first8=PW | last9=Hoskins | first9=RA | last10=Galle | first10=R. F. | last11=George | first11=R. A. | last12=Lewis | first12=S. E. | last13=Richards | first13=S | last14=Ashburner | first14=M | last15=Henderson | first15=S. N. | last16=Sutton | first16=G. G. | last17=Wortman | first17=J. R. | last18=Yandell | first18=M. D. | last19=Zhang | first19=Q | last20=Chen | first20=L. X. | last21=Brandon | first21=R. C. | last22=Rogers | first22=Y. H. | last23=Blazej | first23=R. G. | last24=Champe | first24=M | last25=Pfeiffer | first25=B. D. | last26=Wan | first26=K. H. | last27=Doyle | first27=C | last28=Baxter | first28=E. G. | last29=Helt | first29=G | last30=Nelson | first30=C. R. | bibcode= 2000Sci...287.2185.| display-authors=8 }}</ref>
Insects play an important role in biological research. Because of its small size, short generation time and high [[fecundity]], the common fruit fly ''[[Drosophila melanogaster]]'' was selected as a [[model organism]] for studies of the [[genetics]] of higher [[eukaryote]]s. ''D. melanogaster'' has been an essential part of studies into principles like [[genetic linkage]], [[epistasis|interactions between genes]], [[chromosome|chromosomal]] genetics, [[evolutionary developmental biology]], [[ethology|animal behaviour]] and [[evolution]]. Because genetic systems are well conserved among eukaryotes, understanding basic cellular processes like [[DNA replication]] or [[Transcription (genetics)|transcription]] in fruit flies helps scientists to understand those processes in other eukaryotes, including humans.<ref name="Pierce">{{cite book | title=Genetics: A Conceptual Approach | url=https://archive.org/details/geneticsconceptu0000pier_y5q5 | author=Pierce, BA | edition=2nd | publisher=W.H. Freeman and Company | location=New York | page=[https://archive.org/details/geneticsconceptu0000pier_y5q5/page/87 87] | isbn=0-7167-8881-0 | year=2006}}</ref> The [[genome]] of ''D. melanogaster'' was [[Genome project|sequenced]] in 2000, reflecting the fruit fly's important role in biological research. 70% of the fly genome is similar to the human genome, supporting the [[Charles Darwin|Darwinian]] theory of evolution from a single [[origin of life]].<ref name="Adams_2000">{{cite journal | last1=Adams | first=MD | title=The genome sequence of ''Drosophila melanogaster'' | url=https://archive.org/details/sim_science_2000-03-24_287_5461/page/2185 | journal=Science | volume=287 | issue=5461 | pages=2185–2195 | date=24 March 2000| pmid=10731132 | doi=10.1126/science.287.5461.2185 | last2=Celniker | first2=SE | last3=Holt | first3=RA | last4=Evans | first4=CA | last5=Gocayne | first5=JD | last6=Amanatides | first6=PG | last7=Scherer | first7=SE | last8=Li | first8=PW | last9=Hoskins | first9=RA | last10=Galle | first10=R. F. | last11=George | first11=R. A. | last12=Lewis | first12=S. E. | last13=Richards | first13=S | last14=Ashburner | first14=M | last15=Henderson | first15=S. N. | last16=Sutton | first16=G. G. | last17=Wortman | first17=J. R. | last18=Yandell | first18=M. D. | last19=Zhang | first19=Q | last20=Chen | first20=L. X. | last21=Brandon | first21=R. C. | last22=Rogers | first22=Y. H. | last23=Blazej | first23=R. G. | last24=Champe | first24=M | last25=Pfeiffer | first25=B. D. | last26=Wan | first26=K. H. | last27=Doyle | first27=C | last28=Baxter | first28=E. G. | last29=Helt | first29=G | last30=Nelson | first30=C. R. | bibcode= 2000Sci...287.2185.| display-authors=8 }}</ref>


[[File:Indian collecting cochineal.jpg|thumb|upright|left|[[Cochineal]] scale insects being collected from a [[Opuntia|prickly pear]] in Central America. Illustration by [[José Antonio de Alzate y Ramírez]], 1777]]
[[File:Indian collecting cochineal.jpg|thumb|upright|left|[[Cochineal]] scale insects being collected from a [[Opuntia|prickly pear]] in Central America. Illustration by [[José Antonio de Alzate y Ramírez]], 1777]]
Baris 78: Baris 78:
A similarly enormous number of [[Kerria lacca|lac bugs]] are needed to make a kilogram of [[shellac]], a brush-on colourant and wood finish.<ref>{{cite news|title=How Shellac Is Manufactured|url=http://nla.gov.au/nla.news-article55073762|accessdate=17 July 2015|publisher=The Mail (Adelaide, SA : 1912 – 1954)|date=18 Dec 1937}}</ref> Additional uses of this traditional product include the waxing of citrus fruits to extend their shelf-life, and the coating of pills to moisture-proof them, provide slow-release or mask the taste of bitter ingredients.<ref>{{cite journal |author1=Pearnchob, N. |author2=Siepmann, J. |author3=Bodmeier, R. |year=2003 |title=Pharmaceutical applications of shellac: moisture-protective and taste-masking coatings and extended-release matrix tablets |journal=Drug Development and Industrial Pharmacy |volume=29 |issue=8 |pages=925–938 |pmid=14570313 |doi=10.1081/ddc-120024188}}</ref>
A similarly enormous number of [[Kerria lacca|lac bugs]] are needed to make a kilogram of [[shellac]], a brush-on colourant and wood finish.<ref>{{cite news|title=How Shellac Is Manufactured|url=http://nla.gov.au/nla.news-article55073762|accessdate=17 July 2015|publisher=The Mail (Adelaide, SA : 1912 – 1954)|date=18 Dec 1937}}</ref> Additional uses of this traditional product include the waxing of citrus fruits to extend their shelf-life, and the coating of pills to moisture-proof them, provide slow-release or mask the taste of bitter ingredients.<ref>{{cite journal |author1=Pearnchob, N. |author2=Siepmann, J. |author3=Bodmeier, R. |year=2003 |title=Pharmaceutical applications of shellac: moisture-protective and taste-masking coatings and extended-release matrix tablets |journal=Drug Development and Industrial Pharmacy |volume=29 |issue=8 |pages=925–938 |pmid=14570313 |doi=10.1081/ddc-120024188}}</ref>


[[Kermes (dye)|Kermes]] is a red dye from the dried bodies of the females of a [[scale insect]] in the genus ''[[Kermes (genus)|Kermes]]'', primarily ''[[Kermes vermilio]]''. ''Kermes'' are native to the Mediterranean region, living on the sap of the [[Kermes oak]]. They were used as a red dye by the ancient Greeks and Romans. The kermes dye is a rich red, and has good [[colour fastness]] in silk and wool.<ref>{{cite book |last=Barber |first=E. J. W. |title=Prehistoric Textiles |year=1991 |publisher=Princeton University Press |isbn=0-691-00224-X |pages=230–231}}</ref><ref>{{cite book |last=Goodwin |first=Jill |title=A Dyer's Manual |year= 1982 |publisher=Pelham |isbn=0-7207-1327-7 |pages=}}</ref><ref>{{cite book |last=Schoeser |first=Mary |year=2007 |title=Silk |publisher=Yale University Press |isbn=0-300-11741-8 |pages=118, 121, 248}}</ref><ref name="Munro56">{{cite book |author=Munro, John H. |title=The Anti-Red Shift – To the Dark Side: Colour Changes in Flemish Luxury Woollens, 1300–1500 |editors=Netherton, Robin; Owen-Crocker, Gale R. |work=Medieval Clothing and Textiles |volume=3 |year=2007 |publisher=Boydell Press |isbn=978-1-84383-291-1 |pages=56–57}}</ref><ref name="Munro214">{{cite book |author=Munro, John H. |title=Medieval Woollens: Textiles, Technology, and Organisation |editor=Jenkins, David |year=2003 |work=The Cambridge History of Western Textiles |publisher=Cambridge University Press |isbn=0-521-34107-8 |pages=214–215}}</ref>
[[Kermes (dye)|Kermes]] is a red dye from the dried bodies of the females of a [[scale insect]] in the genus ''[[Kermes (genus)|Kermes]]'', primarily ''[[Kermes vermilio]]''. ''Kermes'' are native to the Mediterranean region, living on the sap of the [[Kermes oak]]. They were used as a red dye by the ancient Greeks and Romans. The kermes dye is a rich red, and has good [[colour fastness]] in silk and wool.<ref>{{cite book |last=Barber |first=E. J. W. |title=Prehistoric Textiles |url=https://archive.org/details/prehistorictexti0000barb |year=1991 |publisher=Princeton University Press |isbn=0-691-00224-X |pages=[https://archive.org/details/prehistorictexti0000barb/page/230 230]–231}}</ref><ref>{{cite book |last=Goodwin |first=Jill |title=A Dyer's Manual |year= 1982 |publisher=Pelham |isbn=0-7207-1327-7 |pages=}}</ref><ref>{{cite book |last=Schoeser |first=Mary |year=2007 |title=Silk |url=https://archive.org/details/silk00scho |publisher=Yale University Press |isbn=0-300-11741-8 |pages=[https://archive.org/details/silk00scho/page/118 118], 121, 248}}</ref><ref name="Munro56">{{cite book |author=Munro, John H. |title=The Anti-Red Shift – To the Dark Side: Colour Changes in Flemish Luxury Woollens, 1300–1500 |editors=Netherton, Robin; Owen-Crocker, Gale R. |work=Medieval Clothing and Textiles |volume=3 |year=2007 |publisher=Boydell Press |isbn=978-1-84383-291-1 |pages=56–57}}</ref><ref name="Munro214">{{cite book |author=Munro, John H. |title=Medieval Woollens: Textiles, Technology, and Organisation |url=https://archive.org/details/cambridgehistory0000unse_l9b6 |editor=Jenkins, David |year=2003 |work=The Cambridge History of Western Textiles |publisher=Cambridge University Press |isbn=0-521-34107-8 |pages=[https://archive.org/details/cambridgehistory0000unse_l9b6/page/214 214]–215}}</ref>


[[File:Stenocara gracilipes.jpg|thumb|right|Target for [[biomimicry]] research: the [[Namib desert beetle]], ''Stenocara gracilipes'', channels water from fog down its wings.]]
[[File:Stenocara gracilipes.jpg|thumb|right|Target for [[biomimicry]] research: the [[Namib desert beetle]], ''Stenocara gracilipes'', channels water from fog down its wings.]]
Baris 88: Baris 88:
{{main article|Sericulture|History of silk}}
{{main article|Sericulture|History of silk}}


Silkworms, the caterpillars and pupae of the moth ''[[Bombyx mori]]'', have been [[sericulture|reared to produce silk]] in China from the [[Neolithic]] [[Yangshao]] period onwards, c. 5000 BC.<ref>{{cite book |title=Chinese Silk: A Cultural History |last=Vainker |first=Shelagh |authorlink= |year=2004 |publisher=[[Rutgers University Press]] |location= |isbn=0813534461 |page=20}}</ref><ref>{{cite book |title=Prehistoric textiles: the development of cloth in the Neolithic and Bronze Ages with special reference to the Aegean |last=Barber |first=E. J. W. |authorlink= |edition=reprint, illustrated |year=1992 |publisher=[[Princeton University Press]] |location= |isbn=978-0-691-00224-8 |page= 31|pages= |url=https://books.google.com/books?id=HnSlynSfeEIC&lpg=PA31&dq=yangshao%20dynasty%20silkworm%20discovery&pg=PA31#v=onepage&q&f=false |accessdate=6 November 2010}}</ref> Production spread to India by 140 AD.<ref>{{cite web |author=Department of Sericulture |url=http://www.seri.ap.gov.in/download/1_History%20of%20Sericulture.pdf |title=History of Sericulture |publisher=Government of Andhra Pradesh (India) |accessdate=7 November 2010 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20110721155409/http://www.seri.ap.gov.in/download/1_History%20of%20Sericulture.pdf |archivedate=21 July 2011}}</ref> The caterpillars are fed on [[Morus (plant)|mulberry]] leaves. The cocoon, produced after the fourth moult, is covered with a continuous filament of the silk protein, [[fibroin]], gummed together with [[sericin]]. In the traditional process, the gum is removed by soaking in hot water, and the silk is then unwound from the cocoon and reeled. Filaments are spun together to make silk thread.<ref>{{cite web|last=Bezzina |first=Neville |title=Silk Production Process |url=http://www.senature.com/sensemagazine/research-technologies/silk-production-process-go-behind-the-scenes-1701.html |publisher=Sense of Nature Research |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20120629231032/http://www.senature.com/sensemagazine/research-technologies/silk-production-process-go-behind-the-scenes-1701.html |archivedate=29 June 2012 }}</ref> Commerce in silk between China and countries to its west began in ancient times, with silk known from an Egyptian [[mummy]] of 1070 BC, and later to the ancient Greeks and Romans. The [[silk road]] leading west from China was opened in the second century AD, helping to drive trade in silk and other goods.<ref name=silkroadfoundation>{{cite web |url=http://www.silkroadfoundation.org/artl/silkhistory.shtml|title= History of Silk |accessdate=7 January 2017 |publisher=Silk road Foundation}}</ref>-->
Silkworms, the caterpillars and pupae of the moth ''[[Bombyx mori]]'', have been [[sericulture|reared to produce silk]] in China from the [[Neolithic]] [[Yangshao]] period onwards, c. 5000 BC.<ref>{{cite book |title=Chinese Silk: A Cultural History |url=https://archive.org/details/chinesesilkcultu00unse |last=Vainker |first=Shelagh |authorlink= |year=2004 |publisher=[[Rutgers University Press]] |location= |isbn=0813534461 |page=[https://archive.org/details/chinesesilkcultu00unse/page/20 20]}}</ref><ref>{{cite book |title=Prehistoric textiles: the development of cloth in the Neolithic and Bronze Ages with special reference to the Aegean |last=Barber |first=E. J. W. |authorlink= |edition=reprint, illustrated |year=1992 |publisher=[[Princeton University Press]] |location= |isbn=978-0-691-00224-8 |page= 31|pages= |url=https://books.google.com/books?id=HnSlynSfeEIC&lpg=PA31&dq=yangshao%20dynasty%20silkworm%20discovery&pg=PA31#v=onepage&q&f=false |accessdate=6 November 2010}}</ref> Production spread to India by 140 AD.<ref>{{cite web |author=Department of Sericulture |url=http://www.seri.ap.gov.in/download/1_History%20of%20Sericulture.pdf |title=History of Sericulture |publisher=Government of Andhra Pradesh (India) |accessdate=7 November 2010 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20110721155409/http://www.seri.ap.gov.in/download/1_History%20of%20Sericulture.pdf |archivedate=21 July 2011}}</ref> The caterpillars are fed on [[Morus (plant)|mulberry]] leaves. The cocoon, produced after the fourth moult, is covered with a continuous filament of the silk protein, [[fibroin]], gummed together with [[sericin]]. In the traditional process, the gum is removed by soaking in hot water, and the silk is then unwound from the cocoon and reeled. Filaments are spun together to make silk thread.<ref>{{cite web|last=Bezzina |first=Neville |title=Silk Production Process |url=http://www.senature.com/sensemagazine/research-technologies/silk-production-process-go-behind-the-scenes-1701.html |publisher=Sense of Nature Research |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20120629231032/http://www.senature.com/sensemagazine/research-technologies/silk-production-process-go-behind-the-scenes-1701.html |archivedate=29 June 2012 }}</ref> Commerce in silk between China and countries to its west began in ancient times, with silk known from an Egyptian [[mummy]] of 1070 BC, and later to the ancient Greeks and Romans. The [[silk road]] leading west from China was opened in the second century AD, helping to drive trade in silk and other goods.<ref name=silkroadfoundation>{{cite web |url=http://www.silkroadfoundation.org/artl/silkhistory.shtml|title= History of Silk |accessdate=7 January 2017 |publisher=Silk road Foundation}}</ref>-->
<!--
<!--
=== In warfare ===
=== In warfare ===
{{main article|Entomological warfare}}
{{main article|Entomological warfare}}


The use of [[Entomological warfare|insects for warfare]] may have been attempted in the Middle Ages or earlier, but was first systematically researched by several nations during the twentieth century. It was put into practice by the Japanese army's Unit 731 in attacks on China during the [[Second World War]], killing almost 500,000 Chinese people with [[flea]]s infected with [[Bubonic plague|plague]] and flies infected with [[cholera]].<ref name=lockwood>{{cite journal |author=Lockwood, Jeffrey A. |url=http://www.the-scientist.com/news/print/55104/ |title=Six-legged soldiers |journal=[[The Scientist (magazine)|The Scientist]] |date=24 October 2008}}</ref><ref>{{cite book |last1=Lockwood |first1=Jeffrey A. |title=Six-Legged Soldiers: Using Insects as Weapons of War |date=2009 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-199-73353-8}}</ref> Also in the Second World War, the Germans explored the use of [[Colorado beetle]]s to destroy enemy potato crops.<ref>{{cite journal|last1=Lockwood|first1=Jeffrey A.|title=Bug Bomb. Why our next terrorist attack could come on six legs|journal=The Boston Globe|date=21 October 2007|url=http://archive.boston.com/news/globe/ideas/articles/2007/10/21/bug_bomb/|accessdate=6 January 2017}}</ref> During the [[Cold War]], the US Army considered using [[yellow fever]] mosquitoes to attack Soviet cities.<ref name=lockwood/>-->
The use of [[Entomological warfare|insects for warfare]] may have been attempted in the Middle Ages or earlier, but was first systematically researched by several nations during the twentieth century. It was put into practice by the Japanese army's Unit 731 in attacks on China during the [[Second World War]], killing almost 500,000 Chinese people with [[flea]]s infected with [[Bubonic plague|plague]] and flies infected with [[cholera]].<ref name=lockwood>{{cite journal |author=Lockwood, Jeffrey A. |url=http://www.the-scientist.com/news/print/55104/ |title=Six-legged soldiers |journal=[[The Scientist (magazine)|The Scientist]] |date=24 October 2008}}</ref><ref>{{cite book |last1=Lockwood |first1=Jeffrey A. |title=Six-Legged Soldiers: Using Insects as Weapons of War |url=https://archive.org/details/sixleggedsoldier0000lock |date=2009 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-199-73353-8}}</ref> Also in the Second World War, the Germans explored the use of [[Colorado beetle]]s to destroy enemy potato crops.<ref>{{cite journal|last1=Lockwood|first1=Jeffrey A.|title=Bug Bomb. Why our next terrorist attack could come on six legs|journal=The Boston Globe|date=21 October 2007|url=http://archive.boston.com/news/globe/ideas/articles/2007/10/21/bug_bomb/|accessdate=6 January 2017}}</ref> During the [[Cold War]], the US Army considered using [[yellow fever]] mosquitoes to attack Soviet cities.<ref name=lockwood/>-->
<!--
<!--
==Symbolic uses==
==Symbolic uses==
Baris 106: Baris 106:
In an ancient [[Sumerian poetry|Sumerian poem]], a fly helps the goddess [[Inanna]] when her husband [[Dumuzid the Shepherd|Dumuzid]] is being chased by ''[[Gallu|galla]]'' demons.<ref name="BlackGreen1992">{{cite book|last1=Black|first1=Jeremy|first2=Anthony|last2=Green|title=Gods, Demons and Symbols of Ancient Mesopotamia: An Illustrated Dictionary|url=https://books.google.com/?id=05LXAAAAMAAJ&q=Inana|publisher=The British Museum Press|year=1992|isbn=0-7141-1705-6|pages=84–85|ref=harv}}</ref> Flies also appear on [[Babylonia|Old Babylonian]] seals as symbols of [[Nergal]], the god of death<ref name="BlackGreen1992"/> and fly-shaped [[lapis lazuli]] beads were often worn by many different cultures in ancient [[Mesopotamia]], along with other kinds of fly-jewellery.<ref name="BlackGreen1992"/> The [[Akkadian]] ''[[Epic of Gilgamesh]]'' contains allusions to [[Odonata|dragonflies]], signifying the impossibility of immortality.<ref name=GullanCranston2009/><ref name="Gullan and Cranston"/>
In an ancient [[Sumerian poetry|Sumerian poem]], a fly helps the goddess [[Inanna]] when her husband [[Dumuzid the Shepherd|Dumuzid]] is being chased by ''[[Gallu|galla]]'' demons.<ref name="BlackGreen1992">{{cite book|last1=Black|first1=Jeremy|first2=Anthony|last2=Green|title=Gods, Demons and Symbols of Ancient Mesopotamia: An Illustrated Dictionary|url=https://books.google.com/?id=05LXAAAAMAAJ&q=Inana|publisher=The British Museum Press|year=1992|isbn=0-7141-1705-6|pages=84–85|ref=harv}}</ref> Flies also appear on [[Babylonia|Old Babylonian]] seals as symbols of [[Nergal]], the god of death<ref name="BlackGreen1992"/> and fly-shaped [[lapis lazuli]] beads were often worn by many different cultures in ancient [[Mesopotamia]], along with other kinds of fly-jewellery.<ref name="BlackGreen1992"/> The [[Akkadian]] ''[[Epic of Gilgamesh]]'' contains allusions to [[Odonata|dragonflies]], signifying the impossibility of immortality.<ref name=GullanCranston2009/><ref name="Gullan and Cranston"/>


Amongst the [[Arrernte language|Arrernte]] [[Indigenous Australians|Aborigines]] of [[Australia]], honey ants and witchety grubs served as personal clan totems. In the case of the [[San people|San bushmen]] of the [[Kalahari]], it is the [[praying mantis]] which holds much cultural significance including creation and zen-like patience in waiting.<ref name=GullanCranston2009>{{cite book|last1=Gullan|first1=P. J.|last2=Cranston|first2=P. S.|title=The Insects: An Outline of Entomology|url=https://books.google.com/books?id=E_6-pGOLUgcC&pg=PA9|year=2009|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-4051-4457-5|pages=9–13}}</ref><ref name="Gullan and Cranston">{{cite book |last=Gullan |first=P.J. |author2=Cranston, P.S. |title=The Insects: An Outline of Entomology |publisher=Blackwell Publishing |location=Oxford |year=2005 |edition=3 |isbn=1-4051-1113-5}}</ref>{{Rp|9}}
Amongst the [[Arrernte language|Arrernte]] [[Indigenous Australians|Aborigines]] of [[Australia]], honey ants and witchety grubs served as personal clan totems. In the case of the [[San people|San bushmen]] of the [[Kalahari]], it is the [[praying mantis]] which holds much cultural significance including creation and zen-like patience in waiting.<ref name=GullanCranston2009>{{cite book|last1=Gullan|first1=P. J.|last2=Cranston|first2=P. S.|title=The Insects: An Outline of Entomology|url=https://books.google.com/books?id=E_6-pGOLUgcC&pg=PA9|year=2009|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-4051-4457-5|pages=9–13}}</ref><ref name="Gullan and Cranston">{{cite book |last=Gullan |first=P.J. |author2=Cranston, P.S. |title=The Insects: An Outline of Entomology |url=https://archive.org/details/isbn_9781405111133 |publisher=Blackwell Publishing |location=Oxford |year=2005 |edition=3 |isbn=1-4051-1113-5}}</ref>{{Rp|9}}


Insects feature in folklore around the world. In China, farmers traditionally regulated their crop planting according to the [[Jingzhe|Awakening of the Insects]], when temperature shifts and monsoon rains bring insects out of hibernation. Most "Awakening" customs are related to eating snacks like pancakes, parched beans, pears, and fried corn, symbolizing harmful insects in the field.<ref>{{cite web|last1=Shu|first1=Catherine|title=South Village welcomes spring with snacks — and an eye on environmental awareness|url=http://www.taipeitimes.com/News/feat/archives/2009/02/27/2003437163|publisher=[[Taipei Times]]|accessdate=7 January 2017|date=27 February 2009}}</ref>
Insects feature in folklore around the world. In China, farmers traditionally regulated their crop planting according to the [[Jingzhe|Awakening of the Insects]], when temperature shifts and monsoon rains bring insects out of hibernation. Most "Awakening" customs are related to eating snacks like pancakes, parched beans, pears, and fried corn, symbolizing harmful insects in the field.<ref>{{cite web|last1=Shu|first1=Catherine|title=South Village welcomes spring with snacks — and an eye on environmental awareness|url=http://www.taipeitimes.com/News/feat/archives/2009/02/27/2003437163|publisher=[[Taipei Times]]|accessdate=7 January 2017|date=27 February 2009}}</ref>
Baris 147: Baris 147:
<blockquote>"I discovered in nature the nonutilitarian delights that I sought in art. Both were a form of magic, both were games of intricate enchantment and deception."<ref>{{cite book|last=Nabokov |first=Vladimir |title=Speak, Memory |year=1989 |publisher=Vintage International |location=New York |page=129 |url=http://www.hcs.harvard.edu/tract/nabokov.html}}</ref></blockquote>
<blockquote>"I discovered in nature the nonutilitarian delights that I sought in art. Both were a form of magic, both were games of intricate enchantment and deception."<ref>{{cite book|last=Nabokov |first=Vladimir |title=Speak, Memory |year=1989 |publisher=Vintage International |location=New York |page=129 |url=http://www.hcs.harvard.edu/tract/nabokov.html}}</ref></blockquote>


It was the aesthetic complexity of insects that led Nabokov to reject [[natural selection]].<ref>{{cite journal |last=Ahuja |first=Nitin |title=Nabokov's Case Against Natural Selection |journal=Tract |url=http://www.hcs.harvard.edu/tract/nabokov.html |accessdate=23 July 2012}}</ref><ref>{{cite book |last=Nabokov |first=Vladimir |title=Strong Opinions |year=1990 |publisher=Vintage International}}</ref>
It was the aesthetic complexity of insects that led Nabokov to reject [[natural selection]].<ref>{{cite journal |last=Ahuja |first=Nitin |title=Nabokov's Case Against Natural Selection |journal=Tract |url=http://www.hcs.harvard.edu/tract/nabokov.html |accessdate=23 July 2012}}</ref><ref>{{cite book |last=Nabokov |first=Vladimir |title=Strong Opinions |url=https://archive.org/details/isbn_9780679726098 |year=1990 |publisher=Vintage International}}</ref>


The naturalist Ian MacRae writes of butterflies:
The naturalist Ian MacRae writes of butterflies:
Baris 165: Baris 165:
[[Lafcadio Hearn]]'s essay ''Butterflies'' analyses the treatment of the butterfly in [[Japanese literature]], both prose and poetry. He notes that these often allude to Chinese tales, such as of the young woman that the butterflies took to be a flower. He translates 22 Japanese [[Haiku]] poems about butterflies, including one by the Haiku master [[Matsuo Bashō]], said to suggest happiness in springtime: "Wake up! Wake up!—I will make thee my comrade, thou sleeping butterfly."<ref>{{cite book |last1=Hearn |first1=Lafcadio |authorlink=Lafcadio Hearn |title=Insect Literature |date=2015 |publisher=Swan River Press |location=Dublin |isbn=978-1-78380-009-4 |edition=Limited (300 copies) |pages=1–18}}</ref>
[[Lafcadio Hearn]]'s essay ''Butterflies'' analyses the treatment of the butterfly in [[Japanese literature]], both prose and poetry. He notes that these often allude to Chinese tales, such as of the young woman that the butterflies took to be a flower. He translates 22 Japanese [[Haiku]] poems about butterflies, including one by the Haiku master [[Matsuo Bashō]], said to suggest happiness in springtime: "Wake up! Wake up!—I will make thee my comrade, thou sleeping butterfly."<ref>{{cite book |last1=Hearn |first1=Lafcadio |authorlink=Lafcadio Hearn |title=Insect Literature |date=2015 |publisher=Swan River Press |location=Dublin |isbn=978-1-78380-009-4 |edition=Limited (300 copies) |pages=1–18}}</ref>


The novelist [[Vladimir Nabokov]] was the son of a professional lepidopterist, and was interested in butterflies himself.<ref>{{cite journal |last1=Nabokov |first1=Vladimir |title=Father's Butterflies |journal=The Atlantic online |date=April 2000 |url=https://www.theatlantic.com/past/docs/issues/2000/04/nabokov1.htm|accessdate=4 April 2016}}</ref> He wrote his novel ''[[Lolita]]'' while travelling on his annual butterfly-collection trips in the western United States.<ref name=MartinAmis>{{cite book | author-link=Martin Amis| last=Amis | first=Martin | title=[[Visiting Mrs Nabokov: And Other Excursions]] | pages=115–18 | publisher=[[Penguin Books]] | origyear=1993 | year=1994 | isbn=0-14-023858-1}}</ref> He eventually became a leading lepidopterist. This is reflected in his fiction, where for example ''The Gift'' devotes two whole chapters (of five) to the tale of a father and son on a butterfly expedition.<ref>{{cite web|last1=Boyd|first1=Brian|title=Nabokov's Butterflies, Introduction|url=https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2000/04/nabokovs-butterflies-introduction/378103/|publisher=The Atlantic|accessdate=11 July 2016|date=April 2000}}</ref>
The novelist [[Vladimir Nabokov]] was the son of a professional lepidopterist, and was interested in butterflies himself.<ref>{{cite journal |last1=Nabokov |first1=Vladimir |title=Father's Butterflies |journal=The Atlantic online |date=April 2000 |url=https://www.theatlantic.com/past/docs/issues/2000/04/nabokov1.htm|accessdate=4 April 2016}}</ref> He wrote his novel ''[[Lolita]]'' while travelling on his annual butterfly-collection trips in the western United States.<ref name=MartinAmis>{{cite book | author-link=Martin Amis| last=Amis | first=Martin | title=[[Visiting Mrs Nabokov: And Other Excursions]] | pages=[https://archive.org/details/visitingmrsnabok0000amis_m8u0/page/115 115]–18 | publisher=[[Penguin Books]] | origyear=1993 | year=1994 | isbn=0-14-023858-1}}</ref> He eventually became a leading lepidopterist. This is reflected in his fiction, where for example ''The Gift'' devotes two whole chapters (of five) to the tale of a father and son on a butterfly expedition.<ref>{{cite web|last1=Boyd|first1=Brian|title=Nabokov's Butterflies, Introduction|url=https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2000/04/nabokovs-butterflies-introduction/378103/|publisher=The Atlantic|accessdate=11 July 2016|date=April 2000}}</ref>


Horror films involving insects, sometimes called "big bug movies", include the pioneering 1954 ''[[Them!]]'', featuring giant ants mutated by radiation, and the 1957 ''[[The Deadly Mantis]]''.<ref name="GregersdotterHöglund2016">{{cite book |last1=Gregersdotter |first1=Katarina |last2=Höglund |first2=Johan |last3=Hållén |first3=Nicklas |title=Animal Horror Cinema: Genre, History and Criticism |url=https://books.google.com/books?id=hV-hCwAAQBAJ&pg=PA147 |date=2016 |publisher=Springer |isbn=978-1-137-49639-3 |page=147}}</ref><ref name="WarrenThomas2009">{{cite book |last1=Warren |first1=Bill |last2=Thomas|first2=Bill |title=Keep Watching the Skies!: American Science Fiction Movies of the Fifties, The 21st Century Edition |url=https://books.google.com/books?id=B7kUCwAAQBAJ&pg=PT32 |date=2009 |publisher=McFarland |isbn=978-1-4766-2505-8 |page=32}}</ref><ref name="Crouse2008">{{cite book|last=Crouse |first=Richard |title=Son of the 100 Best Movies You've Never Seen |url=https://books.google.com/books?id=B5alnowvF3sC&pg=PT200 |year=2008 |publisher=ECW Press|isbn=978-1-55490-330-6 |page=200}}</ref>
Horror films involving insects, sometimes called "big bug movies", include the pioneering 1954 ''[[Them!]]'', featuring giant ants mutated by radiation, and the 1957 ''[[The Deadly Mantis]]''.<ref name="GregersdotterHöglund2016">{{cite book |last1=Gregersdotter |first1=Katarina |last2=Höglund |first2=Johan |last3=Hållén |first3=Nicklas |title=Animal Horror Cinema: Genre, History and Criticism |url=https://books.google.com/books?id=hV-hCwAAQBAJ&pg=PA147 |date=2016 |publisher=Springer |isbn=978-1-137-49639-3 |page=147}}</ref><ref name="WarrenThomas2009">{{cite book |last1=Warren |first1=Bill |last2=Thomas|first2=Bill |title=Keep Watching the Skies!: American Science Fiction Movies of the Fifties, The 21st Century Edition |url=https://books.google.com/books?id=B7kUCwAAQBAJ&pg=PT32 |date=2009 |publisher=McFarland |isbn=978-1-4766-2505-8 |page=32}}</ref><ref name="Crouse2008">{{cite book|last=Crouse |first=Richard |title=Son of the 100 Best Movies You've Never Seen |url=https://books.google.com/books?id=B5alnowvF3sC&pg=PT200 |year=2008 |publisher=ECW Press|isbn=978-1-55490-330-6 |page=200}}</ref>
Baris 191: Baris 191:
"The Bug Nebula", also called "The Butterfly Nebula", is a more recent discovery. Known as [[NGC 6302]] is one of the brightest and most popular stars in the universe – popular in that its features draw the attention of a lot of researchers. It happens to be located in the [[Scorpius]] constellation. It is perfectly bipolar, and until recently, the central star was unobservable, clouded by gas, but estimated to be one of the hottest in the galaxy – 200,000 degrees Fahrenheit, perhaps 35 times hotter than our Sun.<ref>{{cite journal |author=Matsuura, M. |author2=Zijlstra, A. A. |author3=Molster, F. J. |author4=Waters, L. B. F. M. |author5=Nomura, H. |author6=Sahai, R. |author7=Hoare, M. G. |title=The dark lane of the planetary nebula NGC 6302 |journal=[[Monthly Notices of the Royal Astronomical Society]] |year=2005 |volume=359 |pages=383–400 |doi=10.1111/j.1365-2966.2005.08903.x |bibcode=2005MNRAS.359..383M}}</ref><ref>{{cite web |title=Newly discovered star one of hottest in Galaxy |url=http://www.jb.man.ac.uk/news/2009/BugNebula/ |publisher=Jodrell Bank Centre for Astrophysics |accessdate=26 July 2012}}</ref></blockquote>
"The Bug Nebula", also called "The Butterfly Nebula", is a more recent discovery. Known as [[NGC 6302]] is one of the brightest and most popular stars in the universe – popular in that its features draw the attention of a lot of researchers. It happens to be located in the [[Scorpius]] constellation. It is perfectly bipolar, and until recently, the central star was unobservable, clouded by gas, but estimated to be one of the hottest in the galaxy – 200,000 degrees Fahrenheit, perhaps 35 times hotter than our Sun.<ref>{{cite journal |author=Matsuura, M. |author2=Zijlstra, A. A. |author3=Molster, F. J. |author4=Waters, L. B. F. M. |author5=Nomura, H. |author6=Sahai, R. |author7=Hoare, M. G. |title=The dark lane of the planetary nebula NGC 6302 |journal=[[Monthly Notices of the Royal Astronomical Society]] |year=2005 |volume=359 |pages=383–400 |doi=10.1111/j.1365-2966.2005.08903.x |bibcode=2005MNRAS.359..383M}}</ref><ref>{{cite web |title=Newly discovered star one of hottest in Galaxy |url=http://www.jb.man.ac.uk/news/2009/BugNebula/ |publisher=Jodrell Bank Centre for Astrophysics |accessdate=26 July 2012}}</ref></blockquote>


The honey bee played a central role in the cosmology of the [[Mayan people]]. The stucco figure at the temples of Tulum known as "Ah Mucen Kab" – the Diving Bee God – bears resemblance to the insect in the Codex Tro-Cortesianus identified as a bee. Such reliefs might have indicated towns and villages that produce honey. Modern Mayan authorities say the figure also have a connection to modern cosmology. Mayan mythology expert Migel Angel Vergara relates that the Mayans held a belief that bees came from Venus, the "Second Sun." The relief might be indicative of another "insect deity", that of Xux Ex, the Mayan "wasp star."<ref>{{cite book|last=Hunter |first=C. Bruce|title=A Guide to Ancient Maya Ruins |year=1975 |publisher=University of Oklahoma Press |page=309 |url=https://books.google.com/books?id=QP7FLhH0udkC&pg=PA309&lpg=PA309&dq=tulum+descending+bee+god#v=onepage&q=tulum%20descending%20bee%20god&f=false |isbn=978-0-8061-1992-2}}</ref> The Mayan embodied Venus in the form of the god Kukulkán (also known as or related to [[Gukumatz]] and [[Quetzalcoatl]] in other parts of Mexico), Quetzalcoatl is a Mesoamerican deity whose name in [[Nahuatl]] means "feathered serpent". The cult was the first Mesoamerican religion to transcend the old Classic Period linguistic and ethnic divisions. This cult facilitated communication and peaceful trade among peoples of many different social and ethnic backgrounds.<ref>{{cite book |author1=Sharer, Robert J |author2=Traxler, Loa P. |title=The Ancient Maya |edition=6th |year=2006 |publisher=Stanford University Press |location=Stanford, CA |isbn=0-8047-4817-9 |pages=582–3 }}</ref> Although the cult was originally centered on the ancient city of Chichén Itzá in the modern Mexican state of Yucatán, it spread as far as the Guatemalan highlands.<ref>{{cite book |author1=Sharer, Robert J |author2=Traxler, Loa P. |title=The Ancient Maya |edition=6th |year=2006 |publisher=Stanford University Press |location=Stanford, CA |isbn=0-8047-4817-9 |page=619}}</ref>
The honey bee played a central role in the cosmology of the [[Mayan people]]. The stucco figure at the temples of Tulum known as "Ah Mucen Kab" – the Diving Bee God – bears resemblance to the insect in the Codex Tro-Cortesianus identified as a bee. Such reliefs might have indicated towns and villages that produce honey. Modern Mayan authorities say the figure also have a connection to modern cosmology. Mayan mythology expert Migel Angel Vergara relates that the Mayans held a belief that bees came from Venus, the "Second Sun." The relief might be indicative of another "insect deity", that of Xux Ex, the Mayan "wasp star."<ref>{{cite book|last=Hunter |first=C. Bruce|title=A Guide to Ancient Maya Ruins |year=1975 |publisher=University of Oklahoma Press |page=309 |url=https://books.google.com/books?id=QP7FLhH0udkC&pg=PA309&lpg=PA309&dq=tulum+descending+bee+god#v=onepage&q=tulum%20descending%20bee%20god&f=false |isbn=978-0-8061-1992-2}}</ref> The Mayan embodied Venus in the form of the god Kukulkán (also known as or related to [[Gukumatz]] and [[Quetzalcoatl]] in other parts of Mexico), Quetzalcoatl is a Mesoamerican deity whose name in [[Nahuatl]] means "feathered serpent". The cult was the first Mesoamerican religion to transcend the old Classic Period linguistic and ethnic divisions. This cult facilitated communication and peaceful trade among peoples of many different social and ethnic backgrounds.<ref>{{cite book |author1=Sharer, Robert J |author2=Traxler, Loa P. |title=The Ancient Maya |url=https://archive.org/details/ancientmaya0006shar |edition=6th |year=2006 |publisher=Stanford University Press |location=Stanford, CA |isbn=0-8047-4817-9 |pages=[https://archive.org/details/ancientmaya0006shar/page/582 582]–3 }}</ref> Although the cult was originally centered on the ancient city of Chichén Itzá in the modern Mexican state of Yucatán, it spread as far as the Guatemalan highlands.<ref>{{cite book |author1=Sharer, Robert J |author2=Traxler, Loa P. |title=The Ancient Maya |url=https://archive.org/details/ancientmaya0006shar |edition=6th |year=2006 |publisher=Stanford University Press |location=Stanford, CA |isbn=0-8047-4817-9 |page=[https://archive.org/details/ancientmaya0006shar/page/619 619]}}</ref>


===In costumes===
===In costumes===
Baris 220: Baris 220:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.insects.org/ced1/who_what_why.html ''The Cultural Entomology Digest'']
* [http://www.insects.org/ced1/who_what_why.html ''The Cultural Entomology Digest''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304030739/http://www.insects.org/ced1/who_what_why.html |date=2016-03-04 }}
* [http://www.ethnoentomology.cz/ ''Ethnoentomology journal'']
* [http://www.ethnoentomology.cz/ ''Ethnoentomology journal''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180118160448/http://www.ethnoentomology.cz/ |date=2018-01-18 }}


{{Serangga dalam budaya| }}
{{Serangga dalam budaya| }}
Baris 227: Baris 227:
{{Budaya}}
{{Budaya}}
{{Entomologi}}
{{Entomologi}}

== Lihat pula ==
* [[Arthropoda dalam budaya]]
* [[Burung dalam budaya]]
* [[Tanaman dalam budaya]]

== Referensi ==
{{reflist|28em}}

== Bacaan lanjut ==
* {{cite book |last=Hogue |first=James N. |title=Encyclopedia of Insects |year=2003 |publisher=Academic Press |isbn=0-08-054605-6 |pages=273–281 |url=https://books.google.com/books?id=Ip57QSMCRk4C&pg=PA273&dq=Cultural+entomology#v=onepage&q=Cultural%20entomology&f=false |editor=Vincent H. Resh, Ring T. Cardé |chapter=Cultural Entomology}}
* {{cite book |author1=Marren, Peter |author2=Mabey, Richard |author2link=Richard Mabey |title=Bugs Britannica |url=https://books.google.com/books?id=Ah62bUZLDOwC |year=2010 |publisher=Chatto & Windus |isbn=978-0-7011-8180-2}}
* {{cite journal | last=Meyer-Rochow |first=V. B. |display-authors=etal |title=More feared than revered: Insects and their impact on human societies (with specific data on the importance of entomophagy in a Laotian setting| journal=Entomologie Heute |year=2008 | volume=20 |pages=3–25}}
* {{cite book |last=Morris |first=Brian |title=Cultural Entomology |work=Insects and Human Life |url=https://books.google.com/books?id=wKevAwAAQBAJ&pg=PA185 |date=2006 |origyear=2004 |publisher=Berg |isbn=978-1-84520-949-0 |pages=181–216}}

== Pranala luar ==
* [http://www.insects.org/ced1/who_what_why.html ''The Cultural Entomology Digest'']
* [http://www.ethnoentomology.cz/ ''Ethnoentomology journal'']

{{Serangga dalam budaya| }}
{{Makhluk hidup dalam budaya}}
{{Budaya}}
{{Entomologi}}

[[Kategori:Subbidang entomologi]]
[[Kategori:Ethnobiologi]]
[[Kategori:Kajian budaya]]
[[Kategori:Biologi dan budaya]]
[[Kategori:Serangga dalam budaya]]
[[Kategori:Subbidang entomologi]]
[[Kategori:Ethnobiologi]]
[[Kategori:Kajian budaya]]
[[Kategori:Biologi dan budaya]]
[[Kategori:Serangga dalam budaya]]

Revisi terkini sejak 10 Desember 2023 17.10

"Serangga Spanyol", Lytta vesicatoria telah diketahui memiliki senyawa medis, kegunaan aprodisiak, dan senyawa lainnya.

Peran serangga dalam budaya membentang di berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang dianalisis secara akademis maupun yang lebih umum.

Secara akademis, interaksi serangga dan masyarakat telah diperlakukan sebagiannya sebagai entomologi budaya, di mana kebanyakan berhubungan dengan masyarakat "maju", dan merupakan bagian dari etnoentomologi, yang kebanyakan berhubungan dengan masyarakat "primitif"; meskipun lemah dalam pembedaannya, serta tidak berdasarkan pada teori. Kedua disiplin akademis mengeksplorasi kesejajaran, hubungan dan pengaruh serangga terhadap populasi manusia, dan juga sebaliknya. Disiplin-disiplin ini berakar pada ilmu antropologi, sejarah alam, dan entomologi, yaitu sebuah kajian tentang serangga. Penggunaan serangga lainnya di dalam budaya, seperti biomimikri, tidak dipelajari pada disiplin akademis ini.

Secara umum, serangga digunakan secara luas, baik untuk tujuan praktis maupun simbolis. Di sisi lain, sikap terhadap serangga sering kali negatif, dan upaya ekstensif telah dilakukan untuk membunuh mereka. Meluasnya penggunaan insektisida telah gagal memusnahkan hama serangga, tetapi berakibat resisten terhadap bahan kimia yang biasa digunakan pada ribuan spesis serangga.

Penggunaan praktis misalnya di dalam bidang (entomofagi) makanan, obat-obatan, sutra tekstil yang bernilai, zat warna seperti karmin; di dalam sains, serangga jenis lalat buah merupakan model organisme penting yang dipelajari pada ilmu genetika, serta pada bidang peperangan, di mana serangga berhasil digunakan di Perang Dunia Kedua yang menyebarkan penyakit pada penduduk lawan. Satu serangga, seperti lebah madu yang menyediakan madu, serbuk sari, royal jelly, propolis dan senyawa melittin yaitu peptida anti-inflamasi; yang larvanya dijadikan makanan di beberapa masyarakat tertentu. Penggunaan serangga secara medis misalnya dalam terapi belatung bagi luka debridement. Lebih dari seribu kelompok protein telah diidentifikasi pada air liur serangga pemakan darah, yang digunakan sebagai obat-obatan dengan manfaat sebagai antikoagulan, vasodilator, antihistamin dan obat bius.

Penggunaan simbolis yang berperan dalam seni, musik (dengan banyaknya lagu yang menampilkan serangga), juga pada film, sastra, agama, serta mitologi. Kostum serangga digunakan dalam produksi teater yang dipakai di dalam pesta dan karnaval.

Entomologi budaya dan ethnoentomologi

[sunting | sunting sumber]
"Kumbang khas yang ditemukan di Simunjon, Borneo": Alfred Russel Wallace pelopor ethnoentomologi.

Ethnoentomologi telah berkembang dari abad ke-19 dengan karya awal yang ditulis oleh Alfred Russel Wallace (1852) dan Henry Walter Bates (1862). Karya klasik Hans Zinsser yang berjudul Rats, Lice and History (1935) menunjukkan bahwa serangga merupakan kekuatan penting dalam sejarah manusia. Penulis seperti William Morton Wheeler, Maurice Maeterlinck, dan Jean Henri Fabre menggambarkan bahwa kehidupan serangga dan pengkomunikasian maksudnya kepada manusia dengan "imajinasi dan kecerdasan". Karya Frederick Simon Bodenheimer yang berjudul Insects as Human Food (1951) telah menarik perhatian pada cakupan serta entomofagi potensial, dan menunjukkan aspek-aspek positif dari serangga. Makanan merupakan topik yang paling banyak dikaji di dalam ethnoentomologi, yang diikuti dengan obat-obatan dan pembiakan serangga.[1]

Melawan serangga: sebuah pesawat terbang pertanian yang digunakan dengan bahan insektisida yang rendah dengan umpan kumbang akar jagung.

Pada tahun 1968, Erwin Schimitschek [de] mengklaim entomologi budaya merupakan sebuah cabang kajian serangga, di dalam sebuah ulasan tentang peran serangga yang digunakan di dalam cerita rakyat dan juga di dalam budaya termasuk di dalam agama, makanan, obat-obatan, dan seni.[2] Pada tahun 1984, Charles Hogue menutupi bidang ini di dalam bahasa Inggris dari tahun 1994 hingga 1997, kemudian majalah The Cultural Entomology Digest Hogue menyajikannya sebagai sebuah forum yang membahas bidang ini.[3][4] Hogue berpendapat bahwa, "Manusia menghabiskan energi intelektualnya dalam tiga wilayah aktivitas dasar, yaitu: bertahan hidup, pembelajaran praktis (seperti aplikasi teknologi); menemukan pengetahuan murni lewat proses mental secara induktif (misalnya sains); dan mengejar pencerahan untuk mencecap kenikmatan dengan pelatihan estetika yang mengacu pada bidang "humaniora". Entomologi telah lama menaruh perhatian pada (entomologi ekonomi) yang digunakan untuk bertahan hidup dan kajian ilmiah (entomologi akademis), tetapi cabang investigasi yang menaruh perhatian pada pengaruh serangga (dan Arthropoda terrestrial lainnya, seperti arachnida dan myriapoda) di dalam sastra, bahasa, musik, seni, sejarah interpretasi, agama, dan rekreasi telah dikenal sebagai bidang khusus di dalam karya Schimitschek.[2][5][6] Hogue membuat batasan pada bidang ini dan berkata bahwa, "Narasi sejarah ilmu pengetahuan dari entomologi bukanlah merupakan bagian dari entomologi budaya, sementara pengaruh serangga di dalam sejarah secara umum dapat dianggap sebagai entomologi budaya."[7] Dia menambahkan, "Karena istilah "budaya" didefinisikan secara sempit, di mana beberapa aspek secara normal dimasukkan di dalam kajian masyarakat yang dikecualikan."[7]

Darrell Addison Posey mencatat bahwa batasan antara entomologi budaya dan ethnoentomologi merupakan hal yang sulit digambarkan, dengan mengutip Hogue sebagai entomologi budaya yang membatasi pengaruh serangga pada "esensi kemanusiaan yang diekspresikan di dalam seni dan humaniora". Posey mencatat lebih lanjut bahwa anthropologi budaya biasanya terikat pada kajian yang telah "maju", terindustrialisasi, dengan masyarakat literer, di mana ethnoentomologi mempelajari "tentang masyarakat 'primitif' atau 'belum beradab' secara entomologis". Posey menyatakan bahwa bagian artifisial, yang lengkap dengan pembenaran yang tidak bias antara kami/mereka.[1] Brian Morris mengkritisi hal serupa dengan cara para anthropolog memperlakukan sikap non-Barat terhadap alam sebagai monadik dan spiritualis, yang kontras dengan "gaya gnostik" dengan perlakuan penyederhanaan terhadap Barat sebagai sikap yang mekanistik, yang sering kali terjadi di abad ke-17. Morris menganggap hal ini sebagai "tidak berguna, jika tidak menyesatkan", dan sebagai gantinya menawarkan penelitiannya sendiri ke dalam cara-cara yang beragam bahwa masyarakat Malawi terkait dengan serangga dan binatang-binatang lainnya yang "pragmatis, intelektual, realis, praktis, estetis, simbolis and sakramen."[8]

Kegunaan serangga di dalam ekosistem

[sunting | sunting sumber]
Proses polinasi yang dilakukan oleh lebah pada tanaman alpukat yang merupakan bagian dari kegunaan serangga di dalam ekosistem.

Badan Millennium Ecosystem Assessment (MEA) melaporkan pada tahun 2005, bahwa definisi pelayanan ekosistem yang memberikan manfaat bagi manusia yang diperoleh dari ekosistem, serta membedakannya pada empat kategori, pada penetuan, regulasi, dukungan, serta budaya. Sebuah prinsip mendasar di mana beberapa spesis arthropoda yang telah dipelajari secara baik akan pengaruhnya terhadap manusia (misalnya lebah madu, semut, nyamuk, dan laba-laba). Namun, serangga menawarkan manfaat dan hasil ekologis.[9] Masyarakat Xerces misalnya memperhitungkan dampak ekonomi pada empat pelayanan ekologis yang diberikan oleh serangga diantaranya: proses polinasi, rekreasi (misalnya "pentingnya kumbang di dalam kegiatan berburu, memancing, dan observasi satwa liar, seperti pengamatan burung"), penguburan kotoran, dan pengontrolan hama. Nilainya diperkirakan telah mencapai $153 miliar (2, 186 juta rupiah) di seluruh dunia.[10] Sebagai halnya E. O. Wilson, yaitu seorang ahli semut[11] mengamati bahwa, "Jika seluruh umat manusia menghilang, maka dunia akan melakukan regenerasi pada keadaan makmur yang setimbang yang pernah ada di sepuluh tahun yang lalu. Jika serangga punah, maka lingkungan akan mengalami kekacauan."[12] Sebuah segmen televisi Nova pada Layanan Penyiaran Publik di Amerika membingkai hubungan antara serangga dengan konteks urban, dengan menyatakan bahwa, "Kita manusia sering kali berpikir bahwa kita lah yang menjalankan dunia. Tetapi bahkan di pusat-pusat kota besar kita, sebuah musuh adidaya ... makhluk kecil ini hidup di sekeliling kita dengan jumlah yang sangat banyak, dan bahkan kita tidak pernah melihat mereka. Tetapi dengan beragam cara, merekalah yang menjalankan pertunjukkan.[13] Koran The Washington Post menyatakan bahwa, "Kita adalah makhluk terbang yang buta di berbagai aspek kelestarian lingkungan, dan itulah sebabnya kita juga terkejut ketika sebuah spesis seperti lebah madu mulai menyerang, atau serangga yang tidak kita inginkan, seperti nyamuk harimau Asia atau semut api muncul di tengah-tengah kita. Dengan kata lain, mulailah berpikir tentang kumbang-kumbang ini."[14]

Hama dan propaganda

[sunting | sunting sumber]
Ketika Perang melawan kumbang kentang, Organisasi Young Pioneers Jerman Timur didesak untuk mengumpulkan dan membunuh kumbang Colorado.

Sikap manusia terhadap serangga sering kali negatif, serta diperkuat dengan pengaruh sensasionalisme dalam media.[15] Hal ini telah menghasilkan sebuah masyarakat yang mencoba memusnahkan serangga dari kehidupan sehari-hari.[16] Sebagai contoh, hampir 75 juta pon dari berbagai jenis insektisida diproduksi dan dijual tiap tahunnya, yang digunakan di rumah-rumah dan kebun-kebun di Amerika. Pendapatan tahunan dari penjualan insektisida kepada pemilik rumah lebih dari $450 juta pada tahun 2004. Kurang lebih satu juta spesis serangga telah dideskripsikan sejauh ini, di mana tidak lebih dari seribu spesis dianggap sebagai hama serius dan kurang dari sepuluh ribu (sekitar 1%) jenisnya merupakan hama musiman.[16] Tetapi tidak satu spesis serangga pun telah dibasmi secara permanen dengan penggunaan pestisida, dan sebagai gantinya, minimal seribu spesis telah mengembangkan resistensi lapangan terhadap pestisida, dan bahaya ekstensif telah selesai dalam memberikan manfaat kepada serangga termasuk diantaranya adalah lebah madu sebagai pelaku peran di dalam proses polinasi.[17]

Selama Perang Dingin, negara-negara Pakta Warsawa meluncurkan perang melawan kumbang kentang, serta mencela pengenalan spesis kumbang tersebut dari Amerika kepada CIA, dan mengutuk spesis tersebut di dalam poster-poster propaganda, serta menyuruh anak-anak mengumpulkan kumbang-kumbang tersebut dan membunuh mereka.[18]

Penggunaan praktis

[sunting | sunting sumber]

Sebagai makanan

[sunting | sunting sumber]
Ulat Witchetty digunakan sebagai makanan oleh aborigin Australia.

Entomofagi adalah makan serangga. Banyak serangga digunakan sebagai kuliner penyedap makanan di beberapa masyarakat di seluruh dunia, dan karya Frederick Simon Bodenheimer yang betjudul Insects as Human Food (1951) menarik perhatian pada lingkup dan potensi entomofagi, tetapi praktik ini jarang terjadi dan bahkan tabu di masyarakat lain. Terkadang serangga dianggap cocok hanya untuk masyarakat miskin di dunia ketiga, tetapi pada tahun 1975 Victor Meyer-Rochow menyarankan supaya serangga dapat membantu meringankan kekurangan pangan global di masa depan dan mengadvokasi sebuah perubahan sikap barat terhadap budaya di mana serangga dihargai sebagai makanan.[19] P.J. Gullan and P.S. Cranston merasa bahwa obat untuk hal ini mungkin memasarkan hidangan serangga sebagai makanan yang eksotis dan mahal sehingga dapat diterima. Mereka juga mencatat bahwa beberapa masyarakat di sub-Sahara Afrika lebih menyukai ulat dibandingkan daging sapi, seperti halnya Chakravorty et al. (2011)[20] tunjukkan bahwa serangga makanan (sangat dihargai di India Utara-Timur) yang harganya lebih mahal daripada daging. Hal ekonomis seperti biaya mengumpulkan serangga makanan dan uang yang diperoleh melalui penjualan serangga tersebut, telah dipelajari dengan latar Laos oleh Meyer-Rochow dkk. (2008).[21] Di Meksiko, larva semut dan telur pengebor air Corixid dicari sebagai suatu bentuk kaviar oleh ahlu gastronomi. Di Guangdong, kumbang air memiliki harga cukup tinggi supaya serangga-serangga ini dapat diternakkan. Khususnya harga yang tinggi yang diambil di Thailand untuk serangga air raksasa Lethocerus indicus.[22]

Serangga-serangga yang digunakan sebagai makanan diantaranya larva lebah madu dan pupa,[23][24] ulat mopani,[25] ulat sutera,[26] ulat Maguey,[27] ulat Witchetty,[28] jangkrik,[29] belalang[30] dan uir-uir.[31] Di Thailand, terdapat 20.000 petani memelihara jangkrik yang dipanen sekitar 7.500 ton per tahun.[32]

Di bidang kedokteran

[sunting | sunting sumber]
Serangga tentara yang digunakan oleh suku Maya sebagai benang alami, di mana jahitannya dapat menutup luka dengan kuat.

Serangga telah digunakan secara medis pada budaya di seluruh dunia, yang sering kali sesuai dengan dogma benda hayati. Dengan demikian, femur belalang yang bentuknya menyerupai hepar manusia, sering kali digunakan sebagai obat penyakit hepar oleh masyarakat adat Meksiko.[33] Dogma ini telah diterapkan di dalam Pengobatan Tradisional Cina (atau disingkat TCM) serta di dalam Ayurveda. TCM menggunakan arthropoda untuk berbagai tujuan; misalnya, kelabang digunakan untuk mengobati tetanus, kejang, dan sawan,[34] sementara Semut Hitam Gunung Cina atau Polyrhachis vicina, digunakan sebagai obat semua penyakit, terutama oleh para orang tua, dan ekstraknya diuji sebagai agen anti-kanker.[35] Pengobatan Ayurveda menggunakan serangga jenis Termite untuk kondisi-kondisi seperti bisul, penyakit reumatik, anemia, dan nyeri. Larva penambang daun Jatropha digunakan dengan cara direbus untuk menginduksi laktasi, menurunkan demam, dan menenangkan saluran pencernaan.[20][36] Sebaliknya, obat serangga tradisional dari Afrika merupakan obat lokal dan tidak berbentuk.[36] Masyarakat adat Amerika Tengah biasanya menggunakan berbagai macam serangga sebagai obat. Suku Maya misalnya, menggunakan gerombolan Semut tentara sebagai benang jahit.[37] Racun yang dihasilkan Semut pemanen merah biasa digunakan untuk menyembuhkan penyakit reumatik, arthritis, dan poliomielitis melalui reaksi kekebalan tubuh yang dihasilkan akibat sengatannya.[37] Pupa rebus silkworm diambil untuk mengobati penyakit apoplexy, afasia, bronkhitis, radang paru-paru, sawan, pendarahan, serta beser.[33]

Produk-produk lebah madu digunakan secara medis dalam apitherapy di Asia, Eropa, Afrika, Australia, dan Amerika, meskipun faktanya lebah madu tidak diperkenalkan di Amerika hingga peristiwa kolonisasi oleh Spanyol dan Portugal. Sejauh ini, produk-produk tersebut merupakan produk serangga medis yang paling umum; baik secara historis maupun yang ada hingga saat ini, dan madu-madu ini merupakan produk yang sering kali direkomendasikan.[36] Produk serangga ini juga diterapkan pada kulit untuk mengobati jaringan parut yang tumbuh dengan cepat, mengobati ruam, dan luka bakar,[38] selain itu digunakan juga sebagai tapal mata untuk mengobati infeksi.[20] Madu ini diambil untuk mengobati masalah pencernaan, yang juga digunakan sebagai pemulihan kesehatan secara umum. Madu diambil panas-panas untuk mengobati pilek, batuk, infeksi tenggorokan, laryngitis, tuberculosis, dan penyakit paru-paru.[33] Apitoxin (venom lebah madu) diaplikasikan langsung melalui sengatannya untuk meredakan radang sendi, reumatik, polyneuritis, dan asthma.[33] Propolis, campuran resin, lilin yang dikumpulkan oleh lebah madu yang kemudian digunakan sebagai insulator sarang dan sealant, sering kali dikonsumsi oleh para wanita menopause karena memiliki kandungan hormon yang tinggi, dan konon memiliki khasiat antibiotik, anestesi, dan anti-inflamasi.[33] Royal jelly juga digunakan untuk mengobati anaemia, ulkus gastrointestinal, arteriosclerosis, tekanan darah rendah dan tekanan darah tinggi, serta menghambat libido seksual.[33] Terakhir, lebah roti, atau lebah pollen, umumnya dimakan sebagai pemulihan kesehatan, dan dikenal dapat membantu mengobati infeksi internal dan eksternal.[33] Salah satu peptida utama di dalam venom lebah seperti Melittin, merupakan senyawa yang berpotensi mengobati inflamasi pada penderita Rheumatoid arthritis dan Multiple sclerosis.[39]

Peningkatan infeksi resistensi antibiotik telah memicu penelitian farmasi untuk sumber daya baru, termasuk penelitian tentang arthropoda.[40]

Terapi Maggot misalnya menggunakan larva blowfly untuk membersihkan luka debridement.[41] Jenis arthropoda ini mengeluarkan senyawa allantoin, yang digunakan dalam mengobati infeksi tulang, Osteomyelitis.

Senyawa Cantharidin yaitu minyak penyebab blister yang ditemukan pada beberapa keluarga kumbang yang telah dijelaskan oleh nama umum yang tersamar kumbang Spanyol, diterima oleh FDA pada tahun 2004 telah digunakan di dalam pengobatan kutil dan masalah kulit lainnya. Ketika zaman Yunani dan Romawi Kuno, digunakan juga sebagai senyawa aprodisiak di beberapa masyarakat. Kajian di dalam kultur jaringan dan model binatang telah menunjukkan sifat perlawanan terhadap tumor.

Serangga penghisap darah seperti caplak, pikat, dan nyamuk menyuntikkan beberapa senyawa bioaktif ke dalam mangsanya. Serangga ini telah lama digunakan oleh para praktisi Kedokteran Timur dalam pencegahan pembekuan darah atau trombosis, menawarkan kemungkinan aplikasi di dalam kedokteran ilmiah.[42] Lebih dari 1.280 keluarga protein dihubungkan dengan saliva dari organisme penghisap darah, termasuk diantaranya inhibitor agregasi platelet, ADP, asam arachidonik, trombin, PAF, antikoagulan, vasodilator, vasokonstriktor, antihistamin, bloker kanal natrium, inhibitor pelengkap, pembentuk pori, inhibitor angiogenesis, anestesi, AMP dan molekul pengenalan pola mikrob, serta parasit peningkat atau aktivator.[39][43][44][45] Ixolaris yaitu inhibitor jaringan terbukti dapat memblokir pertumbuhan tumor primer dan angiogenesis di dalam model glioblastoma.[46]

Serangga jenis arachnid digunakan di dalam pengobatan tradisional, di mana racunnya dipelajari sebagai faktor bioaktif. Pada tahun 1993 Margatoxin disintesis dari racun kalajengking kulit Amerika Tengah menjadi Centruroides margaritatus. Peptida ini secara selektif menghambat VGKCs, dan telah dipatenkan oleh Merck, dengan potensi khasiat di dalam pencegahan neointimal hyperplasia, penyebab umum gagal jantung.[47]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Posey, Darrell Addison (1986). "Topics And Issues In Ethnoentomology With Some Suggestions For The Development Of Hypothesis-Generation And Testing In Ethnobiology" (PDF). Journal of Ethnobiology. 6 (1): 99–120. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 1 August 2014. 
  2. ^ a b Schimitschek, E. (1968). "Insekten als Nahrung, Brauchtum, Kult und Kultur". Dalam Helmcke J.G.; Stark D.; Wermuth H. Handbuch der Zoologie. 4. Berliner Akademie Verlag. hlm. 1–62. 
  3. ^ Hogue, Charles. "Cultural Entomology". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-17. Diakses tanggal 22 July 2012. 
  4. ^ "Who? What? Why?". Cultural Entomology Digest. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 22 July 2012. 
  5. ^ Schimitschek, E. (1961). "Die Bedeutung der Insekten für Kultur und Wirtschaft des Menschen in Vergangenheit und Gegenwart". Istanbul Universitesi. 908:: 1–48. 
  6. ^ Hogue, Charles (January 1987). "Cultural Entomology". Annual Review of Entomology. 32: 181–199. doi:10.1146/annurev.en.32.010187.001145. 
  7. ^ a b Hogue, Charles. "Cultural Entomology". Cultural Entomology Digest. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-17. Diakses tanggal 22 July 2012. 
  8. ^ Morris, 2006.
  9. ^ Millennium Ecosystem Assessment (2005). Ecosystems and human well-being : synthesis (PDF). Washington, DC: Island Press. ISBN 1-59726-040-1. Diakses tanggal 7 August 2014. 
  10. ^ Lyman Kirst, Marian (29 Dec 2011). "Insect – the neglected 99%". High Country News. Diakses tanggal 22 July 2012. 
  11. ^ "Edward O. Wilson Biography". Biography.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-07. Diakses tanggal 6 January 2017. 
  12. ^ Wilson, E.O. (2006). The Creation: An Appeal to Save Life on Earth. Norton. 
  13. ^ "Little Creatures Who Run the World". Nova. PBS Airdate: August 12, 1997. 
  14. ^ Higgins, Adrian (30 June 2007). "Saving Earth From the Ground Up". June 30, 2007. The Washington Post. Diakses tanggal 22 July 2012. 
  15. ^ Kellert, S. R. (1993). "Values and perceptions of invertebrates". Conservation Biology. 7 (4): 845–855. doi:10.1046/j.1523-1739.1993.740845.x. 
  16. ^ a b Meyer, John (2006). "Chapter 18: Insects As Pests". North Carolina State University. Diakses tanggal 22 July 2012. 
  17. ^ Miller G.T. (2004). Sustaining the Earth (edisi ke-6th). Thompson Learning. hlm. 211–216. 
  18. ^ Sindelar, Daisy. "What's Orange and Black and Bugging Ukraine?". Radio Free Europe / Radio Liberty. Diakses tanggal 18 May 2014. 
    Ukraine's Reins Weaken as Chaos Spreads, The New York Times (4 May 2014)
  19. ^ Meyer-Rochow, Victor Benno (1975). "Can insects help to ease the problem of world food shortage?". ANZAAS Journal: "Search". 6 (7): 261–262. 
  20. ^ a b c Chakravorty, J., Ghosh, S., and V.B. Meyer-Rochow. (2011). Practices of entomophagy and entomotherapy by members of the Nyishi and Galo tribes, two ethnic groups of the state of Arunachal Pradesh (North-East India). Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine 7(5)
  21. ^ Meyer-Rochow V.B., Nonaka K., Boulidam S (2008) More feared than revered: Insects and their impacts on human societies (with specific data on the importance of entomophagy in a Laotian setting. Entomologie Heute 20: 3–25
  22. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama GullanCranston2009
  23. ^ Holland, Jennifer (14 May 2013). "U.N. Urges Eating Insects: 8 Popular Bugs to Try". National Geographic. Diakses tanggal 16 July 2015. 
  24. ^ Haris, Emmaria (6 December 2013). "Sensasi Rasa Unik Botok Lebah yang Menyengat (Unique taste sensation botok with stinging bees)" (dalam bahasa Indonesian). Sayangi.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-06-22. Diakses tanggal 22 June 2015. 
  25. ^ "Worms! A look at Zimbabwe's favorite snack: mopane worms". New York Daily News. 25 January 2013. Diakses tanggal 10 July 2016. 
  26. ^ Robinson, Martin; Bartlett, Ray; Whyte, Rob. Korea (2007). Lonely Planet publications, ISBN 1-74104-558-4, ISBN 978-1-74104-558-1. page 63
  27. ^ Tang, Philip. "The 10 tastiest insects and bugs in Mexico". Lonely Planet. Diakses tanggal 10 July 2016. 
  28. ^ Isaacs, Jennifer (2002). Bush Food: Aboriginal Food and Herbal Medicine. Frenchs Forest, New South Wales: New Holland Publishers (Australia). hlm. 190–192. ISBN 1-86436-816-0. 
  29. ^ Bray, Adam (24 August 2010). "Vietnam's most challenging foods". CNN: Travel. Diakses tanggal 2 June 2015. 
  30. ^ Kenyon, Chelsie. "Chapulines". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02. Diakses tanggal 31 March 2015. 
  31. ^ Fromme, Alison (2005). "Edible Insects". Smithsonian Zoogoer. Smithsonian Institution. 34 (4). Diarsipkan dari versi asli tanggal November 11, 2005. Diakses tanggal 26 April 2015. 
  32. ^ Hanboonsong, Yupa; Tasanee, Jamjanya (2013-03-01). "Six-legged livestock" (PDF). FAO. Patrick B. Durst. Food and Agriculture Organization. Diakses tanggal 10 July 2016. 
  33. ^ a b c d e f g Ramos-Elorduy de Concini, J. and J.M. Pino Moreno. (1988). The utilization of insects in the empirical medicine of ancient Mexicans. Journal of Ethnobiology, 8(2), 195–202.
  34. ^ http://tcm.health-info.org/Herbology.Materia.Medica/wugong-properties.htm
  35. ^ http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/1809450.stm
  36. ^ a b c Srivastava, S.K., Babu, N., and H. Pandey. (2009). Traditional insect bioprospecting—As human food and medicine. Indian Journal of Traditional Knowledge, 8(4): 485–494.
  37. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Meksiko
  38. ^ Feng, Y., Zhao, M., He, Z., Chen, Z., and L. Sun. (2009). Research and utilization of medicinal insects in China. Entomological Research, 39: 313–316.
  39. ^ a b Ratcliffe, N.A. et al. Insect Biochemistry and Molecular Biology, 41 (2011) 747e769
  40. ^ Dossey, A.T., 2010. Insects and their chemical weaponry: new potential for drug discovery. Nat. Prod. Rep 27, 1737e1757.
  41. ^ Sun, Xinjuan; Jiang, Kechun; Chen, Jingan; Wu, Liang; Lu, Hui; Wang, Aiping; Wang, Jianming (2014). "A systematic review of maggot debridement therapy for chronically infected wounds and ulcers". International Journal of Infectious Diseases. 25: 32–7. doi:10.1016/j.ijid.2014.03.1397. PMID 24841930. 
  42. ^ Yang, X., Hu, K., Yan, G., et al., 2000. Komponen fibrinogenolitik di Tabanid, bahan obat tradisional Cina dan sifat-sifatnya. J. Southwest Agric. Univ. 22, 173e176 (Cina).
  43. ^ Ribeiro, J.M.C., Arca, B., 2009. From sialomes to the sialoverse: an insight into salivary potion of blood-feeding insects. Adv. Insect Physiol. 37, 59e118.
  44. ^ Francischetti, I.M.B., Mather, T.N., Ribeiro, J.M.C., 2005. Tick saliva is a potent inhibitor of endothelial cell proliferation and angiogenesis. Thromb. Haemost. 94, 167e174.
  45. ^ Maritz-Olivier, C., Stutzer, C., Jongejan, F., et al., 2007. Tick anti-hemostatics: targets for future vaccines and therapeutics. Trends Parasitol. 23, 397e407.
  46. ^ Carneiro-Lobo, T.C., Konig, S., Machado, D.E., 2009. Ixolaris, a tissue factor inhibitor, blocks primary tumor growth and angiogenesis in a glioblastoma model. J. Thromb. Haemost. 7, 1855e1864.
  47. ^ E. M. Costa-Neto, An. Acad. Bras. Cienc., 2005, 77 (1), 33–43.

Bacaan lanjut

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Templat:Serangga dalam budaya Templat:Makhluk hidup dalam budaya

Templat:Entomologi