Lompat ke isi

Standar Hitam: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Untuk objektivitas
k ~cite
(72 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[File:Black flag.svg|thumb|Bendera Standar Hitam memiliki warna hitam polos, tanpa ukuran apapun.<ref>[https://www.britannica.com/topic/flag-heraldry Early Islamic Flag]. ''Britannica''. Retrieved February 15, 2019.</ref>]]
[[Berkas:Ar Liwa hariadhi islamic flag.svg|al=|jmpl|Al-Liwa, bendera panji kebesaran Islam pada zaman Nabi Muhammad, berukuran besar]]
'''Standar Hitam''' atau '''Rayat al-Uqab''' ({{lang-ar|الراية السوداء|ar-rāyat as-sawdāʾ}} atau {{lang|ar|راية العقاب}}, {{translit| rāyat al-'uqāb}}, "[[wikt:راية#Arabic|spanduk]] [[wikt:عقاب#Arabic|elang]]" atau {{wikt-lang|ar|الراية}}, {{transl|ar|ar-rāyah}}, "bendera") adalah salah satu bendera yang dikibarkan oleh [[nabi Islam]] [[Muhammad]] menurut tradisi Muslim.{{sfn|Nicolle|1993|page=6–7}} Secara historis, Standar Hitam digunakan oleh [[Abu Muslim al-Khurasani]] dalam pemberontakannya yang mengarah ke [[Revolusi Abbasiyah]] pada tahun 747 dan karena itulah, bendera ini sering dikaitkan dengan [[Kekhalifahan Abbasiyah]]. Standar Hitam juga merupakan simbol dalam [[eskatologi Islam]] untuk mengumumkan kedatangan [[Imam Mahdi|al-Mahdi]].{{sfn|Cook|2002|page=[https://archive.org/details/studiesmuslimapo00cook/page/n105 197]|isbn=9780878501427}}
[[Berkas:Ar Rayah hariadhi war banner.svg|jmpl|Ar-Rayah, panji perang pada zaman Nabi Muhammad, berukuran lebih kecil]]


Bendera Hitam, yang berbeda dari [[Bendera jihad#varian ISIS|bendera ISIS]], telah digunakan oleh beberapa jihadis dan kelompok militan lainnya sejak tahun 1990-an, termasuk beberapa kelompok [[Chechen|Chechnya]]. Para sarjana telah menafsirkan penggunaan bendera hitam serupa oleh ISIS sebagai representasi klaim mereka untuk mendirikan kembali kekhalifahan. Bendera hitam serupa telah digunakan sepanjang sejarah Islam, termasuk di [[Afghanistan]] selama awal abad ke-20.<ref name="smh._Flag">{{cite web| title = Flag being held by Lindt Chocolat Cafe hostages is not an Islamic State flag| author1 = David Wroe | author2 = James Massola| work = [[The Sydney Morning Herald]]| date = December 16, 2014 | access-date = 2015-03-03| url = https://www.smh.com.au/national/flag-being-held-by-lindt-chocolat-cafe-hostages-is-not-an-islamic-state-flag-20141215-1279s0.html| quote = the black banner which was used in the 1990s}}</ref>
'''Ar-Rayah dan Al-Liwa''' adalah salah satu dari sekian banyak variasi bendera dan panji dalam [[Islam]]. Cirinya adalah warna dasar putih dan hitam. Panji penanda pasukan Nabi Muhammad dinamai Rayat Al-Uqab atau Panji Elang dan warnanya polos. Namun kemudian seluruh panji hitam dari pasukan islam juga dinamai Al-Uqab.


==Asal==
Bendera hitam seperti Al-Rayah diriwayatkan akan mengiringi kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman.<ref>[https://www.al-islam.org/imam-al-mahdi-twelfth-khalifah-sahih-sunni-ahadith-toyib-olawuyi/5-black-flags-khurasan ''The Black Flags From Khurasan.''] dari situs al-islam.org</ref>
{{main|Hadis bendera hitam}}
[[Tentara Romawi]] menggunakan standar yang menggambarkan Elang, untuk mengidentifikasi inti dari [[legiun Romawi|legiun]]. Pada pertengahan 600-an, tentara Arab menggunakan Standar Hitam untuk tujuan yang sama. Di antara kekuatan ini, {{transl|ar|rāya}} adalah spanduk persegi; untuk membedakannya dengan {{transl|ar|DIN|liwāʾ}} atau {{transl|ar|DIN|ʿalam}}, tanda pengenal seperti sorban merah.{{sfn|Hinds|1996|p=97-142}}{{sfn|Hinds|1996|p=104-6}}


Tradisi Islam menyatakan bahwa [[suku Quraisy]] memiliki {{transl|ar|DIN|liwāʾ}} hitam dan {{transl|ar|rāya}} putih-hitam.{{sfn|Hinds|1996|p=133}} Lebih lanjut dinyatakan bahwa Muhammad memiliki {{transl|ar|DIN|ʿalam}} berwarna putih yang dijuluki "Elang Muda" ({{lang|ar|العقاب}}, {{transl|ar|DIN|al-ʿuqāb}}); dan {{transl|ar|rāya}} berwarna hitam, konon terbuat dari kain kepala istrinya [[Aisyah binti Abu Bakar|Aisyah]].{{sfn|Nicolle|1993|p=6}} Bendera yang lebih besar ini dikenal sebagai ''sang Elang''.{{sfn|Hinds|1996|p=108}}
== Asal kata ==
Ar-Rayah berasal dari kata Rayah yang berarti panji, sementara Al-Liwa berasal dari kata Liwa yang berarti bendera.
== Perbedaan Ar-Rayah dan Al-Liwa ==
Al-Liwa sebagai bendera Islam berwarna dasar putih dan tulisan hitam dengan ukuran besar. Sementara Ar-Rayah sebagai panji perang berukuran lebih kecil, digunakan saat berperang, dan dipindahtangankan dari kalifah ke panglima atau komando pasukan perang, gunanya untuk sebagai tanda memimpin pasukan dan menakuti musuh dalam keadaan perang. Hanya saja kesalahkaprahan di masa kini membuat orang menyangka Ar-Rayah yang berwarna hitam justru sebagai bendera negara Islam, alih-alih sebagai penanda perang. Padahal yang benar, yang digunakan oleh Nabi Muhammad sebagai bendera utama negara Islam adalah yang putih.<ref>[https://www.nu.or.id/post/read/84123/kh-cholil-nafis-kritik-hizbut-tahrir-soal-bendera-al-liwa-dan-ar-rayah ''KH Cholil Nafis Kritik Hizbut Tahrir Soal Bendera Al-Liwa dan Ar-Rayah''.] dari situs NU.or.id</ref>


Sejumlah [[hadis]] menyebutkan tentang Muhammad yang mengatakan bahwa kedatangan [[Imam Mahdi|al-Mahdi]] akan ditandai dengan Standar Hitam yang berasal dari [[Khorasan|Khorasan]] dan bahwa itu akan menjadi bendera tentara yang akan melawan [[Dajjal]].{{sfn|Cook|2002|p=153}}{{sfn|Cook|2002|p=125}}{{sfn|Cook|2002|p=206}} Pada [[Pertempuran Siffin]], menurut tradisi, [[Ali]] menggunakan {{transl|ar|DIN|liwāʾ}} yang berwarna putih,{{sfn|Hinds|1996|p=97 -142}}{{sfn|Hinds|1996|p=104-6}} sementara [[Mu'awiyah bin Abu Sufyan|Mu'awiyah]] menggunakan spanduk hitam.{{sfn|Hinds|1996|p=109}}
Panji ( اللِّوَاءُ ) adalah sesuatu (kain) yang diikat dan dibelitkan di ujung tombak saat perang. Adapun, bendera ( الرَّايَةُ ) adalah, kain yang diikatkan di ujung tombak saat perang, maupun yang diikat diujung tiang di luar perang. Panji berfungsi untuk menunjukkan posisi pemimpin pasukan, sedang bendera dibawa oleh pasukan perang.<ref>[[Ibnu Hajar al-Asqalani]], Fathul Bari, 2001, vol. 6, hlm. 147.</ref>.


==Sejarah penggunaan==
Yang dimaksud warna hitam bukan berarti bendera Nabi Muhammad benar-benar berwarna hitam, melainkan kain yang dipakai didominasi warna hitam, sehingga saat dilihat dari kejauhan tampak berwarna hitam (putih kehitam-hitaman). Yang demikian, karena kain yang digunakan berbahan baku wol ( نَمِرَةٌ ) yang biasa dipakai orang Arab, yang mana kain tersebut dibuat menggunakan benang hitam dan putih.<ref>al-Mubarakfuri, Tuhaftul Ahwazi, tt., vol. 5, hlm. 328</ref>
[[Revolusi Abbasiyah]] melawan [[Kekhalifahan Umayyah]] menggunakan warna hitam untuk {{transl|ar|rāyaʾ}}-nya yang mana partisannya disebut {{transl|ar|musawwid}}.<ref>{{citation | title=Abbāsid Authority Affirmed | author=Tabari | year=1995 | publisher=SUNY | volume=28 |editor1=Jane McAuliffe |page=124}}</ref> Saingan mereka memilih warna lain sebagai simbol; di antaranya, pasukan yang setia kepada [[Marwan II]] mengadopsi warna merah.<ref>{{cite book | author=Patricia Crone | title=The Nativist Prophets of Early Islam | url=https://archive.org/details/nativistprophets0000cron |year=2012 |page=[https://archive.org/details/nativistprophets0000cron/page/122 122]}}. As remembered in pro-Umayyad apocalyptic: page 125}</ref> Pemilihan warna hitam sebagai warna Revolusi Abbasiyah sudah dimotivasi oleh tradisi "standar hitam dari Khurasan" yang diasosiasikan dengan [[Mahdi]]. Kontras warna putih dan hitam sebagai warna dinasti Fatimiyah melawan Abbasiyah dari waktu ke waktu memunculkan perkembangan putih sebagai warna [[Islam Syi'ah]] dan hitam sebagai warna [[Islam Sunni]].<ref>"Proselit revolusi ʿAbbasiyah memanfaatkan sepenuhnya ekspektasi eskatologis yang diangkat oleh spanduk hitam dalam kampanye mereka untuk melemahkan Dinasti Umayyah dari dalam. Bahkan setelah ʿAbbasiyah menang atas Bani Umayyah pada tahun 750, mereka terus menggunakan warna hitam sebagai warna dinasti mereka; tidak hanya spanduk tetapi hiasan kepala dan pakaian khalifah Abbasiyah berwarna hitam [...] Warna hitam yang ada di mana-mana menciptakan kontras yang mencolok dengan spanduk dan warna dinasti Bani Umayyah, yang dulunya putih [...] Kontra Syiah Ismailiyah -kekhalifahan yang didirikan oleh Fatimiyah mengambil warna putih sebagai warna dinastinya, menciptakan kontras visual dengan musuh ʿAbbasiyah [...] putih menjadi warna Syiah, dengan sengaja menentang warna hitam dari 'pendirian' ʿAbbasiyah." Jane Hathaway, ''A Tale of Two Factions: Myth, Memory, and Identity in Ottoman Egypt and Yemen'', 2012, [https://books.google.com/books?id=L-lPC7DgepEC&pg=PA96 p. 97f.]</ref> Setelah revolusi, kalangan apokaliptik Islam mengakui bahwa panji-panji Abbasiyah akan berwarna hitam, tetapi menegaskan bahwa panji Mahdi akan berwarna hitam dan lebih besar.{{sfn|Cook|2002|p=153}}{{sfn|Cook|2002|p=125}}{{sfn|Cook|2002|p=206}}
Terkait warna bendera Nabi Muhammad, terdapat tiga versi: pertama, bendera Nabi Muhammad disebut Uqab ( الْعُقَابُ ), berwarna hitam, berbentuk bujur sangkar; kedua, bendera Nabi Muhammad disebut bendera putih ( الرَّايَةُ الْبَيْضَاءُ ); ketiga, bendera Nabi Muhammad berwarna merah ( الْحَمْرَاءُ ).<ref>Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, 2001, vol. 6, hlm. 147; al-Iraqi, Turhut Tasrib, tt., vol. 7, hlm. 221</ref>


Bendera hitam digunakan oleh [[Dinasti Hotak]] pada awal abad ke-18, setelah pemberontakan [[Islam Sunni|Sunni]] [[Mirwais Hotak]] melawan Syi'ah [[Dua Belas Imam]] [[dinasti Safawiyah]] dan kemudian oleh [[Emirat Afghanistan]] di bawah [[Abdur Rahman Khan]] (1880–1901).<ref>{{Cite book|title=History of Afghanistan, from the Earliest Period to the Outbreak of the War of 188|last1=Malleson|first1=George Bruce|year=1878|publisher=Elibron.com|location=London|isbn=1402172788|page=227|url={{Google books |plainurl=yes |id=pqNGBEmHUd4C |page=227 }} |access-date=2010-09-27}}</ref>
== Dalil ==
Penjelasan Al-Liwa sebagai bendera negara Islam dan Ar-Rayah sebagai panji perang dijelaskan oleh beberapa hadis<ref>[http://mediaumat.id/2017/12/06/mengenal-bendera-rasulullah-bertuliskan-kalimat-la-ilaha-illallah/ ''Mengenal Bendera Rasulullah Bertuliskan Kalimat La Ilaha Illallah''.] dari situs mediaumat</ref>:


Pada tanggal 21 Juli 1848, di bawah perintah [[Báb]], pemimpin [[Bábísme|Bábísme]] [[Mullá Husain]] menaikkan Standar Hitam di [[Masyhad]] (di [[Provinsi Khorasan]] Iran) dan memulai pertempuran ke arah barat. Misi tersebut kemungkinan besar bersifat proklamasi tetapi mungkin juga untuk menyelamatkan pemimpin Bábí lainnya, [[Quddús]], yang berada dalam tahanan rumah di Sárí. Setelah diperangi di kota [[Babol|Barfurush]], kelompok itu mulai membuat benteng pertahanan di Kuil [[Syekh Tabarsi]]. Dilaporkan Standard Hitam dikibarkan di atas benteng Bábí sampai akhir [[Pertempuran Benteng Tabarsi]].<ref>{{cite book|author=Smith, Peter|author-link=Peter Smith (historian)|year=2000|title=A Concise Encyclopedia of the Bahá'í Faith|publisher=Oneworld Publications, (Sales and Editorial), 185 Banbury Road, Oxford, OX2 7AR|isbn=1-85168-184-1|url-access=registration|url=https://archive.org/details/conciseencyclope0000smit}}</ref><ref>{{cite journal | last =Momen | first = Moojan|author-link= Moojan Momen | title =The Social Basis of the Babi Upheavals in Iran (1848-53): A Preliminary Analysis |journal =International Journal of Middle East Studies | volume =15 | issue =2 | pages =157–183 | publisher =Cambridge University Press | date = May 1983 | jstor =162988 | doi=10.1017/s0020743800052260| s2cid = 162465531}}</ref> Menurut [[Denis MacEoin]], kaum Bábí di bawah Boshru'i menjalankan misi mereka untuk menyebarkan Babisme, "dengan berdakwah secara paksa jika diperlukan".<ref>{{Cite book|last=MacEoin|first=Dennis|url=https://brill.com/view/title/14923|title=The Messiah of Shiraz: Studies in Early and Middle Babism|date=2008-11-30|publisher=Brill|isbn=978-90-474-4307-0|pages=484|language=en}}</ref>


Saat [[nasionalisme Arab]] berkembang pada awal abad ke-20, warna hitam dalam [[warna Pan-Arab]] dipilih untuk mewakili warna dinasti Abbasiyah.<ref>Edmund Midura, [https://archive.aramcoworld.com/issue/197802/flags.of.the.arab.world.htm "Flags of the Arab World"], in ''Saudi Aramco World'', March/April 1978, pages 4–9</ref>
كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ، وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضَ


Gerakan [[Ahmadiyah]] juga menggunakan warna hitam dan putih pada benderanya ({{transl|ar|Liwaa-i Ahmadiyya}}), pertama kali dikibarkan pada tahun 1939.<ref>{{cite web|url=https://www.alislam.org/library/history/ahmadiyya/68.html |title=A Brief History of Ahmadiyya Movement In Islam |publisher=Alislam.org |date=1939-12-28 |access-date=2016-03-23}}</ref> [[Mirza Tahir Ahmad]], khalifah keempat [[Kekhalifahan Ahmadiyah]], menjelaskan simbolisme warna hitam dan putih dalam kaitannya dengan konsep wahyu dan kenabian.<ref>{{cite web |url=http://www.askislam.org/practices/question_681.html |title=Question: Why do Muslims use black flags if the color black is associated with death and mourning? |publisher=Askislam.org |date=1984-10-22 |access-date=2016-03-23 }}</ref><ref>{{cite web |url=http://www2.alislam.org/askislam/mp3/MEI_19841022_02.mp3 |title=Archived copy |access-date=2015-06-27 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20150630013953/http://www2.alislam.org/askislam/mp3/MEI_19841022_02.mp3 |archive-date=2015-06-30 |quote=Black absorbs total light, [it] does not emit an iota of light, so from looking heavenly-wards black indicates that we absorb entire light from heaven, and white reflects total light without being dishonest about it, so a Messenger has two aspects. One of receiving things from Allah, in that respect he's ''nabi'' [prophet], whatever he receives he completely, totally absorbs, and when he speaks to the others he reflects the entire light without being dishonest or stingy about it, so that reflection makes it white. So reception that is a complete reception without leaving anything out and reflection that is a complete reflection without leaving anything out, they are witnessed only in two colours: black and white. So both have been employed in Islam as flags. ''[Hitam menyerap cahaya total, [itu] tidak memancarkan sedikit pun cahaya, jadi dari melihat ke arah surgawi hitam menunjukkan bahwa kita menyerap seluruh cahaya dari surga, dan putih memantulkan cahaya total tanpa berbohong tentangnya, jadi Utusan Tuhan memiliki dua aspek. Seseorang yang menerima sesuatu dari Allah, dalam hal itu dia adalah 'nabi' [nabi], apa pun yang dia terima dia serap sepenuhnya, sepenuhnya, dan ketika dia berbicara kepada orang lain dia memantulkan seluruh cahaya tanpa menjadi tidak jujur atau pelit tentangnya, jadi pantulan itu membuatnya putih. Jadi resepsi yang merupakan penerimaan lengkap tanpa meninggalkan apapun dan refleksi yang merupakan refleksi lengkap tanpa meninggalkan apapun, mereka disaksikan hanya dalam dua warna: hitam dan putih. Jadi keduanya telah digunakan dalam Islam sebagai bendera.]''}}</ref>
“Rayah Rasulullah Saw berwarna hitam dan Liwa beliau berwarna putih.” (HR Imam Tirmidzi dan Imam Ibn Majah dari Ibn Abbas)


== Bendera hitam Jihadisme ==
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «دَخَلَ مَكَّةَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ
{{Main|Bendera Jihad}}
{{multiple image
| width = 160
| image1 = Ar Rayah hariadhi war banner.svg
| image2 = Ar Liwa hariadhi islamic flag.svg
| footer_align = center
| footer = Standar Hitam dan ''{{transl|ar|liwa}}'' yang digunakan oleh [[Hizbut Tahrir Indonesia]].
}}
Standar Hitam telah diadopsi oleh banyak organisasi [[jihadisme|jihadis]], seperti [[al-Qaeda]], [[Negara Islam Irak dan Suriah]] (ISIS), dan [[Hizbul Islam]]. Umumnya, bendera tersebut disertai dengan tulisan kaligrafi ''[[syahadat]]''.<ref>{{Cite web |last1=Hamid |first1=Shadi |last2=Dar |first2=Rashid |date=July 15, 2016 |title=Islamism, Salafism, and jihadism: A primer |url=https://www.brookings.edu/blog/markaz/2016/07/15/islamism-salafism-and-jihadism-a-primer/ |url-status=live |archive-date=2022-09-10 |access-date=2022-09-10 |website=[[Brookings Institution|Brookings]] |language=en-US}}</ref> [[ISIS]] menambahkan [[segel Muhammad]] pada benderanya.<ref>Situs web SITE (Pencarian Entitas Teroris Internasional) pada tanggal 23 Januari 2007 menyatakan: “Negara Islam Irak mengeluarkan dokumen berjudul: 'Legalitas Bendera dalam Islam,' yang berisi gambar benderanya dan informasi simbolismenya, hari ini, Selasa, 23 Januari 2007. Teks pada bendera bertuliskan, 'Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Utusan Allah,' adalah kata-kata yang terdapat pada bendera nabi Islam Muhammad yang dibawanya ke medan perang dan diserahkan kepada generasi pembawa. Daulah Islam memberikan bukti dan legitimasi untuk spanduk ini dari para sarjana Islam, dan merinci pendapat tentang bahan, judul, dan signifikansi bendera. Menurut kelompok itu, bentuk lingkarannya cocok dengan cincin stempel Nabi yang banyak ditemukan pada naskah-naskah, dan susunan kata-katanya menunjukkan keagungan Allah atas Rasulnya." Cited by Ivan Sache at [[Flags of the World (website)|Flags of the World]] on 18 February 2007.[http://www.crwflags.com/fotw/flags/iq%7Disi.html]
</ref>


[[Hizbut Tahrir Indonesia]], salah satu organisasi [[jihadisme|jihadis]] berargumen bahwa bendera hitam dan putih tersebut adalah representasi dari Muhammad dan wajib digunakan umat Islam. Hal ini dibantah oleh Ketua Komisi Dakwah [[Majelis Ulama Indonesia]], Cholil Nafis, yang menyatakan bahwa hadis yang mengarahkan kepada hal tersebut berlaku dalam kondisi khusus di masa lalu.<ref>{{Cite web|title=KH Cholil Nafis Kritik Hizbut Tahrir soal Bendera Al-Liwa’ dan Ar-Rayah|url=https://www.nu.or.id/nasional/kh-cholil-nafis-kritik-hizbut-tahrir-soal-bendera-al-liwa-dan-ar-rayah-pIbYb|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2023-07-01}}</ref>
“Bahwa Nabi Saw masuk ke Mekah dan Liwa’ beliau berwarna putih.” (HR Imam An-Nasai dan At Tirmidzi)


Menurut Wakil Katib PCNU Jember Abdul Wahab Ahmad, [[Muhammad]] dan para [[sahabat Nabi|sahabatnya]] tidak memakai bendera dalam acara-acara yang menyedot konsentrasi massa. Abdul Wahab menyebut bendera hanya digunakan dalam konteks ketika berada di medan perang saja.<ref name="bendera2">{{Cite web|title=Mengenal Bendera Islam (I): Nama-nama dan Fungsinya|url=https://islam.nu.or.id/syariah/mengenal-bendera-islam-i-nama-nama-dan-fungsinya-7tIHW|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2023-07-01}}</ref>
كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ، مَكْتُوبٌ عَلَيْهِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ


== Lihat pula ==
“Panjinya (Rayah) Rasulullah Saw berwarna hitam, dan benderanya (Liwa’) berwarna putih, tertulis di dalamnya: “laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah”.” (HR Al-Thabrani)
*[[Bendera Islam]]

*[[Bendera Jihad]]
كَانَ لِوَاءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْيَضَ
*[[Simbol Islam]]

*[[Bulan dan Bintang]]
“Liwa Rasulullah Saw berwarna putih.” (HR Ibn Abiy Syaibah)

== Perang Siffin ==
Perang Siffin memperlihatkan penggunaan yang unik dari Ar-Rayah dan Al-Liwa. Ali menggunakan warna Al-Liwa (putih) yang mewakili Nabi Muhammad. Sementara lawannya menggunakan warna Ar-Rayah (hitam).<ref>[https://books.google.co.id/books?id=x0dtAAAAMAAJ&redir_esc= Hinds, Martin (1996). ''Studies in Early Islamic History''.] Darwin Press. ISBN 978-0-87850-109-0.</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist|2}}
{{reflist|2}}
=== Sumber ===
* {{cite book|last=Cook|first=David|title=Studies in Muslim Apocalyptic|url=https://books.google.com/books?id=DxfYAAAAMAAJ|year=2002|publisher=Darwin Press|isbn=978-0-87850-142-7|ref={{sfnref|Cook|2002}}}}
* {{cite book|last=Hinds|first=Martin|title=Studies in Early Islamic History|url=https://books.google.com/books?id=x0dtAAAAMAAJ|year=1996|publisher=Darwin Press|isbn=978-0-87850-109-0|ref={{sfnref|Hinds|1996}}}}
* {{cite book|last=Nicolle|first=David|author-link=David Nicolle|title=Armies of the Muslim Conquest|url=https://books.google.com/books?id=HCKEjusDE6MC&pg=PA6|year=1993|publisher=Osprey Publishing|isbn=978-1-85532-279-0|ref={{sfnref|Nicolle|1993}}}}{{Pranala mati|date=Mei 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}

== Pranala luar ==
{{commons category|Jihadist flags}}
* [https://web.archive.org/web/20151222135058/http://www.qassimy.com/vb/showthread.php?p=8271045 Kumpulan citra bendera hitam yang digunakan dalam ekstremisme Islam]
* [https://web.archive.org/web/20100729114331/http://ctc.usma.edu/imagery/imagery_warfare.asp#blackflag Standar Hitam (al-raya)] di [https://web.archive.org/web/20110413143951/http://ctc.usma.edu/imagery/imagery.asp Proyek Citra Islam], [https://web.archive.org/web/20110430004821/http://www.ctc.usma.edu/default.asp Pusat Pemberantasan Terorisme di titik barat]
* [https://web.archive.org/web/20111008222438/http://www.makingsenseofjihad.com/2009/02/the-semiotics-of-a-black-flag.html Semiotika Standar Hitam] (makingsenseofjihad.com)
* Usama Hasan, [https://web.archive.org/web/20151019080815/https://unity1.wordpress.com/2014/09/01/the-black-flags-of-khurasan/ Bendera Hitam Khurasan] (unity1.wordpress.com)
{{Topik Muhammad|collapsed=yes}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Bendera Islam]]
[[Kategori:Kekhalifahan Abbasiyah]]
[[Kategori:Bendera Syahadat]]
[[Kategori:Eskatologi Islam]]
[[Kategori:Simbol Islam]]
[[Kategori:Istilah Islam]]
[[Kategori:Islamisme]]
[[Kategori:Jihadisme]]
[[Kategori:Bendera agama]]
[[Kategori:Simbol agama]]

Revisi per 21 Februari 2024 15.11

Bendera Standar Hitam memiliki warna hitam polos, tanpa ukuran apapun.[1]

Standar Hitam atau Rayat al-Uqab (bahasa Arab: الراية السوداء, translit. ar-rāyat as-sawdāʾ atau راية العقاب, translit. rāyat al-'uqāb, "spanduk elang" atau ‏الراية‎, ar-rāyah, "bendera") adalah salah satu bendera yang dikibarkan oleh nabi Islam Muhammad menurut tradisi Muslim.[2] Secara historis, Standar Hitam digunakan oleh Abu Muslim al-Khurasani dalam pemberontakannya yang mengarah ke Revolusi Abbasiyah pada tahun 747 dan karena itulah, bendera ini sering dikaitkan dengan Kekhalifahan Abbasiyah. Standar Hitam juga merupakan simbol dalam eskatologi Islam untuk mengumumkan kedatangan al-Mahdi.[3]

Bendera Hitam, yang berbeda dari bendera ISIS, telah digunakan oleh beberapa jihadis dan kelompok militan lainnya sejak tahun 1990-an, termasuk beberapa kelompok Chechnya. Para sarjana telah menafsirkan penggunaan bendera hitam serupa oleh ISIS sebagai representasi klaim mereka untuk mendirikan kembali kekhalifahan. Bendera hitam serupa telah digunakan sepanjang sejarah Islam, termasuk di Afghanistan selama awal abad ke-20.[4]

Asal

Tentara Romawi menggunakan standar yang menggambarkan Elang, untuk mengidentifikasi inti dari legiun. Pada pertengahan 600-an, tentara Arab menggunakan Standar Hitam untuk tujuan yang sama. Di antara kekuatan ini, rāya adalah spanduk persegi; untuk membedakannya dengan liwāʾ atau ʿalam, tanda pengenal seperti sorban merah.[5][6]

Tradisi Islam menyatakan bahwa suku Quraisy memiliki liwāʾ hitam dan rāya putih-hitam.[7] Lebih lanjut dinyatakan bahwa Muhammad memiliki ʿalam berwarna putih yang dijuluki "Elang Muda" (العقاب, al-ʿuqāb); dan rāya berwarna hitam, konon terbuat dari kain kepala istrinya Aisyah.[8] Bendera yang lebih besar ini dikenal sebagai sang Elang.[9]

Sejumlah hadis menyebutkan tentang Muhammad yang mengatakan bahwa kedatangan al-Mahdi akan ditandai dengan Standar Hitam yang berasal dari Khorasan dan bahwa itu akan menjadi bendera tentara yang akan melawan Dajjal.[10][11][12] Pada Pertempuran Siffin, menurut tradisi, Ali menggunakan liwāʾ yang berwarna putih,[13][6] sementara Mu'awiyah menggunakan spanduk hitam.[14]

Sejarah penggunaan

Revolusi Abbasiyah melawan Kekhalifahan Umayyah menggunakan warna hitam untuk rāyaʾ-nya yang mana partisannya disebut musawwid.[15] Saingan mereka memilih warna lain sebagai simbol; di antaranya, pasukan yang setia kepada Marwan II mengadopsi warna merah.[16] Pemilihan warna hitam sebagai warna Revolusi Abbasiyah sudah dimotivasi oleh tradisi "standar hitam dari Khurasan" yang diasosiasikan dengan Mahdi. Kontras warna putih dan hitam sebagai warna dinasti Fatimiyah melawan Abbasiyah dari waktu ke waktu memunculkan perkembangan putih sebagai warna Islam Syi'ah dan hitam sebagai warna Islam Sunni.[17] Setelah revolusi, kalangan apokaliptik Islam mengakui bahwa panji-panji Abbasiyah akan berwarna hitam, tetapi menegaskan bahwa panji Mahdi akan berwarna hitam dan lebih besar.[10][11][12]

Bendera hitam digunakan oleh Dinasti Hotak pada awal abad ke-18, setelah pemberontakan Sunni Mirwais Hotak melawan Syi'ah Dua Belas Imam dinasti Safawiyah dan kemudian oleh Emirat Afghanistan di bawah Abdur Rahman Khan (1880–1901).[18]

Pada tanggal 21 Juli 1848, di bawah perintah Báb, pemimpin Bábísme Mullá Husain menaikkan Standar Hitam di Masyhad (di Provinsi Khorasan Iran) dan memulai pertempuran ke arah barat. Misi tersebut kemungkinan besar bersifat proklamasi tetapi mungkin juga untuk menyelamatkan pemimpin Bábí lainnya, Quddús, yang berada dalam tahanan rumah di Sárí. Setelah diperangi di kota Barfurush, kelompok itu mulai membuat benteng pertahanan di Kuil Syekh Tabarsi. Dilaporkan Standard Hitam dikibarkan di atas benteng Bábí sampai akhir Pertempuran Benteng Tabarsi.[19][20] Menurut Denis MacEoin, kaum Bábí di bawah Boshru'i menjalankan misi mereka untuk menyebarkan Babisme, "dengan berdakwah secara paksa jika diperlukan".[21]

Saat nasionalisme Arab berkembang pada awal abad ke-20, warna hitam dalam warna Pan-Arab dipilih untuk mewakili warna dinasti Abbasiyah.[22]

Gerakan Ahmadiyah juga menggunakan warna hitam dan putih pada benderanya (Liwaa-i Ahmadiyya), pertama kali dikibarkan pada tahun 1939.[23] Mirza Tahir Ahmad, khalifah keempat Kekhalifahan Ahmadiyah, menjelaskan simbolisme warna hitam dan putih dalam kaitannya dengan konsep wahyu dan kenabian.[24][25]

Bendera hitam Jihadisme

Standar Hitam dan liwa yang digunakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia.

Standar Hitam telah diadopsi oleh banyak organisasi jihadis, seperti al-Qaeda, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dan Hizbul Islam. Umumnya, bendera tersebut disertai dengan tulisan kaligrafi syahadat.[26] ISIS menambahkan segel Muhammad pada benderanya.[27]

Hizbut Tahrir Indonesia, salah satu organisasi jihadis berargumen bahwa bendera hitam dan putih tersebut adalah representasi dari Muhammad dan wajib digunakan umat Islam. Hal ini dibantah oleh Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia, Cholil Nafis, yang menyatakan bahwa hadis yang mengarahkan kepada hal tersebut berlaku dalam kondisi khusus di masa lalu.[28]

Menurut Wakil Katib PCNU Jember Abdul Wahab Ahmad, Muhammad dan para sahabatnya tidak memakai bendera dalam acara-acara yang menyedot konsentrasi massa. Abdul Wahab menyebut bendera hanya digunakan dalam konteks ketika berada di medan perang saja.[29]

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Early Islamic Flag. Britannica. Retrieved February 15, 2019.
  2. ^ Nicolle 1993, hlm. 6–7.
  3. ^ Cook 2002, hlm. 197.
  4. ^ David Wroe; James Massola (December 16, 2014). "Flag being held by Lindt Chocolat Cafe hostages is not an Islamic State flag". The Sydney Morning Herald. Diakses tanggal 2015-03-03. the black banner which was used in the 1990s 
  5. ^ Hinds 1996, hlm. 97-142.
  6. ^ a b Hinds 1996, hlm. 104-6.
  7. ^ Hinds 1996, hlm. 133.
  8. ^ Nicolle 1993, hlm. 6.
  9. ^ Hinds 1996, hlm. 108.
  10. ^ a b Cook 2002, hlm. 153.
  11. ^ a b Cook 2002, hlm. 125.
  12. ^ a b Cook 2002, hlm. 206.
  13. ^ Hinds 1996, hlm. 97 -142.
  14. ^ Hinds 1996, hlm. 109.
  15. ^ Tabari (1995), Jane McAuliffe, ed., Abbāsid Authority Affirmed, 28, SUNY, hlm. 124 
  16. ^ Patricia Crone (2012). The Nativist Prophets of Early Islam. hlm. 122. . As remembered in pro-Umayyad apocalyptic: page 125}
  17. ^ "Proselit revolusi ʿAbbasiyah memanfaatkan sepenuhnya ekspektasi eskatologis yang diangkat oleh spanduk hitam dalam kampanye mereka untuk melemahkan Dinasti Umayyah dari dalam. Bahkan setelah ʿAbbasiyah menang atas Bani Umayyah pada tahun 750, mereka terus menggunakan warna hitam sebagai warna dinasti mereka; tidak hanya spanduk tetapi hiasan kepala dan pakaian khalifah Abbasiyah berwarna hitam [...] Warna hitam yang ada di mana-mana menciptakan kontras yang mencolok dengan spanduk dan warna dinasti Bani Umayyah, yang dulunya putih [...] Kontra Syiah Ismailiyah -kekhalifahan yang didirikan oleh Fatimiyah mengambil warna putih sebagai warna dinastinya, menciptakan kontras visual dengan musuh ʿAbbasiyah [...] putih menjadi warna Syiah, dengan sengaja menentang warna hitam dari 'pendirian' ʿAbbasiyah." Jane Hathaway, A Tale of Two Factions: Myth, Memory, and Identity in Ottoman Egypt and Yemen, 2012, p. 97f.
  18. ^ Malleson, George Bruce (1878). History of Afghanistan, from the Earliest Period to the Outbreak of the War of 188. London: Elibron.com. hlm. 227. ISBN 1402172788. Diakses tanggal 2010-09-27. 
  19. ^ Smith, Peter (2000). A Concise Encyclopedia of the Bahá'í FaithPerlu mendaftar (gratis). Oneworld Publications, (Sales and Editorial), 185 Banbury Road, Oxford, OX2 7AR. ISBN 1-85168-184-1. 
  20. ^ Momen, Moojan (May 1983). "The Social Basis of the Babi Upheavals in Iran (1848-53): A Preliminary Analysis". International Journal of Middle East Studies. Cambridge University Press. 15 (2): 157–183. doi:10.1017/s0020743800052260. JSTOR 162988. 
  21. ^ MacEoin, Dennis (2008-11-30). The Messiah of Shiraz: Studies in Early and Middle Babism (dalam bahasa Inggris). Brill. hlm. 484. ISBN 978-90-474-4307-0. 
  22. ^ Edmund Midura, "Flags of the Arab World", in Saudi Aramco World, March/April 1978, pages 4–9
  23. ^ "A Brief History of Ahmadiyya Movement In Islam". Alislam.org. 1939-12-28. Diakses tanggal 2016-03-23. 
  24. ^ "Question: Why do Muslims use black flags if the color black is associated with death and mourning?". Askislam.org. 1984-10-22. Diakses tanggal 2016-03-23. 
  25. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-06-30. Diakses tanggal 2015-06-27. Black absorbs total light, [it] does not emit an iota of light, so from looking heavenly-wards black indicates that we absorb entire light from heaven, and white reflects total light without being dishonest about it, so a Messenger has two aspects. One of receiving things from Allah, in that respect he's nabi [prophet], whatever he receives he completely, totally absorbs, and when he speaks to the others he reflects the entire light without being dishonest or stingy about it, so that reflection makes it white. So reception that is a complete reception without leaving anything out and reflection that is a complete reflection without leaving anything out, they are witnessed only in two colours: black and white. So both have been employed in Islam as flags. [Hitam menyerap cahaya total, [itu] tidak memancarkan sedikit pun cahaya, jadi dari melihat ke arah surgawi hitam menunjukkan bahwa kita menyerap seluruh cahaya dari surga, dan putih memantulkan cahaya total tanpa berbohong tentangnya, jadi Utusan Tuhan memiliki dua aspek. Seseorang yang menerima sesuatu dari Allah, dalam hal itu dia adalah 'nabi' [nabi], apa pun yang dia terima dia serap sepenuhnya, sepenuhnya, dan ketika dia berbicara kepada orang lain dia memantulkan seluruh cahaya tanpa menjadi tidak jujur atau pelit tentangnya, jadi pantulan itu membuatnya putih. Jadi resepsi yang merupakan penerimaan lengkap tanpa meninggalkan apapun dan refleksi yang merupakan refleksi lengkap tanpa meninggalkan apapun, mereka disaksikan hanya dalam dua warna: hitam dan putih. Jadi keduanya telah digunakan dalam Islam sebagai bendera.] 
  26. ^ Hamid, Shadi; Dar, Rashid (July 15, 2016). "Islamism, Salafism, and jihadism: A primer". Brookings (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-10. 
  27. ^ Situs web SITE (Pencarian Entitas Teroris Internasional) pada tanggal 23 Januari 2007 menyatakan: “Negara Islam Irak mengeluarkan dokumen berjudul: 'Legalitas Bendera dalam Islam,' yang berisi gambar benderanya dan informasi simbolismenya, hari ini, Selasa, 23 Januari 2007. Teks pada bendera bertuliskan, 'Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Utusan Allah,' adalah kata-kata yang terdapat pada bendera nabi Islam Muhammad yang dibawanya ke medan perang dan diserahkan kepada generasi pembawa. Daulah Islam memberikan bukti dan legitimasi untuk spanduk ini dari para sarjana Islam, dan merinci pendapat tentang bahan, judul, dan signifikansi bendera. Menurut kelompok itu, bentuk lingkarannya cocok dengan cincin stempel Nabi yang banyak ditemukan pada naskah-naskah, dan susunan kata-katanya menunjukkan keagungan Allah atas Rasulnya." Cited by Ivan Sache at Flags of the World on 18 February 2007.[1]
  28. ^ "KH Cholil Nafis Kritik Hizbut Tahrir soal Bendera Al-Liwa' dan Ar-Rayah". nu.or.id. Diakses tanggal 2023-07-01. 
  29. ^ "Mengenal Bendera Islam (I): Nama-nama dan Fungsinya". nu.or.id. Diakses tanggal 2023-07-01. 

Sumber

Pranala luar