Lompat ke isi

Tari Tayub: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot melakukan perubahan kosmetika
Yan29ti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
(23 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
Tari Tayub atau tayuban berasal dari kreativitas seni masyarakat Tanah Pusaka Sukahurip, tempat ditancapkannya asas-asas kenegaraan yang disebut SAKANAGARA oleh Eyang Aji Saka 1945 tahun lalu tepatnya di tahun pertama sistem penanggalan Saka Jawa tahun 78 Masehi. Tanah Pusaka Sukahurip adalah penyebutan untuk Desa Sukaurip Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat oleh anak keturunan Eyang Aji Saka yang menetap disini.
'''Tari Tayub''' atau acara Tayuban. merupakan salah satu kesenian [[Jawa]] yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari [[Jaipong]] dari [[Jawa Barat]]. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan [[penari]] dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari [[Gambyong]] yang lebih populer dari [[Jawa Tengah]]. Tarian ini biasa digelar pada acara [[pernikahan]], [[khitan]] serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan [[Republik Indonesia]]. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih [[desa]]. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari [[sinden]], penata [[gamelan]] serta penari khususnya [[wanita]]. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara ([[pria]]). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah [[malam]] antara jam 9.00-03.00 [[pagi]]. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi [[ledhek]].

tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama , dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. serinng terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada ''Tledek'' (istilah penari tayub wanita).persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria.
Dalam salah satu catatan manuskrip kuno milik pemerintah Desa Sukaurip di tahun 1841 saat desa tersebut menjadi swatantra dari Distrik Sukahurip Karesidenan Cirebon tercatat sebuah undangan dari Kuwu Karanganyar Dermayu bernama Nyai Aminah yang saat ini merupakan Desa Karanganyar Ilir Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu untuk Kuwu Sekorip ketika akan mengkhitankan anaknya di tanggal 17 Mulud 1841 dengan hiburan seni Tayuban.

Berdasarkan cerita rakyat masyarakat [[adat]] Tanah Pusaka Sukahurip, tari tayuban merupakan kesenian yang dijadikan alat oleh para pejuang kemerdekaan sejak akhir abad ke 18 menjelang kwartal pertama abad ke 19 yang hidup disini seperti Eyang Tubagus Rangin, Tubagus Serit, Tubagus Kandar dan Tubagus Sya'roni yang merupakan cucu-cudu dari pendiri Kesultanan Kanoman Dermayu yang bernama Eyang Wiralodra atau Syaikh Nuruddin Zainal Abidin atau Pangeran Ratnawijaya Suryadikusumah saat mencari informasi tentang rencana penerapan kebijakan pemerintah Hindia Belanda atas wilayah Karesidenan Cirebon dan sekitarnya.

'''Tari Tayub''', atau acara Tayuban, merupakan salah satu kesenian [[Jawa Tengah]] yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari [[Jaipong]] dari [[Jawa Barat]]. , dan Tari Lariangi, dari Kaledupa, Sulawesi Tenggara. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan [[penari]] dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari [[Gambyong]] yang lebih populer dari [[Jawa Tengah]].
Tarian ini biasa digelar pada acara [[pernikahan]], [[khitan]] serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan [[Republik Indonesia]]. Perayaan kkemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih [[desa]]. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari [[sinden]], penata [[gamelan]] serta penari khususnya [[wanita]]. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara ([[pria]]). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah [[malam]] antara jam 9.00-03.00 [[pagi]]. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi [[ledhek]].

Tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. Beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama, dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. Pada saat menarikan tari tayub sang [[penari]] wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. Oleh karena itu, sering terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada ''Tledek'' (istilah penari tayub wanita). Persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria.

{{indo-tari-stub}}
{{indo-tari-stub}}
{{Tarian di wilayah pulau Jawa|state=autocollapse}}
{{DEFAULTSORT:Tayub}}
{{DEFAULTSORT:Tayub}}
[[Kategori:Tarian dari Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tari di Indonesia]]


Tari
[[Kategori:Tarian dari Jawa]]

Revisi per 19 Maret 2024 05.25

Tari Tayub atau tayuban berasal dari kreativitas seni masyarakat Tanah Pusaka Sukahurip, tempat ditancapkannya asas-asas kenegaraan yang disebut SAKANAGARA oleh Eyang Aji Saka 1945 tahun lalu tepatnya di tahun pertama sistem penanggalan Saka Jawa tahun 78 Masehi. Tanah Pusaka Sukahurip adalah penyebutan untuk Desa Sukaurip Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat oleh anak keturunan Eyang Aji Saka yang menetap disini.

Dalam salah satu catatan manuskrip kuno milik pemerintah Desa Sukaurip di tahun 1841 saat desa tersebut menjadi swatantra dari Distrik Sukahurip Karesidenan Cirebon tercatat sebuah undangan dari Kuwu Karanganyar Dermayu bernama Nyai Aminah yang saat ini merupakan Desa Karanganyar Ilir Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu untuk Kuwu Sekorip ketika akan mengkhitankan anaknya di tanggal 17 Mulud 1841 dengan hiburan seni Tayuban.

Berdasarkan cerita rakyat masyarakat adat Tanah Pusaka Sukahurip, tari tayuban merupakan kesenian yang dijadikan alat oleh para pejuang kemerdekaan sejak akhir abad ke 18 menjelang kwartal pertama abad ke 19 yang hidup disini seperti Eyang Tubagus Rangin, Tubagus Serit, Tubagus Kandar dan Tubagus Sya'roni yang merupakan cucu-cudu dari pendiri Kesultanan Kanoman Dermayu yang bernama Eyang Wiralodra atau Syaikh Nuruddin Zainal Abidin atau Pangeran Ratnawijaya Suryadikusumah saat mencari informasi tentang rencana penerapan kebijakan pemerintah Hindia Belanda atas wilayah Karesidenan Cirebon dan sekitarnya.

Tari Tayub, atau acara Tayuban, merupakan salah satu kesenian Jawa Tengah yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. , dan Tari Lariangi, dari Kaledupa, Sulawesi Tenggara. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah.

Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kkemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek.

Tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. Beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama, dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. Pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut. Oleh karena itu, sering terjadi persaingaan antara penari pria yang satu dengan penari pria lainnya, persaingan ini ditunjukkan dengan cara memberi uang kepada Tledek (istilah penari tayub wanita). Persaingan ini sering menimbulkan perselisihan antara penari pria.

Tari