Lompat ke isi

Fatmawati: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(27 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Officeholder
{{Infobox Officeholder
|honorific_prefix = <small>[[Hajjah|Hj.]]</small>
| honorific_prefix = <small>[[Hajjah|Hj.]]</small>
|name = fatmawati
| name = Fatmawati
|image = Fatmawati Soekarno.jpeg
| image = Fatmawati Soekarno.jpeg
| office = [[Daftar pasangan Presiden Indonesia|Ibu Negara Indonesia]] ke-1
|office
| term_start = 17 Agustus 1945
= [[Daftar pasangan Presiden Indonesia|Ibu Negara Indonesia]] ke-1
| term_end = 12 Maret 1967
|term_start = 17 Agustus 1945
| predecessor = ''Tidak ada, jabatan baru''
|term_end = 12 Maret 1967
| successor = [[Hartini]] (''penjabat tidak resmi'')<br />[[Siti Hartinah]]
|predecessor = ''Tidak ada, jabatan baru''
| birth_date = {{birth date|1923|2|5}}
|successor =
| birth_place = [[Bengkulu]], [[Hindia Belanda]]
[[Hartini]] (pejabat)<br />
| death_date = {{death date and age|1980|5|14|1923|2|5}}
[[Siti Hartinah]]
| death_place = [[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]]
|birth_date = {{birth date|1923|2|5}}
| nationality = [[Indonesia]]
|birth_place = [[Bengkulu]], [[Hindia Belanda]]
| party =
|death_date = {{death date and age|1980|5|14|1923|2|5}}
| spouse = {{marriage|[[Soekarno]]|1943|1970|end=d}}
|death_place = [[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]]
| relations =
|nationality = [[Indonesia]]
| children = [[Rukmini Soekarno]]<br />[[Guntur Soekarnoputra]]<br />[[Megawati Soekarnoputri]]<br />[[Rachmawati Soekarnoputri]]<br />[[Sukmawati Soekarnoputri]]<br />[[Guruh Soekarnoputra]]
|party =
| father = [[Hasan Din]]
|spouse = [[Soekarno]] ([[1943]]-[[1970]])
| mother = Siti Chadijah
|relations =
| alma_mater =
|children = [[Guntur Soekarnoputra]]<br />[[Megawati Soekarnoputri]]<br />[[Rachmawati Soekarnoputri]]<br />[[Sukmawati Soekarnoputri]]<br />[[Guruh Soekarnoputra]]
| occupation =
|parents = [[Hasan Din]] ([[ayah]])<br />[[Siti Chadijah]] ([[ibu]])
| profession =
|alma_mater =
| signature =
|occupation =
| website =
|profession =
| footnotes =
|signature =
|website =
|footnotes =
}}
}}
'''[[Hajjah|Hj.]] Fatmawati Soekarno''' ({{lahirmati|[[Bengkulu]]|5|2|1923|[[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]]|14|5|1980}})<ref>[http://www.surya.co.id/2009/02/05/tiga-putri-bung-karno-raih-penghargaan-muri.html Tiga Putri Bung Karno Raih Penghargaan MURI] {{Webarchive|url=https://archive.is/20110620000644/http://www.surya.co.id/2009/02/05/tiga-putri-bung-karno-raih-penghargaan-muri.html |date=2011-06-20 }} (Indonesian)</ref> adalah istri dari [[Daftar Presiden Indonesia|Presiden Indonesia pertama]] [[Soekarno]]. Ia menjadi [[Ibu Negara Republik Indonesia|Ibu Negara Indonesia]] pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari presiden pertama [[Indonesia]] yaitu [[Soekarno]] dan merupakan ibunda dari presiden kelima, [[Megawati Soekarnoputri]]. Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit [[Bendera]] Pusaka [[Sang Saka Merah Putih]] yang turut dikibarkan pada saat upacara [[Proklamasi]] Kemerdekaan [[Indonesia]] di [[Jakarta]] pada tanggal 17 Agustus 1945.
'''[[Hajjah|Hj.]] Fatmawati Soekarno''' ({{lahirmati|[[Bengkulu]]|5|2|1923|[[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]]|14|5|1980}})<ref>[http://www.surya.co.id/2009/02/05/tiga-putri-bung-karno-raih-penghargaan-muri.html Tiga Putri Bung Karno Raih Penghargaan MURI] {{Webarchive|url=https://archive.today/20110620000644/http://www.surya.co.id/2009/02/05/tiga-putri-bung-karno-raih-penghargaan-muri.html |date=2011-06-20 }} (Indonesian)</ref> adalah istri dari [[Daftar Presiden Indonesia|Presiden Indonesia pertama]] [[Soekarno]]. Ia menjadi [[Ibu Negara Republik Indonesia|Ibu Negara Indonesia]] pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari presiden pertama [[Indonesia]] yaitu [[Soekarno]] dan merupakan ibunda dari presiden kelima, [[Megawati Soekarnoputri]].<ref>{{Cite news|title=Sosok Berjasa Saat Proklamasi 17 Agustus 1945, Ini Profil Fatmawati Penjahit Bendera Merah Putih|url=https://kabarpriangan.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-1486914979/sosok-berjasa-saat-proklamasi-17-agustus-1945-ini-profil-fatmawati-penjahit-bendera-merah-putih|work=[[Pikiran Rakyat]]|language=id|access-date=2023-05-22}}</ref> Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit [[Bendera]] Pusaka [[Sang Saka Merah Putih]] yang turut dikibarkan pada saat upacara [[Proklamasi]] Kemerdekaan [[Indonesia]] di [[Jakarta]] pada tanggal 17 Agustus 1945.


== Kehidupan ==
== Kehidupan ==
[[Berkas:Sukarno family Proklamasi 11 February 1956 p1.jpg|jmpl|Fatmawati bersama dengan lima anaknya]]
[[Berkas:Sukarno family Proklamasi 11 February 1956 p1.jpg|jmpl|Fatmawati bersama dengan lima anaknya]]
[[Berkas:SUKARNO WIR 0070.jpg|kanan|Fatmawati dan Soekarno|jmpl]]
[[Berkas:SUKARNO WIR 0070.jpg|kanan|Fatmawati dan Soekarno|jmpl]]
Fatmawati lahir dari kedua orangtua yang merupakan Suku [[Minangkabau]], dari Sumatera Barat, [[Hasan Din]] (1905–1974) dan Siti Chadijah, dengan nama Fatimah.<ref>Nurinwa Ki S. Hendrowinoto, dkk, Ibu Indonesia Dalam Kenangan, Bank Naskah Gramedia bekerja sama dengan Yayasan Biografi Indonesia, 2004</ref> Orang tuanya merupakan keturunan Putri [[Kerajaan Inderapura|Indrapura]], salah seorang keluarga raja dari [[Kesultanan Indrapura]], [[Pesisir Selatan]], [[Sumatra Barat]].<ref>Agus, Yusuf, Sejarah Pesisir Selatan, Jakarta: PT. Arina Yudi, 2001</ref> Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha dan tokoh [[Muhammadiyah]] di Bengkulu.<ref>R. Borsuk and N. Chng; Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia, Singapore, 2014</ref>
Fatmawati lahir dari kedua orangtua yang merupakan Suku [[Minangkabau]], dari Sumatera Barat, [[Hasan Din]] (1905–1974) dan Siti Chadijah, dengan nama Fatimah.<ref>Nurinwa Ki S. Hendrowinoto, dkk, Ibu Indonesia Dalam Kenangan, Bank Naskah Gramedia bekerja sama dengan Yayasan Biografi Indonesia, 2004</ref> Orang tuanya merupakan keturunan Putri [[Kerajaan Inderapura|Indrapura]], salah seorang keluarga raja dari [[Kesultanan Indrapura]], [[Pesisir Selatan]], [[Sumatera Barat]].<ref>Agus, Yusuf, Sejarah Pesisir Selatan, Jakarta: PT. Arina Yudi, 2001</ref> Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha dan tokoh [[Muhammadiyah]] di Bengkulu.<ref>R. Borsuk and N. Chng; Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia, Singapore, 2014</ref>


Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang merupakan presiden pertama Indonesia. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu [[Guntur Soekarnoputra]], [[Megawati Soekarnoputri]], [[Rachmawati Soekarnoputri]], [[Sukmawati Soekarnoputri]], dan [[Guruh Soekarnoputra]].
Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang merupakan presiden pertama Indonesia. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu [[Guntur Soekarnoputra]], [[Megawati Soekarnoputri]], [[Rachmawati Soekarnoputri]], [[Sukmawati Soekarnoputri]], dan [[Guruh Soekarnoputra]].

Fatmawati dikenal anti dengan poligami. Karena itu, setelah Soekarno meminta izin untuk menikahi [[Hartini]] pada 7 Juli 1953, Fatmawati memilih untuk meninggalkan Istana Negara.

[[Berkas:Grave of Fatmawati, Karet Bivak Cemetery.jpg|jmpl|Makam Fatmawati di TPU Karet Bivak, Jakarta]]
[[Berkas:Grave of Fatmawati, Karet Bivak Cemetery.jpg|jmpl|Makam Fatmawati di TPU Karet Bivak, Jakarta]]
Pada tanggal 14 Mei 1980, ia meninggal dunia di [[Kuala Lumpur]]<ref>{{Cite news|last=Yahya|first=Rizal Amril|date=16 Agustus 2021|title=Peran Fatmawati dalam Sejarah Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan RI|url=https://tirto.id/peran-fatmawati-dalam-sejarah-perjuangan-proklamasi-kemerdekaan-ri-giFj|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2022-08-25}}</ref>, Malaysia dalam usia 57 tahun, karena [[serangan jantung]] ketika dalam perjalanan pulang [[umroh]] dari [[Mekkah]] yang kemudian dimakamkan di [[Karet Bivak]], [[Jakarta]].
Pada tanggal 14 Mei 1980, ia meninggal dunia di [[Kuala Lumpur]]<ref>{{Cite news|last=Yahya|first=Rizal Amril|date=16 Agustus 2021|title=Peran Fatmawati dalam Sejarah Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan RI|url=https://tirto.id/peran-fatmawati-dalam-sejarah-perjuangan-proklamasi-kemerdekaan-ri-giFj|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2022-08-25|archive-date=2023-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230325101548/https://tirto.id/peran-fatmawati-dalam-sejarah-perjuangan-proklamasi-kemerdekaan-ri-giFj|dead-url=no}}</ref>, Malaysia dalam usia 57 tahun, karena [[serangan jantung]] ketika dalam perjalanan pulang [[umroh]] dari [[Mekkah]] yang kemudian dimakamkan di [[Karet Bivak]], [[Jakarta]].


==Keturunan==
==Keturunan==
Baris 45: Baris 45:
* [[Megawati Soekarnoputri]] (l. 23 Januari 1947), [[Presiden Republik Indonesia|Presiden Ke-5 Republik Indonesia]]. Dia menikah pertama kali dengan Lettu [[Surindro Supjarso]] pada 1 Juni 1968 (w. 22 Januari 1970), menikah kedua kali dengan Hassan Gamal A. Hasan pada tanggal 22 Juni 1972 namun dibatalkan setelah 3 bulan, dan menikah terakhir kalinya dengan [[Taufiq Kiemas]] (31 Januari 1942 – 8 Juni 2013) pada 14 Maret 1973. Ia memiliki 3 orang anak.
* [[Megawati Soekarnoputri]] (l. 23 Januari 1947), [[Presiden Republik Indonesia|Presiden Ke-5 Republik Indonesia]]. Dia menikah pertama kali dengan Lettu [[Surindro Supjarso]] pada 1 Juni 1968 (w. 22 Januari 1970), menikah kedua kali dengan Hassan Gamal A. Hasan pada tanggal 22 Juni 1972 namun dibatalkan setelah 3 bulan, dan menikah terakhir kalinya dengan [[Taufiq Kiemas]] (31 Januari 1942 – 8 Juni 2013) pada 14 Maret 1973. Ia memiliki 3 orang anak.
* [[Rachmawati Soekarnoputri]] (27 September 1950 – 3 Juli 2021), menikah pertama kali dengan Dr. Tommy Pariatman Marzuki pada 14 Maret 1969 dan bercerai pada tahun 1973. Dia menikah kedua kali dengan [[Dicky Suprapto]] (27 September 1947 – 3 April 2006) pada tahun 1975 dan bercerai. Dia menikah terakhir kalinya dengan Benny Sumarno (19 Mei 1949 – 2 April 2018) pada tahun 1995. Dia memiliki 3 orang anak.
* [[Rachmawati Soekarnoputri]] (27 September 1950 – 3 Juli 2021), menikah pertama kali dengan Dr. Tommy Pariatman Marzuki pada 14 Maret 1969 dan bercerai pada tahun 1973. Dia menikah kedua kali dengan [[Dicky Suprapto]] (27 September 1947 – 3 April 2006) pada tahun 1975 dan bercerai. Dia menikah terakhir kalinya dengan Benny Sumarno (19 Mei 1949 – 2 April 2018) pada tahun 1995. Dia memiliki 3 orang anak.
* [[Sukmawati Soekarnoputri]] (l. 26 Oktober 1951), menikah pertama kali dengan [[Mangkunegara IX|Pangeran Sujiwa Kusuma dari Mangkunegara]] (18 Agustus 1951 – 13 Agustus 2021) pada 16 September 1974 dan becerai pada tahun 1983. Dia menikah kedua kali dengan Muhammad Hilmy (1954 – 29 Oktober 2018). Dia memiliki 3 orang anak.
* [[Sukmawati Soekarnoputri]] (l. 26 Oktober 1951), menikah pertama kali dengan [[Mangkunegara IX|Pangeran Sujiwa Kusuma dari Mangkunegara]] (18 Agustus 1951 – 13 Agustus 2021) pada 16 September 1974 dan bercerai pada tahun 1983. Dia menikah kedua kali dengan Muhammad Hilmy (1954 – 29 Oktober 2018). Dia memiliki 3 orang anak.
* [[Guruh Soekarnoputra]] (l. 13 Januari 1953), menikah dengan Guseynova Sabina Padmavati (l. 1979) pada tanggal 19 Oktober 2002.
* [[Guruh Soekarnoputra]] (l. 13 Januari 1953), menikah dengan Guseynova Sabina Padmavati (l. 1959) pada tanggal 19 Oktober 2002.


== Kisah menjahit bendera merah putih ya ==
== Kisah menjahit bendera ==
Setahun setelah pernikahannya itu, [[Jepang]] menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diizinkan berkumandang. Ibu Fatmawati kemudian berfikir bahwa memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di [[MALAYA, Kelapa Gading, Jakarta Utara|Pegangsaan 56]]. "Pada waktu itu tidak mudah untuk mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16 Agustus 2001. Barang-Barang bekas impor, semuanya berada di tangan [[Jepang]], dan kalau pun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik," tulisnya.<ref name=":0">{{Cite news|last=Dzulfaroh|first=Ahmad Naufal|date=2020-08-16|title=Profil Ibu Fatmawati Soekarno dan Kisahnya Menjahit Sang Merah Putih...|url=https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/16/073000465/profil-ibu-fatmawati-soekarno-dan-kisahnya-menjahit-sang-merah-putih-|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-03-09|editor-last=Wedhaswary|editor-first=Inggried Dwi}}</ref>
Setahun setelah pernikahannya itu, [[Jepang]] menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diizinkan berkumandang. Ibu Fatmawati kemudian berfikir bahwa memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di Pegangsaan 56. "Pada waktu itu tidak mudah untuk mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16 Agustus 2001. Barang-Barang bekas impor, semuanya berada di tangan [[Jepang]], dan kalau pun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik," tulisnya.<ref name=":0">{{Cite news|last=Dzulfaroh|first=Ahmad Naufal|date=2020-08-16|title=Profil Ibu Fatmawati Soekarno dan Kisahnya Menjahit Sang Merah Putih...|url=https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/16/073000465/profil-ibu-fatmawati-soekarno-dan-kisahnya-menjahit-sang-merah-putih-|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-03-09|editor-last=Wedhaswary|editor-first=Inggried Dwi|archive-date=2021-02-11|archive-url=https://archive.today/20210211221038/https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/16/073000465/profil-ibu-fatmawati-soekarno-dan-kisahnya-menjahit-sang-merah-putih-?page=all|dead-url=no}}</ref>


Berkat bantuan Shimizu, yang merupakan orang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan [[Jepang]]-[[Indonesia]]. Ibu Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih. Shimizu mengusahakannya lewat seorang pembesar [[Jepang]], yang memimpin gudang di Pintu Air, di depan eks Bioskop Capitol. Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.<ref name=":0" />
Berkat bantuan Shimizu, yang merupakan orang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan [[Jepang]]-[[Indonesia]]. Ibu Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih. Shimizu mengusahakannya lewat seorang pembesar [[Jepang]], yang memimpin gudang di Pintu Air, di depan eks Bioskop Capitol. Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.<ref name=":0" />
Baris 60: Baris 60:
== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Nama Fatmawati diabadikan dalam [[Bandar Udara Fatmawati Soekarno]] di [[Kota Bengkulu]] dan [[Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati|RSUP Fatmawati]] di [[Jakarta Selatan]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]]. Nama [[Stasiun MRT Fatmawati]], salah satu stasiun [[MRT Jakarta]], diambil dari nama RSUP Fatmawati yang berada di dekat stasiun. Kediamannya di Bengkulu kini [[Rumah Fatmawati|dijadikan museum]].
Nama Fatmawati diabadikan dalam [[Bandar Udara Fatmawati Soekarno]] di [[Kota Bengkulu]] dan [[Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati|RSUP Fatmawati]] di [[Jakarta Selatan]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]]. Nama [[Stasiun MRT Fatmawati]], salah satu stasiun [[MRT Jakarta]], diambil dari nama RSUP Fatmawati yang berada di dekat stasiun. Kediamannya di Bengkulu kini [[Rumah Fatmawati|dijadikan museum]].

'''Tanda Kehormatan'''

* [[Berkas:Bintang Republik Indonesia Adipradana rib.svg|nirbing|72x72px]] [[Bintang Republik Indonesia Adipradana]] (13 Agustus 1999)<ref>{{Cite web|date=7 Januari 2020|title=Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia Tahun 1959–sekarang|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf|website=Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia|access-date=2023-08-14}}</ref>
* [[Berkas:Bintang Mahaputera Adipradana rib.svg|nirbing|72x72px]] [[Bintang Mahaputera Adipradana]] (11 Agustus 1994)<ref>{{Cite web|date=10 September 2018|title=Daftar Warga Negara Republik Indonesia yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Tahun 1959 s.d. 2003|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf|website=Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia|access-date=2023-08-14}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 92: Baris 97:
[[Kategori:Pasangan Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Pasangan Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Soekarno]]
[[Kategori:Soekarno]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh pejuang Minangkabau]]
[[Kategori:Bundo Kanduang Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Bengkulu]]
[[Kategori:Tokoh Bengkulu]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]

Revisi terkini sejak 25 Juni 2024 12.52

Fatmawati
Ibu Negara Indonesia ke-1
Masa jabatan
17 Agustus 1945 – 12 Maret 1967
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada, jabatan baru
Pengganti
Hartini (penjabat tidak resmi)
Siti Hartinah
Informasi pribadi
Lahir(1923-02-05)5 Februari 1923
Bengkulu, Hindia Belanda
Meninggal14 Mei 1980(1980-05-14) (umur 57)
Kuala Lumpur, Malaysia
KebangsaanIndonesia
Suami/istri
(m. 1943; meninggal 1970)
AnakRukmini Soekarno
Guntur Soekarnoputra
Megawati Soekarnoputri
Rachmawati Soekarnoputri
Sukmawati Soekarnoputri
Guruh Soekarnoputra
Orang tua
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Hj. Fatmawati Soekarno (5 Februari 1923 – 14 Mei 1980)[1] adalah istri dari Presiden Indonesia pertama Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari presiden pertama Indonesia yaitu Soekarno dan merupakan ibunda dari presiden kelima, Megawati Soekarnoputri.[2] Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada saat upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kehidupan[sunting | sunting sumber]

Fatmawati bersama dengan lima anaknya
Fatmawati dan Soekarno

Fatmawati lahir dari kedua orangtua yang merupakan Suku Minangkabau, dari Sumatera Barat, Hasan Din (1905–1974) dan Siti Chadijah, dengan nama Fatimah.[3] Orang tuanya merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.[4] Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha dan tokoh Muhammadiyah di Bengkulu.[5]

Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang merupakan presiden pertama Indonesia. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.

Fatmawati dikenal anti dengan poligami. Karena itu, setelah Soekarno meminta izin untuk menikahi Hartini pada 7 Juli 1953, Fatmawati memilih untuk meninggalkan Istana Negara.

Makam Fatmawati di TPU Karet Bivak, Jakarta

Pada tanggal 14 Mei 1980, ia meninggal dunia di Kuala Lumpur[6], Malaysia dalam usia 57 tahun, karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekkah yang kemudian dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta.

Keturunan[sunting | sunting sumber]

Fatmawati dan Soekarno menikah pada tanggal 1 Juni 1943 dan dikaruniai 5 orang anak, yaitu:

  • Guntur Soekarnoputra (l. 3 November 1944), menikah dengan Henny Emilia Hendayani pada tanggal 16 Februari 1970. Mereka memiliki 1 orang putri.
  • Megawati Soekarnoputri (l. 23 Januari 1947), Presiden Ke-5 Republik Indonesia. Dia menikah pertama kali dengan Lettu Surindro Supjarso pada 1 Juni 1968 (w. 22 Januari 1970), menikah kedua kali dengan Hassan Gamal A. Hasan pada tanggal 22 Juni 1972 namun dibatalkan setelah 3 bulan, dan menikah terakhir kalinya dengan Taufiq Kiemas (31 Januari 1942 – 8 Juni 2013) pada 14 Maret 1973. Ia memiliki 3 orang anak.
  • Rachmawati Soekarnoputri (27 September 1950 – 3 Juli 2021), menikah pertama kali dengan Dr. Tommy Pariatman Marzuki pada 14 Maret 1969 dan bercerai pada tahun 1973. Dia menikah kedua kali dengan Dicky Suprapto (27 September 1947 – 3 April 2006) pada tahun 1975 dan bercerai. Dia menikah terakhir kalinya dengan Benny Sumarno (19 Mei 1949 – 2 April 2018) pada tahun 1995. Dia memiliki 3 orang anak.
  • Sukmawati Soekarnoputri (l. 26 Oktober 1951), menikah pertama kali dengan Pangeran Sujiwa Kusuma dari Mangkunegara (18 Agustus 1951 – 13 Agustus 2021) pada 16 September 1974 dan bercerai pada tahun 1983. Dia menikah kedua kali dengan Muhammad Hilmy (1954 – 29 Oktober 2018). Dia memiliki 3 orang anak.
  • Guruh Soekarnoputra (l. 13 Januari 1953), menikah dengan Guseynova Sabina Padmavati (l. 1959) pada tanggal 19 Oktober 2002.

Kisah menjahit bendera[sunting | sunting sumber]

Setahun setelah pernikahannya itu, Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diizinkan berkumandang. Ibu Fatmawati kemudian berfikir bahwa memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di Pegangsaan 56. "Pada waktu itu tidak mudah untuk mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16 Agustus 2001. Barang-Barang bekas impor, semuanya berada di tangan Jepang, dan kalau pun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik," tulisnya.[7]

Berkat bantuan Shimizu, yang merupakan orang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang-Indonesia. Ibu Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih. Shimizu mengusahakannya lewat seorang pembesar Jepang, yang memimpin gudang di Pintu Air, di depan eks Bioskop Capitol. Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.[7]

Ibu Fatmawati menghabiskan waktunya untuk menjahit bendera itu dalam kondisi fisiknya cukup rentan. Pasalnya, Ibu Fatmawati saat itu sedang hamil tua dan sudah waktunya untuk melahirkan putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra. Tak jarang ia menitikkan air mata kala menjahit bendera itu.[7] "Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah Putih, saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja, sebab Dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit." kata Ibu Fatmawati dalam buku yang ditulis oleh Bondan Winarno.[7]

Dalam budaya populer[sunting | sunting sumber]

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Nama Fatmawati diabadikan dalam Bandar Udara Fatmawati Soekarno di Kota Bengkulu dan RSUP Fatmawati di Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Nama Stasiun MRT Fatmawati, salah satu stasiun MRT Jakarta, diambil dari nama RSUP Fatmawati yang berada di dekat stasiun. Kediamannya di Bengkulu kini dijadikan museum.

Tanda Kehormatan

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Tiga Putri Bung Karno Raih Penghargaan MURI Diarsipkan 2011-06-20 di Archive.is (Indonesian)
  2. ^ "Sosok Berjasa Saat Proklamasi 17 Agustus 1945, Ini Profil Fatmawati Penjahit Bendera Merah Putih". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2023-05-22. 
  3. ^ Nurinwa Ki S. Hendrowinoto, dkk, Ibu Indonesia Dalam Kenangan, Bank Naskah Gramedia bekerja sama dengan Yayasan Biografi Indonesia, 2004
  4. ^ Agus, Yusuf, Sejarah Pesisir Selatan, Jakarta: PT. Arina Yudi, 2001
  5. ^ R. Borsuk and N. Chng; Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia, Singapore, 2014
  6. ^ Yahya, Rizal Amril (16 Agustus 2021). "Peran Fatmawati dalam Sejarah Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan RI". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-25. Diakses tanggal 2022-08-25. 
  7. ^ a b c d Dzulfaroh, Ahmad Naufal (2020-08-16). Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. "Profil Ibu Fatmawati Soekarno dan Kisahnya Menjahit Sang Merah Putih..." Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-11. Diakses tanggal 2021-03-09. 
  8. ^ "Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia Tahun 1959–sekarang" (PDF). Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 7 Januari 2020. Diakses tanggal 2023-08-14. 
  9. ^ "Daftar Warga Negara Republik Indonesia yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Tahun 1959 s.d. 2003" (PDF). Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 10 September 2018. Diakses tanggal 2023-08-14. 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Gelar kehormatan
Didahului oleh:
Tidak Ada (Jabatan baru)
Ibu Negara Republik Indonesia
1945–1967
Diteruskan oleh:
Hartini (pj.)

Siti Hartinah