Lompat ke isi

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 6°46′S 106°56′E / 6.767°S 106.933°E / -6.767; 106.933
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: sekedar → sekadar
Reverted 1 edit by Taylorcov19 (talk): Rv spam (TwinkleGlobal)
Tag: Pembatalan
 
(41 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{bedakan|Gunung Gede|Gunung Pangrango}}
[[File:Gunung Gede Pangrango National Park - Flickr - Lip Kee (1).jpg|thumb|400px|Dua puncak TNGGP, [[Gunung Gede|G. Gede]] (kiri) dan [[Gunung Pangrango|G. Pangrango]] (kanan)]]
{{For|sebuah gunung|Gunung Gede|Gunung Pangrango}}
'''Taman Nasional Gunung Gede Pangrango''' (TNGGP) adalah salah satu [[taman nasional]] yang terletak di Provinsi [[Jawa Barat]]. Ditetapkan pada tahun 1980, taman nasional ini merupakan salah satu yang tertua di [[Indonesia]]. TN Gunung Gede Pangrango terutama didirikan untuk melindungi dan meng[[konservasi]] ''ekosistem dan flora pegunungan yang cantik'' di Jawa Barat. Dengan luas 21.975 hektare, wilayahnya terutama mencakup dua puncak gunung [[Gunung Gede|Gede]] dan [[Gunung Pangrango|Pangrango]] beserta tutupan [[hutan pegunungan]] di sekelilingnya.


==Sejarah kawasan==
{{Kotak info kawasan lindung
| name = Taman Nasional<br>Gunung Gede Pangrango<br>[[File:Logo TN Gunung Gede Pangrango.png|200px]]
[[Berkas:Gunung Gede in The Clouds.jpg|thumb|right|300px|Gunung Gede]]
| iucn_category = II
[[Berkas:Kebun teh di puncak.jpg|thumb|right|300px|Perkebunan teh di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor]]
| photo = Gunung Gede Pangrango National Park - Flickr - Lip Kee (1).jpg
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Anaphalis javanica en Leptospermum javanicum op de top van de Pangerango TMnr 10006301.jpg|thumb|right|300px|''[[Anaphalis javanica]]'' dan ''[[Leptospermum javanicum]]'' di puncak [[Gunung Pangrango|G. Pangrango]] ]]
| photo_caption = Dua puncak TNGGP, [[Gunung Gede]] (kiri) dan [[Gunung Pangrango]] (kanan)
Kawasan Gunung Gede dan Gunung Pangrango sesungguhnya telah dikenal lama dalam dongeng dan legenda tanah [[Sunda]]. Salah satunya, naskah perjalanan [[Bujangga Manik]] dari sekitar abad-13 telah menyebut-nyebut tempat bernama [[Puncak]] dan Bukit Ageung (yakni, [[Gunung Gede]]) yang disebutnya sebagai "''..hulu wano na Pakuan''" (tempat yang tertinggi di [[Pakuan]])<ref>Bumi Sangkala: [http://bumisangkala.blogspot.com/2011/11/bujangga-manik-perjalanan-seorang_2086.html ''Naskah - Bujangga Manik: Prabu Jaya Pakuan (1).''] Diakses 24/10/2014.</ref>. Agaknya, pada masa itu telah ada jalan kuno antara [[Bogor]] (d/h Pakuan) dengan [[Cianjur]], yang melintasi lereng utara G. Gede di sekitar [[Cipanas, Cianjur|Cipanas]] sekarang<ref name=harris>{{aut|Harris, K.M.}} 1996. ''Mt. Gede Pangrango National Park'' Information book series v. '''2''', 106 pp. Cianjur: Mt. Gede Pangrango NP</ref>.
| width = 220
| location = [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
| nearest_city = [[Bogor]]<br />[[Sukabumi]]<br />[[Cianjur]]
| map = Java
| map_caption = Letak di Jawa
| map_width = 250
| label = '''TN Gunung Gede Pangrango'''
| label_position = bottom
| coordinates = {{coord|6|46|0|S|106|56|0|E|display=inline, title}}
| lat_d = 6
| lat_m = 46
| lat_s =
| lat_NS = S
| long_d = 106
| long_m = 56
| long_s =
| long_EW = E
| area = 24.270,80 hektare (242,708 km²)
| established = 1980
| visitation_num =
| visitation_year =
| governing_body = [[Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia|Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan]]
| website = {{url|https://www.gedepangrango.org/}}
}}


'''Taman Nasional Gunung Gede Pangrango''' (TNGGP) adalah salah satu [[taman nasional]] yang terletak di Provinsi [[Jawa Barat]]. Ditetapkan pada tahun 1980, taman nasional ini merupakan salah satu yang tertua di [[Indonesia]]. TN Gunung Gede Pangrango terutama didirikan untuk melindungi dan meng[[konservasi]] ekosistem dan flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat. Dengan luas 24.270,80 hektare, wilayahnya terutama mencakup dua puncak gunung [[Gunung Gede|Gede]] dan [[Gunung Pangrango|Pangrango]] beserta tutupan [[hutan pegunungan]] di sekelilingnya.
Pada masa penjajahan [[Belanda]] wilayah yang subur ini kemudian tumbuh menjadi area pertanian, terutama [[perkebunan]]. Sedini tahun 1728 [[teh]] [[Jepang]] telah mulai ditanam, dan pada 1835 perkebunan teh ini telah dikembangkan di [[Ciawi, Bogor|Ciawi]] dan Cikopo. Menyusul pada 1878 dikembangkan [[teh Assam]], yang terlebih sukses lagi, sehingga mengubah lansekap dan perekonomian di seputar lereng Gede-Pangrango.<ref name=harris/>


== Sejarah kawasan ==
Kawasan Gede-Pangrango juga dikenal sebagai salah satu tempat favorit dan tertua, bagi penelitian-penelitian tentang alam di Indonesia. Menurut catatan modern, orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Gede adalah [[Caspar Georg Karl Reinwardt|Reinwardt]], pendiri dan direktur pertama [[Kebun Raya Bogor]], yang mendaki G. Gede pada April 1819. Ia meneliti dan menulis deskripsi [[vegetasi]] di bagian gunung yang lebih tinggi hingga ke puncak. Reinwardt sebetulnya juga menyebutkan, bahwa [[Theodore Horsfield|Horsfield]] telah mendaki gunung ini lebih dahulu daripadanya; akan tetapi catatan perjalanan Horsfield ini tidak dapat ditemukan.<ref name=leeuwen>{{aut|Docters van Leeuwen, W.M.}} 1933. Biology of plants and animals occuring in the higher parts of Mount Pangrango-Gedeh in West Java. ''Verhandelingen der Koninklijke Akademie van Wetenschappen te Amsterdam.'' Afd. Natuurkunde (Tweede sectie), deel '''XXXI'''(4): 1-22 (Ch. 1). Amsterdam: Uitgave van de NV. Noord-Hollandsche Uitgevers-Maatschappij.</ref>
[[Berkas:Gunung Gede in The Clouds.jpg|jmpl|ka|300px|Gunung Gede]]
[[Berkas:Kebun teh di puncak.jpg|jmpl|ka|300px|Perkebunan teh di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Anaphalis javanica en Leptospermum javanicum op de top van de Pangerango TMnr 10006301.jpg|jmpl|ka|300px|''[[Anaphalis javanica]]'' dan ''[[Leptospermum javanicum]]'' di puncak [[Gunung Pangrango|G. Pangrango]] ]]
Kawasan Gunung Gede dan Gunung Pangrango sesungguhnya telah dikenal lama dalam dongeng dan legenda tanah [[Sunda]]. Salah satunya, naskah perjalanan [[Bujangga Manik]] dari sekitar abad-13 telah menyebut-nyebut tempat bernama [[Puncak]] dan Bukit Ageung (yakni, [[Gunung Gede]]) yang disebutnya sebagai "''..hulu wano na Pakuan''" (tempat yang tertinggi di [[Pakuan]]).<ref>Bumi Sangkala: [http://bumisangkala.blogspot.com/2011/11/bujangga-manik-perjalanan-seorang_2086.html ''Naskah - Bujangga Manik: Prabu Jaya Pakuan (1).''] Diakses 24/10/2014.</ref> Agaknya, pada masa itu telah ada jalan kuno antara [[Bogor]] (d/h Pakuan) dengan [[Cianjur]], yang melintasi lereng utara G. Gede di sekitar [[Cipanas, Cianjur|Cipanas]] sekarang.<ref name=harris>{{aut|Harris, K.M.}} 1996. ''Mt. Gede Pangrango National Park'' Information book series v. '''2''', 106 pp. Cianjur: Mt. Gede Pangrango NP</ref>


Pada masa penjajahan [[Belanda]] wilayah yang subur ini kemudian tumbuh menjadi area pertanian, terutama [[perkebunan]]. Sedini tahun 1728 [[teh]] [[Jepang]] telah mulai ditanam, dan pada 1835 perkebunan teh ini telah dikembangkan di [[Ciawi, Bogor|Ciawi]] dan Cikopo. Menyusul pada 1878 dikembangkan [[teh Assam]], yang terlebih sukses lagi, sehingga mengubah lansekap dan perekonomian di seputar lereng Gede-Pangrango.<ref name=harris/>
Dua tahun kemudian, melalui sehelai surat yang dikirimkan dari Buitenzorg (sekarang [[Bogor]]) pada awal Agustus 1821, [[Heinrich Kuhl|Kuhl]] dan [[Johann Coenraad van Hasselt|van Hasselt]] menyebutkan bahwa mereka baru saja menyelesaikan pendakian dan penelitian ke puncak Pangrango. Kedua peneliti muda itu menemukan banyak jejak dan jalur lintasan [[badak jawa]] di sana; bahkan mereka menggunakannya untuk memudahkan menembus hutan menuju puncak G. Pangrango. Delapan belas tahun kemudian [[Junghuhn]] mendaki ke puncak Pangrango pada bulan Maret 1839, dan juga ke puncak Gede dan wilayah sekitarnya pada bulan-bulan berikutnya, untuk mempelajari [[topografi]], [[geologi]], [[meteorologi]], serta [[botani]] tetumbuhan di daerah ini.<ref name=leeuwen/> Sejak masa itu, tidak lagi terhitung banyaknya peneliti yang telah mengunjungi kawasan ini hingga sekarang, baik yang tinggal lama maupun yang sekadar singgah dalam kunjungan singkat.


Kawasan Gede-Pangrango juga dikenal sebagai salah satu tempat favorit dan tertua, bagi penelitian-penelitian tentang alam di Indonesia. Menurut catatan modern, orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Gede adalah [[Caspar Georg Karl Reinwardt|Reinwardt]], pendiri dan direktur pertama [[Kebun Raya Bogor]], yang mendaki G. Gede pada April 1819. Ia meneliti dan menulis deskripsi [[vegetasi]] di bagian gunung yang lebih tinggi hingga ke puncak. Reinwardt sebetulnya juga menyebutkan, bahwa [[Theodore Horsfield|Horsfield]] telah mendaki gunung ini lebih dahulu daripadanya; akan tetapi catatan perjalanan Horsfield ini tidak dapat ditemukan.<ref name=leeuwen>{{aut|Docters van Leeuwen, W.M.}} 1933. Biology of plants and animals occuring in the higher parts of Mount Pangrango-Gedeh in West Java. ''Verhandelingen der Koninklijke Akademie van Wetenschappen te Amsterdam.'' Afd. Natuurkunde (Tweede sectie), deel '''XXXI'''(4): 1-22 (Ch. 1). Amsterdam: Uitgave van de NV. Noord-Hollandsche Uitgevers-Maatschappij.</ref>
Banyaknya peneliti yang berkunjung ke tempat ini tak bisa dilepaskan dari kekayaan dan keindahan alam di Gunung Gede-Pangrango, dan awalnya juga oleh keberadaan [[Kebun Raya Cibodas]]; yang semula—ketika dibangun pada 1830 oleh [[Johannes Elias Teysmann|Teijsman]]—sebetulnya dimaksudkan sebagai kebun aklimatisasi bagi tanaman-tanaman yang potensial untuk dikembangkan dalam perkebunan. Kebun, yang kemudian dikembangkan menjadi [[kebun raya]] (lk. 1870), ini menyediakan tempat menginap yang cukup baik, sarana penelitian, serta catatan-catatan dan informasi dasar yang terus bertumbuh mengenai keadaan lingkungan dan hutan di sekitarnya. Pada tahun 1889, atas usulan [[Melchior Treub|Treub]], sebidang hutan pegunungan seluas 240 hektare di atas kebun raya tersebut hingga ke wilayah sekitar Air Panas ditetapkan sebagai [[cagar alam]] oleh Pemerintah [[Hindia Belanda]].<ref name=steenis>{{aut|Steenis, CGGJ van}}. 2006. ''Flora Pegunungan Jawa'': 2-8. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.</ref> Inilah cagar alam dan [[kawasan konservasi]] [[keanekaragaman hayati|ragam hayati]] yang pertama didirikan di Indonesia<ref name=whitten>{{aut|[[Anthony J. Whitten|Whitten, T.]], [[Roehayat Emon Soeriaatmadja|R.E. Soeriaatmadja]], & S.A. Afiff}}. 1999. ''Ekologi Jawa dan Bali'': 789. Jakarta: Prenhallindo.</ref>. Belakangan, pada 1926, cagar alam ini diperluas hingga mencakup puncak-puncak gunung Gede dan Pangrango, dengan luas total 1.200 ha<ref name=steenis/>.


Dua tahun kemudian, melalui sehelai surat yang dikirimkan dari Buitenzorg (sekarang [[Bogor]]) pada awal Agustus 1821, [[Heinrich Kuhl|Kuhl]] dan [[Johann Coenraad van Hasselt|van Hasselt]] menyebutkan bahwa mereka baru saja menyelesaikan pendakian dan penelitian ke puncak Pangrango. Kedua peneliti muda itu menemukan banyak jejak dan jalur lintasan [[badak jawa]] di sana; bahkan mereka menggunakannya untuk memudahkan menembus hutan menuju puncak G. Pangrango. Delapan belas tahun kemudian [[Junghuhn]] mendaki ke puncak Pangrango pada bulan Maret 1839, dan juga ke puncak Gede dan wilayah sekitarnya pada bulan-bulan berikutnya, untuk mempelajari [[topografi]], [[geologi]], [[meteorologi]], serta [[botani]] tetumbuhan di daerah ini.<ref name=leeuwen/> Sejak masa itu, tidak lagi terhitung banyaknya peneliti yang telah mengunjungi kawasan ini hingga sekarang, baik yang tinggal lama maupun yang sekadar singgah dalam kunjungan singkat.
Bersama dengan meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya lingkungan hidup, pada tahun 1978 Pemerintah Indonesia menetapkan Cagar Alam (CA) Gunung Gede Pangrango seluas 14.000 ha, melingkup kedua puncak gunung beserta tutupan hutan di lereng-lerengnya. Kemudian pada 6 Maret 1980 cagar alam ini digabungkan dengan beberapa suaka alam yang berdekatan dan ditingkatkan statusnya menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango—satu dari lima [[taman nasional]] yang pertama di Indonesia, dengan luas keseluruhan 15.196 ha. Dan akhirnya, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang ''Penunjukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi terbatas pada Kelompok Hutan Gunung Gede Pangrango'', kawasan TN Gunung Gede Pangrango memperoleh tambahan area seluas 7.655,03 ha dari [[Perum Perhutani]] Unit III Jawa Barat, sehingga total luasannya kini menjadi 22.851,03 ha.


Banyaknya peneliti yang berkunjung ke tempat ini tak bisa dilepaskan dari kekayaan dan keindahan alam di Gunung Gede-Pangrango, dan awalnya juga oleh keberadaan [[Kebun Raya Cibodas]]; yang semula—ketika dibangun pada 1830 oleh [[Johannes Elias Teysmann|Teijsman]]—sebetulnya dimaksudkan sebagai kebun aklimatisasi bagi tanaman-tanaman yang potensial untuk dikembangkan dalam perkebunan. Kebun percobaan, yang kemudian dikembangkan menjadi [[kebun raya]] (lk. 1870), ini menyediakan tempat menginap yang cukup baik, sarana penelitian, serta catatan-catatan dan informasi dasar yang terus bertumbuh mengenai keadaan lingkungan dan hutan di sekitarnya. Pada tahun 1889, atas usulan [[Melchior Treub|Treub]], sebidang hutan pegunungan seluas 240 hektare di atas kebun raya tersebut hingga ke wilayah sekitar Air Panas ditetapkan sebagai [[cagar alam]] oleh Pemerintah [[Hindia Belanda]].<ref name=steenis>{{aut|Steenis, CGGJ van}}. 2006. ''Flora Pegunungan Jawa'': 2-8. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.</ref> Inilah cagar alam dan [[kawasan konservasi]] [[keanekaragaman hayati|ragam hayati]] yang pertama didirikan di Indonesia.<ref name=whitten>{{aut|[[Anthony J. Whitten|Whitten, T.]], [[Roehayat Emon Soeriaatmadja|R.E. Soeriaatmadja]], & S.A. Afiff}}. 1999. ''Ekologi Jawa dan Bali'': 789. Jakarta: Prenhallindo.</ref> Belakangan, pada 1926, cagar alam ini diperluas hingga mencakup puncak-puncak gunung Gede dan Pangrango, dengan luas total 1.200 ha.<ref name=steenis/>
==Letak dan keadaan fisik==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het meer van Tjisaroea ten westen van Sindanglaja aan de voet van de hellingen van de vulkaan Gedeh en Pangrango op West Java TMnr 60010940.jpg|thumb|right|180px|Gede-Pangrango dilihat dari Sindanglaya, lk. tahun 1928]]
[[File:Gede.jpg|thumb|right|180px|Peta topografi puncak Gede (kanan) dan Pangrango (kiri atas, keliru diberi nama Mandala Wangi) menurut [[Junghuhn]], 1855]]
[[File:Gede.png|thumb|right|180px|Kawah Gede, seperti dilukis oleh Junghuhn, 1856]]
[[File:Dacrycarpus imbricatus.JPG|thumb|right|180px|Daun [[jamuju]] ''Dacrycarpus imbricatus'']]
[[File:DaunMuda Vaccinium varingifolium.JPG|thumb|right|180px|Bunga [[cantigi gunung]] ''Vaccinium varingifolium'']]
[[File:Senduro Anaphalis javanica.JPG|thumb|right|180px|Bunga [[edelweis jawa]] ''Anaphalis javanica'']]
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Polypodium vulcanucun en Gnaphalium javanicum op de Gedé Java TMnr 10006101.jpg|thumb|right|180px|Flora kawah Gede: paku ''Selliguea feei'' (depan kanan, daun lebar) dan edelweis jawa (belakang kiri, keputih-putihan)]]
Secara administratif, kawasan TNGGP berada di wilayah 3 kabupaten yakni [[Kabupaten Bogor]], [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]] dan [[Kabupaten Sukabumi|Sukabumi]]), Provinsi [[Jawa Barat]].


Bersama dengan meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya lingkungan hidup, pada tahun 1979 Pemerintah Indonesia melalui keputusan Menteri Pertanian menunjuk kawasan hutan Gunung Gede Pangrango seluas 14.000 ha, yang melingkup kedua puncak gunung beserta tutupan hutan di lereng-lerengnya, sebagai kawasan Suaka Alam/Cagar Alam (CA). Kemudian pada 6 Maret 1980 cagar alam ini digabungkan dengan beberapa suaka alam yang berdekatan dan ditingkatkan statusnya menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango —satu dari lima [[taman nasional]] yang pertama di Indonesia, dengan luas keseluruhan 15.196 ha.<ref name=statnggp>BB TNGGP. 2017. [http://www.gedepangrango.org/wp-content/uploads/2015/11/STATISTIK-TNGGP-2016.pdf ''Laporan Statistik Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) Tahun 2016''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180704153416/http://www.gedepangrango.org/wp-content/uploads/2015/11/STATISTIK-TNGGP-2016.pdf |date=2018-07-04 }}. Cibodas:BB TNGGP (tidak diterbitkan)</ref>{{rp|51}}
===Topografi dan vulkanologi===
Sebagaimana namanya, taman nasional ini memiliki dua puncak kembar, yakni puncak [[Gunung Gede|Gede]] (2.958 m dpl) dan puncak [[Gunung Pangrango|Pangrango]] (3.019 m dpl). Kedua puncak itu dihubungkan oleh gigir gunung serupa [[sadel]] pada ketinggian lk 2.400 m dpl, yang dikenal sebagai daerah Kandang Badak. Gunung Pangrango yang lebih tinggi, memiliki kerucut puncak yang relatif mulus, tipikal gunung yang masih relatif muda usianya. Gunung Gede lebih rendah, namun lebih aktif, dengan empat kawah yang masih aktif yaitu Kawah Ratu, Kawah Wadon, Kawah Lanang, dan Kawah Baru.<ref name=harris/>


Pada tahun 2003, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang ''Penunjukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi terbatas pada Kelompok Hutan Gunung Gede Pangrango'', kawasan TN Gunung Gede Pangrango diperluas dengan area kawasan hutan yang berdekatan —yang semula di bawah pengelolaan [[Perum Perhutani]] Unit III Jawa Barat— menjadi ± 21.975 ha. Setelah melalui proses yang panjang dan pengukuran ulang tata batas kawasan, pada 2009 dilakukan serah terima pengelolaan kawasan hutan dari Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten kepada Balai Besar TNGGP, dengan total area yang dialihkan pengelolaannya seluas 7.655,03 ha, sehingga total luasan TNGGP lalu menjadi 22.851,03 ha. Kemudian melalui Surat Keputusan Menhut RI No SK.3683/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 08 Mei 2014, kawasan hutan TNGGP diperluas, ditetapkan dan dikukuhkan menjadi seluas 24.270,80 ha.<ref name=statnggp/>{{rp|51-2}}
Titik puncak Gunung Gede terletak di atas tebing atau gigir kawah yang baru, namun gigir ini tak lagi utuh karena telah dihancurkan oleh letusan volkanik yang terjadi berulang kali. Gigir yang lebih tua adalah punggung gunung yang dikenal sebagai Gunung Gumuruh (2.929 m dpl); kawah-kawah dan puncak Gunung Gede yang sekarang terletak pada bekas kawah Gunung Gumuruh lama yang telah punah. Di antara gigir Gunung Gede dan gigir Gunung Gumuruh itulah terletak lembah dataran tinggi bernama Alun-alun Suryakancana (2.750 m dpl), yang penuh tertutupi oleh rumpun [[edelweis jawa]] yang cantik.<ref name=harris/>


== Letak dan keadaan fisik ==
===Iklim===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het meer van Tjisaroea ten westen van Sindanglaja aan de voet van de hellingen van de vulkaan Gedeh en Pangrango op West Java TMnr 60010940.jpg|jmpl|ka|180px|Gede-Pangrango dilihat dari Sindanglaya, lk. tahun 1928]]
[[Berkas:Gede.jpg|jmpl|ka|180px|Peta topografi puncak Gede (kanan) dan Pangrango (kiri atas, keliru diberi nama Mandala Wangi) menurut [[Junghuhn]], 1855]]
[[Berkas:Gede.png|jmpl|ka|180px|Kawah Gede, seperti dilukis oleh Junghuhn, 1856]]
[[Berkas:Dacrycarpus imbricatus.JPG|jmpl|ka|180px|Daun [[jamuju]] ''Dacrycarpus imbricatus'']]
[[Berkas:DaunMuda Vaccinium varingifolium.JPG|jmpl|ka|180px|Bunga [[cantigi gunung]] ''Vaccinium varingifolium'']]
[[Berkas:Senduro Anaphalis javanica.JPG|jmpl|ka|180px|Bunga [[edelweis jawa]] ''Anaphalis javanica'']]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Polypodium vulcanucun en Gnaphalium javanicum op de Gedé Java TMnr 10006101.jpg|jmpl|ka|180px|Flora kawah Gede: paku ''Selliguea feei'' (depan kanan, daun lebar) dan edelweis jawa (belakang kiri, keputih-putihan)]]
Secara administratif, kawasan TNGGP berada di wilayah 3 kabupaten yakni [[Kabupaten Bogor]], [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]] dan [[Kabupaten Sukabumi|Sukabumi]], Provinsi [[Jawa Barat]].

=== Topografi dan vulkanologi ===
Sebagaimana namanya, taman nasional ini memiliki dua puncak kembar, yakni puncak [[Gunung Gede|Gede]] (2.958 m dpl) dan puncak [[Gunung Pangrango|Pangrango]] (3.019 m dpl). Kedua puncak itu dihubungkan oleh gigir gunung serupa [[sadel]] pada ketinggian lk 2.400 m dpl, yang dikenal sebagai daerah Kandang Badak. Gunung Pangrango yang lebih tinggi, memiliki kerucut puncak yang relatif mulus, tipikal gunung yang masih relatif muda usianya. Gunung Gede lebih rendah, namun lebih aktif, dengan empat kawah yang masih aktif yaitu Kawah Ratu, Kawah Wadon, Kawah Lanang, dan Kawah Baru.<ref name=harris/>

Titik puncak Gunung Gede terletak di atas tebing atau gigir kawah yang baru, namun gigir ini tak lagi utuh karena telah dihancurkan oleh letusan volkanik yang terjadi berulang kali. Gigir yang lebih tua adalah punggung gunung yang dikenal sebagai Gunung Gumuruh (2.929 m dpl); kawah-kawah dan puncak Gunung Gede yang sekarang terletak pada bekas kawah Gunung Gumuruh lama yang telah punah. Di antara gigir Gunung Gede dan gigir Gunung Gumuruh itulah terletak lembah dataran tinggi bernama Alun-alun Suryakancana (2.750 m dpl), yang penuh tertutupi oleh rumpun [[edelweis jawa]] yang cantik.<ref name=harris/>

Sebelah utara Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdapat Pegunungan Jonggol yang dipisahkan oleh Lembah Hulu [[Ci Liwung]]. Pegunungan Jonggol menjadi hulu dari beberapa aliran sungai, yaitu [[Ci Liwung|Sungai Ciliwung]], [[Sungai Cileungsi]], [[Ci Beet|Sungai Cibeet]], [[Air Terjun Cipamingkis|Sungai Cipamingkis]], [[Kali Cikeas|Sungai Cikeas]], [[Kali Sunter|Sungai Sunter]], [[Sungai Citeureup]], [[Sungai Ciesek]], [[Sungai Cihoe]], dan [[Sungai Cijurey/Ciomas]].

=== Iklim ===
Ada dua iklim yaitu musim [[kemarau]] dari bulan Juni sampai Oktober dan musim [[penghujan]] dari bulan Nopember ke April.
Ada dua iklim yaitu musim [[kemarau]] dari bulan Juni sampai Oktober dan musim [[penghujan]] dari bulan Nopember ke April.


Selama bulan Januari sampai Februari, hujan turun disertai angin yang kencang dan terjadi cukup sering, sehingga berbahaya untuk pendakian. Hujan juga turun ketika musim kemarau, menyebabkan kawasan TNGP memiliki curah hujan rata-rata pertahun 4.000&nbsp;mm. Rata-rata suhu di Cibodas 23&nbsp;°C.
Selama bulan Januari sampai Februari, hujan turun disertai angin yang kencang dan terjadi cukup sering, sehingga berbahaya untuk pendakian. Hujan juga turun ketika musim kemarau, menyebabkan kawasan TNGP memiliki curah hujan rata-rata pertahun 4.000&nbsp;mm. Rata-rata suhu di Cibodas 23&nbsp;°C.


==Keanekaragaman hayati==
== Keanekaragaman hayati ==
Sebagaimana telah disebutkan, terutama adalah kekayaan ragam hayati [[flora]] [[pegunungan]] yang pada mulanya telah menarik banyak ahli dan peneliti mengunjungi kawasan Gede-Pangrango. [[Carl Pehr Thunberg|Thunberg]] bahkan telah membuat kajian botani di wilayah ini pada tahun 1777<ref name=harris/>. [[Carl Ludwig Blume|Blume]] mendaki ke puncak Gede di tahun 1824, melalui untuk pertama kalinya jalur yang kini dikenal sebagai Jalur Cibodas, dan singgah di Cibeureum<ref name=leeuwen/>. [[Alfred Russel Wallace|Wallace]] kemudian mengikuti jalur ini, ketika ia mengunjungi wilayah ini di musim penghujan 1861 untuk mengoleksi [[burung]] dan [[serangga]], meskipun tanpa hasil yang cukup memuaskan<ref>{{aut|[[Alfred Russel Wallace|Wallace]]}}. 1869. [https://archive.org/details/malayarchipelago00wall ''The Malay Archipelago'']: 88-93 (1987 edition). Singapore: Graham Brash (Pte) Ltd.</ref>
Sebagaimana telah disebutkan, terutama adalah kekayaan ragam hayati [[flora]] [[pegunungan]] yang pada mulanya telah menarik banyak ahli dan peneliti mengunjungi kawasan Gede-Pangrango. [[Carl Pehr Thunberg|Thunberg]] bahkan telah membuat kajian botani di wilayah ini pada tahun 1777.<ref name=harris/> [[Carl Ludwig Blume|Blume]] mendaki ke puncak Gede pada tahun 1824, melalui untuk pertama kalinya jalur yang kini dikenal sebagai Jalur Cibodas, dan singgah di Cibeureum.<ref name=leeuwen/> [[Alfred Russel Wallace|Wallace]] kemudian mengikuti jalur ini, ketika ia mengunjungi wilayah ini di musim penghujan 1861 untuk mengoleksi [[burung]] dan [[serangga]], meskipun tanpa hasil yang cukup memuaskan<ref>{{aut|[[Alfred Russel Wallace|Wallace]]}}. 1869. [https://archive.org/details/malayarchipelago00wall ''The Malay Archipelago'']: 88-93 (1987 edition). Singapore: Graham Brash (Pte) Ltd.</ref>


===Tutupan vegetasi===
=== Tutupan vegetasi ===
Secara tradisional, pada garis besarnya para ahli membedakan tipe [[hutan primer]] yang ada di pegunungan ini atas dua jenis, yakni tipe '''hutan tinggi''' (''high forest'') dan tipe '''hutan elfin''' atau '''hutan lumut'''<ref name=steenis2>{{aut|Steenis, CGGJ van}}. 2006. ''loc. cit.'': 47-61.</ref>. Hutan tinggi di pegunungan ini lebih lanjut dibedakan atas [[hutan pegunungan bawah]] dan [[hutan pegunungan atas]]. Sedangkan hutan elfin dinamai pula sebagai hutan alpinoid atau vegetasi sub-alpin.
Secara tradisional, pada garis besarnya para ahli membedakan tipe [[hutan primer]] yang ada di pegunungan ini atas dua jenis, yakni tipe '''hutan tinggi''' (''high forest'') dan tipe '''hutan elfin''' atau '''hutan lumut'''.<ref name=steenis2>{{aut|Steenis, CGGJ van}}. 2006. ''loc. cit.'': 47-61.</ref> Hutan tinggi di pegunungan ini lebih lanjut dibedakan atas [[hutan pegunungan bawah]] dan [[hutan pegunungan atas]]. Sedangkan hutan elfin dinamai pula sebagai hutan alpinoid atau vegetasi sub-alpin.


:'''a. Hutan pegunungan bawah'''
:'''a. Hutan pegunungan bawah'''
:Hutan pegunungan bawah atau hutan submontana di Gede-Pangrango berada pada kisaran ketinggian 1.000 hingga 1.500 m dpl. Hutan ini dapat segera dikenali oleh sebab kekayaannya akan jenis-jenis pohon, dengan atap tajuk (kanopi) setinggi 30-40 m, dan 4-5 lapisan tajuk [[vegetasi]]<ref name=harris/>. Dari segi floristiknya, Junghuhn dan Miquel menamai zona hutan ini sebagai zona ''Fago-Lauraceous'', karena didominasi oleh jenis-jenis [[Fagaceae]], misalnya [[pasang]] (''[[Lithocarpus]]'', ''[[Quercus]]'') dan saninten (''[[Castanopsis]]''), serta jenis-jenis [[Lauraceae]] seperti aneka macam medang (''Litsea'' spp.); diikuti dengan jenis-jenis lain, bahkan hingga sebanyak 78 spesies [[pohon]] dalam satu hektare. Di atas kanopi rata-rata, acap mencuat pohon-pohon tertinggi yang dikenal sebagai sembulan (''emergent trees''), dari jenis-jenis ''Altingia'' ([[rasamala]]), ''Dacrycarpus'' ([[jamuju]]), dan ''Podocarpus'' ([[ki putri]]).<ref name=steenis2/>
:Hutan pegunungan bawah atau hutan submontana di Gede-Pangrango berada pada kisaran ketinggian 1.000 hingga 1.500 m dpl. Hutan ini dapat segera dikenali oleh sebab kekayaannya akan jenis-jenis pohon, dengan atap tajuk (kanopi) setinggi 30-40 m, dan 4-5 lapisan tajuk [[vegetasi]].<ref name=harris/> Dari segi floristiknya, Junghuhn dan Miquel menamai zona hutan ini sebagai zona ''Fago-Lauraceous'', karena didominasi oleh jenis-jenis [[Fagaceae]], misalnya [[pasang]] (''[[Lithocarpus]]'', ''[[Quercus]]'') dan saninten (''[[Castanopsis]]''), serta jenis-jenis [[Lauraceae]] seperti aneka macam medang (''Litsea'' spp.); diikuti dengan jenis-jenis lain, bahkan hingga sebanyak 78 spesies [[pohon]] dalam satu hektare. Di atas kanopi rata-rata, acap mencuat pohon-pohon tertinggi yang dikenal sebagai sembulan (''emergent trees''), dari jenis-jenis ''Altingia'' ([[rasamala]]), ''Dacrycarpus'' ([[jamuju]]), dan ''Podocarpus'' ([[ki putri]]).<ref name=steenis2/>


:'''b. Hutan pegunungan atas'''
:'''b. Hutan pegunungan atas'''
:Hutan pegunungan atas atau hutan montana di Gede-Pangrango sering memiliki garis batas yang tajam, mudah terbedakan dari hutan pegunungan bawah dengan melihat kanopi yang relatif seragam, lk. setinggi 20 m, jarang terlihat adanya sembulan atau pohon pencuat, daun-daunnya cenderung berukuran kecil, tumbuhan bawahnya pun tidak setebal atau setinggi di hutan pegunungan bawah; banyak berkabut, hutan ini memberikan kesan lebih terbuka dan sunyi. Jarang pula dijumpai adanya tumbuhan pemanjat (liana). Hutan pegunungan antara Cibeureum (1.750 m dpl) dengan Kandang Badak (2.400 m dpl) didominasi oleh [[jamuju]] (''Dacrycarpus imbricatus'').<ref name=harris/>
:Hutan pegunungan atas atau hutan montana di Gede-Pangrango sering memiliki garis batas yang tajam, mudah terbedakan dari hutan pegunungan bawah dengan melihat kanopi yang relatif seragam, lk. setinggi 20 m, jarang terlihat adanya sembulan atau pohon pencuat, daun-daunnya cenderung berukuran kecil, tumbuhan bawahnya pun tidak setebal atau setinggi di hutan pegunungan bawah; banyak berkabut, hutan ini memberikan kesan lebih terbuka dan sunyi. Jarang pula dijumpai adanya tumbuhan pemanjat (liana). Hutan pegunungan antara Cibeureum (1.750 m dpl) dengan Kandang Badak (2.400 m dpl) didominasi oleh [[jamuju]] (''Dacrycarpus imbricatus'').<ref name=harris/>


:'''c. Vegetasi subalpin'''
:'''c. Vegetasi subalpin'''
:Di sebelah atas Kandang Badak, [[fisiognomi vegetasi|fisiognomi hutan]]nya kembali berubah. Tajuknya pendek-pendek, hanya mencapai beberapa meter saja; batang pohon tuanya berbonggol-bonggol dan berkelak-kelok, bahkan memuntir. Tutupannya begitu renggang dengan tajuk yang hanya satu lapis, sehingga di hari cerah cahaya mentari leluasa menerangi lantai hutan. Akan tetapi cuaca di sini mudah berubah tiba-tiba dengan datangnya kabut, suhu udara pun dapat mendadak turun hingga ke tingkat yang membekukan. Dengan jarangnya hujan turun, walaupun berkabut, pada musim kemarau hutan ini acap mengalami kekeringan atau kekurangan air. Lapisan tanahnya tipis dan banyak berbatu-batu; di tempat-tempat yang lapisan tanahnya relatif dalam, pohon-pohon tumbuh lebih besar, menunjukkan bahwa mengerdilnya pohon-pohon di zona ini lebih disebabkan oleh ketersediaan tanahnya. Jenis yang dominan adalah [[cantigi gunung]] (''Vaccinium varingifolium'').<ref name=harris/>
:Di sebelah atas Kandang Badak, [[fisiognomi vegetasi|fisiognomi hutannya]] kembali berubah. Tajuknya pendek-pendek, hanya mencapai beberapa meter saja; batang pohon tuanya berbonggol-bonggol dan berkelak-kelok, bahkan memuntir. Tutupannya begitu renggang dengan tajuk yang hanya satu lapis, sehingga pada hari cerah cahaya mentari leluasa menerangi lantai hutan. Akan tetapi cuaca di sini mudah berubah tiba-tiba dengan datangnya kabut, suhu udara pun dapat mendadak turun hingga ke tingkat yang membekukan. Dengan jarangnya hujan turun, walaupun berkabut, pada musim kemarau hutan ini acap mengalami kekeringan atau kekurangan air. Lapisan tanahnya tipis dan banyak berbatu-batu; di tempat-tempat yang lapisan tanahnya relatif dalam, pohon-pohon tumbuh lebih besar, menunjukkan bahwa mengerdilnya pohon-pohon di zona ini lebih disebabkan oleh ketersediaan tanahnya. Jenis yang dominan adalah [[cantigi gunung]] (''Vaccinium varingifolium'').<ref name=harris/>


:Di lembah di antara gigir puncak Gede dengan G. Gumuruh, terdapat [[padang rumput]] subalpin yang dinamai Alun-alun Suryakancana. Tanahnya yang [[pori|poreus]] dilapisi oleh semacam tanah [[gambut]] tipis, akumulasi dari bagian-bagian tumbuhan yang mati berpuluh-puluh tahun. Di sini tumbuh beberapa jenis [[rumput]], [[paku-pakuan]], sejenis [[melanding gunung]] (''Paraserianthes lophanta''), serta [[edelweis jawa]] (''Anaphalis javanica'') yang terkenal.<ref name=harris/>
:Di lembah di antara gigir puncak Gede dengan G. Gumuruh, terdapat [[padang rumput]] subalpin yang dinamai Alun-alun Suryakancana. Tanahnya yang [[pori|poreus]] dilapisi oleh semacam tanah [[gambut]] tipis, akumulasi dari bagian-bagian tumbuhan yang mati berpuluh-puluh tahun. Di sini tumbuh beberapa jenis [[rumput]], [[paku-pakuan]], sejenis [[melanding gunung]] (''Paraserianthes lophanta''), serta [[edelweis jawa]] (''Anaphalis javanica'') yang terkenal.<ref name=harris/>


===Flora===
=== Flora ===
[[File:Rajah scops owl in torchlight juvenile - Flickr - Lip Kee.jpg|thumb|right|180px|[[Celepuk raja]] ''Otus brooki'' di G. Gede]]
[[Berkas:Rajah scops owl in torchlight juvenile - Flickr - Lip Kee.jpg|jmpl|ka|180px|[[Celepuk raja]] ''Otus brooki'' di G. Gede]]
[[File:Javan Trogon (Harpactes reinwardtii reinwardtii).jpg|thumb|right|180px|[[Luntur gunung]] ''Harpactes reinwardtii'']]
[[Berkas:Javan Trogon (Harpactes reinwardtii reinwardtii).jpg|jmpl|ka|180px|[[Luntur gunung]] ''Harpactes reinwardtii'']]
[[File:Sunda Forktail (Enicurus velatus) - Flickr - Lip Kee.jpg|thumb|right|180px|[[Meninting kecil]] ''Enicurus velatus'']]
[[Berkas:Sunda Forktail (Enicurus velatus) - Flickr - Lip Kee.jpg|jmpl|ka|180px|[[Meninting kecil]] ''Enicurus velatus'']]
[[File:Indigo Flycatcher (Eumyias indigo) - Flickr - Lip Kee (1).jpg|thumb|right|180px|[[Sikatan ninon]] ''Eumyias indigo'']]
[[Berkas:Indigo Flycatcher (Eumyias indigo) - Flickr - Lip Kee (1).jpg|jmpl|ka|180px|[[Sikatan ninon]] ''Eumyias indigo'']]
[[File:Sunda thrush (Zoothera andromedae) - Flickr - Lip Kee.jpg|thumb|right|180px|[[Anis hutan]] ''Zoothera andromedae'']]
[[Berkas:Sunda thrush (Zoothera andromedae) - Flickr - Lip Kee.jpg|jmpl|ka|180px|[[Anis hutan]] ''Zoothera andromedae'']]
[[File:White-flanked Sunbird (Aethopyga eximia) male - Flickr - Lip Kee.jpg|thumb|right|180px|[[Burung-madu gunung]] ''Aethopyga eximia'' jantan]]
[[Berkas:White-flanked Sunbird (Aethopyga eximia) male - Flickr - Lip Kee.jpg|jmpl|ka|180px|[[Burung-madu gunung]] ''Aethopyga eximia'' jantan]]
Taman nasional ini terutama dikenal karena kekayaan [[flora]] [[hutan pegunungan]] yang dimilikinya. Sebagai gambaran, di seluruh wilayah CA Cibodas-Gede (kini bagian dari Taman Nasional), pada ketinggian 1.500 m dpl hingga ke puncak Gede dan Pangrango, tercatat tidak kurang dari 870 [[spesies]] [[tumbuhan berbunga]] dan 150 spesies paku-pakuan<ref name=steenis2/>. Jenis-jenis [[anggrek]] tercatat hingga 200 spesies di seluruh Taman Nasional<ref name=harris/>.
Taman nasional ini terutama dikenal karena kekayaan [[flora]] [[hutan pegunungan]] yang dimilikinya. Sebagai gambaran, di seluruh wilayah CA Cibodas-Gede (kini bagian dari Taman Nasional), pada ketinggian 1.500 m dpl hingga ke puncak Gede dan Pangrango, tercatat tidak kurang dari 870 [[spesies]] [[tumbuhan berbunga]] dan 150 spesies paku-pakuan.<ref name=steenis2/> Jenis-jenis [[anggrek]] tercatat hingga 200 spesies di seluruh Taman Nasional.<ref name=harris/>


Van Steenis selanjutnya juga mencatat, dari 68 spesies tumbuhan pegunungan yang langka dan hanya diketahui keberadaannya di satu gunung saja di Jawa, 9 jenis di antaranya tercatat hanya dari Gunung Gede, dan 6 dari 9 jenis itu [[endemik]] Jawa<ref name=steenis3>{{aut|Steenis, CGGJ van}}. 2006. ''loc. cit.'': 77-8.</ref>.
Van Steenis selanjutnya juga mencatat, dari 68 spesies tumbuhan pegunungan yang langka dan hanya diketahui keberadaannya di satu gunung saja di Jawa, 9 jenis di antaranya tercatat hanya dari Gunung Gede, dan 6 dari 9 jenis itu [[endemik]] Jawa.<ref name=steenis3>{{aut|Steenis, CGGJ van}}. 2006. ''loc. cit.'': 77-8.</ref>


Jenis [[edelweis jawa]] (''Anaphalis javanica'') yang tumbuh melimpah di Alun-alun Suryakancana sangat populer di kalangan pendaki gunung dan pecinta alam, sehingga dijadikan maskot taman nasional ini. Akan tetapi yang endemik Jawa dan agak jarang dijumpai sebetulnya adalah kerabat dekatnya, ''[[Anaphalis maxima]]''<ref name=whitten2/>; di TNGGP hanya didapati di G. Pangrango dekat Kandang Badak<ref name=steenis3/>. Beberapa jenis endemik lain yang didapati di kawasan ini, di antaranya, sejenis [[uwi]] ''Dioscorea madiunensis''; sejenis [[jernang]] ''Daemonorops rubra''; [[pinang hijau]] ''Pinanga javana''; sejenis [[kapulaga]] ''Amomum pseudofoetens''; dan masih banyak lagi.<ref name=whitten2>{{aut|Whitten}} ''et al.'' 1999. ''loc. cit.'': 147-94.</ref>
Jenis [[edelweis jawa]] (''Anaphalis javanica'') yang tumbuh melimpah di Alun-alun Suryakancana sangat populer di kalangan pendaki gunung dan pecinta alam, sehingga dijadikan maskot taman nasional ini. Akan tetapi yang endemik Jawa dan agak jarang dijumpai sebetulnya adalah kerabat dekatnya, ''[[Anaphalis maxima]]'';<ref name=whitten2/> di TNGGP hanya didapati di G. Pangrango dekat Kandang Badak.<ref name=steenis3/> Beberapa jenis endemik lain yang didapati di kawasan ini, di antaranya, sejenis [[uwi]] ''Dioscorea madiunensis''; sejenis [[jernang]] ''Daemonorops rubra''; [[pinang hijau]] ''Pinanga javana''; sejenis [[kapulaga]] ''Amomum pseudofoetens''; dan masih banyak lagi.<ref name=whitten2>{{aut|Whitten}} ''et al.'' 1999. ''loc. cit.'': 147-94.</ref>


===Fauna===
=== Fauna ===
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki kekayaan jenis hewan yang cukup tinggi, terutama di zona hutan pegunungan bawah. Beberapa jenisnya yang terhitung langka, endemik atau terancam kepunahan, di antaranya, adalah [[owa jawa]] (''Hylobates moloch''), [[lutung surili]] (''Presbytis comata''), [[anjing ajag]] (''Cuon alpinus''), [[macan tutul]] (''Panthera pardus''), [[biul slentek]] ''Melogale orientalis'', sejenis [[celurut]] gunung ''Crocidura orientalis'', [[kelelawar]] ''Glischropus javanus'' dan ''Otomops formosus'', sejenis [[bajing terbang]] ''Hylopetes bartelsi'', dua jenis [[tikus]] ''Kadarsanomys sodyi'' dan ''Pithecheir melanurus''<ref name=whitten3/>. Beberapa jenis burung seperti [[elang jawa]] (''Spizaetus bartelsi''), [[serak bukit]] ''Phodilus badius'', [[celepuk jawa]] ''Otus angelinae'', [[cabak gunung]] ''Caprimulgus pulchellus'', [[walet gunung]] ''Collocalia vulcanorum'', [[pelatuk kundang]] ''Reinwardtipicus validus'', [[ciung-mungkal jawa]] ''Cochoa azurea'', [[anis hutan]] ''Zoothera andromedae'', dan beberapa spesies lain<ref>{{aut|MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen}}. 2000. ''Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan'': 439-40 (seri panduan lapangan LIPI). Bogor: LIPI dan BirdLife IP. ISBN 979-579-013-7</ref>. Sejenis ular pegunungan ''[[Pseudoxenodon inornatus]]'' yang jarang kemungkinan juga terdapat di sini<ref name=whitten3>{{aut|Whitten}} ''et al.'' 1999. ''loc. cit.'': 195-308.</ref>; juga beberapa jenis [[amfibia]] langka seperti [[katak merah]] (''Leptophryne borbonica''), dan sejenis [[sesilia]] ''[[Ichthyophis hypocyaneus]]''<ref>{{aut|Kusrini, M.D.}} 2013. ''Panduan bergambar identifikasi amfibi Jawa Barat''. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan RI. 128 hlm.</ref>.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki kekayaan jenis hewan yang cukup tinggi, terutama di zona hutan pegunungan bawah. Beberapa jenisnya yang terhitung langka, endemik atau terancam kepunahan, di antaranya, adalah [[owa jawa]] (''Hylobates moloch''), [[lutung surili]] (''Presbytis comata''), [[anjing ajag]] (''Cuon alpinus''), [[macan tutul]] (''Panthera pardus''), [[biul slentek]] ''Melogale orientalis'', sejenis [[celurut]] gunung ''Crocidura orientalis'', [[kelelawar]] ''Glischropus javanus'' dan ''Otomops formosus'', sejenis [[bajing terbang]] ''Hylopetes bartelsi'', dua jenis [[tikus]] ''Kadarsanomys sodyi'' dan ''Pithecheir melanurus''.<ref name=whitten3/> Beberapa jenis burung seperti [[elang jawa]] (''Spizaetus bartelsi''), [[serak bukit]] ''Phodilus badius'', [[celepuk jawa]] ''Otus angelinae'', [[cabak gunung]] ''Caprimulgus pulchellus'', [[walet gunung]] ''Collocalia vulcanorum'', [[pelatuk kundang]] ''Reinwardtipicus validus'', [[ciung-mungkal jawa]] ''Cochoa azurea'', [[anis hutan]] ''Zoothera andromedae'', dan beberapa spesies lain.<ref>{{aut|MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen}}. 2000. ''Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan'': 439-40 (seri panduan lapangan LIPI). Bogor: LIPI dan BirdLife IP. ISBN 979-579-013-7</ref> Sejenis ular pegunungan ''[[Pseudoxenodon inornatus]]'' yang jarang kemungkinan juga terdapat di sini;<ref name=whitten3>{{aut|Whitten}} ''et al.'' 1999. ''loc. cit.'': 195-308.</ref> juga beberapa jenis [[amfibia]] langka seperti [[katak merah]] (''Leptophryne borbonica''), dan sejenis [[sesilia]] ''[[Ichthyophis hypocyaneus]]''.<ref>{{aut|Kusrini, M.D.}} 2013. ''Panduan bergambar identifikasi amfibi Jawa Barat''. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan RI. 128 hlm.</ref>


Hewan-hewan lain yang acap dijumpai, di antaranya [[monyet kra]] (''Macaca fascicularis''), [[lutung budeng]] (''Trachypithecus auratus''), [[teledu sigung]] (''Mydaus javanensis''), [[tupai akar]] (''Tupaia glis''), [[tupai kekes]] (''T. javanica''), [[tikus babi]] (''Hylomys suillus''), [[jelarang hitam]] (''Ratufa bicolor''), [[bajing-tanah bergaris-tiga]] (''Lariscus insignis''), [[pelanduk jawa]] (''Tragulus javanicus'') dan lain-lain.<ref name=harris/> Seluruhnya, lebih dari 100 jenis mamalia serta lk. 250 jenis burung.
Hewan-hewan lain yang acap dijumpai, di antaranya [[monyet kra]] (''Macaca fascicularis''), [[lutung budeng]] (''Trachypithecus auratus''), [[teledu sigung]] (''Mydaus javanensis''), [[tupai akar]] (''Tupaia glis''), [[tupai kekes]] (''T. javanica''), [[tikus babi]] (''Hylomys suillus''), [[jelarang hitam]] (''Ratufa bicolor''), [[bajing-tanah bergaris-tiga]] (''Lariscus insignis''), [[pelanduk jawa]] (''Tragulus javanicus'') dan lain-lain.<ref name=harris/> Seluruhnya, lebih dari 100 jenis mamalia serta lk. 250 jenis burung.


== Pengelolaan kawasan ==
== Pengelolaan kawasan ==
[[File:Thick fog at Mount Pangrango.jpg|thumb|Jalan masuk ke kawasan taman nasional yang diswastanisasi.]]
Pengelolaan kawasan TNGGP berada di bawah [[Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam]], [[Kementerian Kehutanan Republik Indonesia|Kementerian Kehutanan]]. Tanggung jawab pengelolaan ini berada di tangan Balai Besar TNGGP yang dipimpin oleh seorang kepala balai. Kantor Balai Besar TNGGP berada di [[Cimacan, Cipanas, Cianjur|Cibodas]], dan dalam pengelolaan operasionalnya dibagi menjadi 3 (tiga) Seksi Konservasi Wilayah (SKW), yaitu SKW I di Selabintana, SKW II di Bogor, dan SKW III di Cianjur. Selanjutnya ketiga seksi itu dibagi lagi menjadi 13 resort pengelolaan dengan tugas dan fungsi melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNGP dalam mewujudkan pelestarian sumberdaya alam menuju pemanfaatan hutan yang berkelanjutan.<ref>Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango: [http://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/2/ ''Tentang TNGGP'']</ref>
Pengelolaan kawasan TNGGP berada di bawah [[Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem]], [[Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia|Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan]]. Tanggung jawab pengelolaan ini berada di tangan Balai Besar TNGGP yang dipimpin oleh seorang kepala balai. Kantor Balai Besar TNGGP berada di [[Cimacan, Cipanas, Cianjur|Cibodas]], dan dalam pengelolaan operasionalnya dibagi menjadi 3 (tiga) Bidang Pengelolaan Taman Nasional (BPTN), yaitu Bidang PTN Wilayah I Cianjur, Bidang PTN Wilayah II Sukabumi, dan Bidang PTN Wilayah III Bogor. Selanjutnya ketiga Bidang PTN dibagi menjadi 6 Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN), dan dibagi lagi menjadi 15 Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) dengan tugas dan fungsi melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNGP dalam mewujudkan pelestarian sumberdaya alam menuju pemanfaatan hutan yang berkelanjutan.<ref>Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango: [http://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/2/ ''Tentang TNGGP''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141030133755/http://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/2/ |date=2014-10-30 }}</ref>


===Kerjasama dan kolaborasi===
=== Kerjasama dan kolaborasi ===
Beberapa program kerjasama TN GGP dengan mitra-mitranya, di antaranya:
Beberapa program kerjasama TN GGP dengan mitra-mitranya, di antaranya:
*[[Cagar Biosfer]] Cibodas ([http://cibodas-itto.org/ pranala luar])
* [[Cagar Biosfer]] Cibodas ([http://cibodas-itto.org/ pranala luar] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141030133202/http://cibodas-itto.org/ |date=2014-10-30 }})
*Program Adopsi Pohon ([http://www.gedepangrango.org/adopsi-pohon/ pranala luar])
* Program Adopsi Pohon ([http://www.gedepangrango.org/adopsi-pohon/ pranala luar])
*Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol ([http://www.gedepangrango.org/berita/ppkab/ pranala luar])
* Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol ([http://www.gedepangrango.org/berita/ppkab/ pranala luar] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141030134948/http://www.gedepangrango.org/berita/ppkab/ |date=2014-10-30 }})
*Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa ([http://www.gedepangrango.org/berita/jgc/ pranala luar])
* Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa ([http://www.gedepangrango.org/berita/jgc/ pranala luar] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141030133840/http://www.gedepangrango.org/berita/jgc/ |date=2014-10-30 }})
*Suaka Elang, Pusat Pendidikan dan Konservasi Elang ([http://suakaelang.org/tentang-kami/ pranala luar])
* Suaka Elang, Pusat Pendidikan dan Konservasi Elang ([http://suakaelang.org/tentang-kami/ pranala luar] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141013112325/http://suakaelang.org/tentang-kami/ |date=2014-10-13 }})
<!--
<!--
Javan Gibbon Center (JGC) berdiri sejak tahun 2003, berlokasi di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Lembaga ini merupakan kerjasama antara PHKA-Departemen Kehutanan RI dan Yayasan Owa Jawa yang didukung oleh [[Conservation International]] Indonesia, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, [[Universitas Indonesia]] dan Silvery Gibbon Project (SGP).
Javan Gibbon Center (JGC) berdiri sejak tahun 2003, berlokasi di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Lembaga ini merupakan kerjasama antara PHKA-Departemen Kehutanan RI dan Yayasan Owa Jawa yang didukung oleh [[Conservation International]] Indonesia, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, [[Universitas Indonesia]] dan Silvery Gibbon Project (SGP).
Baris 88: Baris 125:
JGC merawat Owa Jawa dari hasil sitaan dan penyerahan sukarela dari masyarakat. Tujuan keberadaan JGC adalah untuk merehabilitasi Owa Jawa eks-peliharaan, mengembalikan kondisi fisik, kesehatan, perilaku pada masa rehabilitasi dan melepasliarkan kembali pasangan Owa Jawa yang telah siap kedalam kawasan-kawasan [[hutan]] yang sesuai berdasarkan prinsip-prinsip konservasi.-->
JGC merawat Owa Jawa dari hasil sitaan dan penyerahan sukarela dari masyarakat. Tujuan keberadaan JGC adalah untuk merehabilitasi Owa Jawa eks-peliharaan, mengembalikan kondisi fisik, kesehatan, perilaku pada masa rehabilitasi dan melepasliarkan kembali pasangan Owa Jawa yang telah siap kedalam kawasan-kawasan [[hutan]] yang sesuai berdasarkan prinsip-prinsip konservasi.-->


==Catatan kaki==
== Catatan kaki ==
{{reflist|2}}
{{reflist|2}}


==Bacaan terkait==
== Bacaan terkait ==
*{{aut|C.G.C. Reinwardt}}. 1823. Over de hoogte en verdere natuurlijke gesteldheid van eenige bergen in de Preänger Regentschappen. ''Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen'' [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128374#page/81/mode/1up deel '''IX''': 3.] Batavia :Egbert Heemen, 1779-1922. (tentang pendakian Horsfield, [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128374#page/97/mode/1up hal. 19]).
* {{aut|C.G.C. Reinwardt}}. 1823. Over de hoogte en verdere natuurlijke gesteldheid van eenige bergen in de Preänger Regentschappen. ''Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen'' [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128374#page/81/mode/1up deel '''IX''': 3.] Batavia:Egbert Heemen, 1779-1922. (tentang pendakian Horsfield, [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128374#page/97/mode/1up hal. 19])
*{{aut|C.P. Thunberg}}. 1825. [http://www.biodiversitylibrary.org/item/21874#page/1/mode/1up ''Florula Javanica...'' Upsaliæ :excudebant Palmblad et c. &#91;1825&#93;.]
* {{aut|C.P. Thunberg}}. 1825. [http://www.biodiversitylibrary.org/item/21874#page/1/mode/1up ''Florula Javanica...'' Upsaliæ:excudebant Palmblad et c. &#91;1825&#93;]
*{{aut|C.L. Blume}}. 1825. Over de gesteldheid van het gebergte Gedé. ''Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen'' [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128385#page/155/mode/1up deel '''X''': 57.] Batavia :Egbert Heemen, 1779-1922.
* {{aut|C.L. Blume}}. 1825. Over de gesteldheid van het gebergte Gedé. ''Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen'' [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128385#page/155/mode/1up deel '''X''': 57.] Batavia:Egbert Heemen, 1779-1922
*{{aut|L. Horner}}. 1839. Geologische gesteldheid van den Vulkaan Gedé op Java. ''Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen'' [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128593#page/25/mode/1up deel '''XVII''': 3.] Batavia :Egbert Heemen, 1779-1922.
* {{aut|L. Horner}}. 1839. Geologische gesteldheid van den Vulkaan Gedé op Java. ''Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen'' [http://www.biodiversitylibrary.org/item/128593#page/25/mode/1up deel '''XVII''': 3.] Batavia:Egbert Heemen, 1779-1922
*{{aut|F. Junghuhn}}. 1845. Streifzüge durch die Waldgebirge G. Panggerango, Manellawangie, und Gedé; unternommen im Jahre 1839. [http://www.biodiversitylibrary.org/item/86819#page/426/mode/1up ''Topographische und naturwissenschaftliche Reisen durch Java'': 412.] Magdeburg :Baensch, 1845.
* {{aut|F. Junghuhn}}. 1845. Streifzüge durch die Waldgebirge G. Panggerango, Manellawangie, und Gedé; unternommen im Jahre 1839. [http://www.biodiversitylibrary.org/item/86819#page/426/mode/1up ''Topographische und naturwissenschaftliche Reisen durch Java'': 412.] Magdeburg:Baensch, 1845
*{{aut|F. Junghuhn}}. 1845. Physiognomie van de flora der toppen van Javasche bergen benevens plantenbeschrijvingen. ''Natuur- en Geneeskundig Archief voor Neêrland's-Indië'', [https://archive.org/stream/natuurengeneesku02bata#page/20/mode/2up tweede jahrgang 1845: 20.] Batavia : Drukkerij van het Bataviaasch Genootschap.
* {{aut|F. Junghuhn}}. 1845. Physiognomie van de flora der toppen van Javasche bergen benevens plantenbeschrijvingen. ''Natuur- en Geneeskundig Archief voor Neêrland's-Indië'', [https://archive.org/stream/natuurengeneesku02bata#page/20/mode/2up tweede jahrgang 1845: 20.] Batavia: Drukkerij van het Bataviaasch Genootschap
*{{aut|A.R. Wallace}}. 1869. ''The Malay Archipelago''; (tentang [https://archive.org/stream/malayarchipelago00wall#page/124/mode/2up pendakian Pangrango, hal 125]). New York :Harper & Brothers.
* {{aut|A.R. Wallace}}. 1869. ''The Malay Archipelago''; (tentang [https://archive.org/stream/malayarchipelago00wall#page/124/mode/2up pendakian Pangrango, hal 125]). New York:Harper & Brothers
* {{aut|[[Andries Hoogerwerf|A. Hoogerwerf]]}} 1949. [http://limosa.nou.nu/limosa_show_article.php?nr=805 ''De Avifauna van Tjibodas en omgeving, inclusief het natuurmonument Tjibodas-Gn. Gede (West-Java)'']. Bogor:Uitgave van de Kon. Plantentuin van Indonesië.
* {{aut|[[Hellen Kurniati|H. Kurniati]]}}. 2002. [https://media.neliti.com/media/publications/62165-EN-frogs-and-toads-of-ujung-kulon-gunung-ha.pdf "Frogs and toads of Ujung Kulon, Gunung Halimun and Gede-Pangrango National Park"]. ''Berita Biologi'', Vol. '''6'''(I): 75-84. (April 2002, Edisi Khusus "Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun (II)")
* {{aut|[[Mirza Dikari Kusrini|M.D. Kusrini]]}} (Ed) 2007. ''Frogs of Gede Pangrango: A Follow up Project for the Conservation of Frogs in West Java Indonesia''. [http://www.conservationleadershipprogramme.org/media/2014/11/Kusrini_Report_Project2006_Main-Book.pdf Book 1: Main Report]. Unpublished technical report submitted to the BP Conservation Programme
* {{aut|M.D. Kusrini, A. Fitri, W. Endarwin and M. Yazid}}. 2007. "The Amphibians of Mount Gede Pangrango and Mount Salak, Indonesia". [https://www.amphibians.org/wp-content/uploads/2011/08/Froglog81.pdf ''Froglog'' no '''81'''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130124074709/http://www.amphibians.org/wp-content/uploads/2011/08/Froglog81.pdf |date=2013-01-24 }}: 2-3 (June 2007)


==Pranala luar==
== Pranala luar ==
* [http://www.gedepangrango.org Situs resmi]
*Departemen Kehutanan RI: [http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm Taman Nasional Gunung Gede Pangrango]
* Departemen Kehutanan RI: [http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm Taman Nasional Gunung Gede Pangrango] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060430042541/http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm |date=2006-04-30 }}


{{Taman nasional di Indonesia}}
{{Taman nasional di Indonesia}}


[[Kategori:Taman nasional di Indonesia]]
[[Kategori:Taman nasional di Indonesia|Gede Pangrango]]
[[Kategori:Taman nasional di Indonesia|Gede Pangrango]]
[[Kategori:Jawa Barat]]
[[Kategori:Geografi Jawa Barat]]
[[Kategori:Gunung di Jawa Barat]]
[[Kategori:DAS Ciliwung]]
[[Kategori:DAS Citarum]]
[[Kategori:DAS Cimandiri]]
[[Kategori:DAS Cisadane]]

Revisi terkini sejak 30 Juli 2024 10.16

Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango
IUCN Kategori II (Taman Nasional)
Dua puncak TNGGP, Gunung Gede (kiri) dan Gunung Pangrango (kanan)
Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
TN Gunung Gede Pangrango
Letak di Jawa
LetakJawa Barat, Indonesia
Kota terdekatBogor
Sukabumi
Cianjur
Koordinat6°46′S 106°56′E / 6.767°S 106.933°E / -6.767; 106.933
Luas24.270,80 hektare (242,708 km²)
Didirikan1980
Pihak pengelolaKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Situs webwww.gedepangrango.org

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) adalah salah satu taman nasional yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan pada tahun 1980, taman nasional ini merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. TN Gunung Gede Pangrango terutama didirikan untuk melindungi dan mengkonservasi ekosistem dan flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat. Dengan luas 24.270,80 hektare, wilayahnya terutama mencakup dua puncak gunung Gede dan Pangrango beserta tutupan hutan pegunungan di sekelilingnya.

Sejarah kawasan

[sunting | sunting sumber]
Gunung Gede
Perkebunan teh di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor
Anaphalis javanica dan Leptospermum javanicum di puncak G. Pangrango

Kawasan Gunung Gede dan Gunung Pangrango sesungguhnya telah dikenal lama dalam dongeng dan legenda tanah Sunda. Salah satunya, naskah perjalanan Bujangga Manik dari sekitar abad-13 telah menyebut-nyebut tempat bernama Puncak dan Bukit Ageung (yakni, Gunung Gede) yang disebutnya sebagai "..hulu wano na Pakuan" (tempat yang tertinggi di Pakuan).[1] Agaknya, pada masa itu telah ada jalan kuno antara Bogor (d/h Pakuan) dengan Cianjur, yang melintasi lereng utara G. Gede di sekitar Cipanas sekarang.[2]

Pada masa penjajahan Belanda wilayah yang subur ini kemudian tumbuh menjadi area pertanian, terutama perkebunan. Sedini tahun 1728 teh Jepang telah mulai ditanam, dan pada 1835 perkebunan teh ini telah dikembangkan di Ciawi dan Cikopo. Menyusul pada 1878 dikembangkan teh Assam, yang terlebih sukses lagi, sehingga mengubah lansekap dan perekonomian di seputar lereng Gede-Pangrango.[2]

Kawasan Gede-Pangrango juga dikenal sebagai salah satu tempat favorit dan tertua, bagi penelitian-penelitian tentang alam di Indonesia. Menurut catatan modern, orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Gede adalah Reinwardt, pendiri dan direktur pertama Kebun Raya Bogor, yang mendaki G. Gede pada April 1819. Ia meneliti dan menulis deskripsi vegetasi di bagian gunung yang lebih tinggi hingga ke puncak. Reinwardt sebetulnya juga menyebutkan, bahwa Horsfield telah mendaki gunung ini lebih dahulu daripadanya; akan tetapi catatan perjalanan Horsfield ini tidak dapat ditemukan.[3]

Dua tahun kemudian, melalui sehelai surat yang dikirimkan dari Buitenzorg (sekarang Bogor) pada awal Agustus 1821, Kuhl dan van Hasselt menyebutkan bahwa mereka baru saja menyelesaikan pendakian dan penelitian ke puncak Pangrango. Kedua peneliti muda itu menemukan banyak jejak dan jalur lintasan badak jawa di sana; bahkan mereka menggunakannya untuk memudahkan menembus hutan menuju puncak G. Pangrango. Delapan belas tahun kemudian Junghuhn mendaki ke puncak Pangrango pada bulan Maret 1839, dan juga ke puncak Gede dan wilayah sekitarnya pada bulan-bulan berikutnya, untuk mempelajari topografi, geologi, meteorologi, serta botani tetumbuhan di daerah ini.[3] Sejak masa itu, tidak lagi terhitung banyaknya peneliti yang telah mengunjungi kawasan ini hingga sekarang, baik yang tinggal lama maupun yang sekadar singgah dalam kunjungan singkat.

Banyaknya peneliti yang berkunjung ke tempat ini tak bisa dilepaskan dari kekayaan dan keindahan alam di Gunung Gede-Pangrango, dan awalnya juga oleh keberadaan Kebun Raya Cibodas; yang semula—ketika dibangun pada 1830 oleh Teijsman—sebetulnya dimaksudkan sebagai kebun aklimatisasi bagi tanaman-tanaman yang potensial untuk dikembangkan dalam perkebunan. Kebun percobaan, yang kemudian dikembangkan menjadi kebun raya (lk. 1870), ini menyediakan tempat menginap yang cukup baik, sarana penelitian, serta catatan-catatan dan informasi dasar yang terus bertumbuh mengenai keadaan lingkungan dan hutan di sekitarnya. Pada tahun 1889, atas usulan Treub, sebidang hutan pegunungan seluas 240 hektare di atas kebun raya tersebut hingga ke wilayah sekitar Air Panas ditetapkan sebagai cagar alam oleh Pemerintah Hindia Belanda.[4] Inilah cagar alam dan kawasan konservasi ragam hayati yang pertama didirikan di Indonesia.[5] Belakangan, pada 1926, cagar alam ini diperluas hingga mencakup puncak-puncak gunung Gede dan Pangrango, dengan luas total 1.200 ha.[4]

Bersama dengan meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya lingkungan hidup, pada tahun 1979 Pemerintah Indonesia melalui keputusan Menteri Pertanian menunjuk kawasan hutan Gunung Gede Pangrango seluas 14.000 ha, yang melingkup kedua puncak gunung beserta tutupan hutan di lereng-lerengnya, sebagai kawasan Suaka Alam/Cagar Alam (CA). Kemudian pada 6 Maret 1980 cagar alam ini digabungkan dengan beberapa suaka alam yang berdekatan dan ditingkatkan statusnya menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango —satu dari lima taman nasional yang pertama di Indonesia, dengan luas keseluruhan 15.196 ha.[6]:51

Pada tahun 2003, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang Penunjukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi terbatas pada Kelompok Hutan Gunung Gede Pangrango, kawasan TN Gunung Gede Pangrango diperluas dengan area kawasan hutan yang berdekatan —yang semula di bawah pengelolaan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat— menjadi ± 21.975 ha. Setelah melalui proses yang panjang dan pengukuran ulang tata batas kawasan, pada 2009 dilakukan serah terima pengelolaan kawasan hutan dari Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten kepada Balai Besar TNGGP, dengan total area yang dialihkan pengelolaannya seluas 7.655,03 ha, sehingga total luasan TNGGP lalu menjadi 22.851,03 ha. Kemudian melalui Surat Keputusan Menhut RI No SK.3683/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 08 Mei 2014, kawasan hutan TNGGP diperluas, ditetapkan dan dikukuhkan menjadi seluas 24.270,80 ha.[6]:51-2

Letak dan keadaan fisik

[sunting | sunting sumber]
Gede-Pangrango dilihat dari Sindanglaya, lk. tahun 1928
Peta topografi puncak Gede (kanan) dan Pangrango (kiri atas, keliru diberi nama Mandala Wangi) menurut Junghuhn, 1855
Kawah Gede, seperti dilukis oleh Junghuhn, 1856
Daun jamuju Dacrycarpus imbricatus
Bunga cantigi gunung Vaccinium varingifolium
Bunga edelweis jawa Anaphalis javanica
Flora kawah Gede: paku Selliguea feei (depan kanan, daun lebar) dan edelweis jawa (belakang kiri, keputih-putihan)

Secara administratif, kawasan TNGGP berada di wilayah 3 kabupaten yakni Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

Topografi dan vulkanologi

[sunting | sunting sumber]

Sebagaimana namanya, taman nasional ini memiliki dua puncak kembar, yakni puncak Gede (2.958 m dpl) dan puncak Pangrango (3.019 m dpl). Kedua puncak itu dihubungkan oleh gigir gunung serupa sadel pada ketinggian lk 2.400 m dpl, yang dikenal sebagai daerah Kandang Badak. Gunung Pangrango yang lebih tinggi, memiliki kerucut puncak yang relatif mulus, tipikal gunung yang masih relatif muda usianya. Gunung Gede lebih rendah, namun lebih aktif, dengan empat kawah yang masih aktif yaitu Kawah Ratu, Kawah Wadon, Kawah Lanang, dan Kawah Baru.[2]

Titik puncak Gunung Gede terletak di atas tebing atau gigir kawah yang baru, namun gigir ini tak lagi utuh karena telah dihancurkan oleh letusan volkanik yang terjadi berulang kali. Gigir yang lebih tua adalah punggung gunung yang dikenal sebagai Gunung Gumuruh (2.929 m dpl); kawah-kawah dan puncak Gunung Gede yang sekarang terletak pada bekas kawah Gunung Gumuruh lama yang telah punah. Di antara gigir Gunung Gede dan gigir Gunung Gumuruh itulah terletak lembah dataran tinggi bernama Alun-alun Suryakancana (2.750 m dpl), yang penuh tertutupi oleh rumpun edelweis jawa yang cantik.[2]

Sebelah utara Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdapat Pegunungan Jonggol yang dipisahkan oleh Lembah Hulu Ci Liwung. Pegunungan Jonggol menjadi hulu dari beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Ciliwung, Sungai Cileungsi, Sungai Cibeet, Sungai Cipamingkis, Sungai Cikeas, Sungai Sunter, Sungai Citeureup, Sungai Ciesek, Sungai Cihoe, dan Sungai Cijurey/Ciomas.

Ada dua iklim yaitu musim kemarau dari bulan Juni sampai Oktober dan musim penghujan dari bulan Nopember ke April.

Selama bulan Januari sampai Februari, hujan turun disertai angin yang kencang dan terjadi cukup sering, sehingga berbahaya untuk pendakian. Hujan juga turun ketika musim kemarau, menyebabkan kawasan TNGP memiliki curah hujan rata-rata pertahun 4.000 mm. Rata-rata suhu di Cibodas 23 °C.

Keanekaragaman hayati

[sunting | sunting sumber]

Sebagaimana telah disebutkan, terutama adalah kekayaan ragam hayati flora pegunungan yang pada mulanya telah menarik banyak ahli dan peneliti mengunjungi kawasan Gede-Pangrango. Thunberg bahkan telah membuat kajian botani di wilayah ini pada tahun 1777.[2] Blume mendaki ke puncak Gede pada tahun 1824, melalui untuk pertama kalinya jalur yang kini dikenal sebagai Jalur Cibodas, dan singgah di Cibeureum.[3] Wallace kemudian mengikuti jalur ini, ketika ia mengunjungi wilayah ini di musim penghujan 1861 untuk mengoleksi burung dan serangga, meskipun tanpa hasil yang cukup memuaskan[7]

Tutupan vegetasi

[sunting | sunting sumber]

Secara tradisional, pada garis besarnya para ahli membedakan tipe hutan primer yang ada di pegunungan ini atas dua jenis, yakni tipe hutan tinggi (high forest) dan tipe hutan elfin atau hutan lumut.[8] Hutan tinggi di pegunungan ini lebih lanjut dibedakan atas hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan atas. Sedangkan hutan elfin dinamai pula sebagai hutan alpinoid atau vegetasi sub-alpin.

a. Hutan pegunungan bawah
Hutan pegunungan bawah atau hutan submontana di Gede-Pangrango berada pada kisaran ketinggian 1.000 hingga 1.500 m dpl. Hutan ini dapat segera dikenali oleh sebab kekayaannya akan jenis-jenis pohon, dengan atap tajuk (kanopi) setinggi 30-40 m, dan 4-5 lapisan tajuk vegetasi.[2] Dari segi floristiknya, Junghuhn dan Miquel menamai zona hutan ini sebagai zona Fago-Lauraceous, karena didominasi oleh jenis-jenis Fagaceae, misalnya pasang (Lithocarpus, Quercus) dan saninten (Castanopsis), serta jenis-jenis Lauraceae seperti aneka macam medang (Litsea spp.); diikuti dengan jenis-jenis lain, bahkan hingga sebanyak 78 spesies pohon dalam satu hektare. Di atas kanopi rata-rata, acap mencuat pohon-pohon tertinggi yang dikenal sebagai sembulan (emergent trees), dari jenis-jenis Altingia (rasamala), Dacrycarpus (jamuju), dan Podocarpus (ki putri).[8]
b. Hutan pegunungan atas
Hutan pegunungan atas atau hutan montana di Gede-Pangrango sering memiliki garis batas yang tajam, mudah terbedakan dari hutan pegunungan bawah dengan melihat kanopi yang relatif seragam, lk. setinggi 20 m, jarang terlihat adanya sembulan atau pohon pencuat, daun-daunnya cenderung berukuran kecil, tumbuhan bawahnya pun tidak setebal atau setinggi di hutan pegunungan bawah; banyak berkabut, hutan ini memberikan kesan lebih terbuka dan sunyi. Jarang pula dijumpai adanya tumbuhan pemanjat (liana). Hutan pegunungan antara Cibeureum (1.750 m dpl) dengan Kandang Badak (2.400 m dpl) didominasi oleh jamuju (Dacrycarpus imbricatus).[2]
c. Vegetasi subalpin
Di sebelah atas Kandang Badak, fisiognomi hutannya kembali berubah. Tajuknya pendek-pendek, hanya mencapai beberapa meter saja; batang pohon tuanya berbonggol-bonggol dan berkelak-kelok, bahkan memuntir. Tutupannya begitu renggang dengan tajuk yang hanya satu lapis, sehingga pada hari cerah cahaya mentari leluasa menerangi lantai hutan. Akan tetapi cuaca di sini mudah berubah tiba-tiba dengan datangnya kabut, suhu udara pun dapat mendadak turun hingga ke tingkat yang membekukan. Dengan jarangnya hujan turun, walaupun berkabut, pada musim kemarau hutan ini acap mengalami kekeringan atau kekurangan air. Lapisan tanahnya tipis dan banyak berbatu-batu; di tempat-tempat yang lapisan tanahnya relatif dalam, pohon-pohon tumbuh lebih besar, menunjukkan bahwa mengerdilnya pohon-pohon di zona ini lebih disebabkan oleh ketersediaan tanahnya. Jenis yang dominan adalah cantigi gunung (Vaccinium varingifolium).[2]
Di lembah di antara gigir puncak Gede dengan G. Gumuruh, terdapat padang rumput subalpin yang dinamai Alun-alun Suryakancana. Tanahnya yang poreus dilapisi oleh semacam tanah gambut tipis, akumulasi dari bagian-bagian tumbuhan yang mati berpuluh-puluh tahun. Di sini tumbuh beberapa jenis rumput, paku-pakuan, sejenis melanding gunung (Paraserianthes lophanta), serta edelweis jawa (Anaphalis javanica) yang terkenal.[2]
Celepuk raja Otus brooki di G. Gede
Luntur gunung Harpactes reinwardtii
Meninting kecil Enicurus velatus
Sikatan ninon Eumyias indigo
Anis hutan Zoothera andromedae
Burung-madu gunung Aethopyga eximia jantan

Taman nasional ini terutama dikenal karena kekayaan flora hutan pegunungan yang dimilikinya. Sebagai gambaran, di seluruh wilayah CA Cibodas-Gede (kini bagian dari Taman Nasional), pada ketinggian 1.500 m dpl hingga ke puncak Gede dan Pangrango, tercatat tidak kurang dari 870 spesies tumbuhan berbunga dan 150 spesies paku-pakuan.[8] Jenis-jenis anggrek tercatat hingga 200 spesies di seluruh Taman Nasional.[2]

Van Steenis selanjutnya juga mencatat, dari 68 spesies tumbuhan pegunungan yang langka dan hanya diketahui keberadaannya di satu gunung saja di Jawa, 9 jenis di antaranya tercatat hanya dari Gunung Gede, dan 6 dari 9 jenis itu endemik Jawa.[9]

Jenis edelweis jawa (Anaphalis javanica) yang tumbuh melimpah di Alun-alun Suryakancana sangat populer di kalangan pendaki gunung dan pecinta alam, sehingga dijadikan maskot taman nasional ini. Akan tetapi yang endemik Jawa dan agak jarang dijumpai sebetulnya adalah kerabat dekatnya, Anaphalis maxima;[10] di TNGGP hanya didapati di G. Pangrango dekat Kandang Badak.[9] Beberapa jenis endemik lain yang didapati di kawasan ini, di antaranya, sejenis uwi Dioscorea madiunensis; sejenis jernang Daemonorops rubra; pinang hijau Pinanga javana; sejenis kapulaga Amomum pseudofoetens; dan masih banyak lagi.[10]

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki kekayaan jenis hewan yang cukup tinggi, terutama di zona hutan pegunungan bawah. Beberapa jenisnya yang terhitung langka, endemik atau terancam kepunahan, di antaranya, adalah owa jawa (Hylobates moloch), lutung surili (Presbytis comata), anjing ajag (Cuon alpinus), macan tutul (Panthera pardus), biul slentek Melogale orientalis, sejenis celurut gunung Crocidura orientalis, kelelawar Glischropus javanus dan Otomops formosus, sejenis bajing terbang Hylopetes bartelsi, dua jenis tikus Kadarsanomys sodyi dan Pithecheir melanurus.[11] Beberapa jenis burung seperti elang jawa (Spizaetus bartelsi), serak bukit Phodilus badius, celepuk jawa Otus angelinae, cabak gunung Caprimulgus pulchellus, walet gunung Collocalia vulcanorum, pelatuk kundang Reinwardtipicus validus, ciung-mungkal jawa Cochoa azurea, anis hutan Zoothera andromedae, dan beberapa spesies lain.[12] Sejenis ular pegunungan Pseudoxenodon inornatus yang jarang kemungkinan juga terdapat di sini;[11] juga beberapa jenis amfibia langka seperti katak merah (Leptophryne borbonica), dan sejenis sesilia Ichthyophis hypocyaneus.[13]

Hewan-hewan lain yang acap dijumpai, di antaranya monyet kra (Macaca fascicularis), lutung budeng (Trachypithecus auratus), teledu sigung (Mydaus javanensis), tupai akar (Tupaia glis), tupai kekes (T. javanica), tikus babi (Hylomys suillus), jelarang hitam (Ratufa bicolor), bajing-tanah bergaris-tiga (Lariscus insignis), pelanduk jawa (Tragulus javanicus) dan lain-lain.[2] Seluruhnya, lebih dari 100 jenis mamalia serta lk. 250 jenis burung.

Pengelolaan kawasan

[sunting | sunting sumber]
Jalan masuk ke kawasan taman nasional yang diswastanisasi.

Pengelolaan kawasan TNGGP berada di bawah Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tanggung jawab pengelolaan ini berada di tangan Balai Besar TNGGP yang dipimpin oleh seorang kepala balai. Kantor Balai Besar TNGGP berada di Cibodas, dan dalam pengelolaan operasionalnya dibagi menjadi 3 (tiga) Bidang Pengelolaan Taman Nasional (BPTN), yaitu Bidang PTN Wilayah I Cianjur, Bidang PTN Wilayah II Sukabumi, dan Bidang PTN Wilayah III Bogor. Selanjutnya ketiga Bidang PTN dibagi menjadi 6 Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN), dan dibagi lagi menjadi 15 Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) dengan tugas dan fungsi melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNGP dalam mewujudkan pelestarian sumberdaya alam menuju pemanfaatan hutan yang berkelanjutan.[14]

Kerjasama dan kolaborasi

[sunting | sunting sumber]

Beberapa program kerjasama TN GGP dengan mitra-mitranya, di antaranya:

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Bumi Sangkala: Naskah - Bujangga Manik: Prabu Jaya Pakuan (1). Diakses 24/10/2014.
  2. ^ a b c d e f g h i j k Harris, K.M. 1996. Mt. Gede Pangrango National Park Information book series v. 2, 106 pp. Cianjur: Mt. Gede Pangrango NP
  3. ^ a b c Docters van Leeuwen, W.M. 1933. Biology of plants and animals occuring in the higher parts of Mount Pangrango-Gedeh in West Java. Verhandelingen der Koninklijke Akademie van Wetenschappen te Amsterdam. Afd. Natuurkunde (Tweede sectie), deel XXXI(4): 1-22 (Ch. 1). Amsterdam: Uitgave van de NV. Noord-Hollandsche Uitgevers-Maatschappij.
  4. ^ a b Steenis, CGGJ van. 2006. Flora Pegunungan Jawa: 2-8. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
  5. ^ Whitten, T., R.E. Soeriaatmadja, & S.A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali: 789. Jakarta: Prenhallindo.
  6. ^ a b BB TNGGP. 2017. Laporan Statistik Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) Tahun 2016 Diarsipkan 2018-07-04 di Wayback Machine.. Cibodas:BB TNGGP (tidak diterbitkan)
  7. ^ Wallace. 1869. The Malay Archipelago: 88-93 (1987 edition). Singapore: Graham Brash (Pte) Ltd.
  8. ^ a b c Steenis, CGGJ van. 2006. loc. cit.: 47-61.
  9. ^ a b Steenis, CGGJ van. 2006. loc. cit.: 77-8.
  10. ^ a b Whitten et al. 1999. loc. cit.: 147-94.
  11. ^ a b Whitten et al. 1999. loc. cit.: 195-308.
  12. ^ MacKinnon, J., K. Phillipps, dan B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan: 439-40 (seri panduan lapangan LIPI). Bogor: LIPI dan BirdLife IP. ISBN 979-579-013-7
  13. ^ Kusrini, M.D. 2013. Panduan bergambar identifikasi amfibi Jawa Barat. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan RI. 128 hlm.
  14. ^ Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango: Tentang TNGGP Diarsipkan 2014-10-30 di Wayback Machine.

Bacaan terkait

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]