Gunung Gede

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gunung Gede
Blauweberg
Sisi selatan Gunung Gede dilihat dari Kabupaten Sukabumi
Titik tertinggi
Ketinggian2.958 m (9.705 ft)[1]
Puncak401 m (1.316 ft)
Koordinat6°47′S 106°59′E / 6.78°S 106.98°E / -6.78; 106.98Koordinat: 6°47′S 106°59′E / 6.78°S 106.98°E / -6.78; 106.98[1]
Geografi
Gunung Gede di Jawa
Gunung Gede
Gunung Gede
Geologi
Jenis gunungStratovolcano
Letusan terakhirMaret 1957[1]
Pendakian
Pendakian pertama1815, oleh Raffles
Rute termudahCibodas
Rute normalCipanas
Salabintana
Junghuhn, Gunung Gede (1856)

Gunung Gede (Aksara Sunda Baku: ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮌᮨᮓᮦ, Gunung Gedé) merupakan sebuah gunung berapi kerucut yang berada di bagian barat Pulau Jawa, Indonesia. Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Gunung ini berada di dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur dan Sukabumi, dengan ketinggian 1.000 - 2.958 mdpl, dan berada pada lintang 106°51' - 107°02' BT dan 64°1' - 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak gunung Gede adalah 18 °C di siang hari dan di malam hari suhu puncak berkisar 5 °C, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari jalur Cibodas dan Cipanas (Gunung Putri) di utara serta jalur Salabintana di arah selatan yang tidak begitu banyak dilalui pendaki.

Litografi tahun 1828 oleh A. J. Bik yang menggambarkan Gunung Gede

Gunung Gede diselimuti oleh hutan pegunungan, yang mencakup zona-zona submontana, montana, hingga ke subalpin di sekitar puncaknya. Hutan pegunungan di kawasan ini merupakan salah satu yang paling kaya jenis flora di Indonesia, bahkan di kawasan Malesia.

Sejarah Letusan[sunting | sunting sumber]

Letusan Gunung Gede pertama kali tercatat di tahun 1747. Letusan pertama ini memiliki skala ledak VEI-3 dan menyebabkan 2 aliran lava bergerak dan terlihat dari kawah lanang. Lalu letusan yang lebih kecil terjadi kembali di tahun 1761, 1780, dan 1832.[2]

Hampir 100 tahun setelah letusan pertama, kembali terjadi letusan kedua dengan skala ledak VEI-3 di Gunung Gede pada tahun 1840 tepatnya pada tanggal 12 November jam 3 dini hari. Goncangannya yang terasa sangat hebat sampai membangunkan warga yang tertidur pulas. Letusan kedua tercatat sebagai letusan yang terbesar dan baru benar-benar berhenti pada Maret 1841.[3][4]

Keresidenan Priangan yang awalnya beribu kota di Cianjur, di tahun 1864 akhirnya dipindahkan ke Bandung oleh Residen van der Moor sebagai dampak dari letusan besar Gunung Gede yang berskala VEI-3 di tahun 1853 yang telah memporakporandakan Cianjur.[5][6]

Setelahnya, Kembali terjadi letusan-letusan Kecil di Gunung Gede sebanyak kurang lebih terjadi 24 kali, dimana letusan ini cukup membahayakan untuk warga sekitar yang tinggal berdekatan dengan Gunung Gede. Letusan terakhir dari gunung ini tercatat pada tahun 1957 dengan skala ledak VEI-2 dan hingga saat ini aktivitas vulkanis Gunung Gede masih aktif namun dalam fase tertidur. Jika terjadi letusan kembali di gunung ini, maka daerah kaki gunung seperti Cipanas diperkirakan akan terkena dampak terbesar.[7]

Rute Pendakian[sunting | sunting sumber]

Untuk mencapai lokasi Taman Nasional Gede Pangrango bisa ditempuh melalui rute Jakarta-Bogor-Cibodas dengan waktu sekitar 2,5 jam (± 100 km) menggunakan mobil, atau Bandung-Cipanas-Cibodas dengan waktu 2 jam (± 89 km), dan Bogor-Salabintana dengan waktu 2 jam (52 km).

Sisi barat Gunung Gede (kanan) dan Gunung Pangrango (kiri) dari Cicurug, Sukabumi
Puncak Gunung Gede dilihat dari Alun-Alun Suryakencana

Sejarah Pendakian[sunting | sunting sumber]

Gunung Gede mempunyai keadaan alam yang khas dan unik, hal ini menjadikan Gunung Gede sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama.

Tercatat pada Februari 1815, Gubernur Jenderal Stamford Raffles berhasil mencapai puncak Gunung Gede,[8] lalu di tahun 1819, Caspar Reinwardt tercatat sebagai orang Belanda pertama yang mencapai puncak Gunung Gede, kemudian disusul oleh Franz Junghuhn (1839-1861), Johannes Teijsmann (1839), Alfred Wallace (1861), Sijfert Koorders (1890), Melchior Treub (1891), Willem van Leeuwen (1911); dan Cornelis van Steenis (1920-1952) yang telah membuat koleksi tumbuhan dari gunung ini sebagai sumber dasar penyusunan buku The Mountain Flora of Java yang diterbitkan tahun 1972.[9]

Flora dan Fauna[sunting | sunting sumber]

Gunung Gede juga memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari formasi-formasi hutan submontana, montana, subalpin; serta ekosistem danau, rawa, dan sabana.

Gunung Gede terkenal kaya akan berbagai jenis burung penghuninya yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis burung yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis diantaranya merupakan burung langka yaitu elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan celepuk jawa (Otus angelinae).

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977,[10] dan sebagai Sister Park (taman saudari) dengan Hutan Rekreasi Alam Yumyeongsan di Korea Selatan di tahun 2007.[11]

Objek Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Sebuah larangan untuk merusak atau memetik bunga edelweiss yang subur tumbuh di Suryakencana.

Gunung Gede sebagai bagian dari kawasan Taman Nasional Gede Pangrango juga menyajikan objek-objek wisata alam yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun internasional.

Beberapa lokasi/objek yang menarik untuk dikunjungi[sunting | sunting sumber]

  • Telaga Biru. Danau kecil berukuran lima hektare (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru.
  • Air terjun Cibereum (I). Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut pengunjung dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di daerah Jawa Barat.
  • Air terjun Cibereum (II). Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 60 meter dan terletak sekitar 2,5 km dari Perbawati, Sukabumi. Terletak diantara jalur pendakian via Salabintana.
  • Sumber Air Panas Cibodas. Terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas, berada di jalur pendakian via Cibodas.
  • Kandang Batu dan Kandang Badak. Tempat singgah untuk kegiatan berkemah dan pengamatan flora/fauna. Berada di ketinggian 2.220 mdpl dengan jarak 7,8 km atau 3,5 jam perjalanan dari Cibodas.
  • Puncak dan Kepundan Gunung Gede. Panorama berupa pemandangan matahari saat terbenam/terbit, hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor terlihat dengan jelas ketika cuaca cerah, dengan atraksi geologi yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kepundan. Di puncak ini terdapat tiga kepundan yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah Lanang, Ratu, dan Wadon. Puncak Gunung Gede berada pada ketinggian 2.958 mdpl dengan jarak 9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas.
  • Alun-Alun Suryakencana. Dataran lembah seluas 50 hektare yang ditutupi hamparan bunga edelweiss. Berada pada ketinggian 2.750 mdpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.

Legenda Rakyat[sunting | sunting sumber]

Sejarah dan legenda yang merupakan kepercayaan masyarakat setempat yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakancana. Suryakancana adalah Putra dari Dalem Cikundul atau Rd. Aria Wira Tanu I, pendiri Cianjur dan bupati Pertama Cianjur, hasil dari pernikahannya dengan Putri Jin. Masyarakat percaya bahwa Eyang Suryakencana yang notabenenya adalah bangsa jin, masih bermukim di sekitar gunung Gede, dan menjadi penguasa bangsa jin di gunung tersebut. Pada saat tertentu, banyak orang khususnya penganut Agama Sunda Wiwitan masuk ke goa-goa sekitar Gunung Gede untuk semedhi / bertapa maupun melakukan upacara religius.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c "Gede". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-03. Diakses tanggal 2006-12-19. 
  2. ^ Sastha, Harley Bayu (2007). Mountain climbing for everybody: panduan mendaki gunung. Hikmah. ISBN 978-979-1141-47-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-30. Diakses tanggal 2023-07-30. 
  3. ^ Imran, Dede. "Pertama Meletus 1747, Berikut Sejarah Aktivitas Vulkanik Gunung Gede - Sukabumi Update". Pertama Meletus 1747, Berikut Sejarah Aktivitas Vulkanik Gunung Gede - Sukabumi Update. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-30. Diakses tanggal 2023-07-30. 
  4. ^ "Gede-Pangrango". www.volcanodiscovery.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-09. Diakses tanggal 2023-07-30. 
  5. ^ Patria, Teguh Amor (2014). Telusur Bandung. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hlm. 10. ISBN 978-602-02-3198-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 2022-04-17. 
  6. ^ Caturwati, Endang (2000). R. Tjetje Somantri, 1892-1963: Tokoh Pembaharu Tari Sunda. Tarawang. hlm. 27. 
  7. ^ Tri Yogatama, Author (2012). "Risiko bencana letusan Gunung Gede di kecamatan Cipanas = Disaster of risk eruption of Mt. Gede in Cipanas district". Universitas Indonesia Library (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-02. Diakses tanggal 2023-07-30. 
  8. ^ Glendinning, Victoria (2012-11-01). Raffles: And the Golden Opportunity (dalam bahasa Inggris). Profile. ISBN 978-1-84765-824-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-27. Diakses tanggal 2023-07-27. 
  9. ^ Steenis, Cornelis Gijsbert Gerrit Jan (2006). The Mountain Flora of Java (dalam bahasa Inggris). Brill. ISBN 978-90-04-15347-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-30. Diakses tanggal 2023-07-30. 
  10. ^ S.Pd, Eko Titis Prasongko (2020-03-26). Gunung Berapi di Indonesia. Alprin. ISBN 978-623-263-084-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-30. Diakses tanggal 2023-07-30. 
  11. ^ antaranews.com (2007-07-02). "Menhut RI Peroleh Penganugerahan Gelar Honoris Causa Bidang Kehutanan dari Kangwon National Universi". Antara News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-30. Diakses tanggal 2023-07-30. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]