Lompat ke isi

Dewi Sartika: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(29 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2: Baris 2:
|name = Dewi Sartika <br />
|name = Dewi Sartika <br />
|image = Raden Dewi_Sartika.jpg
|image = Raden Dewi_Sartika.jpg
|image_size =
|image_size =
|nationality = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|birth_date = {{birth date|1884|12|4|mf=y}}
|birth_date = {{birth date|1884|12|4|mf=y}}
|birth_place = [[Cicalengka, Bandung]], [[Jawa Barat]]
|birth_place = [[Cicalengka, Bandung]], [[Keresidenan Priangan]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1947|9|11|1884|12|4|mf=y}}
|death_date = {{death date and age|1947|9|11|1884|12|4|mf=y}}
|death_place = [[Cineam, Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]]
|death_place = [[Cineam, Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
|other_names =
|other_names =
|known_for = Pahlawan Nasional; Perintis pendidikan wanita
|known_for = Pahlawan Nasional; Perintis pendidikan wanita
|religion =
|religion =
|spouse = Raden Kanduruhan Agah Suriawinata
|spouse = Raden Kanduruhan Agah Suriawinata
}}
}}
'''Raden Dewi Sartika''' ([[Aksara Sunda Baku|Sunda]]: {{sund|ᮛ᮪ᮓ᮪. ᮓᮦᮝᮤ ᮞᮁᮒᮤᮊ}}, Latin: ''Rd. Déwi Sartika''<!-- Sistem penulisan aksara Sunda masih ada sedikit kendala dalam penulisan "Radén", yang tertulis "Rédan". -->; {{lahirmati|[[Cicalengka, Bandung]]|4|12|1884|[[Cineam, Tasikmalaya]]|11|9|1947}}) adalah tokoh perintis [[pendidikan]] untuk kaum wanita. Ia diakui sebagai [[Pahlawan Nasional]] oleh Pemerintah [[Indonesia]] pada tahun [[1966]].
'''Raden Dewi Sartika''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮛᮓᮦᮔ᮪ ᮓᮦᮝᮤ ᮞᮁᮒᮤᮊ}}|Radén Déwi Sartika}}<!-- Sistem penulisan aksara Sunda masih ada sedikit kendala dalam penulisan "Radén", yang tertulis "Rédan". -->; {{lahirmati|[[Cicalengka, Bandung]]|4|12|1884|[[Cineam, Tasikmalaya]]|11|9|1947}}) adalah seorang advokat dan tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita.<ref>{{Cite news|title=11 September Hari Wafatnya Raden Dewi Sartika, Simak Biografi dan Perjuangannya Memajukan Pendidikan Wanita|url=https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-235482930/11-september-hari-wafatnya-raden-dewi-sartika-simak-biografi-dan-perjuangannya-memajukan-pendidikan-wanita|work=[[Pikiran Rakyat]]|language=id|access-date=2023-05-22}}</ref> Ia juga merupakan salah satu tokoh perempuan Indonesia paling terkenal. Ia diakui sebagai [[Pahlawan Nasional]] oleh Pemerintah [[Indonesia]] pada tahun [[1966]].


== Biografi ==
== Biografi tentang Dewi Sartika ==
Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas di [[Cicalengka, Bandung|Cicalengka]] pada 4 Desember 1884.<ref name="Aning65"/><ref>{{harvnb|Agustina|2009|p=41}}</ref> Ketika masih kanak-kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman-temannya.<ref name="Aning65">{{harvnb|Aning S.|2005|p=65}}</ref><ref name="sudarmanto154">{{harvnb|Sudarmanto|2007|p=154}}</ref> Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai budaya barat.<ref name="agustina42">{{harvnb|Agustina|2009|p=42}}</ref> Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.<ref name="sudarmanto154"/>
Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas di [[Cicalengka, Bandung|Cicalengka]] pada 4 Desember 1884.<ref name="Aning65"/><ref>{{harvnb|Agustina|2009|p=41}}</ref> Ketika masih kanak-kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman-temannya.<ref name="Aning65">{{harvnb|Aning S.|2005|p=65}}</ref><ref name="sudarmanto154">{{harvnb|Sudarmanto|2007|p=154}}</ref> Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai budaya barat.<ref name="agustina42">{{harvnb|Agustina|2009|p=42}}</ref> Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.<ref name="sudarmanto154"/>


Pada 16 Januari 1904, ia membuat sekolah yang bernama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910.<ref>{{harvnb|Aning S.|2005|pp=65–66}}</ref><ref name="ti">{{cite web |url=http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/657-dewi-pendidikan-dari-cicalengka |title=Dewi Pendidikan dari Cicalengka |work=tokohindonesia.com |accessdate=6 Januari 2011}}</ref> Ia mengajarkan para wanita membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama dan berbagai ketrampilan. Pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920.<ref name="agustina42"/> Pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.<ref name="agustina42"/>
Pada 16 Januari 1904, ia mendirikan ''Sekolah Isteri'' di Pendopo Kabupaten Bandung, berkat dukungan dari kakeknya yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bandung, [[Martanagara|Raden Adipati Aria Martanagara]], dan Den Hamer, Inspektur Kantor Pengajaran.<ref>{{cite web |url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/01/biografi-dewi-sartika-pahlawan-pendidikan-perempuan |title=Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Perempuan |first=Meita |last=Astaningrum |date=1 Maret 2023 |access-date=12 April 2023 |publisher=GNFI}}</ref> Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910.<ref>{{harvnb|Aning S.|2005|pp=65–66}}</ref><ref name="ti">{{cite web |url=http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/657-dewi-pendidikan-dari-cicalengka |title=Dewi Pendidikan dari Cicalengka |work=tokohindonesia.com |accessdate=6 Januari 2011 |archive-date=2016-03-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160303214042/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/657-dewi-pendidikan-dari-cicalengka |dead-url=yes }}</ref> Ia mengajarkan para wanita membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama dan berbagai keterampilan. Pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920.<ref name="agustina42"/> Pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.<ref name="agustina42"/>


Sekolah Raden Dewi berkembang dengan pesat. Namun, masa pendudukan Jepang membuat sekolah tersebut mengalami krisis keuangan dan peralatan.
Sekolah Raden Dewi berkembang dengan pesat. Namun, masa pendudukan Jepang membuat sekolah tersebut mengalami krisis keuangan dan peralatan.


Pasca kemerdekaan, kesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Ketika terjadi [[Agresi Militer Belanda]] dalam masa [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|perang kemerdekaan]], ia terpaksa ikut mengungsi ke [[Tasikmalaya]]. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di [[Cineam, Tasikmalaya|Cineam]] dan dimakamkan di sana. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung. <ref name="agustina42"/><ref name="Aning66"/>
Pasca kemerdekaan, kesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Ketika terjadi [[Agresi Militer Belanda]] dalam masa [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|perang kemerdekaan]], ia terpaksa ikut mengungsi ke [[Tasikmalaya]]. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di [[Cineam, Tasikmalaya|Cineam]] dan dimakamkan di sana. Ia wafat tepat dua tahun [[Radio Republik Indonesia]] mengudara di seantero Indonesia. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung.<ref name="agustina42"/><ref name="Aning66"/>


== Peninggalan ==
== Peninggalan ==
Baris 28: Baris 28:


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==
Ia dianugerahi gelar m [[Orde van Oranje-Nassau]] pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri sebagai penghargaan atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan.<ref name="agustina42"/><ref name="Aning66">{{harvnb|Aning S.|2005|p=66}}</ref> Pada 1 Desember 1966, ia diakui sebagai [[Pahlawan Nasional]].<ref name="ti"/><ref name="Aning66"/>
Ia dianugerahi gelar [[Orde van Oranje-Nassau]] pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri sebagai penghargaan atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan.<ref name="agustina42"/><ref name="Aning66">{{harvnb|Aning S.|2005|p=66}}</ref> Pada 1 Desember 1966, ia diakui sebagai [[Pahlawan Nasional]].<ref name="ti"/><ref name="Aning66"/>


== Kehidupan pribadi ==
== Kehidupan pribadi ==
Baris 41: Baris 41:
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=7jm2v03OKRYC |title=100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20 |first=Floriberta |last=Aning S. |publisher=Narasi |location=Yogyakarta |year=2005 |isbn=978-979-756-475-9 |ref=harv}}
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=7jm2v03OKRYC |title=100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20 |first=Floriberta |last=Aning S. |publisher=Narasi |location=Yogyakarta |year=2005 |isbn=978-979-756-475-9 |ref=harv}}
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=a53K2ngY_Y8C |title=Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia |first=J.B. |last=Sudarmanto |publisher=Grasindo |location=Jakarta |year=2007 |isbn=978-979-759-716-0 |ref=harv}}
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=a53K2ngY_Y8C |title=Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia |first=J.B. |last=Sudarmanto |publisher=Grasindo |location=Jakarta |year=2007 |isbn=978-979-759-716-0 |ref=harv}}
== Bacaan lebih lanjut ==

* {{Citation | last = Daryono | first = Yan | title = Raden Dewi Sartika Sang Perintis | date = Februari 2008 | location = [[Babakan Penghulu, Cinambo, Bandung]] | publisher = Grafitri Budi Utami | isbn = 9789791777001}}
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
{{Authority control}}
{{Authority control}}


{{DEFAULTSORT:Sartika, Dewi}}
{{lifetime|1884|1947|}}
{{lifetime|1884|1947|}}

{{DEFAULTSORT:Sartika, Dewi}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]]
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]]

Revisi terkini sejak 5 Agustus 2024 11.15

Dewi Sartika
Lahir(1884-12-04)4 Desember 1884
Cicalengka, Bandung, Keresidenan Priangan, Hindia Belanda
Meninggal11 September 1947(1947-09-11) (umur 62)
Cineam, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Dikenal atasPahlawan Nasional; Perintis pendidikan wanita
Suami/istriRaden Kanduruhan Agah Suriawinata

Raden Dewi Sartika (bahasa Sunda: ᮛᮓᮦᮔ᮪ ᮓᮦᮝᮤ ᮞᮁᮒᮤᮊ, translit. Radén Déwi Sartika; 4 Desember 1884 – 11 September 1947) adalah seorang advokat dan tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita.[1] Ia juga merupakan salah satu tokoh perempuan Indonesia paling terkenal. Ia diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1966.

Biografi tentang Dewi Sartika

[sunting | sunting sumber]

Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas di Cicalengka pada 4 Desember 1884.[2][3] Ketika masih kanak-kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman-temannya.[2][4] Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai budaya barat.[5] Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.[4]

Pada 16 Januari 1904, ia mendirikan Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung, berkat dukungan dari kakeknya yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bandung, Raden Adipati Aria Martanagara, dan Den Hamer, Inspektur Kantor Pengajaran.[6] Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910.[7][8] Ia mengajarkan para wanita membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama dan berbagai keterampilan. Pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920.[5] Pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.[5]

Sekolah Raden Dewi berkembang dengan pesat. Namun, masa pendudukan Jepang membuat sekolah tersebut mengalami krisis keuangan dan peralatan.

Pasca kemerdekaan, kesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda dalam masa perang kemerdekaan, ia terpaksa ikut mengungsi ke Tasikmalaya. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di Cineam dan dimakamkan di sana. Ia wafat tepat dua tahun Radio Republik Indonesia mengudara di seantero Indonesia. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung.[5][9]

Peninggalan

[sunting | sunting sumber]

Nama Dewi Sartika digunakan sebagai nama jalan di mana sekolahnya berada.[2]

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Ia dianugerahi gelar Orde van Oranje-Nassau pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri sebagai penghargaan atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan.[5][9] Pada 1 Desember 1966, ia diakui sebagai Pahlawan Nasional.[8][9]

Kehidupan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1906, ia menikah dengan Raden Kanduruhan Agah Suriawinata yang merupakan guru dari Sekolah Karang Pamulang.[5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "11 September Hari Wafatnya Raden Dewi Sartika, Simak Biografi dan Perjuangannya Memajukan Pendidikan Wanita". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2023-05-22. 
  2. ^ a b c Aning S. 2005, hlm. 65
  3. ^ Agustina 2009, hlm. 41
  4. ^ a b Sudarmanto 2007, hlm. 154
  5. ^ a b c d e f Agustina 2009, hlm. 42
  6. ^ Astaningrum, Meita (1 Maret 2023). "Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Perempuan". GNFI. Diakses tanggal 12 April 2023. 
  7. ^ Aning S. 2005, hlm. 65–66
  8. ^ a b "Dewi Pendidikan dari Cicalengka". tokohindonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 6 Januari 2011. 
  9. ^ a b c Aning S. 2005, hlm. 66

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]