Dewi Sartika: Perbedaan antara revisi
kTidak ada ringkasan suntingan |
Badak Jawa (bicara | kontrib) k Mengembalikan suntingan oleh 111.223.255.114 (bicara) ke revisi terakhir oleh Noerintan Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(70 revisi perantara oleh 45 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox Person |
{{Infobox Person |
||
|name = Dewi Sartika <br /> |
|name = Dewi Sartika <br /> |
||
|image = Dewi_Sartika.jpg |
|image = Raden Dewi_Sartika.jpg |
||
|image_size = |
|image_size = |
||
|nationality = |
|nationality = [[Indonesia]] |
||
|birth_date = {{birth date|1884|12|4|mf=y}} |
|birth_date = {{birth date|1884|12|4|mf=y}} |
||
|birth_place = [[Cicalengka, Bandung]], [[ |
|birth_place = [[Cicalengka, Bandung]], [[Keresidenan Priangan]], [[Hindia Belanda]] |
||
|death_date = {{death date and age|1947|9|11|1884|12|4|mf=y}} |
|death_date = {{death date and age|1947|9|11|1884|12|4|mf=y}} |
||
|death_place = [[Cineam, Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]] |
|death_place = [[Cineam, Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]] |
||
|other_names = |
|other_names = |
||
|known_for = Pahlawan Nasional; Perintis pendidikan wanita |
|known_for = Pahlawan Nasional; Perintis pendidikan wanita |
||
|religion = |
|religion = |
||
|spouse = Raden Kanduruhan Agah Suriawinata |
|spouse = Raden Kanduruhan Agah Suriawinata |
||
}} |
}} |
||
'''Raden Dewi Sartika''' ( |
'''Raden Dewi Sartika''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮛᮓᮦᮔ᮪ ᮓᮦᮝᮤ ᮞᮁᮒᮤᮊ}}|Radén Déwi Sartika}}<!-- Sistem penulisan aksara Sunda masih ada sedikit kendala dalam penulisan "Radén", yang tertulis "Rédan". -->; {{lahirmati|[[Cicalengka, Bandung]]|4|12|1884|[[Cineam, Tasikmalaya]]|11|9|1947}}) adalah seorang advokat dan tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita.<ref>{{Cite news|title=11 September Hari Wafatnya Raden Dewi Sartika, Simak Biografi dan Perjuangannya Memajukan Pendidikan Wanita|url=https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-235482930/11-september-hari-wafatnya-raden-dewi-sartika-simak-biografi-dan-perjuangannya-memajukan-pendidikan-wanita|work=[[Pikiran Rakyat]]|language=id|access-date=2023-05-22}}</ref> Ia juga merupakan salah satu tokoh perempuan Indonesia paling terkenal. Ia diakui sebagai [[Pahlawan Nasional]] oleh Pemerintah [[Indonesia]] pada tahun [[1966]]. |
||
==Biografi== |
== Biografi tentang Dewi Sartika == |
||
Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas di [[Cicalengka, Bandung|Cicalengka]] pada 4 Desember 1884.<ref name="Aning65"/><ref>{{harvnb|Agustina|2009|p=41}}</ref> Ketika masih kanak-kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman-temannya.<ref name="Aning65">{{harvnb|Aning S.|2005|p=65}}</ref><ref name="sudarmanto154">{{harvnb|Sudarmanto|2007|p=154}}</ref> Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai budaya barat.<ref name="agustina42">{{harvnb|Agustina|2009|p=42}}</ref> Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.<ref name="sudarmanto154"/> |
Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas di [[Cicalengka, Bandung|Cicalengka]] pada 4 Desember 1884.<ref name="Aning65"/><ref>{{harvnb|Agustina|2009|p=41}}</ref> Ketika masih kanak-kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman-temannya.<ref name="Aning65">{{harvnb|Aning S.|2005|p=65}}</ref><ref name="sudarmanto154">{{harvnb|Sudarmanto|2007|p=154}}</ref> Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai budaya barat.<ref name="agustina42">{{harvnb|Agustina|2009|p=42}}</ref> Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.<ref name="sudarmanto154"/> |
||
Pada 16 Januari 1904, ia |
Pada 16 Januari 1904, ia mendirikan ''Sekolah Isteri'' di Pendopo Kabupaten Bandung, berkat dukungan dari kakeknya yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bandung, [[Martanagara|Raden Adipati Aria Martanagara]], dan Den Hamer, Inspektur Kantor Pengajaran.<ref>{{cite web |url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/01/biografi-dewi-sartika-pahlawan-pendidikan-perempuan |title=Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Perempuan |first=Meita |last=Astaningrum |date=1 Maret 2023 |access-date=12 April 2023 |publisher=GNFI}}</ref> Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910.<ref>{{harvnb|Aning S.|2005|pp=65–66}}</ref><ref name="ti">{{cite web |url=http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/657-dewi-pendidikan-dari-cicalengka |title=Dewi Pendidikan dari Cicalengka |work=tokohindonesia.com |accessdate=6 Januari 2011 |archive-date=2016-03-03 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160303214042/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/657-dewi-pendidikan-dari-cicalengka |dead-url=yes }}</ref> Ia mengajarkan para wanita membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama dan berbagai keterampilan. Pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920.<ref name="agustina42"/> Pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.<ref name="agustina42"/> |
||
Sekolah Raden Dewi berkembang dengan pesat. Namun, masa pendudukan Jepang membuat sekolah tersebut mengalami krisis keuangan dan peralatan. |
|||
Ia meninggal pada 11 September 1947 di [[Cineam, Tasikmalaya|Cineam]] ketika dalam masa [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|perang kemerdekaan]].<ref name="agustina42"/><ref name="Aning66"/> |
|||
Pasca kemerdekaan, kesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Ketika terjadi [[Agresi Militer Belanda]] dalam masa [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|perang kemerdekaan]], ia terpaksa ikut mengungsi ke [[Tasikmalaya]]. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di [[Cineam, Tasikmalaya|Cineam]] dan dimakamkan di sana. Ia wafat tepat dua tahun [[Radio Republik Indonesia]] mengudara di seantero Indonesia. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung.<ref name="agustina42"/><ref name="Aning66"/> |
|||
⚫ | |||
Nama Dewi Sartika digunakan sebagai nama jalan di mana sekolahnya berada.<ref name="Aning65"/> |
|||
== |
=== Masa kecil === |
||
Dewi Sartika adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal atas kontribusinya dalam pendidikan perempuan di tanah Sunda. Masa kecilnya penuh dengan pengaruh lingkungan yang membentuk karakternya sebagai pejuang pendidikan. Ia lahir pada 4 Desember 1884 di Cicalengka, Kabupaten Bandung, dari pasangan [[Raden Rangga Somanagara]] dan [[Raden Ayu Rajapermas]]. Keluarganya berasal dari kalangan priyayi Sunda, yang memberikan Dewi Sartika akses kepada pendidikan, sesuatu yang jarang didapat oleh perempuan pada masa itu.<ref name=":2">{{Cite book|last=Budianta|first=Melani|date=1995|title=Perempuan-Perempuan Nusantara|location=Jakarta|publisher=Yayasan Obor Indonesia|url-status=live}}</ref> |
|||
Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan minat yang besar dalam dunia pendidikan. Ketika tinggal di [[Kota Bandung|Bandung]] bersama pamannya, seorang Patih Bandung, ia sering memperhatikan cara-cara belajar anak-anak Belanda di sekolah. Rasa keingintahuan ini membuat Dewi Sartika mencoba mengajarkan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung kepada anak-anak di sekitar rumahnya, meskipun dalam lingkungan yang serba terbatas. Dengan menggunakan peralatan sederhana seperti batu tulis, ia berhasil mengajarkan dasar-dasar pendidikan.<ref>{{Cite journal|last=Lestari|first=Dini R.|date=2017|title=Dewi Sartika dan Pendidikan Perempuan di Jawa Barat|journal=Jurnal Pendidikan Sejarah|volume=12|issue=2|pages=108-118}}</ref> |
|||
Dorongan dari keluarganya yang berpendidikan serta kecerdasannya yang alami membuat Dewi Sartika semakin bertekad untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. Meski menghadapi tantangan besar, ia percaya bahwa pendidikan merupakan kunci untuk membebaskan perempuan dari keterbatasan yang dipaksakan oleh budaya dan adat istiadat pada masa itu.<ref>{{Cite book|last=Sartono|first=Kartodirdjo|title=Pengantar Sejarah Indonesia Baru|location=Jakarta|publisher=Gramedia|url-status=live}}</ref> Pada tahun 1904, ia mendirikan sekolah perempuan pertama di Jawa Barat, yaitu ''[[Sakola Istri]]'' di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah ini kemudian berkembang dan menjadi inspirasi bagi lahirnya sekolah-sekolah perempuan lainnya di Indonesia.<ref name=":2" /> |
|||
⚫ | |||
[[Sekolah Kautamaan Istri]] adalah salah satu tonggak penting dalam sejarah pendidikan perempuan di Indonesia, khususnya di [[Jawa Barat]]. Sekolah ini didirikan oleh Dewi Sartika, seorang pahlawan nasional Indonesia yang terkenal atas perjuangannya dalam memajukan pendidikan bagi perempuan.<ref name=":0">{{Cite book|last=Suryakusuma|first=Julia I|date=1996|title=The Social Construction of Womanhood in New Order Indonesia|publisher=Cornell University Southeast Asia Program|url-status=live}}</ref> |
|||
Sejak kecil Dewi Sartika, ia telah menunjukkan ketertarikannya pada pendidikan. Terinspirasi oleh pendidikan Barat yang diperkenalkan oleh penjajah Belanda, Dewi Sartika mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi perempuan, yang pada masa itu masih sangat terbatas. Perempuan seringkali hanya diajarkan keterampilan domestik, tanpa akses pada ilmu pengetahuan formal.<ref name=":0" /> |
|||
Pada 16 Januari 1904, di rumah orang tuanya di Bandung, Dewi Sartika mendirikan Sekolah Kautamaan Istri, yang merupakan sekolah pertama di Jawa Barat khusus untuk perempuan pribumi. Sekolah ini memberikan pendidikan dasar, termasuk membaca, menulis, berhitung, dan keterampilan rumah tangga seperti menjahit, memasak, dan mengelola keuangan keluarga. Tujuannya adalah untuk membekali perempuan dengan pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dan mempersiapkan mereka untuk menjadi istri dan ibu yang cerdas dan mandiri.<ref name=":1">{{Cite book|last=Abdullah|first=Saidi|date=1996|title=Pergerakan Perempuan di Indonesia.|publisher=Yayasan Masyarakat Sejarah Indonesia|url-status=live}}</ref> |
|||
Sekolah Kautamaan Istri mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat, dan dalam beberapa tahun, jumlah murid terus bertambah. Dengan dukungan masyarakat dan pemerintah [[Hindia Belanda]], sekolah ini berkembang pesat dan membuka cabang di beberapa kota di Jawa Barat. Pada tahun 1910, Sekolah Kautamaan Istri telah menjadi model pendidikan perempuan yang banyak diadopsi di wilayah lain di Indonesia.<ref name=":1" /> |
|||
Keberhasilan Dewi Sartika dalam mendirikan dan mengelola [[Sekolah Kautamaan Istri]] merupakan bukti nyata dari komitmennya terhadap kemajuan pendidikan perempuan. Lewat sekolah ini, ia berhasil membuka jalan bagi generasi perempuan Indonesia untuk mendapatkan hak pendidikan yang setara dengan laki-laki, sekaligus berperan aktif dalam pembangunan masyarakat. Dewi Sartika wafat pada 11 September 1947, namun warisannya dalam bidang pendidikan perempuan tetap hidup dan dikenang hingga saat ini.<ref name=":1" /> |
|||
== Penghargaan == |
|||
Ia dianugerahi gelar [[Orde van Oranje-Nassau]] pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri sebagai penghargaan atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan.<ref name="agustina42"/><ref name="Aning66">{{harvnb|Aning S.|2005|p=66}}</ref> Pada 1 Desember 1966, ia diakui sebagai [[Pahlawan Nasional]].<ref name="ti"/><ref name="Aning66"/> |
Ia dianugerahi gelar [[Orde van Oranje-Nassau]] pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri sebagai penghargaan atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan.<ref name="agustina42"/><ref name="Aning66">{{harvnb|Aning S.|2005|p=66}}</ref> Pada 1 Desember 1966, ia diakui sebagai [[Pahlawan Nasional]].<ref name="ti"/><ref name="Aning66"/> |
||
==Kehidupan pribadi== |
== Kehidupan pribadi == |
||
Pada tahun 1906, ia menikah dengan Raden Kanduruhan Agah Suriawinata yang merupakan guru dari Sekolah Karang Pamulang.<ref name="agustina42"/> |
Pada tahun 1906, ia menikah dengan Raden Kanduruhan Agah Suriawinata yang merupakan guru dari Sekolah Karang Pamulang.<ref name="agustina42"/> |
||
==Referensi== |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
==Bibliografi== |
== Bibliografi == |
||
{{Commons category|Dewi Sartika}} |
{{Commons category|Dewi Sartika}} |
||
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=ijQ4vFcdpjAC |title=100 Great Women: Suara Perempuan yang Menginspirasi Dunia |first=Fenita |last=Agustina |publisher=Jogja Bangkit Publisher |location=Yogyakarta |year=2009 |isbn=978-602-8620-28-4 |ref=harv}} |
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=ijQ4vFcdpjAC |title=100 Great Women: Suara Perempuan yang Menginspirasi Dunia |first=Fenita |last=Agustina |publisher=Jogja Bangkit Publisher |location=Yogyakarta |year=2009 |isbn=978-602-8620-28-4 |ref=harv}} |
||
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=7jm2v03OKRYC |title=100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20 |first=Floriberta |last=Aning S. |publisher=Narasi |location=Yogyakarta |year=2005 |isbn=978-979-756-475-9 |ref=harv}} |
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=7jm2v03OKRYC |title=100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20 |first=Floriberta |last=Aning S. |publisher=Narasi |location=Yogyakarta |year=2005 |isbn=978-979-756-475-9 |ref=harv}} |
||
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=a53K2ngY_Y8C |title=Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia |first=J.B. |last=Sudarmanto |publisher=Grasindo |location=Jakarta |year=2007 |isbn=978-979-759-716-0 |ref=harv}} |
* {{cite book |url=https://books.google.com/books?id=a53K2ngY_Y8C |title=Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia |first=J.B. |last=Sudarmanto |publisher=Grasindo |location=Jakarta |year=2007 |isbn=978-979-759-716-0 |ref=harv}} |
||
== Bacaan lebih lanjut == |
|||
* {{Citation | last = Daryono | first = Yan | title = Raden Dewi Sartika Sang Perintis | date = Februari 2008 | location = [[Babakan Penghulu, Cinambo, Bandung]] | publisher = Grafitri Budi Utami | isbn = 9789791777001}} |
|||
{{Pahlawan Nasional Indonesia}} |
{{Pahlawan Nasional Indonesia}} |
||
{{Authority control}} |
{{Authority control}} |
||
⚫ | |||
{{lifetime|1884|1947|}} |
{{lifetime|1884|1947|}} |
||
⚫ | |||
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
||
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]] |
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]] |
||
Baris 51: | Baris 69: | ||
[[Kategori:Tokoh pendidikan Indonesia]] |
[[Kategori:Tokoh pendidikan Indonesia]] |
||
[[Kategori:Bangsawan Sunda]] |
[[Kategori:Bangsawan Sunda]] |
||
[[Kategori:Aktivis |
[[Kategori:Aktivis perempuan Sunda]] |
||
[[Kategori:Intelektual Sunda]] |
[[Kategori:Intelektual Sunda]] |
||
[[Kategori:Tokoh pergerakan Sunda]] |
[[Kategori:Tokoh pergerakan Sunda]] |
Revisi terkini sejak 6 November 2024 06.59
Dewi Sartika | |
---|---|
Lahir | Cicalengka, Bandung, Keresidenan Priangan, Hindia Belanda | 4 Desember 1884
Meninggal | 11 September 1947 Cineam, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia | (umur 62)
Kebangsaan | Indonesia |
Dikenal atas | Pahlawan Nasional; Perintis pendidikan wanita |
Suami/istri | Raden Kanduruhan Agah Suriawinata |
|
Raden Dewi Sartika (bahasa Sunda: ᮛᮓᮦᮔ᮪ ᮓᮦᮝᮤ ᮞᮁᮒᮤᮊ, translit. Radén Déwi Sartika; 4 Desember 1884 – 11 September 1947) adalah seorang advokat dan tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita.[1] Ia juga merupakan salah satu tokoh perempuan Indonesia paling terkenal. Ia diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1966.
Biografi tentang Dewi Sartika
[sunting | sunting sumber]Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas di Cicalengka pada 4 Desember 1884.[2][3] Ketika masih kanak-kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman-temannya.[2][4] Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan mengenai budaya barat.[5] Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.[4]
Pada 16 Januari 1904, ia mendirikan Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung, berkat dukungan dari kakeknya yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bandung, Raden Adipati Aria Martanagara, dan Den Hamer, Inspektur Kantor Pengajaran.[6] Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910.[7][8] Ia mengajarkan para wanita membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama dan berbagai keterampilan. Pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920.[5] Pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.[5]
Sekolah Raden Dewi berkembang dengan pesat. Namun, masa pendudukan Jepang membuat sekolah tersebut mengalami krisis keuangan dan peralatan.
Pasca kemerdekaan, kesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Ketika terjadi Agresi Militer Belanda dalam masa perang kemerdekaan, ia terpaksa ikut mengungsi ke Tasikmalaya. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947 di Cineam dan dimakamkan di sana. Ia wafat tepat dua tahun Radio Republik Indonesia mengudara di seantero Indonesia. Setelah keadaan aman, makamnya dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung.[5][9]
Masa kecil
[sunting | sunting sumber]Dewi Sartika adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal atas kontribusinya dalam pendidikan perempuan di tanah Sunda. Masa kecilnya penuh dengan pengaruh lingkungan yang membentuk karakternya sebagai pejuang pendidikan. Ia lahir pada 4 Desember 1884 di Cicalengka, Kabupaten Bandung, dari pasangan Raden Rangga Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas. Keluarganya berasal dari kalangan priyayi Sunda, yang memberikan Dewi Sartika akses kepada pendidikan, sesuatu yang jarang didapat oleh perempuan pada masa itu.[10]
Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan minat yang besar dalam dunia pendidikan. Ketika tinggal di Bandung bersama pamannya, seorang Patih Bandung, ia sering memperhatikan cara-cara belajar anak-anak Belanda di sekolah. Rasa keingintahuan ini membuat Dewi Sartika mencoba mengajarkan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung kepada anak-anak di sekitar rumahnya, meskipun dalam lingkungan yang serba terbatas. Dengan menggunakan peralatan sederhana seperti batu tulis, ia berhasil mengajarkan dasar-dasar pendidikan.[11]
Dorongan dari keluarganya yang berpendidikan serta kecerdasannya yang alami membuat Dewi Sartika semakin bertekad untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. Meski menghadapi tantangan besar, ia percaya bahwa pendidikan merupakan kunci untuk membebaskan perempuan dari keterbatasan yang dipaksakan oleh budaya dan adat istiadat pada masa itu.[12] Pada tahun 1904, ia mendirikan sekolah perempuan pertama di Jawa Barat, yaitu Sakola Istri di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah ini kemudian berkembang dan menjadi inspirasi bagi lahirnya sekolah-sekolah perempuan lainnya di Indonesia.[10]
Peninggalan
[sunting | sunting sumber]Sekolah Kautamaan Istri adalah salah satu tonggak penting dalam sejarah pendidikan perempuan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Sekolah ini didirikan oleh Dewi Sartika, seorang pahlawan nasional Indonesia yang terkenal atas perjuangannya dalam memajukan pendidikan bagi perempuan.[13]
Sejak kecil Dewi Sartika, ia telah menunjukkan ketertarikannya pada pendidikan. Terinspirasi oleh pendidikan Barat yang diperkenalkan oleh penjajah Belanda, Dewi Sartika mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi perempuan, yang pada masa itu masih sangat terbatas. Perempuan seringkali hanya diajarkan keterampilan domestik, tanpa akses pada ilmu pengetahuan formal.[13]
Pada 16 Januari 1904, di rumah orang tuanya di Bandung, Dewi Sartika mendirikan Sekolah Kautamaan Istri, yang merupakan sekolah pertama di Jawa Barat khusus untuk perempuan pribumi. Sekolah ini memberikan pendidikan dasar, termasuk membaca, menulis, berhitung, dan keterampilan rumah tangga seperti menjahit, memasak, dan mengelola keuangan keluarga. Tujuannya adalah untuk membekali perempuan dengan pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dan mempersiapkan mereka untuk menjadi istri dan ibu yang cerdas dan mandiri.[14]
Sekolah Kautamaan Istri mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat, dan dalam beberapa tahun, jumlah murid terus bertambah. Dengan dukungan masyarakat dan pemerintah Hindia Belanda, sekolah ini berkembang pesat dan membuka cabang di beberapa kota di Jawa Barat. Pada tahun 1910, Sekolah Kautamaan Istri telah menjadi model pendidikan perempuan yang banyak diadopsi di wilayah lain di Indonesia.[14]
Keberhasilan Dewi Sartika dalam mendirikan dan mengelola Sekolah Kautamaan Istri merupakan bukti nyata dari komitmennya terhadap kemajuan pendidikan perempuan. Lewat sekolah ini, ia berhasil membuka jalan bagi generasi perempuan Indonesia untuk mendapatkan hak pendidikan yang setara dengan laki-laki, sekaligus berperan aktif dalam pembangunan masyarakat. Dewi Sartika wafat pada 11 September 1947, namun warisannya dalam bidang pendidikan perempuan tetap hidup dan dikenang hingga saat ini.[14]
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Ia dianugerahi gelar Orde van Oranje-Nassau pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri sebagai penghargaan atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan.[5][9] Pada 1 Desember 1966, ia diakui sebagai Pahlawan Nasional.[8][9]
Kehidupan pribadi
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1906, ia menikah dengan Raden Kanduruhan Agah Suriawinata yang merupakan guru dari Sekolah Karang Pamulang.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "11 September Hari Wafatnya Raden Dewi Sartika, Simak Biografi dan Perjuangannya Memajukan Pendidikan Wanita". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2023-05-22.
- ^ a b Aning S. 2005, hlm. 65
- ^ Agustina 2009, hlm. 41
- ^ a b Sudarmanto 2007, hlm. 154
- ^ a b c d e f Agustina 2009, hlm. 42
- ^ Astaningrum, Meita (1 Maret 2023). "Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Perempuan". GNFI. Diakses tanggal 12 April 2023.
- ^ Aning S. 2005, hlm. 65–66
- ^ a b "Dewi Pendidikan dari Cicalengka". tokohindonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 6 Januari 2011.
- ^ a b c Aning S. 2005, hlm. 66
- ^ a b Budianta, Melani (1995). Perempuan-Perempuan Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- ^ Lestari, Dini R. (2017). "Dewi Sartika dan Pendidikan Perempuan di Jawa Barat". Jurnal Pendidikan Sejarah. 12 (2): 108–118.
- ^ Sartono, Kartodirdjo. Pengantar Sejarah Indonesia Baru. Jakarta: Gramedia.
- ^ a b Suryakusuma, Julia I (1996). The Social Construction of Womanhood in New Order Indonesia. Cornell University Southeast Asia Program.
- ^ a b c Abdullah, Saidi (1996). Pergerakan Perempuan di Indonesia. Yayasan Masyarakat Sejarah Indonesia.
Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Agustina, Fenita (2009). 100 Great Women: Suara Perempuan yang Menginspirasi Dunia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. ISBN 978-602-8620-28-4.
- Aning S., Floriberta (2005). 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20. Yogyakarta: Narasi. ISBN 978-979-756-475-9.
- Sudarmanto, J.B. (2007). Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0.
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- Daryono, Yan (Februari 2008), Raden Dewi Sartika Sang Perintis, Babakan Penghulu, Cinambo, Bandung: Grafitri Budi Utami, ISBN 9789791777001