Ahmad Yani: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(116 revisi perantara oleh 70 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{other people}} |
|||
{{Untuk|politikus dari [[Partai Persatuan Pembangunan]] (PPP)|Ahmad Yani (politikus)}} |
|||
{{Infobox Officeholder |
{{Infobox Officeholder |
||
|honorific-prefix = |
| honorific-prefix = |
||
|name = {{PAGENAME}} |
| name = {{PAGENAME}} |
||
|image = Ahmad Yani.jpg |
| image = Ahmad Yani.jpg |
||
|imagesize = 200px |
| imagesize = 200px |
||
|caption = |
| caption = |
||
|office = Kepala Staf Angkatan Darat{{!}}Menteri/Panglima Angkatan Darat |
| office = Kepala Staf Angkatan Darat{{!}}Menteri/Panglima Angkatan Darat |
||
|order = ke-6 |
| order = ke-6 |
||
|term_start = 23 Juni 1962 |
| term_start = 23 Juni 1962 |
||
|term_end = 1 Oktober 1965 |
| term_end = 1 Oktober 1965 |
||
|president = [[Soekarno]] |
| president = [[Soekarno]] |
||
|predecessor = [[Abdul |
| predecessor = [[Abdul Haris Nasution]] |
||
|successor = [[Pranoto Reksosamudro]] |
| successor = [[Pranoto Reksosamudro]] |
||
|birth_date = {{birth date|1922|6|19}} |
| birth_date = {{birth date|1922|6|19}} |
||
|birth_place = |
| birth_place = Jenar, [[Purwodadi, Purworejo|Purwodadi]], [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Hindia Belanda]] |
||
|death_date = {{death date and age|1965|10|1|1922|6|19}} |
| death_date = {{death date and age|1965|10|1|1922|6|19}} |
||
|death_place |
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]] |
||
|party = |
| party = |
||
|spouse |
| spouse = [[Bandiah Yayu Rulia Sutowiryo]] |
||
|children = 8 |
| children = 8, termasuk [[Amelia Achmad Yani]] |
||
|residence = |
| residence = |
||
| alma_mater = {{bulleted list|AMS (setingkat SMU) di [[Jakarta]]|Pendidikan Calon Perwira Dinas Topografi Militer di [[Malang]] (tidak tamat, akibat serbuan [[Jepang]] tahun [[1942]])|Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, [[AS]]}} |
|||
|alma_mater = |
|||
|occupation = Tentara |
| occupation = [[Tentara]] |
||
| religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan Ras telah dinonaktifkan --> |
|||
|religion = [[Islam]] |
|||
|allegiance = {{ |
| allegiance = {{bulleted list|Kekaisaran Jepang {{small|(1943–1945)}}|Indonesia {{small|(1945–1965)}}}} |
||
|branch = [[ |
| branch = {{bulleted list|[[Pembela Tanah Air|PETA]] {{small|(1943–1945)}}|[[TNI Angkatan Darat]] {{small|(1945–1965)}}}} |
||
|serviceyears = |
| serviceyears = 1943–1965 |
||
|rank = [[ |
| rank = [[File:22-TNI Army-GEN.svg|25px| ]] [[Jenderal]] [[TNI]] ([[Anumerta]]) |
||
| unit = [[Infanteri]] |
|||
|awards = [[Pahlawan Revolusi]] |
|||
| awards = [[Berkas:Star.svg|10px]] [[Pahlawan Revolusi]] - [[Anumerta|KPLB Anumerta]] |
|||
| footnotes = <small>Pangkat terakhirnya adalah [[Letnan Jenderal]] [[TNI]], tetapi karena gugur dalam tugas, maka diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi [[Jenderal]] [[TNI]] ([[Anumerta]]).</small> |
|||
| battles = [[Revolusi Nasional Indonesia]]{{tree list}} |
|||
**[[Pertempuran Ambarawa]] |
|||
**[[Pemberontakan PKI 1948]] |
|||
**[[Serangan Umum 1 Maret]] |
|||
**[[Pemberontakan Darul Islam]]{{br}} |
|||
[[Permesta|Pemberontakan Permesta]]{{br}}[[Operasi Trikora]]{{br}}[[Konfrontasi Indonesia–Malaysia]] |
|||
}} |
}} |
||
[[Jenderal]] [[TNI]] [[Anumerta]] '''Ahmad Yani''' (juga dieja '''Achmad Yani'''; {{lahirmati|[[Purworejo]], [[ |
[[Jenderal]] [[TNI]] ([[Anumerta]]) '''Ahmad''' '''Yani''' (juga dieja '''A'''. '''Yani''', '''Achmad Yani'''); ({{lahirmati|Jenar, [[Purwodadi, Purworejo|Purwodadi]], [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]]|19|6|1922|[[Lubang Buaya]], [[Jakarta]]|1|10|1965}}) adalah [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|Menteri/Panglima Angkatan Darat]] (setingkat [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|KSAD]]) yang merupakan salah satu [[Pahlawan Revolusi Indonesia|Pahlawan Revolusi]] yang gugur sebagai korban tragedi [[Gerakan 30 September]] dibunuh saat penculikan dari rumahnya. |
||
== |
== Riwayat Hidup == |
||
Ahmad Yani lahir di Jenar, [[Purwodadi, Purworejo|Purwodadi]], [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]] pada tanggal 19 Juni 1922 dari pasangan M. Wongsorejo dan istrinya Murtini<ref name=":0">{{Cite web|last=Prinada|first=Yuda|title=Biografi Ahmad Yani: Pahlawan Revolusi Korban G30S & Panglima AD|url=https://tirto.id/biografi-ahmad-yani-pahlawan-revolusi-korban-g30s-panglima-ad-gvMM|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-11-21|archive-date=2023-04-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230406155345/https://tirto.id/biografi-ahmad-yani-pahlawan-revolusi-korban-g30s-panglima-ad-gvMM|dead-url=no}}</ref>. Keluarga ini bekerja di sebuah pabrik [[gula]] yang milik seorang Belanda.<ref>{{Cite web|date=2023-12-05|title=Biografi Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI Page All|url=https://www.orami.co.id/magazine/biografi-ahmad-yani|website=www.orami.co.id|access-date=2024-02-04|archive-date=2024-02-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20240204034229/https://www.orami.co.id/magazine/biografi-ahmad-yani|dead-url=no}}</ref> Mulanya Ahmad Yani menempuh pendidikan HIS di Purworejo hanya sampai kelas I, Ia pindah ke HIS Magelang sejak kelas II. Ahmad Yani menamatkan HIS pada 1935 di [[Kota Bogor|Bogor]] dan meneruskan hingga MULO. Ia pindah ke Jakarta untuk menempuh sekolah AMS tapi terhenti karena [[Perang Dunia II|perang dunia II]].<ref name=":0" /> |
|||
Ahmad Yani lahir di Jenar, [[Purworejo]], [[Jawa Tengah]] pada tanggal 19 Juni 1922 di keluarga Wongsoredjo, keluarga yang bekerja di sebuah pabrik [[gula]] yang dijalankan oleh pemilik Belanda. Pada tahun 1927, Yani pindah dengan keluarganya ke [[Batavia]], di mana ayahnya kini bekerja untuk General Belanda. Di Batavia, Yani bekerja jalan melalui pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 1940, Yani meninggalkan sekolah tinggi untuk menjalani wajib militer di tentara [[Hindia Belanda]] pemerintah kolonial. Ia belajar topografi militer di [[Kota Malang|Malang]], [[Jawa Timur]], tetapi pendidikan ini terganggu oleh kedatangan pasukan [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|Jepang]] pada tahun 1942. Pada saat yang sama, Yani dan keluarganya pindah kembali ke Jawa Tengah. |
|||
Pada tahun 1940, Yani meninggalkan sekolah menengah untuk menjalani pendidikan wajib militer sebagai tentara [[Hindia Belanda]]. Sebagai calon [[perwira]], ia mengambil kecabangan/bidang topografi militer di [[Kota Malang|Malang]], [[Jawa Timur]], tetapi pendidikan ini terputus karena invasi [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|Jepang]] pada tahun 1942. Di tahun yang sama, Yani dan keluarganya pindah kembali ke [[Jawa Tengah]].{{butuh rujukan}} |
|||
Pada tahun 1943, ia bergabung dengan tentara yang disponsori Jepang [[Pembela Tanah Air|Peta (Pembela Tanah Air)]], dan menjalani pelatihan lebih lanjut di [[Kota Magelang|Magelang]]. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton Peta dan dipindahkan ke [[Kota Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]] untuk menerima pelatihan. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke [[Kota Magelang|Magelang]] sebagai instruktur. |
|||
Ketika [[Hindia Belanda]] jatuh ke tangan [[Jepang]], Ia sempat ditangkap oleh pasukan Dai Nippon di [[Kota Cimahi|Cimahi]]. Namun ia bebas dan Ahmad Yani kembali ke Purworejo.<ref name=":0" /> Pada tahun 1943, ia bergabung menjadi anggota [[Pembela Tanah Air|PETA (Pembela Tanah Air)]] yang dibentuk oleh penguasa Jepang waktu itu dan menjalani pelatihan lanjut di [[Kota Magelang|Magelang]]. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton PETA dan menerima pendidikan di [[Kota Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]]. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke [[Kota Magelang|Magelang]] sebagai instruktur tentara.{{butuh rujukan}} |
|||
Pada tanggal [[5 Desember]] [[1944]], ia menikah dengan Bandiah Yayu Ruliah, yang dulu pernah menjadi guru mengetiknya. Dari perkawinan ini kelak mereka dianugerahi delapan orang anak.{{butuh rujukan}} |
|||
== Karier militer == |
== Karier militer == |
||
[[Berkas:Yani1958.jpg |
[[Berkas:Yani1958.jpg|jmpl|Kolonel Yani memimpin briefing pada {{death date and age|1958|4|12|1922|6|19}} selama "Operasi 17 Agustus"|kiri]] |
||
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Kemerdekaan]] Yani bergabung dengan tentara republik yang |
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Kemerdekaan]] Indonesia, Yani bergabung dengan tentara republik yang baru terbentuk untuk berjuang melawan Belanda yang membonceng sekutu. Selama bulan-bulan pertama setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Proklamasi Kemerdekaan]], Yani memimpin batalion tentara dan menang dalam pertempuran melawan tentara [[Britania Raya|Inggris]] di Magelang. Yani kemudian juga mempertahankan Magelang dari tentara Belanda dan mendapat julukan "Juruselamat Magelang". Pencapaian yang juga menonjol dari karier Yani di masa ini adalah serangkaian serangan gerilya yang digencarkan pada awal tahun 1949 untuk mengalihkan perhatian tentara Belanda, sementara [[Hamengkubuwana IX|Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] dan Letnan Kolonel [[Soeharto]] mempersiapkan rencana [[Serangan Umum 1 Maret 1949]] di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]].{{butuh rujukan}} |
||
Setelah |
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tahun 1949, Yani pindah ke [[Kota Tegal|Tegal]], [[Jawa Tengah]]. Pada tahun 1952, ia mendapatkan tugas untuk memadamkan pemberontakan [[Negara Islam Indonesia|Darul Islam]]/[[Tentara Islam Indonesia]] (DI/TII) yang ingin mendirikan negara agama berdasarkan syariat Islam di Indonesia. Untuk menghadapi DI/TII, Yani membentuk pasukan khusus bernama'' Banteng Raiders''.<ref name=":0" /> Dalam kurun waktu 3 tahun, pemberontakan DI/TII di [[Jawa Tengah]] berhasil dipadamkan.{{butuh rujukan}}''Banteng Raiders'' juga berperan dalam hal lain, seperti memberantas [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|PRRI]], [[Permesta]], dan pembebasan Irian Barat.<ref name=":0" /> |
||
Pada Desember 1955, Yani berangkat ke [[Amerika Serikat]] untuk belajar di Komando dan Staf Umum College, Fort Leavenworth, Kansas. Kembali pada tahun 1956, Yani dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] di mana ia menjadi anggota staf Umum untuk [[Abdul Haris Nasution]]. Di Markas Besar Angkatan Darat, Yani menjabat sebagai Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat sebelum menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk Organisasi dan Kepegawaian. |
Pada Desember 1955, Yani berangkat ke [[Amerika Serikat]] untuk belajar di Komando dan Staf Umum College, Fort Leavenworth, Kansas. Kembali pada tahun 1956, Yani dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] di mana ia menjadi anggota staf Umum untuk [[Abdul Haris Nasution]]. Di Markas Besar Angkatan Darat, Yani menjabat sebagai Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat sebelum menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk Organisasi dan Kepegawaian.{{butuh rujukan}} |
||
Pada bulan Agustus tahun 1958, ia memerintahkan |
Pada bulan Agustus tahun 1958, ia memerintahkan [[Operasi 17 Agustus]] terhadap [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] di Sumatera Barat. Pasukannya berhasil merebut kembali [[Kota Padang|Padang]] dan [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]], dan keberhasilan ini menyebabkan ia dipromosikan menjadi wakil kepala Angkatan Darat ke-2 staf pada 1 September 1962, dan kemudian Kepala Angkatan Darat stafnya pada 28 Juni 1962 dan pada tanggal 21 Juli 1962 sebutan Kepala Staff Angkatan diubah menjadi Menteri/Panglima, sehingga menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden.<ref name=":0" /> Jenderal Abdul Haris Nasution sebagai pendahaulu Jenderal Yani diangkat menjadi Mengko hankam/KASAB - Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan / Kepala Staff Angkatan Bersenjata.{{butuh rujukan}}Ahmad Yani memegang posisi ini hingga ia gugur dalam G30S.<ref name=":0" /> |
||
== Akhir hayat == |
== Akhir hayat == |
||
[[Berkas:Yani Home.jpg|jmpl|lurus|Plak menandai tempat ketika Yani jatuh setelah ditembak oleh anggota [[Gerakan 30 September]] - mantan rumahnya sekarang menjadi museum. Perhatikan lubang peluru di pintu.]] |
[[Berkas:Yani Home.jpg|jmpl|lurus|Plak menandai tempat ketika Yani jatuh setelah ditembak oleh anggota [[Gerakan 30 September]] - mantan rumahnya sekarang menjadi museum. Perhatikan lubang peluru di pintu.|kiri]] |
||
Sebagai Presiden, [[Soekarno]] bergerak lebih dekat ke [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) di awal 60-an. Yani yang sangat anti-komunis, menjadi sangat waspada terhadap PKI, terutama setelah partai ini menyatakan dukungannya terhadap pembentukan'' kekuatan kelima'' (selain keempat angkatan bersenjata dan polisi) dan |
Sebagai Presiden, [[Soekarno]] bergerak lebih dekat ke [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) di awal 60-an. Yani yang sangat anti-komunis, menjadi sangat waspada terhadap PKI, terutama setelah partai ini menyatakan dukungannya terhadap pembentukan'' kekuatan kelima'' (selain keempat angkatan bersenjata dan polisi) dan Soekarno mencoba untuk memaksakannya ''[[Nasakom]]'' (Nasionalisme-Agama-Komunisme) doktrin di militer. Keduanya, Yani dan Nasution menunda-nunda ketika diperintahkan oleh Soekarno pada tanggal 31 Mei 1965 mempersiapkan rencana untuk mempersenjatai rakyat.{{butuh rujukan}} |
||
Pada dini hari 1 Oktober 1965, [[Gerakan 30 September]] mencoba untuk menculik tujuh anggota staf umum Angkatan Darat. Sebuah tim dari sekitar 200 orang mengepung rumah Yani di Jalan Latuhahary No. 6 di pinggiran Jakarta [[Menteng, Jakarta Pusat]]. Biasanya Yani memiliki sebelas tentara menjaga rumahnya. Istrinya kemudian melaporkan bahwa seminggu sebelumnya tambahan enam orang ditugaskan kepadanya. Orang-orang ini berasal dari komando Kolonel Latief, yang diketahui Yani, adalah salah satu komplotan utama dalam Gerakan 30 September. Menurut istri Yani, orang-orang tambahan tersebut tidak muncul untuk bertugas pada malam itu. Yani dan anak-anaknya sedang tidur di rumahnya sementara istrinya keluar merayakan ulang tahunnya bersama sekelompok teman-teman dan kerabat. Dia kemudian menceritakan bahwa saat ia pergi dari rumah sekitar pukul 23.00, ia melihat seseorang duduk di seberang jalan seakan menjaga rumah di bawah pengawas. Dia tidak berpikir apa-apa pada saat itu, tetapi setelah peristiwa pagi itu ia bertanya-tanya berbeda. Juga, dari sekitar jam 9 pada malam 30 September ada sejumlah panggilan telepon ke rumah pada interval, yang ketika menjawab akan bertemu dengan keheningan atau suara akan bertanya apa waktu itu. Panggilan terus sampai sekitar 01.00 dan |
Pada dini hari 1 Oktober 1965, [[Gerakan 30 September]] mencoba untuk menculik tujuh anggota staf umum Angkatan Darat. Sebuah tim dari sekitar 200 orang mengepung rumah Yani di Jalan Latuhahary No. 6 di pinggiran Jakarta [[Menteng, Jakarta Pusat]]. Biasanya Yani memiliki sebelas tentara menjaga rumahnya. Istrinya kemudian melaporkan bahwa seminggu sebelumnya tambahan enam orang ditugaskan kepadanya. Orang-orang ini berasal dari komando Kolonel Latief, yang diketahui Yani, adalah salah satu komplotan utama dalam Komando [[Gerakan 30 September]]. Menurut istri Yani, orang-orang tambahan tersebut tidak muncul untuk bertugas pada malam itu. Yani dan anak-anaknya sedang tidur di rumahnya sementara istrinya keluar merayakan ulang tahunnya bersama sekelompok teman-teman dan kerabat. Dia kemudian menceritakan bahwa saat ia pergi dari rumah sekitar pukul 23.00, ia melihat seseorang duduk di seberang jalan seakan menjaga rumah di bawah pengawas. Dia tidak berpikir apa-apa pada saat itu, tetapi setelah peristiwa pagi itu ia bertanya-tanya berbeda. Juga, dari sekitar jam 9 pada malam 30 September ada sejumlah panggilan telepon ke rumah pada interval, yang ketika menjawab akan bertemu dengan keheningan atau suara akan bertanya apa waktu itu. Panggilan terus sampai sekitar 01.00 dan Ahmad Yani mengatakan dia memiliki firasat sesuatu yang salah malam itu.{{butuh rujukan}} |
||
[[Berkas:A. Yani - TMP Kalibata(1).jpg|jmpl|Nisan makam Ahmad Yani di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]]] |
|||
Yani menghabiskan malam dengan beberapa pertemuan, pukul 7 malam ia menerima seorang kolonel dari KOTI, Komando Operasi Tertinggi. Jenderal [[Basuki Rahmat]], komandan divisi di [[Jawa Timur]], kemudian tiba dari markasnya di [[Surabaya]]. Basuki datang ke Jakarta untuk melaporkan kepada Yani pada keprihatinan tentang meningkatnya aktivitas komunis di Jawa Timur. Memuji laporannya, Yani memintanya untuk menemaninya ke pertemuan keesokan harinya dengan Presiden untuk menyampaikan laporannya.{{butuh rujukan}} |
|||
Ketika para penculik datang ke rumah Yani dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan dibawa ke hadapan presiden, ia meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Ketika penculik menolak ia menjadi marah, menampar salah satu prajurit penculik, dan mencoba untuk menutup pintu depan rumahnya. Salah satu penculik kemudian melepaskan tembakan, membunuhnya secara spontan. Tubuhnya dibawa ke [[Lubang Buaya]] di pinggiran Jakarta dan bersama-sama dengan orang-orang dari jenderal yang dibunuh lainnya, disembunyikan di sebuah sumur bekas.{{butuh rujukan}} |
|||
Yani menghabiskan malam dengan beberapa pertemuan, pukul 7 malam ia menerima seorang kolonel dari KOTI, Komando Operasi Tertinggi. Jendral [[Basuki Rahmat]], komandan divisi di [[Jawa Timur]], kemudian tiba dari markasnya di [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Basuki datang ke Jakarta untuk melaporkan kepada Yani pada keprihatinan tentang meningkatnya aktivitas komunis di Jawa Timur. Memuji laporannya, Yani memintanya untuk menemaninya ke pertemuan keesokan harinya dengan Presiden untuk menyampaikan laporannya. |
|||
Tubuh Yani, dan orang-orang korban lainnya, diangkat pada tanggal 4 Oktober, dan semua diberi pemakaman kenegaraan pada hari berikutnya, sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di [[Kalibata]]. Pada hari yang sama, Yani dan rekan-rekannya resmi dinyatakan Pahlawan'' dari Revolusi'' dengan Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965 dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta dari [[Letnan Jenderal]] untuk bintang ke-4 umum ([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]:''Jenderal Anumerta'').{{butuh rujukan}} |
|||
Ketika para penculik datang ke rumah Yani dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan dibawa ke hadapan presiden, ia meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Ketika penculik menolak ia menjadi marah, menampar salah satu prajurit penculik, dan mencoba untuk menutup pintu depan rumahnya. Salah satu penculik kemudian melepaskan tembakan, membunuhnya secara spontan. Tubuhnya dibawa ke [[Lubang Buaya]] di pinggiran Jakarta dan bersama-sama dengan orang-orang dari jenderal yang dibunuh lainnya, disembunyikan di sebuah sumur bekas. |
|||
Ibu Yani dan anak-anaknya pindah dari rumah setelah kematian Yani. Ibu Yani membantu membuat bekas rumah mereka ke Museum publik yang berdiri sebagian besar seperti itu pada Oktober 1965, termasuk lubang peluru di pintu dan dinding, dan dengan perabot rumah itu waktu itu. Saat ini, banyak kota di Indonesia memiliki jalan dengan nama Jenderal Ahmad Yani. Selain itu namanya diabadikan untuk [[Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani]] di Semarang. Nama besar Jenderal Ahmad Yani juga digunakan sebagai nama 2 buah universitas di Indonesia yaitu [[Universitas Jenderal Achmad Yani]] yang berada di [[Cimahi]], [[Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta]] yang berada di [[Yogyakarta]]. Kedua [[Perguruan Tinggi]] tersebut berada di bawah naungan [[Yayasan Kartika Eka Paksi]] yang merupakan Yayasan yang dimiliki [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI Angkatan Darat]] dimana beliau mengabdi.{{butuh rujukan}} |
|||
Tubuh Yani, dan orang-orang korban lainnya, diangkat pada tanggal 4 Oktober, dan semua diberi pemakaman kenegaraan pada hari berikutnya, sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di [[Kalibata]]. Pada hari yang sama, Yani dan rekan-rekannya resmi dinyatakan Pahlawan'' dari Revolusi'' dengan Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965 dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta dari [[Letnan Jenderal]] untuk bintang ke-4 [[umum]] ([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]:''Jenderal Anumerta''). |
|||
Ibu Yani dan anak-anaknya pindah dari rumah setelah kematian Yani. Ibu Yani membantu membuat bekas rumah mereka ke Museum publik yang berdiri sebagian besar seperti itu pada Oktober 1965, termasuk lubang peluru di pintu dan dinding, dan dengan perabot rumah itu waktu itu. Saat ini, banyak kota di Indonesia memiliki jalan dinamai Yani. Selain itu namanya diabadikan untuk [[Bandar Udara Internasional Achmad Yani]] di Semarang, juga sebagai nama [[Universitas]] di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] bernama [[Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta]]. |
|||
== Pendidikan == |
== Pendidikan == |
||
* [[HIS]] (setingkat SD) Bogor, tamat tahun [[1935]] |
* [[HIS]] (setingkat SD) Bogor, tamat tahun [[1935]][[Berkas:Ahmad Yani 1966 Indonesia stamp.jpg|jmpl|[[1935|Perangko Ahmad Yani keluaran tahun 1966]]]] |
||
* [[MULO]] (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun [[1938]] |
* [[MULO]] (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun [[1938]] |
||
* [[AMS]] (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun [[1940]] |
* [[AMS]] (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun [[1940]] |
||
Baris 74: | Baris 86: | ||
* Special Warfare Course di [[Inggris]], tahun [[1956]] |
* Special Warfare Course di [[Inggris]], tahun [[1956]] |
||
== |
== Riwayat Jabatan == |
||
* Komandan Seksi I Kompi III Batalyon II (1944–1945) |
|||
[[Berkas:Ahmad Yani 1966 Indonesia stamp.jpg|jmpl|Perangko Ahmad Yani keluaran tahun 1966]] |
|||
* Komandan Batalyon 4/Yani Resimen XIV Magelang (1945–1948) |
|||
* [[Bintang Republik Indonesia|Bintang RI Kelas II]] |
|||
* Komandan Brigade Diponegoro dari Divisi III (1948–1950) |
|||
* [[Bintang Sakti]] |
|||
* Komandan Wehrkreise/WK II Kedu (1950–1951) |
|||
* [[Bintang Gerilya]] |
|||
* Komandan Batalyon Banteng Raiders (1951–1953) |
|||
* Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II |
|||
* Komandan Resimen 12 Wijayakusuma (1951–1956) |
|||
* Satyalancana Kesetyaan VII, XVI |
|||
* Asisten II/Operasi (1956) |
|||
* Satyalancana G: O.M. I dan VI |
|||
* Deputy I/Operasi (1957) |
|||
* Satyalancana Sapta Marga ([[PRRI]]) |
|||
* Komandan Operasi 17 Agustus (1958) |
|||
* Satyalancana Irian Barat ([[Trikora]]) |
|||
* Deputy II/Pembinaan (1960) |
|||
* Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia ([[1958]]) dan lain-lain |
|||
* Deputy KSAD untuk wilayah Indonesia bagian Timur (1962–1963) |
|||
* Menteri/Panglima Angkatan Darat (1963–1965) |
|||
== Penghargaan == |
|||
=== Tanda Jasa{{sfn|Dinas Sejarah TNI AD|1981|p=254-255}} === |
|||
{| style="margin:1em auto; text-align:center;" |
|||
|- |
|||
| |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Republik Indonesia Adipradana.png|width=100}} |
|||
| |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Republik Indonesia Utama.png|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Sakti.png|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Gerilya.png|width=100}} |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Utama.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Indonesian Armed Forces "8 Years" Service Star (1945-1953).gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana Kesetiaan XVI.gif|width=100}} |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalancana Perang Kemerdekaan I.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Perang Kemerderkaan II.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana GOM I.gif|width=100}} |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana G.O.M. II.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana G.O.M. III.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana GOM VI.gif|width=100}} |
|||
|- |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Sapta Marga.gif|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana Satya Dharma.png|width=100}} |
|||
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=YU Order of the People's Army (2nd Rank) Ribbon Bar.gif|width=100}} |
|||
|} |
|||
{| class="wikitable" width="60%" style="margin:1em auto; text-align:center;" |
|||
|- |
|||
!Baris ke-1 |
|||
| colspan="3"|[[Bintang Republik Indonesia Adipradana]] (10 November 1965)<ref>{{cite book|title= Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia 1959 - sekarang|url= https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf|access-date= 4 Oktober 2021|archive-date= 2021-07-29|archive-url= https://web.archive.org/web/20210729004106/https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf|dead-url= no}}</ref> |
|||
|- |
|||
!Baris ke-2 |
|||
| colspan="1"|[[Bintang Republik Indonesia Utama]] (10 Januari 1963) |
|||
| colspan="1"|[[Bintang Sakti]] |
|||
| colspan="1"|[[Bintang Gerilya]] |
|||
|- |
|||
!Baris ke-3 |
|||
| colspan="1"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Utama]] |
|||
| colspan="1"|[[Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia]] |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana Kesetiaan]] 16 Tahun |
|||
|- |
|||
!Baris ke-4 |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana Perang Kemerdekaan I]] |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana Perang Kemerdekaan II]] |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M I]] |
|||
|- |
|||
!Baris ke-5 |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M II]] |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M III]] |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M VI]] |
|||
|- |
|||
!Baris ke-6 |
|||
| colspan="1"|[[Satyalancana Saptamarga|Satyalancana Sapta Marga]] |
|||
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia#Bekas|Satyalancana Satya Dharma]] |
|||
| colspan="1"|[[:en:Orders, decorations, and medals of the Socialist Federal Republic of Yugoslavia|Order of the People's Army with Golden Star (Second rank)]] - Yugoslavia (1958) |
|||
|} |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{reflist |
|||
}} |
|||
'''Sumber referensi''' |
|||
* {{citebook|title=Achmad Yani. Prajurit Patriot Sejati|publisher=Dinas Sejarah Angkatan Darat|location=Bandung|year=2013|id=ISBN 978-602-7846-03-6}} |
* {{citebook|title=Achmad Yani. Prajurit Patriot Sejati|publisher=Dinas Sejarah Angkatan Darat|location=Bandung|year=2013|id=ISBN 978-602-7846-03-6}} |
||
* {{citebook|title=Gerakan 30 September Pelaku, Pahlawan dan Petualang|first=Julius|last=Pour|publisher=Kompas Media Nusantara|location=Jakarta|year=2010}} |
* {{citebook|title=Gerakan 30 September Pelaku, Pahlawan dan Petualang|first=Julius|last=Pour|publisher=Kompas Media Nusantara|location=Jakarta|year=2010}} |
||
* {{Citation|author=Dinas Sejarah TNI AD|date=1981|title=Sejarah TNI-AD 1945–1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|volume=XIII|pages=|url=https://books.google.com/books?id=l7maivDM07kC}} |
|||
{{kotak mulai}} |
{{kotak mulai}} |
||
{{S-mil}} |
{{S-mil}} |
||
{{kotak suksesi|jabatan=[[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]]|pendahulu=[[Abdul |
{{kotak suksesi|jabatan=[[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]]|pendahulu=[[Abdul Haris Nasution]]|pengganti=[[Pranoto Reksosamodra]]|tahun=1962–1965}} |
||
{{kotak selesai}} |
{{kotak selesai}} |
||
{{Pahlawan Revolusi}} |
{{Pahlawan Revolusi}} |
||
{{Pahlawan Indonesia}} |
{{Pahlawan Indonesia}} |
||
{{Kepala Staf TNI Angkatan Darat}} |
|||
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh di Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]] |
||
[[Kategori:Tokoh TNI]] |
|||
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]] |
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]] |
||
[[Kategori:Tokoh |
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]] |
||
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
||
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Purworejo]]<!--dilarang memakai kategori "Tokoh dari Purworejo"--> |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Purwodadi (Purworejo)]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]] |
|||
[[Kategori:Soekarnois]] |
[[Kategori:Soekarnois]] |
||
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Utama]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Sakti]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]] |
|||
[[Kategori:Penerima Bintang Sewindu APRI]] |
Revisi terkini sejak 11 November 2024 11.04
Ahmad Yani | |
---|---|
Menteri/Panglima Angkatan Darat ke-6 | |
Masa jabatan 23 Juni 1962 – 1 Oktober 1965 | |
Presiden | Soekarno |
Informasi pribadi | |
Lahir | Jenar, Purwodadi, Purworejo, Hindia Belanda | 19 Juni 1922
Meninggal | 1 Oktober 1965 Jakarta, Indonesia | (umur 43)
Suami/istri | Bandiah Yayu Rulia Sutowiryo |
Anak | 8, termasuk Amelia Achmad Yani |
Almamater | |
Pekerjaan | Tentara |
Penghargaan sipil | Pahlawan Revolusi - KPLB Anumerta |
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang |
|
Masa dinas | 1943–1965 |
Pangkat | Jenderal TNI (Anumerta) |
Satuan | Infanteri |
Pertempuran/perang | Revolusi Nasional Indonesia |
Penghargaan | |
Sunting kotak info • L • B |
Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani (juga dieja A. Yani, Achmad Yani); (19 Juni 1922 – 1 Oktober 1965) adalah Menteri/Panglima Angkatan Darat (setingkat KSAD) yang merupakan salah satu Pahlawan Revolusi yang gugur sebagai korban tragedi Gerakan 30 September dibunuh saat penculikan dari rumahnya.
Riwayat Hidup
[sunting | sunting sumber]Ahmad Yani lahir di Jenar, Purwodadi, Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922 dari pasangan M. Wongsorejo dan istrinya Murtini[1]. Keluarga ini bekerja di sebuah pabrik gula yang milik seorang Belanda.[2] Mulanya Ahmad Yani menempuh pendidikan HIS di Purworejo hanya sampai kelas I, Ia pindah ke HIS Magelang sejak kelas II. Ahmad Yani menamatkan HIS pada 1935 di Bogor dan meneruskan hingga MULO. Ia pindah ke Jakarta untuk menempuh sekolah AMS tapi terhenti karena perang dunia II.[1]
Pada tahun 1940, Yani meninggalkan sekolah menengah untuk menjalani pendidikan wajib militer sebagai tentara Hindia Belanda. Sebagai calon perwira, ia mengambil kecabangan/bidang topografi militer di Malang, Jawa Timur, tetapi pendidikan ini terputus karena invasi Jepang pada tahun 1942. Di tahun yang sama, Yani dan keluarganya pindah kembali ke Jawa Tengah.[butuh rujukan]
Ketika Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang, Ia sempat ditangkap oleh pasukan Dai Nippon di Cimahi. Namun ia bebas dan Ahmad Yani kembali ke Purworejo.[1] Pada tahun 1943, ia bergabung menjadi anggota PETA (Pembela Tanah Air) yang dibentuk oleh penguasa Jepang waktu itu dan menjalani pelatihan lanjut di Magelang. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton PETA dan menerima pendidikan di Bogor, Jawa Barat. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur tentara.[butuh rujukan]
Pada tanggal 5 Desember 1944, ia menikah dengan Bandiah Yayu Ruliah, yang dulu pernah menjadi guru mengetiknya. Dari perkawinan ini kelak mereka dianugerahi delapan orang anak.[butuh rujukan]
Karier militer
[sunting | sunting sumber]Setelah Kemerdekaan Indonesia, Yani bergabung dengan tentara republik yang baru terbentuk untuk berjuang melawan Belanda yang membonceng sekutu. Selama bulan-bulan pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan, Yani memimpin batalion tentara dan menang dalam pertempuran melawan tentara Inggris di Magelang. Yani kemudian juga mempertahankan Magelang dari tentara Belanda dan mendapat julukan "Juruselamat Magelang". Pencapaian yang juga menonjol dari karier Yani di masa ini adalah serangkaian serangan gerilya yang digencarkan pada awal tahun 1949 untuk mengalihkan perhatian tentara Belanda, sementara Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Letnan Kolonel Soeharto mempersiapkan rencana Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.[butuh rujukan]
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tahun 1949, Yani pindah ke Tegal, Jawa Tengah. Pada tahun 1952, ia mendapatkan tugas untuk memadamkan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang ingin mendirikan negara agama berdasarkan syariat Islam di Indonesia. Untuk menghadapi DI/TII, Yani membentuk pasukan khusus bernama Banteng Raiders.[1] Dalam kurun waktu 3 tahun, pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah berhasil dipadamkan.[butuh rujukan]Banteng Raiders juga berperan dalam hal lain, seperti memberantas PRRI, Permesta, dan pembebasan Irian Barat.[1]
Pada Desember 1955, Yani berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar di Komando dan Staf Umum College, Fort Leavenworth, Kansas. Kembali pada tahun 1956, Yani dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta di mana ia menjadi anggota staf Umum untuk Abdul Haris Nasution. Di Markas Besar Angkatan Darat, Yani menjabat sebagai Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat sebelum menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk Organisasi dan Kepegawaian.[butuh rujukan]
Pada bulan Agustus tahun 1958, ia memerintahkan Operasi 17 Agustus terhadap Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera Barat. Pasukannya berhasil merebut kembali Padang dan Bukittinggi, dan keberhasilan ini menyebabkan ia dipromosikan menjadi wakil kepala Angkatan Darat ke-2 staf pada 1 September 1962, dan kemudian Kepala Angkatan Darat stafnya pada 28 Juni 1962 dan pada tanggal 21 Juli 1962 sebutan Kepala Staff Angkatan diubah menjadi Menteri/Panglima, sehingga menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden.[1] Jenderal Abdul Haris Nasution sebagai pendahaulu Jenderal Yani diangkat menjadi Mengko hankam/KASAB - Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan / Kepala Staff Angkatan Bersenjata.[butuh rujukan]Ahmad Yani memegang posisi ini hingga ia gugur dalam G30S.[1]
Akhir hayat
[sunting | sunting sumber]Sebagai Presiden, Soekarno bergerak lebih dekat ke Partai Komunis Indonesia (PKI) di awal 60-an. Yani yang sangat anti-komunis, menjadi sangat waspada terhadap PKI, terutama setelah partai ini menyatakan dukungannya terhadap pembentukan kekuatan kelima (selain keempat angkatan bersenjata dan polisi) dan Soekarno mencoba untuk memaksakannya Nasakom (Nasionalisme-Agama-Komunisme) doktrin di militer. Keduanya, Yani dan Nasution menunda-nunda ketika diperintahkan oleh Soekarno pada tanggal 31 Mei 1965 mempersiapkan rencana untuk mempersenjatai rakyat.[butuh rujukan]
Pada dini hari 1 Oktober 1965, Gerakan 30 September mencoba untuk menculik tujuh anggota staf umum Angkatan Darat. Sebuah tim dari sekitar 200 orang mengepung rumah Yani di Jalan Latuhahary No. 6 di pinggiran Jakarta Menteng, Jakarta Pusat. Biasanya Yani memiliki sebelas tentara menjaga rumahnya. Istrinya kemudian melaporkan bahwa seminggu sebelumnya tambahan enam orang ditugaskan kepadanya. Orang-orang ini berasal dari komando Kolonel Latief, yang diketahui Yani, adalah salah satu komplotan utama dalam Komando Gerakan 30 September. Menurut istri Yani, orang-orang tambahan tersebut tidak muncul untuk bertugas pada malam itu. Yani dan anak-anaknya sedang tidur di rumahnya sementara istrinya keluar merayakan ulang tahunnya bersama sekelompok teman-teman dan kerabat. Dia kemudian menceritakan bahwa saat ia pergi dari rumah sekitar pukul 23.00, ia melihat seseorang duduk di seberang jalan seakan menjaga rumah di bawah pengawas. Dia tidak berpikir apa-apa pada saat itu, tetapi setelah peristiwa pagi itu ia bertanya-tanya berbeda. Juga, dari sekitar jam 9 pada malam 30 September ada sejumlah panggilan telepon ke rumah pada interval, yang ketika menjawab akan bertemu dengan keheningan atau suara akan bertanya apa waktu itu. Panggilan terus sampai sekitar 01.00 dan Ahmad Yani mengatakan dia memiliki firasat sesuatu yang salah malam itu.[butuh rujukan]
Yani menghabiskan malam dengan beberapa pertemuan, pukul 7 malam ia menerima seorang kolonel dari KOTI, Komando Operasi Tertinggi. Jenderal Basuki Rahmat, komandan divisi di Jawa Timur, kemudian tiba dari markasnya di Surabaya. Basuki datang ke Jakarta untuk melaporkan kepada Yani pada keprihatinan tentang meningkatnya aktivitas komunis di Jawa Timur. Memuji laporannya, Yani memintanya untuk menemaninya ke pertemuan keesokan harinya dengan Presiden untuk menyampaikan laporannya.[butuh rujukan]
Ketika para penculik datang ke rumah Yani dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan dibawa ke hadapan presiden, ia meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Ketika penculik menolak ia menjadi marah, menampar salah satu prajurit penculik, dan mencoba untuk menutup pintu depan rumahnya. Salah satu penculik kemudian melepaskan tembakan, membunuhnya secara spontan. Tubuhnya dibawa ke Lubang Buaya di pinggiran Jakarta dan bersama-sama dengan orang-orang dari jenderal yang dibunuh lainnya, disembunyikan di sebuah sumur bekas.[butuh rujukan]
Tubuh Yani, dan orang-orang korban lainnya, diangkat pada tanggal 4 Oktober, dan semua diberi pemakaman kenegaraan pada hari berikutnya, sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Kalibata. Pada hari yang sama, Yani dan rekan-rekannya resmi dinyatakan Pahlawan dari Revolusi dengan Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965 dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta dari Letnan Jenderal untuk bintang ke-4 umum (Indonesia:Jenderal Anumerta).[butuh rujukan]
Ibu Yani dan anak-anaknya pindah dari rumah setelah kematian Yani. Ibu Yani membantu membuat bekas rumah mereka ke Museum publik yang berdiri sebagian besar seperti itu pada Oktober 1965, termasuk lubang peluru di pintu dan dinding, dan dengan perabot rumah itu waktu itu. Saat ini, banyak kota di Indonesia memiliki jalan dengan nama Jenderal Ahmad Yani. Selain itu namanya diabadikan untuk Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani di Semarang. Nama besar Jenderal Ahmad Yani juga digunakan sebagai nama 2 buah universitas di Indonesia yaitu Universitas Jenderal Achmad Yani yang berada di Cimahi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang berada di Yogyakarta. Kedua Perguruan Tinggi tersebut berada di bawah naungan Yayasan Kartika Eka Paksi yang merupakan Yayasan yang dimiliki TNI Angkatan Darat dimana beliau mengabdi.[butuh rujukan]
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]- HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
- MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
- AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
- Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
- Pendidikan Heiho di Magelang
- PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor
- Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat, tahun 1955
- Special Warfare Course di Inggris, tahun 1956
Riwayat Jabatan
[sunting | sunting sumber]- Komandan Seksi I Kompi III Batalyon II (1944–1945)
- Komandan Batalyon 4/Yani Resimen XIV Magelang (1945–1948)
- Komandan Brigade Diponegoro dari Divisi III (1948–1950)
- Komandan Wehrkreise/WK II Kedu (1950–1951)
- Komandan Batalyon Banteng Raiders (1951–1953)
- Komandan Resimen 12 Wijayakusuma (1951–1956)
- Asisten II/Operasi (1956)
- Deputy I/Operasi (1957)
- Komandan Operasi 17 Agustus (1958)
- Deputy II/Pembinaan (1960)
- Deputy KSAD untuk wilayah Indonesia bagian Timur (1962–1963)
- Menteri/Panglima Angkatan Darat (1963–1965)
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Tanda Jasa[3]
[sunting | sunting sumber]Baris ke-1 | Bintang Republik Indonesia Adipradana (10 November 1965)[4] | ||
---|---|---|---|
Baris ke-2 | Bintang Republik Indonesia Utama (10 Januari 1963) | Bintang Sakti | Bintang Gerilya |
Baris ke-3 | Bintang Kartika Eka Paksi Utama | Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia | Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun |
Baris ke-4 | Satyalancana Perang Kemerdekaan I | Satyalancana Perang Kemerdekaan II | Satyalancana G.O.M I |
Baris ke-5 | Satyalancana G.O.M II | Satyalancana G.O.M III | Satyalancana G.O.M VI |
Baris ke-6 | Satyalancana Sapta Marga | Satyalancana Satya Dharma | Order of the People's Army with Golden Star (Second rank) - Yugoslavia (1958) |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g Prinada, Yuda. "Biografi Ahmad Yani: Pahlawan Revolusi Korban G30S & Panglima AD". tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-06. Diakses tanggal 2023-11-21.
- ^ "Biografi Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI Page All". www.orami.co.id. 2023-12-05. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-02-04. Diakses tanggal 2024-02-04.
- ^ Dinas Sejarah TNI AD 1981, hlm. 254-255.
- ^ Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia 1959 - sekarang (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-07-29. Diakses tanggal 4 Oktober 2021.
Sumber referensi
- Achmad Yani. Prajurit Patriot Sejati. Bandung: Dinas Sejarah Angkatan Darat. 2013. ISBN 978-602-7846-03-6.
- Pour, Julius (2010). Gerakan 30 September Pelaku, Pahlawan dan Petualang. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
- Dinas Sejarah TNI AD (1981), Sejarah TNI-AD 1945–1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, XIII
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Abdul Haris Nasution |
Kepala Staf TNI Angkatan Darat 1962–1965 |
Diteruskan oleh: Pranoto Reksosamodra |
- Kelahiran 1922
- Kematian 1965
- Meninggal usia 43
- Pahlawan nasional Indonesia
- Tokoh yang dibunuh di Indonesia
- Pejuang kemerdekaan Indonesia
- Tokoh TNI
- Tokoh militer Indonesia
- Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
- Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
- Tokoh Jawa
- Tokoh Jawa Tengah
- Tokoh Purworejo
- Tokoh dari Kecamatan Purwodadi (Purworejo)
- Tokoh Angkatan 45
- Soekarnois
- Penerima Bintang Republik Indonesia Adipradana
- Penerima Bintang Republik Indonesia Utama
- Penerima Bintang Sakti
- Penerima Bintang Gerilya
- Penerima Bintang Sewindu APRI