Lompat ke isi

Museum Geologi Bandung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Eskrim cair (bicara | kontrib)
Menambahkan tanda baca yang tepat
k Cagar
 
(39 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
{{rapikan}}
{{More citations needed|date=November 2021}}
{{More citations needed|date=November 2021}}

{{wikify}}
{{Infobox cagar budaya
{{Infobox cagar budaya
| Name =Museum Geologi
| Name =Museum Geologi
| Image = [[Berkas:Museum Geologi.JPG|275px]]
| Image = [[Berkas:Bandung, Museum Geologi.jpg|275px]]
| Caption =Museum Geologi Bandung
| Caption =Museum Geologi Bandung
| Type =Nasional
| Type =Nasional
Baris 10: Baris 10:
| ID = CB.989
| ID = CB.989
| Location = [[Kota Bandung]], [[Jawa Barat]]
| Location = [[Kota Bandung]], [[Jawa Barat]]
| Year = 2010 &2017
| Year = 2010 & 2017
| ownership = {{INA}}
| ownership = {{INA}}
| management = Museum Geologi dan [[Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia|Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral]]
| management = Museum Geologi dan [[Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia|Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral]]
| Link =http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2014100700028/museum-geologi
| Link =https://museum.geologi.esdm.go.id/
}}
}}


'''Museum Geologi''' ([[Aksara Sunda Baku]]: {{sund|ᮙᮥᮞᮤᮉᮙ᮪ ᮌᮦᮇᮜᮧᮌᮤ ᮘᮔ᮪ᮓᮥᮀ}}, ''Musieum Géologi Bandung'') didirikan pada [[16 Mei]] [[1928|1929]]<ref name=":0" />. [[Museum]] ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari [[JICA]] ([[Japan International Cooperation Agency]]).<ref name=":1">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1023816090|title=Atlas homo erectus Indonesia : koleksi Museum Geologi, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi|last=Aziz, Fachroel, 1946-|others=Kurniawan, Iwan,, Museum Geologi (Bandung, Indonesia),, LIPI Press,|isbn=978-979-799-808-0|edition=Cetakan pertama|location=[Bandung]|oclc=1023816090}}</ref> Setelah mengalami renovasi, [[Museum]] Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh [[Wakil Presiden Indonesia|Wakil Presiden RI]], [[Megawati Soekarnoputri]] pada [[23 Agustus]] [[2000]].<ref name=":1" /> Sebagai salah satu monumen bersejarah, [[museum]] berada di bawah perlindungan [[pemerintah]] dan merupakan peninggalan [[nasional]]. Dalam Museum ini, tersimpan dan mengelola banyak materi-materi [[geologi]], seperti [[Fosil|fosil,]] [[Batu|batuan]], dan [[mineral]]. Semua materi-materi tersebut dikumpulkan selama kerja lapangan di [[Indonesia]] sejak [[1850]].
'''[[Museum]] Geologi''' (bahasa [[Bahasa Sunda|Sunda]]: ''Musieum Géologi Bandung'') didirikan pada tanggal 16 Mei 1929.<ref name=":0" /> [[Museum]] ini direnovasi dengan mendapat [[dana]] bantuan dari [[JICA]] ([[Japan International Cooperation Agency]]).<ref name=":1">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1023816090|title=Atlas homo erectus Indonesia : koleksi Museum Geologi, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi|last=Aziz, Fachroel, 1946-|others=Kurniawan, Iwan,, Museum Geologi (Bandung, Indonesia),, LIPI Press,|isbn=978-979-799-808-0|edition=Cetakan pertama|location=[Bandung]|oclc=1023816090}}</ref> Setelah renovasi selesai, [[Museum]] Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh [[Wakil Presiden Indonesia|Wakil Presiden RI]], [[Megawati Soekarnoputri]] pada 23 Agustus 2000.<ref name=":1" />
Sebagai monumen bersejarah, [[museum]] ini berada di bawah perlindungan [[pemerintah]] dan merupakan peninggalan sejarah [[nasional]]. Di museum ini, tersimpan dan mengelola berbagai materi [[geologi]], seperti [[fosil]], [[batu]]an, dan [[mineral]]. Semua materi tersebut dikumpulkan selama kerja lapangan di [[Indonesia]] sejak tahun 1850.


== Pengantar ==
== Pengantar ==
Di masa penjajahan [[Belanda]] keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan [[geologi]] dan tambang di wilayah [[Nusantara]] yang dimulai sejak pertengahan [[Abad ke 17|abad ke-17]] oleh para ahli [[Eropa]]. Setelah [[Eropa]] mengalami [[revolusi Industri]] pada pertengahan [[Abad ke-11 hingga 20|abad ke-18]], [[Eropa]] sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar [[industri]]. Pemerintah [[Belanda]] sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah [[Nusantara]]. Dengan demikian, diharapkan dapat menunjang perkembangan [[industri]] di Negeri [[Belanda]].
Di masa penjajahan [[Belanda]], keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan [[geologi]] dan tambang di wilayah [[Nusantara]] yang dimulai sejak pertengahan [[Abad ke 17|abad ke-17]] oleh para ahli [[Eropa]]. Setelah [[Eropa]] mengalami [[revolusi industri]] pada pertengahan [[Abad ke-11 hingga 20|abad ke-18]], [[Eropa]] sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar [[industri]]. Pemerintah [[Belanda]] sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah [[Nusantara]]. Dengan demikian, diharapkan dapat menunjang perkembangan [[industri]] di Negeri [[Belanda]].


Maka, pada [[1850]], dibentuklah [https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/kilas-balik-sejarah-pertambangan-dan-energi-di-indonesia Dienst van het Mijnwezen]. Kelembagaan ini berganti nama jadi [https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/kilas-balik-sejarah-pertambangan-dan-energi-di-indonesia Dienst van den Mijnbouw] pada tahun [[1922]], yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumber daya [[mineral]]. Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh batuan, mineral, [[Fosil|fosil,]] laporan dan peta memerlukan tempat untuk penganalisisan dan penyimpanan,sehingga pada [[1928]] Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di [https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01271046/mari-mengenal-museum-geologi-389249 Rembrandt Straat] [[Bandung]].
Pada tahun [[1850]] terbentuk [https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/kilas-balik-sejarah-pertambangan-dan-energi-di-indonesia Dienst van het Mijnwezen] dan berganti nama menjadi [https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/kilas-balik-sejarah-pertambangan-dan-energi-di-indonesia Dienst van den Mijnbouw] pada [[1922]], yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumber daya [[mineral]]. Hasil penyelidikan berupa contoh-contoh batuan, mineral, [[fosil]], laporan, dan peta memerlukan tempat untuk penganalisisan dan penyimpanan, sehingga pada [[1928]] ''Dienst van den Mijnbouw'' membangun gedung di [https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01271046/mari-mengenal-museum-geologi-389249 Rembrandt Straat] [[Bandung]].


Gedung tersebut pada awalnya bernama ''Geologisch Laboratorium'' yang kemudian juga disebut ''Geologisch Museum''. Gedung ''Geologisch Laboratorium'' dirancang dengan gaya [https://kemejabatikprabusneno163973322.wordpress.com/ Art Deco] oleh [[arsitek]] [[Ir. Menalda van Schouwenburg]], dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja serta menghabiskan dana sebesar 400 [[Gulden]]. Pembangunannya dimulai pada pertengahan 1928 dan diresmikan pada 16 Mei 1929. Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (''[[Fourth Pacific Science Congress]]'') yang diselenggarakan di [[Kota Bandung|Bandung]] pada 18 - 24 Mei 1929.
Gedung tersebut semula bernama ''Geologisch Laboratorium'' kemudian disebut ''Geologisch Museum''. Gedung ''Geologisch Laboratorium'' dirancang dengan gaya [https://kemejabatikprabusneno163973322.wordpress.com/ Art Deco] oleh [[arsitek]] Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja serta menghabiskan dana sebesar 400 [[Gulden]]. Pembangunannya dimulai pada pertengahan 1928 dan diresmikan pada 16 Mei 1929. Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (''Fourth Pacific Science Congress'') yang diselenggarakan di [[Kota Bandung|Bandung]] pada 18 - 24 Mei 1929.


== Riwayat ==
== Riwayat ==
=== Masa Penjajahan Jepang ===
=== Masa Penjajahan Jepang ===
Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari pasukan [[Jepang]] pada [[Perang Dunia II|perang dunia II]], keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. [[etjen. H. Ter Poorten|Letjen. H. Ter Poorten]] (Panglima Tentara Sekutu di [[Hindia Belanda]]) atas nama Pemerintah [[Kolonialisme|Kolonial]] Belanda menyerahkan kekuasaan teritorial Indonesia kepada [[Letjen. H. Imamura]] (Panglima Tentara Jepang) pada 1942. Penyerahan itu dilakukan di [[Kalijati, Subang|Kalijati]], [[Kabupaten Subang|Subang]]. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi nama [[Kogyo Zimusho]]. Setahun kemudian, berganti nama menjadi [[CHISHITSU CHOSACHO|Chishitsu Chosacho]].
Sebagai akibat dari kekalahan [[Belanda]] dari [[Jepang]] pada [[Perang Dunia II|perang dunia II]], keberadaan ''Dienst van den Mijnbouw'' berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima Tentara Sekutu di [[Hindia Belanda]]) atas nama Pemerintah [[Kolonialisme|Kolonial]] Belanda menyerahkan kekuasaan teritorial Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada 1942. Penyerahan itu dilakukan di [[Kalijati, Subang|Kalijati]], [[Kabupaten Subang|Subang]]. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi nama Kogyo Zimusho. Setahun kemudian, berganti nama menjadi Chishitsu Chosacho.


Selama masa pendudukan [[Jepang]], pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda Indonesia untuk menjadi [[Pembela Tanah Air|PETA]] (Pembela Tanah Air) dan [[Heiho|HEIHO]] (pasukan pembantu bala tentara Jepang pada [[Perang Dunia II]]). Laporan hasil kegiatan pada masa itu tidak banyak yang ditemukan, karena banyak dokumen (termasuk laporan hasil penyelidikan) yang dibumihanguskan tatkala pasukan Jepang mengalami kekalahan pada awal 1945.
Selama masa pendudukan [[Jepang]], pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda Indonesia untuk menjadi [[Pembela Tanah Air|PETA]] (Pembela Tanah Air) dan [[Heiho|HEIHO]] (Pasukan Pembantu Bala Tentara Jepang pada [[Perang Dunia II]]). Laporan hasil kegiatan pada masa itu tidak banyak yang ditemukan, karena banyak dokumen (termasuk laporan hasil penyelidikan) yang dibumihanguskan ketika pasukan Jepang mengalami kekalahan pada awal tahun [[1945]].


=== Masa Kemerdekaan ===
=== Masa Kemerdekaan ===
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 051-04.jpg|jmpl|Prangko Museum Geologi, Bandung]]
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 051-04.jpg|jmpl|Prangko Museum Geologi, Bandung]]
Setelah [[Indonesia]] merdeka pada 1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah [[Pusat Djawatan Tambang dan Geologi]] (PDTG/1945—1950). Pada 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan [[Amerika Serikat]] dan [[Inggris]] yang diboncengi oleh [[Netherlands Indies Civil Administration|Netherlands Indiës Civil Administration]] (NICA) tiba di Indonesia. Mereka mendarat di [[Tanjung Priok (disambiguasi)|Tanjungpriuk]], Jakarta. Di Bandung, mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pemerintah Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8, [[Kota Bandung|Bandung]], pada 12 Desember 1945.
Setelah [[Indonesia]] merdeka pada 1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945—1950). Pada 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan [[Amerika Serikat]] dan [[Inggris]] yang diboncengi oleh ''[[Netherlands Indies Civil Administration|Netherlands Indiës Civil Administration]] (NICA)'' tiba di Indonesia. Mereka mendarat di [[Tanjung Priok (disambiguasi)|Tanjungpriuk]], [[Jakarta]]. Di Bandung, mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pemerintah Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8, [[Kota Bandung|Bandung]], pada 12 Desember 1945.


Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuang mempertahankan kantor PDTG. Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, yang tenaganya diambil dari PDTG. Setelah kantor di ''Rembrandt Straat'' ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda mendirikan lagi kantor yang bernama ''Geologische Dienst'' ditempat yang sama.
Pemindahan kantor PDTG terdorong oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka perjuangan mempertahankan kantor PDTG. Saat itu Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, di mana berbagai kebutuhan kemudian diambil dari PDTG. Setelah kantor di ''Rembrandt Straat'' ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda mendirikan lagi kantor yang bernama ''Geologische Dienst'' di tempat yang sama.


Akibat pertempuran yang terjadi di berbagai wilayah, maka selama kurun waktu 4 tahun sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949 kantor PDTG terus mengalami pemindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke [[Kota Tasikmalaya|Tasikmalaya]], [[Solo]], [[Kota Magelang|Magelang]], [[Yogyakarta]], dan baru pada tahun 1950 dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke Bandung. Dalam usaha penyelamatan dokumen tersebut, pada 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, [[Arie Frederik Lasut|Arie Frederic Lasut]], diculik dan dibunuh oleh tentara Belanda. Ia gugur sebagai kusuma bangsa di Desa [[Pakem, Sleman|Pakem]], Yogyakarta. Setelah kembali ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah Republik Indonesia, yang dibuktikan oleh kunjungan Presiden Pertama RI, [[Soekarno|Ir. Soekarno]] ke museum Geologi pada 1960.
Di mana-mana terjadi pertempuran. Maka, sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, yaitu selama 4 tahun berturut-turut, kantor PDTG terlunta-lunta berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.


Pengelolaan Museum Geologi yang semula berada di bawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG), telah melalui berbagai pergantian nama, antara lain:
Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan dokumen-dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke [[Kota Tasikmalaya|Tasikmalaya]], [[Solo]], [[Kota Magelang|Magelang]], [[Yogyakarta]], dan baru kemudian, pada 1950 dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke Bandung.

Dalam usaha penyelamatan dokumen-dokumen tersebut, pada 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, [[Arie Frederik Lasut|Arie Frederic Lasut]], telah diculik dan dibunuh tentara Belanda. Ia telah gugur sebagai kusuma bangsa di Desa [[Pakem, Sleman|Pakem]], Yogyakarta.

Setelah kembali ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini terbukti pada tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI, [[Soekarno|Ir. Soekarno]].

Pengelolaan Museum Geologi yang semula berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG), berganti nama menjadi:


* Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950—1952),
* Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950—1952),
* [[Djawatan Geologi]] (1952—1956),
* Djawatan Geologi (1952—1956),
* Pusat Djawatan Geologi (1956—1957),
* Pusat Djawatan Geologi (1956—1957),
* Djawatan Geologi (1957—1963),
* Djawatan Geologi (1957—1963),
* [[Direktorat Geologi]] (1963—1978),
* Direktorat Geologi (1963—1978),
* [[Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi]] (1978—2005),
* Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978—2005),
* [[Pusat Survei Geologi]] (sejak akhir 2005 hingga sekarang)<ref name=":0">{{Cite web|url=http://museum.geology.esdm.go.id/profil/sejarah|title=Museum Geologi » Sejarah|website=museum.geology.esdm.go.id|access-date=2020-05-22}}</ref>
* Pusat Survei Geologi (sejak akhir 2005 hingga sekarang)<ref name=":0">{{Cite web|url=http://museum.geology.esdm.go.id/profil/sejarah|title=Museum Geologi » Sejarah|website=museum.geology.esdm.go.id|access-date=2020-05-22}}</ref>


Seiring dengan perkembangan zaman, pada 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta [[Yen]] untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada 20 Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh [[Wakil Presiden Indonesia|Wakil Presiden RI]] pada waktu itu, [[Megawati Soekarnoputri|Megawati Soekarnoputr]]<nowiki/>i yang didampingi oleh [[Daftar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia|Menteri Pertambangan dan Energi]] [[Susilo Bambang Yudhoyono]].
Pada tahun 1999 hingga 2000, Museum Geologi direnovasi. Dana untuk renovasi berasal dari [[Badan Kerja Sama Internasional Jepang]] (JICA).<ref>{{Cite book|last=Munandar, A. A., dkk.|date=2011|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/7742/1/SEJARAH%20PERMUSEUMAN%20DI%20INDONESIA.pdf|title=Sejarah Permuseuman di Indonesia|publisher=Direktorat Permuseuman|isbn=978-602-19627-1-8|pages=66|url-status=live}}</ref> Pemerintah Jepang memberikan bantuan dana senilai 754,5 juta [[Yen]]. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada 20 Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh [[Wakil Presiden Indonesia|Wakil Presiden RI]] pada waktu itu, [[Megawati Soekarnoputri|Megawati Soekarnoputr]]<nowiki/>i yang didampingi oleh [[Daftar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia|Menteri Pertambangan dan Energi]] [[Susilo Bambang Yudhoyono]].


Dengan penataan yang baru ini peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang meliputi [[Sejarah]] Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Sedangkan untuk koleksi [[dokumentasi]], tersedia sarana penyimpan koleksi yang lebih memadai. Diharapkan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi akan dapat lebih mudah diakses oleh pengguna baik [[peneliti]] maupun grup [[industri]].
Dengan penataan yang baru ini peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang meliputi [[Sejarah]] Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Sedangkan untuk koleksi [[dokumentasi]], tersedia sarana penyimpan koleksi yang lebih memadai. Diharapkan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi akan dapat lebih mudah diakses oleh pengguna baik [[peneliti]] maupun grup [[industri]].


Sejak 2002 Museum Geologi yang statusnya merupakan Seksi Museum Geologi, telah dinaikkan menjadi UPT Museum Geologi, kemudian dibentuk 2 seksi dan 1 Subbag yaitu Seksi Peragaan, Seksi Dokumentasi, dan Subbag Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan peranannya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan antara lain [[penyuluhan]], [[pameran]], [[seminar]] serta kegiatan survei penelitian untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.
Sejak 2002, Museum Geologi yang statusnya merupakan Seksi Museum Geologi, telah dinaikkan menjadi UPT Museum Geologi, kemudian dibentuk 2 seksi dan 1 Subbag yaitu Seksi Peragaan, Seksi Dokumentasi, dan Subbag Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan peranannya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan, antara lain [[penyuluhan]], [[pameran]], [[seminar]], serta kegiatan survei penelitian untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.


Pergeseran fungsi museum, seirama dengan kemajuan teknologi, menjadikan museum geologi sebagai tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan bumi dan usaha pelestariannya. Tempat orang melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Dimana Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu kebumian yang menggambarkan keadaan geologi bumi Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga. Objek [[geowisata]] yang menarik.
Pergeseran fungsi museum, seirama dengan kemajuan teknologi, menjadikan Museum Geologi sebagai tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan bumi dan usaha pelestariannya. Tempat orang melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Di mana Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu kebumian yang menggambarkan keadaan geologi bumi Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga. Objek [[geowisata]] yang menarik.
== Pembagian Lantai dan Ruangan ==
== Pembagian Lantai dan Ruangan ==
Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang menempati lantai I dan II. Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di kedua lantai Museum Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut.
Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang menempati lantai I dan II. Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di kedua lantai Museum Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut.
Baris 68: Baris 64:
Terbagi menjadi 3 ruang utama: ruang orientasi di bagian tengah, ruang sayap barat dan ruang sayap timur. Ruang Orientasi berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan pendidikan dan penelitian. Sementara, ruang sayap barat, dikenal sebagai ruang geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi tentang hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya. Tatanan tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia diwujudkan dalam bentuk maket model gerakan lempeng [[Kerak Bumi|kerak bumi]] aktif. Keadaan geologi Sumatera, Jawa, Sulawesi, [[Maluku]], [[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]], dan [[Papua (wilayah Indonesia)|Irian Jaya]] serta fosil-fosil serta sejarah manusia menurut [[evolusi]] [[Darwin]] juga terdapat di sini.
Terbagi menjadi 3 ruang utama: ruang orientasi di bagian tengah, ruang sayap barat dan ruang sayap timur. Ruang Orientasi berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan pendidikan dan penelitian. Sementara, ruang sayap barat, dikenal sebagai ruang geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi tentang hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya. Tatanan tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia diwujudkan dalam bentuk maket model gerakan lempeng [[Kerak Bumi|kerak bumi]] aktif. Keadaan geologi Sumatera, Jawa, Sulawesi, [[Maluku]], [[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]], dan [[Papua (wilayah Indonesia)|Irian Jaya]] serta fosil-fosil serta sejarah manusia menurut [[evolusi]] [[Darwin]] juga terdapat di sini.


Selain maket dan panel-panel informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga memamerkan beragam jenis batuan (beku, [[sedimen]], [[malihan]]) dan sumber daya mineral yang ada di setiap daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di sebelah baratnya, yang memamerkan beragam jenis batuan, mineral, dan susunan [[kristalografi]] dalam bentuk panel dan peraga asli.
Selain maket dan panel-panel informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga memamerkan beragam jenis batuan (beku, [[sedimen]], malihan) dan sumber daya mineral yang ada di setiap daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di sebelah baratnya, yang memamerkan beragam jenis batuan, mineral, dan susunan [[kristalografi]] dalam bentuk panel dan peraga asli.


Masih di dalam ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk jenis-jenis peralatan/perlengkapan lapangan, sarana pemetaan, dan penelitian serta hasil akhir kegiatan seperti peta (geolologi, geofisika, [[Gunung berapi|gunung api]], geomorfologi, [[seismotektonik]], dan segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakan data dan informasi geologi Indonesia. Ujung ruang sayap barat adalah ruang kegunung apian, yang mempertunjukkan keadaan beberapa [[Gunung berapi|gunung api]] aktif di Indonesia seperti: [[Gunung Tangkuban Parahu|Tangkuban Perahu]], [[Krakatau]], [[Gunung Galunggung|Galunggung]], [[Gunung Merapi|Merapi]] dan Batu. Selain panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan maket kompleks Gunung Api [[Gunung Bromo|Bromo]]-[[Gunung Kelud|Kelud]]-[[Gunung Semeru|Semeru]]. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan gunung api tertata dalam lemari kaca.
Masih di dalam ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk jenis-jenis peralatan/perlengkapan lapangan, sarana pemetaan, dan penelitian serta hasil akhir kegiatan seperti peta (geolologi, geofisika, [[Gunung berapi|gunung api]], geomorfologi, [[seismotektonik]], dan segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakan data dan informasi geologi [[Indonesia]]. Ujung ruang sayap barat adalah ruang kegunung apian, yang mempertunjukkan keadaan beberapa [[Gunung berapi|gunung api]] aktif di Indonesia seperti: [[Gunung Tangkuban Parahu|Tangkuban Perahu]], [[Krakatau]], [[Gunung Galunggung|Galunggung]], [[Gunung Merapi|Merapi]] dan Batu. Selain panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan maket kompleks Gunung Api [[Gunung Bromo|Bromo]]-[[Gunung Kelud|Kelud]]-[[Gunung Semeru|Semeru]]. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan gunung api tertata dalam lemari kaca.


=== '''Ruang Sayap Timur''' ===
=== Ruang Sayap Timur ===
[[Berkas:Bandung Museum Geologi, Ruang Sejarah Kehidupan 02.jpg|thumb|right|Bagian sejarah alam Museum Geologi bandung]]
Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari [[primitif]] hingga modern, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah kehidupan. Panel-panel gambar yang menghiasi dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, dimana makhluk hidup yang paling primitif pun belum ditemukan. Beberapa miliar tahun sesudahnya, di saat bumi sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung perkembangan beberapa jenis [[tumbuhan bersel-tunggal]], yang keberadaan terekam dalam bentuk fosil [[Reptil|reptilia]] bertulang-belakang berukuran besar yang hidup menguasai Masa [[Mesozoikum]] Tengah hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu) diperagakan dalam bentuk replika fosil [[Tyrannosaurus Rex Osborn|''Tyrannosaurus Rex'' Osborn]] (Jenis kadal buas pemakan daging) yang panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m, dan berat 8 ton.
Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari [[primitif]] hingga modern, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah kehidupan. Panel-panel gambar yang menghiasi dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, dimana makhluk hidup yang paling primitif pun belum ditemukan. Beberapa miliar tahun sesudahnya, di saat bumi sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung perkembangan beberapa jenis tumbuhan bersel-tunggal, yang keberadaan terekam dalam bentuk fosil [[reptil]]ia bertulang-belakang berukuran besar yang hidup menguasai Masa [[Mesozoikum]] Tengah hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu) diperagakan dalam bentuk replika fosil ''[[Tyrannosaurus]] Rex'' Osborn (Jenis kadal buas pemakan daging) yang panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m, dan berat 8 ton.


Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar 3 miliar tahun lalu selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi [[Binatang menyusui|mamalia]] yang hidup pada zaman [[Tersier]] (6,5-1,7 juta tahun lalu) dan [[Kuarter]] (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan [[hominid]] yang ditemukan pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya di Pulau Jawa.<ref>{{Cite web|url=http://museum.geology.esdm.go.id/profil/ruang-peragaan|title=Museum Geologi » Ruang Peragaan|website=museum.geology.esdm.go.id|access-date=2020-05-22}}</ref>
Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar 3 miliar tahun lalu selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi [[Binatang menyusui|mamalia]] yang hidup pada zaman [[Tersier]] (6,5-1,7 juta tahun lalu) dan [[Kuarter]] (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan [[hominid]] yang ditemukan pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya di Pulau Jawa.<ref>{{Cite web|url=http://museum.geology.esdm.go.id/profil/ruang-peragaan|title=Museum Geologi » Ruang Peragaan|website=museum.geology.esdm.go.id|access-date=2020-05-22}}</ref>
Kumpulan fosil tengkorak [[manusia purba]] yang ditemukan di Indonesia (''[[Homo erectus]]'' P. VIII) dan di beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk replikanya. Begitu pula dengan artefak yang dipergunakan, yang mencirikan perkembangan kebudayaan-purba dari waktu ke waktu. Penampang [[stratigrafi]] sedimen Kuarter daerah [[Sangiran]] (Solo, Jawa Tengah), [[Trinil]], dan [[Kota Mojokerto|Mojokerto]] (Jawa Timur) yang sangat berarti dalam pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba diperagakan dalam bentuk panel dan maket.
Kumpulan fosil tengkorak [[manusia purba]] yang ditemukan di Indonesia (''[[Homo erectus]]'' P. VIII) dan di beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk replikanya. Begitu pula dengan artefak yang dipergunakan, yang mencirikan perkembangan kebudayaan-purba dari waktu ke waktu. Penampang [[stratigrafi]] sedimen Kuarter daerah [[Sangiran]] ([[Kota Surakarta|Solo]], Jawa Tengah), [[Trinil]], dan [[Kota Mojokerto|Mojokerto]] ([[Jawa Timur]]) yang sangat berarti dalam pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba diperagakan dalam bentuk panel dan maket.


Sejarah pembentukan [[Danau Bandung Purba|Danau Bandung]] yang melegenda itu ditampilkan dalam bentuk panel di ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah dihuni oleh manusia [[prasejarah]]. Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk [[batu bara]] dan [[minyak bumi]], selain keadaan lingkungan-purba.
Sejarah pembentukan [[Danau Bandung Purba|Danau Bandung]] yang melegenda itu ditampilkan dalam bentuk panel di ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah dihuni oleh manusia [[prasejarah]]. Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk [[batu bara]] dan [[minyak bumi]], selain keadaan lingkungan-purba.


=== Lantai II ===
=== Lantai II ===
Terbagi menjadi 3 ruangan utama: ruang barat, ruang tengah, dan ruang timur
Terbagi menjadi 3 ruangan utama: ruang barat, ruang tengah, dan ruang timur. Ruang barat (dipakai oleh staf museum), sementara ruang tengah dan ruang timur di lantai II yang digunakan untuk peragaan dikenal sebagai ruang geologi untuk kehidupan manusia.
=== Ruang Tengah ===
Berisi maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Pegunungan Tengah [[Papua (wilayah Indonesia)|Irian Jaya]]. Tambang terbuka [[Tambang Grasberg|Grasberg]] yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 miliar ton; dengan kandungan tembaga 1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton. Gabungan beberapa tambang terbuka dan tambang bawah tanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan [[Bijih besi|biji besi]] sebanyak 2,5 miliar ton.
Ruang barat (dipakai oleh staf museum)
Sementara ruang tengah dan ruang timur di lantai II yang digunakan untuk peragaan dikenal sebagai ruang geologi untuk kehidupan manusia.

=== '''Ruang Tengah''' ===
Berisi maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di [[Pegunungan Tengah Irian Jaya]]. Tambang terbuka [[Gransberg]] yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 miliar ton; dengan kandungan tembaga 1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton. Gabungan beberapa tambang terbuka dan tambang bawah tanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan biji besi sebanyak 2,5 miliar ton.
Bekas [[Tambang Ertsberg]] (Gunung Bijih) di sebelah tenggara Grasberg yang ditutup pada [[1988]] merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi objek geowisata yang menarik. Beberapa contoh batuan asal [[Papua (wilayah Indonesia)|Irian Jaya]] (Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur menara pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di sini.
Bekas Tambang Ertsberg ([[Gunung Bijih]]) di sebelah tenggara Grasberg yang ditutup pada [[1988]] merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi objek [[Geowisata]] yang menarik. Beberapa contoh batuan asal Irian Jaya (Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur menara pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di sini.
Ruang Timur Terbagi menjadi 7 ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
Ruang Timur Terbagi menjadi 7 ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
Baris 98: Baris 90:
* Ruang 3 berisi informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik secara tradisional maupun modern.
* Ruang 3 berisi informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik secara tradisional maupun modern.
* Ruang 4 menunjukkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditas mineral dan energi
* Ruang 4 menunjukkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditas mineral dan energi
* Ruang 5 memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif) seperti tanah [[Tanah longsor|longsor]], letusan gunung api, dan sebagainya.
* Ruang 5 memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif) seperti [[Tanah longsor|tanah longsor]], letusan gunung api, dan sebagainya.
* Ruang 6 menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan gejala kegunung apian.
* Ruang 6 menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan gejala kegunung apian.
* Ruang 7 menjelaskan tentang sumber daya air dan pemanfaatannya juga pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumber daya tersebut.
* Ruang 7 menjelaskan tentang sumber daya air dan pemanfaatannya juga pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumber daya tersebut.
Baris 105: Baris 97:
{{reflist}}
{{reflist}}
{{Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia}}
{{Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia}}
{{museum-stub}}


[[Kategori:Museum di Bandung]]
[[Kategori:Museum di Kota Bandung|Geologi]]
[[Kategori:Bangunan cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Bangunan cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Cagar budaya peringkat nasional]]
[[Kategori:Cagar budaya peringkat nasional]]
[[Kategori:Cagar budaya Indonesia di Jawa Barat]]
[[Kategori:Cagar budaya di Jawa Barat]]
[[Kategori:Museum di Jawa Barat]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1929 di Hindia Belanda]]

Revisi terkini sejak 6 Agustus 2024 05.40

Museum Geologi
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Museum Geologi Bandung
Cagar budaya Indonesia
PeringkatNasional
KategoriBangunan
No. RegnasCB.989
Lokasi
keberadaan
Kota Bandung, Jawa Barat
Tanggal SK2010 & 2017
Pemilik Indonesia
PengelolaMuseum Geologi dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Museum Geologi (bahasa Sunda: Musieum Géologi Bandung) didirikan pada tanggal 16 Mei 1929.[1] Museum ini direnovasi dengan mendapat dana bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency).[2] Setelah renovasi selesai, Museum Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada 23 Agustus 2000.[2]

Sebagai monumen bersejarah, museum ini berada di bawah perlindungan pemerintah dan merupakan peninggalan sejarah nasional. Di museum ini, tersimpan dan mengelola berbagai materi geologi, seperti fosil, batuan, dan mineral. Semua materi tersebut dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak tahun 1850.

Pengantar

[sunting | sunting sumber]

Di masa penjajahan Belanda, keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli Eropa. Setelah Eropa mengalami revolusi industri pada pertengahan abad ke-18, Eropa sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah Nusantara. Dengan demikian, diharapkan dapat menunjang perkembangan industri di Negeri Belanda.

Pada tahun 1850 terbentuk Dienst van het Mijnwezen dan berganti nama menjadi Dienst van den Mijnbouw pada 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumber daya mineral. Hasil penyelidikan berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan, dan peta memerlukan tempat untuk penganalisisan dan penyimpanan, sehingga pada 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung.

Gedung tersebut semula bernama Geologisch Laboratorium kemudian disebut Geologisch Museum. Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja serta menghabiskan dana sebesar 400 Gulden. Pembangunannya dimulai pada pertengahan 1928 dan diresmikan pada 16 Mei 1929. Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) yang diselenggarakan di Bandung pada 18 - 24 Mei 1929.

Masa Penjajahan Jepang

[sunting | sunting sumber]

Sebagai akibat dari kekalahan Belanda dari Jepang pada perang dunia II, keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda) atas nama Pemerintah Kolonial Belanda menyerahkan kekuasaan teritorial Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada 1942. Penyerahan itu dilakukan di Kalijati, Subang. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi nama Kogyo Zimusho. Setahun kemudian, berganti nama menjadi Chishitsu Chosacho.

Selama masa pendudukan Jepang, pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda Indonesia untuk menjadi PETA (Pembela Tanah Air) dan HEIHO (Pasukan Pembantu Bala Tentara Jepang pada Perang Dunia II). Laporan hasil kegiatan pada masa itu tidak banyak yang ditemukan, karena banyak dokumen (termasuk laporan hasil penyelidikan) yang dibumihanguskan ketika pasukan Jepang mengalami kekalahan pada awal tahun 1945.

Masa Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]
Prangko Museum Geologi, Bandung

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945—1950). Pada 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh Netherlands Indiës Civil Administration (NICA) tiba di Indonesia. Mereka mendarat di Tanjungpriuk, Jakarta. Di Bandung, mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pemerintah Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8, Bandung, pada 12 Desember 1945.

Pemindahan kantor PDTG terdorong oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka perjuangan mempertahankan kantor PDTG. Saat itu Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, di mana berbagai kebutuhan kemudian diambil dari PDTG. Setelah kantor di Rembrandt Straat ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda mendirikan lagi kantor yang bernama Geologische Dienst di tempat yang sama.

Akibat pertempuran yang terjadi di berbagai wilayah, maka selama kurun waktu 4 tahun sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949 kantor PDTG terus mengalami pemindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke Tasikmalaya, Solo, Magelang, Yogyakarta, dan baru pada tahun 1950 dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke Bandung. Dalam usaha penyelamatan dokumen tersebut, pada 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, Arie Frederic Lasut, diculik dan dibunuh oleh tentara Belanda. Ia gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem, Yogyakarta. Setelah kembali ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah Republik Indonesia, yang dibuktikan oleh kunjungan Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno ke museum Geologi pada 1960.

Pengelolaan Museum Geologi yang semula berada di bawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG), telah melalui berbagai pergantian nama, antara lain:

  • Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950—1952),
  • Djawatan Geologi (1952—1956),
  • Pusat Djawatan Geologi (1956—1957),
  • Djawatan Geologi (1957—1963),
  • Direktorat Geologi (1963—1978),
  • Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978—2005),
  • Pusat Survei Geologi (sejak akhir 2005 hingga sekarang)[1]

Pada tahun 1999 hingga 2000, Museum Geologi direnovasi. Dana untuk renovasi berasal dari Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA).[3] Pemerintah Jepang memberikan bantuan dana senilai 754,5 juta Yen. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada 20 Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu, Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi Susilo Bambang Yudhoyono.

Dengan penataan yang baru ini peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang meliputi Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Sedangkan untuk koleksi dokumentasi, tersedia sarana penyimpan koleksi yang lebih memadai. Diharapkan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi akan dapat lebih mudah diakses oleh pengguna baik peneliti maupun grup industri.

Sejak 2002, Museum Geologi yang statusnya merupakan Seksi Museum Geologi, telah dinaikkan menjadi UPT Museum Geologi, kemudian dibentuk 2 seksi dan 1 Subbag yaitu Seksi Peragaan, Seksi Dokumentasi, dan Subbag Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan peranannya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan, antara lain penyuluhan, pameran, seminar, serta kegiatan survei penelitian untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.

Pergeseran fungsi museum, seirama dengan kemajuan teknologi, menjadikan Museum Geologi sebagai tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan bumi dan usaha pelestariannya. Tempat orang melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Di mana Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu kebumian yang menggambarkan keadaan geologi bumi Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga. Objek geowisata yang menarik.

Pembagian Lantai dan Ruangan

[sunting | sunting sumber]

Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang menempati lantai I dan II. Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di kedua lantai Museum Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut.

Terbagi menjadi 3 ruang utama: ruang orientasi di bagian tengah, ruang sayap barat dan ruang sayap timur. Ruang Orientasi berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan pendidikan dan penelitian. Sementara, ruang sayap barat, dikenal sebagai ruang geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi tentang hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya. Tatanan tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia diwujudkan dalam bentuk maket model gerakan lempeng kerak bumi aktif. Keadaan geologi Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya serta fosil-fosil serta sejarah manusia menurut evolusi Darwin juga terdapat di sini.

Selain maket dan panel-panel informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga memamerkan beragam jenis batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumber daya mineral yang ada di setiap daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di sebelah baratnya, yang memamerkan beragam jenis batuan, mineral, dan susunan kristalografi dalam bentuk panel dan peraga asli.

Masih di dalam ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk jenis-jenis peralatan/perlengkapan lapangan, sarana pemetaan, dan penelitian serta hasil akhir kegiatan seperti peta (geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi, seismotektonik, dan segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakan data dan informasi geologi Indonesia. Ujung ruang sayap barat adalah ruang kegunung apian, yang mempertunjukkan keadaan beberapa gunung api aktif di Indonesia seperti: Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi dan Batu. Selain panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan maket kompleks Gunung Api Bromo-Kelud-Semeru. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan gunung api tertata dalam lemari kaca.

Ruang Sayap Timur

[sunting | sunting sumber]
Bagian sejarah alam Museum Geologi bandung

Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari primitif hingga modern, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah kehidupan. Panel-panel gambar yang menghiasi dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, dimana makhluk hidup yang paling primitif pun belum ditemukan. Beberapa miliar tahun sesudahnya, di saat bumi sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung perkembangan beberapa jenis tumbuhan bersel-tunggal, yang keberadaan terekam dalam bentuk fosil reptilia bertulang-belakang berukuran besar yang hidup menguasai Masa Mesozoikum Tengah hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu) diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn (Jenis kadal buas pemakan daging) yang panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m, dan berat 8 ton.

Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar 3 miliar tahun lalu selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi mamalia yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun lalu) dan Kuarter (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan hominid yang ditemukan pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya di Pulau Jawa.[4]

Kumpulan fosil tengkorak manusia purba yang ditemukan di Indonesia (Homo erectus P. VIII) dan di beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk replikanya. Begitu pula dengan artefak yang dipergunakan, yang mencirikan perkembangan kebudayaan-purba dari waktu ke waktu. Penampang stratigrafi sedimen Kuarter daerah Sangiran (Solo, Jawa Tengah), Trinil, dan Mojokerto (Jawa Timur) yang sangat berarti dalam pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba diperagakan dalam bentuk panel dan maket.

Sejarah pembentukan Danau Bandung yang melegenda itu ditampilkan dalam bentuk panel di ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah dihuni oleh manusia prasejarah. Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk batu bara dan minyak bumi, selain keadaan lingkungan-purba.

Lantai II

[sunting | sunting sumber]

Terbagi menjadi 3 ruangan utama: ruang barat, ruang tengah, dan ruang timur. Ruang barat (dipakai oleh staf museum), sementara ruang tengah dan ruang timur di lantai II yang digunakan untuk peragaan dikenal sebagai ruang geologi untuk kehidupan manusia.

Ruang Tengah

[sunting | sunting sumber]

Berisi maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Pegunungan Tengah Irian Jaya. Tambang terbuka Grasberg yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 miliar ton; dengan kandungan tembaga 1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton. Gabungan beberapa tambang terbuka dan tambang bawah tanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan biji besi sebanyak 2,5 miliar ton.

Bekas Tambang Ertsberg (Gunung Bijih) di sebelah tenggara Grasberg yang ditutup pada 1988 merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi objek Geowisata yang menarik. Beberapa contoh batuan asal Irian Jaya (Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur menara pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di sini.

Ruang Timur Terbagi menjadi 7 ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.

  • Ruang 1 menyajikan informasi tentang manfaat dan kegunaan mineral atau batu bagi manusia, serta panel gambar sebaran sumber daya mineral di Indonesia.
  • Ruang 2 menampilkan rekaman kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral
  • Ruang 3 berisi informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik secara tradisional maupun modern.
  • Ruang 4 menunjukkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditas mineral dan energi
  • Ruang 5 memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif) seperti tanah longsor, letusan gunung api, dan sebagainya.
  • Ruang 6 menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan gejala kegunung apian.
  • Ruang 7 menjelaskan tentang sumber daya air dan pemanfaatannya juga pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumber daya tersebut.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Museum Geologi » Sejarah". museum.geology.esdm.go.id. Diakses tanggal 2020-05-22. 
  2. ^ a b Aziz, Fachroel, 1946-. Atlas homo erectus Indonesia : koleksi Museum Geologi, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi. Kurniawan, Iwan,, Museum Geologi (Bandung, Indonesia),, LIPI Press, (edisi ke-Cetakan pertama). [Bandung]. ISBN 978-979-799-808-0. OCLC 1023816090. 
  3. ^ Munandar, A. A., dkk. (2011). Sejarah Permuseuman di Indonesia (PDF). Direktorat Permuseuman. hlm. 66. ISBN 978-602-19627-1-8. 
  4. ^ "Museum Geologi » Ruang Peragaan". museum.geology.esdm.go.id. Diakses tanggal 2020-05-22.