Lompat ke isi

Kepercayaan tradisional di Sulawesi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BuntuKonye (bicara | kontrib)
Pokok ajaran: Pokok ajaran dan identitas ~~~~
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(41 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Kepercayaan tradisional di Sulawesi''' merujuk pada [[kepercayaan asli|kepercayaan tradisional]] yang dianut oleh masyarakat di [[Pulau Sulawesi]]. Berikut ini daftar kepercayaan tradisional di Sulawesi.
[[Berkas:Toraja coffin.JPG|jmpl|402x402px|Upacara pemakaman di suku toraja]]
'''Animisme di Pulau Sulawesi''' mengacuh pada Sistem kepercayaan [[Tradisionalisme|tradisional]] [[suku Toraja]] "[[Aluk Todolo]]" yang merupakan kepercayaan animisme politeistik yang disebut aluk, atau "jalan" (kadang diterjemahkan sebagai "hukum"). Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan [[Puang Matua]], dewa pencipta. [[Alam semesta]], menurut aluk, dibagi menjadi [[dunia]] atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah. Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan, pemisah, dan kemudian muncul cahaya. Hewan tinggal di dunia bawah yang dilambangkan dengan tempat berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh empat pilar, bumi adalah tempat bagi umat manusia, dan surga terletak di atas, ditutupi dengan atap berbetuk pelana. [[Mitologi Romawi|Dewa-dewa]] Toraja lainnya adalah [[Pong Banggai]] di [[Gunung Rantemario|Rante]] (dewa bumi), [[Indo' Ongon-Ongon]] (dewi gempa bumi), [[Pong Lalondong]] (dewa kematian), [[Indo' Belo Tumbang]] (dewi pengobatan), dan lainnya.


==Adat Musi==
Kekuasaan di bumi yang kata-kata dan tindakannya harus dipegang baik dalam kehidupan pertanian maupun dalam [[Pemakaman|upacara pemakaman]], disebut [[to minaa]] (seorang pendeta aluk). Aluk bukan hanya sistem kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan dari hukum, [[agama]], dan kebiasaaan. Aluk mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertanian, dan ritual keagamaan. Tata cara Aluk bisa berbeda antara satu [[desa]] dengan desa lainnya. Satu [[hukum]] yang umum adalah peraturan bahwa ritual kematian dan kehidupan harus dipisahkan. Suku Toraja percaya bahwa ritual kematian akan menghancurkan jenazah jika pelaksanaannya digabung dengan ritual kehidupan.Kedua ritual tersebut sama pentingnya. Ketika ada para [[misionaris]] dari [[Belanda]], orang [[Kristen]] Toraja tidak diperbolehkan menghadiri atau menjalankan [[ritual]] kehidupan, tetapi diizinkan melakukan ritual kematian. Akibatnya, ritual kematian masih sering dilakukan hingga saat ini, tetapi ritual kehidupan sudah mulai jarang dilaksanakan.
{{Utama|Adat Musi}}
Adat Musi adalah salah satu [[agama asli Nusantara]] yang dianut oleh [[suku Talaud]]. Adat Musi juga merujuk ke organisasi agama tersebut yang bernama "Gereja Adat Musi". Penganut Adat Musi meyakini bahwa Bawangin Panahal menerima wahyu dari Tuhan dan dari perantaranya yang disebut ''Onto'a'' atau ''Onto'a Ruata''.<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedi Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa|last=Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa|date=2006|publisher=Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa|isbn=9789791607117|location=Jakarta|pages=72-74|oclc=424338489}}</ref>


== Sejarah ==
==Aluk Todolo==
{{Utama|Aluk Todolo}}
Awal mula animisme di Pulau Sulawesi berasal dari Aluk Todolo, keyakinan, dan ajaran hidup orang Toraja terdahulu, mereka meyakini bahwa "Orang Toraja berasal dari Langit". Tidak hanya manusia saja, tetapi juga kerbau, ayam, kapas, hujan, besi, bisa, dan padi sebagai unsur dasar dari alam ini, dibuat dan diturunkan dari langit. Adalah Datu' Laukku yang dianggap sebagai nenek moyang manusia. Ia dibuat langsung oleh Sang Pencipta yang disebut Puang Matua, dari bahan emas murni, dengan perantaraan Sauan Sibarrung.
Aluk Todolo adalah [[agama etnis]] leluhur nenek moyang [[suku Toraja]] yang hingga saat ini masih dipraktikkan oleh sejumlah besar masyarakat Toraja. Pada tahun 1970, Aluk Todolo sudah dilindungi oleh negara dan resmi dikategorikan ke dalam agama [[Hindu]], sehingga kerap disebut sebagai "Hindu Alukta".<ref name="Segara">{{cite journal |surname=Segara |given=I Nyoman Yoga |title=The Future of Hindu Alukta in Tana Toraja Post-Integration With the Hindu Religion |language=en |journal=Heritage of Nusantara |volume=12 |number=2 |date=2023 |doi=10.31291/hn.v12i2.710 |url=https://heritage.kemenag.go.id/index.php/heritage/article/view/710}}</ref> Aluk Todolo adalah salah satu agama tertua yang dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran hidup [[Konghucu]] dan agama Hindu. Oleh karena itu, Aluk Todolo merupakan suatu kepercayaan yang bersifat [[pantheisme]] yang dinamistik.<ref name = Sejari>[http://sejarahri.com/aluk-todolo-kepercayaan-suku-toraja/ Sejarah RI: Aluk Todolo Kepercayaan Suku Toraja] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190327091716/http://sejarahri.com/aluk-todolo-kepercayaan-suku-toraja/ |date=2019-03-27 }}. Diakses 20 Maret 2019.</ref><ref>[http://www.wacana.co/2013/05/aluk-todolo-toraja/ Wacana: Aluk Todolo, Kepercayaan Suku Toraja]. 15 Mei 2019. Diakses 20 Maret 2019.</ref>


==Islam Tua==
Datu' Laukku beserta keturunannnya tetap hidup di langit hingga beberapa generasi, dan dari keturunannya itu yang pertama kali diturunkan ke bumi adalah Pong Bura Langi. Di bumi, Pong Bura Langi kemudian memiliki keturunan yang pertama dan disebut Pong Mula Tau. Pong Mula Tau inilah yang dianggap dan disebut sebagai manusia pertama.
{{Utama|Islam Tua}}
Islam Tua atau Masade adalah aliran kepercayaan [[suku Sangir]] yang berkembang di [[Kabupaten Kepulauan Sangihe|Kepulauan Sangihe]]. Islam Tua adalah sebutan yang diberikan orang luar kepada penganut kepercayaan ini karena menganggap sebagian ajarannya lebih dekat pada agama [[Islam]], sedangkan para pemeluknya sendiri menyebutnya sebagai Masade.<ref>{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/regional/read/3118686/menelusuri-keberadaan-islam-masade-di-kepulauan-sangihe|title=Menelusuri Keberadaan Islam Masade di Kepulauan Sangihe|last=Ikanubun|date=2017-10-06|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2019-08-14|editor-last=Syaiful|editor-first=Anri|first=Yoseph}}</ref> Akibat tekanan pemerintahan dan berkembangnya zaman, agama ini mengalami beberapa perubahan nama. Pertama kali agama ini dikenali sebagai agama Masade, kemudian Islam Handung, kemudian Penghayat, dan pada akhirnya agama ini disebut oleh sebagian orang Sangihe sebagai Islam Tua.<ref>{{Cite web|url=http://sangihekab.go.id/home/index.php?document_srl=859&mid=Sejarah|title=Sejarah - Sejarah Islam Tua Lenganeng|website=sangihekab.go.id|access-date=2019-08-14}}</ref>


==Lamoa==
Namun menurut orang Toraja, Pong Bura Langi bukanlah satu-satunya yang turun dari langit. Beberapa keturunan Datu' Laukku lainnya juga turun ke Bumi. Di antara yang turun dari langit adalah Puang Soloara di Sesean, Puang Tamboro Langi (Sawerigading) di Kandora, dan Puang Ri Kesu di Gunung Kesu. Mereka ini disebut ''tomanurun di langi’'' yang artinya adalah orang yang turun dari langit. Kali ini Toraja tidak sendirian menganut kepercayaan tomanurun di Langi. Suku-suku lain yang mendiami wilayah seputaran semenanjung [[Sulawesi Selatan]] juga percaya adanya tomanurung di langi’, hanya saja mengenai tempat kedatangannya sangat bervariasi.<ref>{{Cite book|title=Tradisi Masyarakat di Sulawesi Selatan|last=Saransi|first=Ahmad|publisher=Lamacca Press|year=2003|isbn=|location=Makassar|pages=25}}</ref>
{{Utama|Lamoa}}
Lamoa adalah bentuk kepercayaan tradisional yang dahulu banyak dianut oleh penduduk asli [[Suku Pamona|Pamona]] di [[Kabupaten Poso]]. Bentuk peribadatannya disebut sebagai ''Molamoa'' yang ditujukan untuk [[Pue Mpalaburu]] (dewa tertinggi).<ref name=":0">{{Cite book|last=Adriani|first=N.|date=1912|url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB18A:025970000:00005|title=De Bare'e-sprekende Toradja's van Midden-Celebes|publisher=Landsdrukkerij|language=Nederlands}}</ref><ref>{{cite journal|url=http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/47345|title=Bentuk dan fungsi nyanyian ritual dalam kesenian Wora Sinci di Masyarakat Pamona Propinsi Sulawesi Tengah|website=etd.repository.ugm.ac.id|location=[[Yogyakarta]], Indonesia|access-date=14 Mei 2023|language=id|date=2010|publisher=[[Universitas Gadjah Mada]]|author=Christian|first2=Handi|last2=Jefry|first3=Victor|last3=Ganap}}</ref>


==Tolotang==
== Kepercayaan awal ==
{{Utama|Tolotang}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Toraja dodenfeest na de dood van een puang van Sangalla TMnr 20017916.jpg|jmpl|225px|Upacara kematian Toraja.]]
Tolotang (kadang ditulis ''Tolottang'' atau ''Towani Tolotang'') adalah [[agama etnis|agama asli]] [[suku Bugis]] yang dianut mayoritas di beberapa wilayah dalam provinsi [[Sulawesi Selatan]], terutama di [[Kabupaten Sidenreng Rappang]]. Sekitar 5.000 warga di wilayah [[Amparita, Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang|Amparita, Sidenreng Rappang]] menganut agama ini secara turun temurun. Karena [[Pemerintah Indonesia]] hanya mengakui enam agama secara resmi, selebihnya dikategorikan sebagai "Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa", dan juga penganut Tolotang tidak mau disebut sebagai aliran kepercayaan, akhirnya mereka menggabungkan diri dengan agama [[Hindu]]. Maka dari itu, hingga saat ini kepercayaan ini juga dikenal dengan nama Hindu Tolotang.<ref name= Panaungi>[http://www.rappang.com/2009/12/la-panaungi-pendiri-toani-tolotang.html La panaungi, Pendiri Toani Tolotang] ''rappang.com''. {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150503020220/http://www.rappang.com/2009/12/la-panaungi-pendiri-toani-tolotang.html |date=2015-05-03 }}</ref>
Kepercayaan Aluk Todolo ini bersumber dari dua ajaran utama yaitu aluk 7777 (aluk sanda pitunna) dan aluk serba seratus (sanda saratu'). Aluk Sanda Pitunna (aluk 7777) merupakan sistem religi yang diyakini oleh orang Toraja sebagai aluk yang diturunkan dari langit bersama-sama dengan umat manusia. Oleh karena itu, Aluk Sanda Pitunna adalah aluk tertua dan menyebar secara luas di Toraja. Sementara itu, Aluk Sanda Saratu' datang kemudian, namun Aluk Sanda Saratu' hanya berkembang didaerah Tallu Lembangna.


==Tonaas Walian==
Aluk Sanda Pitunna bersumber dari ajaran agama (sukaran aluk) yang meliputi upacara (aluk), larangan (pemali), kebenaran umum (sangka') dan kejadian sesuai dengan alurnya (salunna). Aluk sendiri meliputi upacara yang terdiri atas tiga pucuk dan empat tumbuni (aluk tallu lolona, a'pa' pentaunina). Disebut tiga aluk karena ia meliputi upacara yang menyangkut aluk tau atau manusia.<ref name= Cult1>[http://www.torajaculture.id/2013/11/aluk-todolo-agama-purba-suku-toraja.html Toraja Culture: Aluk Todolo Agama Purba Suku Toraja] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190322121645/http://www.torajaculture.id/2013/11/aluk-todolo-agama-purba-suku-toraja.html |date=2019-03-22 }}. 13 November 2013. Diakses 22 Maret 2019.</ref><ref>{{Cite book|title=Toraja dan Kebudayaannya|last=Tangdilintin|first=L.T.|publisher=Yayasan Baruga Nusantara|year=2001|isbn=|location=Makassar|pages=67}}</ref>
{{Utama|Tonaas Walian}}
Tonaas Walian adalah [[agama etnis]] yang dianut oleh [[orang Minahasa]] di [[Sulawesi Utara]].<ref>{{cite encyclopedia |title=Ensiklopedi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa |edition=4th |place=Jakarta |publisher=Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa |year=2010 |orig-year=2003 |url=http://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=7335&keywords= |language=id |isbn=978-979-16071-1-7 |pages=382–83}}</ref>


==Kepercayaan lainnya==
Aluk Todolo atau Alukta adalah aturan tata hidup yang telah dimiliki sejak zaman dahulu oleh masyarakat Suku Toraja, Sulawesi Selatan. Aturan tata hidup tersebut berkenaan dengan sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan dan sistem kepercayaan. Dalam hal kepercayaan, penduduk Suku Toraja percaya kepada Sang Pencipta, yang disebut dengan istilah Puang Matua. Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, sang pencipta ini. Di dalam menjalankan ritualnya, Aluk Todolo memiliki dua macam upacara yaitu upacara berduka disebut ''Rambu Solo''' dan ''Rambu Tuka'' sebagai upacara kegembiraan. Upacara Rambu Solo' meliputi tujuh tahapan, yaitu ''Rapasan'', ''Barata Kendek'', ''Todi Balang'', ''Todi Rondon'', ''Todi Sangoloi'', ''Di Silli'', ''Todi Tanaan''. Serta upacara Rambu Tuka juga meliputi tujuh tahapan diantaranya ''Tananan Bua'', ''Tokonang Tedong'', ''Surasang Tallang'', ''Remesan Para'', ''Tangkeuan Suru'', ''Kapuran Pangguan''.
* Sundeng, kepercayaan asli [[suku Sangir]]<ref>
==Ritual==
{{cite journal|url=https://barta1.com/v2/2021/09/12/kepercayaan-dan-agama-purba-di-sangihe/|title=Kepercayaan dan Agama Purba di Sangihe|website=barta1.com}}</ref>
Aluk Todolo sendiri menjadi tali pengikat masyarakat Toraja yang begitu kuat, bahkan menjadi landasan kesatuan sang torayan yang sangat kokoh sehingga ke manapun orang Toraja pergi, mereka akan selalu teringat dengan kampung halaman, dan rindu untuk kembali kesana. Ikatan batin yang begitu kokoh tentu saja adalah buah-buah hasil dari tempaan Aluk Todolo itu. Karena itu memprihatinkan bila aluk todolo kini nyaris lenyap diterpa arus dunia modern, namun ritual-ritual masih dipertahankan. Salah satu ritual yang masih kental yaitu "Ritual Ma'Nene".
*Ada' Mappurondo, kepercayaan asli [[suku Mamasa]]<ref>{{cite journal|url=https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/tepian/article/view/626|date=Juni 2021|access-date=28 Maret 2023|publisher=Universitas Kristen Duta Wacana|first1=Enni|last1=Rosa|website=ejournal-iakn-manado.ac.id|location=Manado, Indonesia|title=SEBUAH CATATAN PERJUMPAAN ADA’ MAPPURONDO, ISLAM DAN KRISTEN DALAM TRADISI PAMBAYAAN KU’BU’ DI JEMAAT SEPANG}}</ref>
*Alu' Tojolo, kepercayaan asli [[suku Duri]]<ref>{{cite journal|url=https://www.academia.edu/9657831/Suku_Duri_Enrekang_Sulawesi_Selatan|title=Suku Duri, Enrekang -Sulawesi Selatan|first1=Firma|last1=Linda|website=www.academia.edu|language=id|access-date=15 Mei 2023|date=2014}}</ref>
*Halaik, kepercayaan asli [[suku Wana]]<ref>{{cite journal|url=https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Sosioreligius/article/view/13324/8264|date=Juni 2021|access-date=28 Maret 2023|publisher=UIN Alauddin |first1=Moh.|last1=Nuffa|website=journal.uin-alauddin.ac.id|location=Sulawesi Tengah, Indonesia|title=TAU TAA WANA, DARI ALAM UNTUK ALAM: Filosofi dan Praktik Bijaksana Menata Relasi Manusia dan Alam}}</ref>
*Patuntung, kepercayaan asli [[suku Kajang]]<ref>{{cite journal|url=https://ojs.unm.ac.id/pir/article/view/9981|title=Patuntung Sebagai Kepercayaan Masyarakat Kajang Dalam (Ilalang Embayya) Di Kabupaten Bulukumba|author=Hasan|first2=Hasrudin|last2=Nur|website=ojs.unm.ac.id|language=id|access-date=15 Mei 2023|date=2019|publisher=Universitas Sawerigading Makassar|location=[[Makassar]], Indonesia}}</ref>
*Sanggelo, kepercayaan asli [[suku Tolaki]]<ref>{{cite web|url=https://kkst-sultra.org/2021/10/02/mengenal-suku-tolaki/|title=Mengenal Suku Tolaki|website=kkst-sultra.org|language=id|access-date=14 Mei 2023|publisher=Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara|date=2021}}</ref>


==Referensi==
[[Berkas:Manene Tradisi Ganti Baju Mayat di Tana Toraja.jpg|jmpl|Ritual Ma'nene adalah ritual tradisional di Tana Toraja ketika jenazah leluhur keluarga Toraja akan digantikan kainnya.]]
{{Reflist}}


{{Agama di Indonesia}}
Ritual Ma'nene adalah [[ritual]] tradisional di [[Tana Toraja]] dimana [[jenazah]] leluhur keluarga Toraja akan dibersihkan, digantikan baju dan kainnya.<ref>{{Cite web|last=JawaPos.com|date=2017-09-14|title=Ma’nene di Toraja, Cara Yang Hidup Tunjukkan Kasih kepada Yang Wafat|url=https://www.jawapos.com/features/14/09/2017/manene-di-toraja-cara-yang-hidup-tunjukkan-kasih-kepada-yang-wafat/|website=JawaPos.com|language=id|access-date=2020-09-12}}
{{Mitos supernatural Indonesia}}
</ref><ref>{{Cite web|last=Liputan6.com|date=2005-08-20|title=Ma`nene, Tradisi Mengenang Leluhur|url=https://www.liputan6.com/news/read/107595/manene-tradisi-mengenang-leluhur|website=liputan6.com|language=id|access-date=2020-09-12}}
</ref>


{{DEFAULTSORT:di Indonesia, Kepercayaan asli}}
Ma' Nene' merupakan sebuah ritual adat dalam budaya [[Suku Toraja]]. Ritual ini merupakan sebuah [[ritual]] di mana mayat yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu dikeluarkan dari dalam liang kuburan untuk dibersihkan dan diganti baju dan kainnya. Ritual adat ini termasuk dalam upacara adat Rambu Solo' (kematian).
[[Kategori:Kepercayaan tradisional Indonesia|sulawesi]]

== Pokok ajaran dan identitas==
===Aluk Todolo===
Pokok-okok ajaran animisme di Sulawesi hampir keseluruhan mengacu pada ajaran Aluk Todolo, Puang Matua menciptakan segala isi bumi ini pertama-tama dengan menciptakan delapan Makhluk di atas langit melalui tempayan yang disebut Saun Sibarrung, yang menurut mitos ajarannya berbunyi: ''"Berangkatlah sang pencipta ke sebelah barat mengambil sebakul emas dan kembali membawa bakulnya itu dan dimasukkannya kedalam sebuah tempayan yang dinamakan Saun Sibarrung dan kemudian dihembusnya Saun Sibarrung itu lalu terciptalah delapan macam nenek makhluk dari dalamnya dan masing–masing diberi nama:
* Datu' La Ukku', yaitu Nenek dari Manusia
* Merrante, yaitu Nenek dari Racun
* La Ungku', yaitu Nenek dari Kapas
* Irako, yaitu Nenek dari Besi
* Menturini, yaitu Nenek dari Kerbau
* Pong Pirik–Pirik, yaitu Nenek dari Hujan
* Lamemme, yaitu Nenek dari Padi
* Menturiri, yaitu Nenek dari Ayam"''

Setelah Puang Matua menciptakan kedelapan mahluk terseut maka kepada Nenek Manusia yaitu Datu’ La Ukku’ diberikan kepadanya satu aturan atau ketentuan setelah Puang Matua menikahkannya dengan To Tabang Tua yang juga diciptakan oleh Puang Matua. Aturan itulah yang kemudian dinamakan sukaran aluk yang kelak diikuti oleh keturunan Datu' La Ukku' bernama Pong Mula Tau sebagai manusia pertama yang turun dari langit membawa sukaran aluk.<ref name= Cult1 />

Sebelum kata Toraja digunakan untuk nama suatu negeri yang sekarang dinamakan Toraja, sebenarnya dahulu negeri tersebut adalah negeri yang berdiri sendiri yang dinamai ''"Tondok Lepongan Bulan Tana Matari’ Allo"'' yang artinya adalah negeri yang pemerintahan dan kemasyarakatannya berketuhanan yang merupakan kesatuan yang bulat bentuknya bagaikan bundaran bulan/ matahari.

Nama Lepongan Bulan atau Matari' Allo adalah bersumber dari terbentuknya negeri ini dalam suatu kesatuan tata masyarakat yang terbentuk berdasarkan:
* Persekutuan berdasarkan suatu ajaran Agama / Keyakinan yang sama yang dinamakan Aluk Todolo, mempergunakan suatu aturan yang bersumber / berpancar dari suatu sumber yaitu "Marinding Banua Puang" yang dikenal dengan Aluk Pitung Sa'bu Pitu Ratu' Pitung Pulo Pitu atau Aluk Sanda Pitunna (Aluk 7777)
* Beberapa Daerah Adat yang mempergunakan satu Aturan Dasar Adat dan Budaya yang bersumber dari satu Aturan.
* Dibentuk oleh satu suku bangsa Toraja

Aluk Sanda Pitunna (Aluk 7777) di dalamnya mencakup:
* Aturan hidup dan kehidupan manusia (etika dan etiket)
* Aturan Pemujaan kepada Puang Matua (Tuhan Yang Maha Esa)
* Aturan persahabatan dengan alam semesta untuk menjaga harmonisasi
* Aturan menyembah kepada Tolendu' Membali Puang/Todolo (Arwah leluhur)

===Antisme Filipina===

Agama rakyat asli Filipina adalah agama yang dibawah oleh penyebar animisme dari [[Kepulauan Sulawesi]], terutama dari dataran tinggi [[Gunung Rantemario|Pegunungan Toraja]], Sulawesi Selatan sekitar abad ke 10 [[Masehi]] yang kemudian menjadi agama asli, namun berbeda dari berbagai [[kelompok etnis di Filipina]]. Agama rakyat Filipina disebut sebagai '''Anito''' atau '''Anitisme''' atau '''Dayawisme''' yang lebih modern dan kurang etnosentris.<ref name="Almocera2005">Almocera, Ruel A., (2005) Keyakinan Spiritual Filipina Populer dengan Usulan Tanggapan Teologis. dalam Doing Theology di Filipina. Suk, John., Ed. Mandaluyong: OMF Literature Inc. Pp 78-98</ref><ref name="Maggay1999">Maggay, Melba Padilla (1999). Kesadaran Religius Filipina. Kota Quezon: Lembaga Studi Gereja dan Budaya Asia.</ref><ref name="SitoyJr1985">{{Cite book |title=A history of Christianity in the Philippines Volume 1: The Initial Encounter |last=Sitoy |first =T. Valentino Jr. |publisher=Penerbit Hari Baru |year=1985 |isbn=9711002558 |location=Kota Quezon, Filipina}}</ref><ref name="SoulBook1991">{{cite book |title=The Soul Book: Introduction ke Agama Pagan Filipina | last1 =Demetrio | pertama1 = Francisco R. | last2 =Cordero-Fernando | pertama2 = Gilda | last3 = Nakpil-Zialcita | pertama4 = Fernando| last4 =Feleo | first3 = Roberto B. |date= 1991 |publisher=GCF Books, Quezon City |author-link2= Gilda Cordero-Fernando| asin=B007FR4S8G}}</ref> Sekitar 0,2% penduduk Filipina berafiliasi dengan apa yang disebut "agama suku", menurut sensus nasional 2010.
[[File:Wodden Carvings of the Bululs.jpg|thumb|Gambar kayu nenek moyang (''[[Bulul]]'') di sebuah museum di [[Bontoc, Provinsi Pegunungan|Bontoc]], [[Filipina]]]]
Banyaknya istilah yang berbeda muncul dari fakta bahwa [[agama-agama pribumi]] ini sebagian besar berkembang pada periode pra-kolonial sebelum Filipina menjadi satu negara.<ref name="Scott1994">{{cite book |last=Scott |first=William Henry |author-link=William Henry Scott (sejarawan) |title=Barangay: Budaya dan Masyarakat Filipina Abad Enam Belas |publisher=Ateneo de Manila University Press |date=1994 |location=Kota Quezon |isbn=971-550 -135-4}}</ref> Berbagai orang Filipina berbicara bahasa yang berbeda dan dengan demikian menggunakan istilah yang berbeda untuk menggambarkan keyakinan agama mereka. Meskipun kepercayaan ini dapat diperlakukan sebagai agama yang terpisah, para ahli mencatat bahwa mereka mengikuti "''kerangka kerja struktural umum dari gagasan''" yang dapat dipelajari bersama.<ref name="SitoyJr1985"/> Berbagai kepercayaan agama asli Filipina adalah berasal dari [[Aluk Todolo]], yang dianut [[Suku Toraja]], di [[Sulawesi Selatan]] yang memiliki kaitan dengan berbagai agama di Oseania dan Asia Tenggara maritim, yang berakar dari kepercayaan Austronesia seperti yang ada di Filipina.<ref name="SoulBook1991"/><ref name="Osborne2004">{{cite book |last= Osborne |first=Milton |author-link=Milton Osborne |title=Asia Tenggara: Sejarah Pengantar |publisher=Allen & Unwin |date=2004 |location=Australia |edition=Ninth |isbn=1-74114-448-5}}</ref>

Narasi cerita rakyat yang diasosiasikan dengan keyakinan agama ini merupakan apa yang sekarang disebut [[mitologi Filipina]], dan merupakan aspek penting dari studi [[budaya Filipina]] dan [[psikologi Filipina]].

Aspek penting lainnya adalah [[Dukun]] pribumi yang bertindak sebagai pemimpin spiritual dari berbagai [[kelompok etnis Filipina|masyarakat etnis]] [[Sejarah Filipina (900–1521)|pra-kolonial]] [[Filipina|Kepulauan Filipina]]. Para dukun ini, kebanyakan masih ada, hampir selalu perempuan atau [[Bakla|laki-laki banci]] ('asog'' atau ''bayok'').
Mereka diyakini memiliki [[pemandu roh]], yang dengannya mereka dapat menghubungi dan berinteraksi dengan roh dan dewa (''[[anito]]'' atau ''[[Anito|diwata]]'') dan [[Dunia Roh ( Spiritualisme)|dunia roh]]. Peran utama mereka adalah sebagai [[perantara|perantara]] selama ritual pag-anito'[[pemanggilan arwah]]. Ada juga berbagai subtipe dukun yang berspesialisasi dalam seni [[Pengobatan tradisional|penyembuhan]] dan [[jamu]], [[ramalan]], dan [[Sihir|sihir]]. Banyak jenis dukun menggunakan berbagai jenis barang dalam pekerjaan mereka, seperti jimat atau jimat yang dikenal sebagai [[agimat]] atau anting-anting, penangkal kutukan seperti [[Buntot Pagi|buntot pagi]], dan ramuan minyak suci, di antaranya banyak objek lainnya. Semua kelas sosial, termasuk dukun, menghormati dan menghormati patung dewa mereka (disebut larauan, [[bulul]]'', manang'', dll), yang mewakili satu atau lebih dewa tertentu dalam panteon etnis mereka, yang mencakup dewa non-leluhur dan leluhur yang didewakan.<ref name="scott1992">{{cite book|author=William Henry Scott|title =Mencari Orang Filipina Pra-Hispanik dan Esai Lain dalam Sejarah Filipina|publisher =Baru Hari Penerbit|tahun =1992|pages =124–127|isbn =978-9711005245|url =https://archive.org/stream/LookingForThePrehispanicFilipino/Looking%20for%20the%20Prehispanic%20Filipino#page/n67/mode/2up /search/babaylan|author-link =William Henry Scott (sejarawan)}}</ref> Istilah yang lebih umum digunakan oleh sumber Spanyol untuk dukun asli di seluruh nusantara berasal dari [[bahasa Tagalog|Tagalog]] dan [[bahasa Visayan |Visayan]] ''[[ anito]]'' ("roh"); ini termasuk istilah seperti ''maganito'' dan ''anitera''.<ref name="sagadareader">{{cite book |last1=Scott |first1=William Henry |title=A Sagada Reader |date=1988 |publisher= Penerbit Hari Baru |isbn=9789711003302 |page=148|quote=Anito: Tagalog dan Visayan abad ke-16 (menurut catatan Spanyol): berhala atau dewa yang menghuni berhala, juga maganito: upacara untuk berhala semacam itu, dan anitero: (Sp .) dukun, dukun.}}</ref><ref>{{cite book |last1=Brewer |first1=Carolyn |title=Konfrontasi Suci: Agama, Gender, dan Seksualitas di Filipina, 1521–1685 |date= 2001 | penerbit=C. Brewer dan Institut Studi Wanita, St. Scholastica's College |isbn=978-971-8605-29-5 |page=156 |url=https://books.google.com/books?id=sxTZAAAAMAAJ |language=en |quote =Terminologi yang lebih umum yang tampaknya digunakan di seluruh nusantara didasarkan pada penanda roh anito. Ini termasuk ''maganito'' dan ''anitera''.}}</ref><ref>{{cite thesis|last=Fluckiger|first=Steven J.|year=2018|title='She Serves the Lord' : Feminine Power and Catholic Appropriation in the Early Spanish Philippines.|type=M.A.|publisher=University of Hawaiʻi at Mānoa|url=https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/handle/10125/62485|quote=Maganito pergi dengan beberapa nama berbeda di seluruh pulau tergantung pada kelompok bahasa, seperti babaylan, tetapi istilah maganito dan variasi serupa tampaknya menjadi istilah yang lebih universal dalam sumber-sumber kolonial Spanyol. Karena universalitas ini dan asal-usulnya yang asli, istilah maganito akan digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan semua misionaris dukun animisme yang berhubungan dengannya pada abad keenam belas dan ketujuh belas. |halaman=4}}</ref>''

[[File:Babaylan Festival in Bago City.jpg|thumb| [[Orang Hiligaynon|Wanita Hiligaynon]] menggambarkan seorang ''babaylan'' (dukun Visayan) selama festival. Menurut catatan Spanyol, sebagian besar dukun pra-kolonial adalah perempuan, sedangkan sebagian lainnya terdiri dari laki-laki yang feminin. Keduanya diperlakukan oleh penduduk asli dengan rasa hormat yang tinggi, setara dengan ''datu'' (penguasa domain)]]

[[File:Agimat.jpg|thumb|Berbagai pesona dan jimat Filipina modern yang disebut [[agimat|anting-anting atau agimat]]. Agimat tertentu yang diberkati oleh para dewa diyakini memberikan kekuatan gaib kepada penggunanya, seperti tembus pandang, kekuatan, kecepatan, dan pertahanan. Beberapa agimat digunakan sebagai jimat keberuntungan, sementara yang lain digunakan untuk menangkis kutukan dan makhluk terpesona.]]
Sisi negatif dari dukun Filipina adalah penyihir yang mencakup berbagai jenis orang dengan pekerjaan dan konotasi budaya yang berbeda tergantung pada kelompok etnis yang terkait dengan mereka. Mereka sama sekali berbeda dari gagasan Barat tentang apa itu penyihir. Contoh penyihir dalam konsep Filipina adalah mannamay, mangkukulam, dan mambabarang.<ref name="auto2">{{cite web | url=https://www.aswangproject.com/philippine-sorcery-101-6-methods-and-how-to-counter-them/ | title=Philippine Sorcery 101: 6 Metode dan Cara Melawannya}}</ref> Sebagai media spiritual dan peramal, dukun terkenal karena melawan dan mencegah kutukan dan kekuatan penyihir, terutama melalui penggunaan item dan mantra khusus. Selain dukun, ada juga tipe orang lain yang bisa melawan sihir penyihir tertentu, seperti mananambal, yang berspesialisasi dalam melawan ''barang''.<ref name="auto2" /> Dukun juga bisa melawan kutukan makhluk gaib seperti [[aswang]]. Namun, karena mereka adalah manusia fana, kekuatan fisik dukun terbatas dibandingkan dengan kekuatan makhluk aswang. Kesenjangan dalam kekuatan fisik ini biasanya dijembatani oleh dinamika pengetahuan dan kecerdasan.<ref>{{Cite book | url=https://books.google.com/books?id=yIe7BAAAQBAJ&q=dukun+mangkukulam&pg=PP1 | title=Demistifikasi Dukun dan Dunianya: Studi Multidisipliner| isbn=978-1-84540-333-1| last1=Batu| first1=Adam J.| last2=Krippner| pertama2=Stanley| date=October 14, 2011}}</ref><ref>{{Cite journal |jstor = 29791795|title = Beberapa Catatan tentang Alfred McCoy, "Baylan: Animist Religion and Philippine Peasant Ideology"|journal = Philippine Quarterly of Culture and Masyarakat|volume = 11|edisi = 2/3|halaman = 212–216|terakhir1 = Fegan|pertama1 = Brian|tahun = 1983}}</ref><ref name="auto50">Mitos Filipina; Gaverza, J.K., 2014, Universitas Filipina Diliman</ref>
=== Adat Towani===
Ajaran Towani atau lebih lazim disebut "Tolotang" bertumpu pada lima keyakinan, yaitu:
* Percaya adanya Dewata SeuwaE, yaitu keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
* Percaya adanya hari kiamat yang menandai berakhirnya kehidupan di dunia.
* Percaya adanya hari kemudian, yakni dunia kedua setelah terjadinya kiamat
* Percaya adanya penerima wahyu dari Tuhan
* Percaya kepada Lontara sebagai kitab suci Penyembahan To Lotang kepada Dewata SeuwaE berupa penyembahan kepada batu-batuan, sumur dan kuburan nenek moyang.

Bisa diluruskan bahwa Menyembah kepada batu-batuan, sumur, dan kuburan nenek moyang, adalah satu bentuk arah sebagai sarana konsentrasi. Jadi hal ini hendaknya tidak membuat orang-orang luar menghakimi mereka bahwa Tolotang adalah Animisme maupun Dinamisme.

Dalam masyarakat Tolotang sendiri terdapat dua kelompok, yaitu Masyarakat Benteng (Orang Tolotang yang sudah pindah ke Agama Islam), dan Masyarakat Towani Tolotang (komunitas yang masih menganut agama Tolotang). Kedua kelompok ini memiliki tradisi yang berbeda dalam beberapa prosesi keagamaan, misalnya dalam prosesi kematian dan pesta pernikahan. Bagi komunitas Benteng, tata cara prosesi pernikahan dan kematian sama seperti tata cara yang dilakukan dalam agama Islam. Bagi Komunitas Towani Tolotang, prosesi kematian, melalui prosesi memandikan jenazah yang kemudian membungkus dan melapisinya dengan menggunakan daun sirih. Sedangkan untuk prosesi pernikahan Kelompok Towani Tolotang. Mereka melaksanakannya di hadapan Uwatta, atau pemimpin ritual yang masih merupakan keturunan langsung dari pendiri Towani Tolotang.

Bagi Masyarakat Towani Tolotang, ritual Sipulung yang dilaksanakan sekali dalam setahun mengambil tempat di Perrynyameng yang merupakan lokasi kuburan I Pabbere. Kelengkaplan ritual masyarakat Towani Tolotang, mereka diwajibkan membawa sesajian berupa nasi dan lauk pauk, yang diyakini sebagai bekal pada hari kemudian. Sehingga semakin banyak sesajian yang dibawa, akan semakin banyak pula bekal yang akan dinikmati pada hari kemudian. Sementara bagi Kelompok Benteng, ritual Sipulung dilaksanakan di sumur Pakkawaru E, dimana pada siang hari masyarakat berkumpul di kediaman Uwatta dan barulah pada malam harinya, mereka melaksanakan prosesi Sipulung. Prosesi Sipulung berupa pembacaan Lontara yang merupakan kitab suci bagi penganut agama Tolotang oleh Uwatta, dimana masyarakat yang hadir pada saat itu memberikan daun Sirih dan Pinang kepada Uwatta.

[[Berkas:Bissu sembahyang.jpg|jmpl|[[Bissu]], kaum pendeta Bugis Tolotang.]]
Upacara Adat Tolotang dilakukan oleh masyarakat Tolotang yang dilaksanakan di Bulu (Gunung) Lowa, berada di poros Kabupaten Pangakajene dengan Kabupaten Soppeng, dan terletak di Amparita Kecamatan Tellu Limpoe. Daerah ini merupakan lokasi upacara adat Perrynyameng. Ritual tersebut dilakukan sekali setahun (Bulan Januari), dengan waktu pelaksanaan harus dimusyawarahkan oleh tokoh-tokoh penting Tolotang yang disebut Uwa. Ritual adat dilaksanakan karena adanya pesan dari I Pabbere. Apabila ia telah tiada, maka anak cucunya harus datang menziarahinya sekali setahun. Penyiraman minyak wangi oleh Uwa, atraksi Massempe yang merupakan permainan adu kekuatan kaki, kini hanya dilakukan oleh anak-anak. Semua pengikut sealiran dari berbagai desa maupun kota, berkumpul dengan berpakaian serba putih-putih, sarung dan tutup kepala untuk para laki-laki, sedangkan Untuk perempuan mengenakan pakaian seperti kebaya.

Pada saat ritual, mereka duduk bersila di atas tikar tradisional dengan penuh hikmat dan keheningan, serta konsentrasi pemusatan jiwa dan raga kepada Sang Pencipta (Dewata SeuwaE). Selanjutnya dilanjutkan dengan penyembahan oleh Uwatta, ditandai dengan penyiraman minyak wangi pada batu leluhur yang sangat disakralkan, kemudian dilanjutkan kegiatan Massempe.

== Daerah dan waktu penyebaran ==
====Abad ke III - X====

* [[Gunung Rantemario|Pegunungan Toraja]]
* [[Gunung Latimojong|Pegunungan Latimojong]]
* [[Gunung Rantekombola|Pegunungan Rantekombola]]
* [[Gunung Rantemario|Pegunungan Rantemario]]
* [[Gunung Bamba Puang|Pegunungan Bambapuang]]
* [[Pegunungan Verbeck]]
* [[Danau Matano|Pesisir Danau Matano]]
* [[Kawasan Mahalona]], Luwu Timur
* [[Danau Towuti|Pesisir DanauTowuti]]
* Pesisir [[Danau Poso]], [[Sulawesi Tengah]]
* [[Ussu, Malili, Luwu Timur|Desa Ussu]], [[Kabupaten Luwu Timur|Luwu Timur]], [[Sulawesi Selatan]]
* [[Wanua Manurung|Desa Manurung]] / [[Cerekang|Kampung Cerekang]], [[Kabupaten Luwu Timur|Luwu Timur]]
====Abad ke X - XVII====
* [[Pulau Mindanao|Kepulauan Mindanao, Filipina]]
*Pegunungan Thailand dan pedalaman [[Asia Tenggara]] lainnya
* [[Kabupaten Kepulauan Sangihe|Kepulauan Sangihe]], [[Sulawesi Utara]]
* [[Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro|Kepulauan Sitaro]], [[Sulawesi Utara]]
* Pesisir [[Danau Tondano]], [[Sulawesi Utara]]
====Abad ke XVII - XIX====
* [[Dusun Tancung Purai]], [[Kabupaten Wajo]]
* Pesisir [[ Danau Tempe]]
====Abad ke XIX- XXI (Penyebaran terakhir)====
* Pesisir [[Danau Sidenreng]], [[Kabupaten Sidenreng Rappang]]

== Tokoh ==
* I Maddaung Loloada
* Bala Nirow Lolobua
* Markus Rantelino
* Andi Tjella' Daeng Mattemmu
* Theodorus Endei
* La Toawani Daeng Siabang

== Pranala ==
<ref>Konsep ketuhanan</ref>
<ref>Animisme: Agama Orang Suku yang Buta Aksara</ref>
<ref>Sejarah dan Asal Usul Suku Toraja</ref>
<ref>Sejarah kebudayaan Sulawesi</ref>

== Referensi ==
{{reflist}}

[[Kategori:Animisme]]
[[Kategori:Sulawesi]]
[[Kategori:Suku Toraja]]
[[Kategori:Danau di Sulawesi]]
[[Kategori:Gunung di Sulawesi]]

Revisi terkini sejak 9 September 2024 08.20

Kepercayaan tradisional di Sulawesi merujuk pada kepercayaan tradisional yang dianut oleh masyarakat di Pulau Sulawesi. Berikut ini daftar kepercayaan tradisional di Sulawesi.

Adat Musi

[sunting | sunting sumber]

Adat Musi adalah salah satu agama asli Nusantara yang dianut oleh suku Talaud. Adat Musi juga merujuk ke organisasi agama tersebut yang bernama "Gereja Adat Musi". Penganut Adat Musi meyakini bahwa Bawangin Panahal menerima wahyu dari Tuhan dan dari perantaranya yang disebut Onto'a atau Onto'a Ruata.[1]

Aluk Todolo

[sunting | sunting sumber]

Aluk Todolo adalah agama etnis leluhur nenek moyang suku Toraja yang hingga saat ini masih dipraktikkan oleh sejumlah besar masyarakat Toraja. Pada tahun 1970, Aluk Todolo sudah dilindungi oleh negara dan resmi dikategorikan ke dalam agama Hindu, sehingga kerap disebut sebagai "Hindu Alukta".[2] Aluk Todolo adalah salah satu agama tertua yang dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran hidup Konghucu dan agama Hindu. Oleh karena itu, Aluk Todolo merupakan suatu kepercayaan yang bersifat pantheisme yang dinamistik.[3][4]

Islam Tua

[sunting | sunting sumber]

Islam Tua atau Masade adalah aliran kepercayaan suku Sangir yang berkembang di Kepulauan Sangihe. Islam Tua adalah sebutan yang diberikan orang luar kepada penganut kepercayaan ini karena menganggap sebagian ajarannya lebih dekat pada agama Islam, sedangkan para pemeluknya sendiri menyebutnya sebagai Masade.[5] Akibat tekanan pemerintahan dan berkembangnya zaman, agama ini mengalami beberapa perubahan nama. Pertama kali agama ini dikenali sebagai agama Masade, kemudian Islam Handung, kemudian Penghayat, dan pada akhirnya agama ini disebut oleh sebagian orang Sangihe sebagai Islam Tua.[6]

Lamoa adalah bentuk kepercayaan tradisional yang dahulu banyak dianut oleh penduduk asli Pamona di Kabupaten Poso. Bentuk peribadatannya disebut sebagai Molamoa yang ditujukan untuk Pue Mpalaburu (dewa tertinggi).[7][8]

Tolotang (kadang ditulis Tolottang atau Towani Tolotang) adalah agama asli suku Bugis yang dianut mayoritas di beberapa wilayah dalam provinsi Sulawesi Selatan, terutama di Kabupaten Sidenreng Rappang. Sekitar 5.000 warga di wilayah Amparita, Sidenreng Rappang menganut agama ini secara turun temurun. Karena Pemerintah Indonesia hanya mengakui enam agama secara resmi, selebihnya dikategorikan sebagai "Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa", dan juga penganut Tolotang tidak mau disebut sebagai aliran kepercayaan, akhirnya mereka menggabungkan diri dengan agama Hindu. Maka dari itu, hingga saat ini kepercayaan ini juga dikenal dengan nama Hindu Tolotang.[9]

Tonaas Walian

[sunting | sunting sumber]

Tonaas Walian adalah agama etnis yang dianut oleh orang Minahasa di Sulawesi Utara.[10]

Kepercayaan lainnya

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (2006). Ensiklopedi Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. hlm. 72–74. ISBN 9789791607117. OCLC 424338489. 
  2. ^ Segara, I Nyoman Yoga (2023). "The Future of Hindu Alukta in Tana Toraja Post-Integration With the Hindu Religion". Heritage of Nusantara (dalam bahasa Inggris). 12 (2). doi:10.31291/hn.v12i2.710. 
  3. ^ Sejarah RI: Aluk Todolo Kepercayaan Suku Toraja Diarsipkan 2019-03-27 di Wayback Machine.. Diakses 20 Maret 2019.
  4. ^ Wacana: Aluk Todolo, Kepercayaan Suku Toraja. 15 Mei 2019. Diakses 20 Maret 2019.
  5. ^ Ikanubun, Yoseph (2017-10-06). Syaiful, Anri, ed. "Menelusuri Keberadaan Islam Masade di Kepulauan Sangihe". Liputan6.com. Diakses tanggal 2019-08-14. 
  6. ^ "Sejarah - Sejarah Islam Tua Lenganeng". sangihekab.go.id. Diakses tanggal 2019-08-14. 
  7. ^ Adriani, N. (1912). De Bare'e-sprekende Toradja's van Midden-Celebes (dalam bahasa Nederlands). Landsdrukkerij. 
  8. ^ Christian; Jefry, Handi; Ganap, Victor (2010). "Bentuk dan fungsi nyanyian ritual dalam kesenian Wora Sinci di Masyarakat Pamona Propinsi Sulawesi Tengah". etd.repository.ugm.ac.id. Yogyakarta, Indonesia: Universitas Gadjah Mada. Diakses tanggal 14 Mei 2023. 
  9. ^ La panaungi, Pendiri Toani Tolotang rappang.com. Diarsipkan 2015-05-03 di Wayback Machine.
  10. ^ Ensiklopedi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (edisi ke-4th). Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2010 [2003]. hlm. 382–83. ISBN 978-979-16071-1-7. 
  11. ^ "Kepercayaan dan Agama Purba di Sangihe". barta1.com. 
  12. ^ Rosa, Enni (Juni 2021). "SEBUAH CATATAN PERJUMPAAN ADA' MAPPURONDO, ISLAM DAN KRISTEN DALAM TRADISI PAMBAYAAN KU'BU' DI JEMAAT SEPANG". ejournal-iakn-manado.ac.id. Manado, Indonesia: Universitas Kristen Duta Wacana. Diakses tanggal 28 Maret 2023. 
  13. ^ Linda, Firma (2014). "Suku Duri, Enrekang -Sulawesi Selatan". www.academia.edu. Diakses tanggal 15 Mei 2023. 
  14. ^ Nuffa, Moh. (Juni 2021). "TAU TAA WANA, DARI ALAM UNTUK ALAM: Filosofi dan Praktik Bijaksana Menata Relasi Manusia dan Alam". journal.uin-alauddin.ac.id. Sulawesi Tengah, Indonesia: UIN Alauddin. Diakses tanggal 28 Maret 2023. 
  15. ^ Hasan; Nur, Hasrudin (2019). "Patuntung Sebagai Kepercayaan Masyarakat Kajang Dalam (Ilalang Embayya) Di Kabupaten Bulukumba". ojs.unm.ac.id. Makassar, Indonesia: Universitas Sawerigading Makassar. Diakses tanggal 15 Mei 2023. 
  16. ^ "Mengenal Suku Tolaki". kkst-sultra.org. Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara. 2021. Diakses tanggal 14 Mei 2023.