Lompat ke isi

Kota Bukittinggi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dedi A (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(327 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{artikel bagus}}
{{Redirect|Bukittinggi}}
{{Redirect|Fort de Kock|benteng|Fort de Kock (benteng)}}
{{Dati2
{{Dati2
| nama =Kota Bukittinggi
| nama = Kota Bukittinggi
| nama lain = [[Benteng Fort de Kock|Fort de Kock]]
| propinsi =[[Sumatera Barat]]
| settlement_type = Kota
| ibukota =
| translit_lang1_type = [[Jawi]] Minang
| luas =25,24 km²
| translit_lang1_type1 = Alfabet Minang
| penduduk =100.254 ([[2004]])
| translit_lang1_info = بوكيق تيڠڬي
| kepadatan =3.970
| translit_lang1_info1 = Bukiktinggi
| kecamatan =3
| foto = {{multiple image
| kelurahan =24
|border = infobox
| kodearea =0752-xxxxxx
|total_width = 300
| motto =''Saayun Salangkah''
|image_style = border:1;
| lambang =[[Berkas:Lambang Kota Bukittinggi.jpeg|100px|Lambang Kota Bukittinggi]]
| peta =
|perrow = 1/2/2
|image1=Bukittinggi Montage.jpg
| koordinat =100,210° - 100,25° BT{{br}}00,160° - 100,25° LS
|image2=Jam Gadang Okt 2020 2.jpg
| dau =
|image3=Lobang Jepang 01.jpg
| web =http://www.bukittinggikota.go.id/
|image4=Tembok Gadang Koto Gadang.JPG
| dasar hukum =
|image5=Pasa Ateh Bukit Tinggi - Guguk Panjang, Bukit Tinggi, SB (26 October 2020).jpg
| tanggal =-
| kepala daerah =[[Walikota]]
| nama kepala daerah =[[Djufri|Drs. H. Djufri]] (2005 - 2010)
}}
}}
| caption = Dari atas, kiri ke kanan: [[Benteng Fort de Kock]], Perpustakaan Bung Hatta, [[Jam Gadang]], Balai Kota, [[Museum Rumah Adat Baanjuang|Rumah Gadang Baanjuang Puti Bungsu]], [[Jam Gadang|Taman Jam Gadang]], [[Lubang Jepang Bukittinggi|Lobang Jepang]], [[Janjang Koto Gadang]] [[Ngarai Sianok]], [[Pasa Ateh]].
{{wrapper}}
| lambang = Logo Kota Bukittinggi.png
|[[Berkas:Bukittinggi Torre del Reloj.JPG|thumb|250px|right|[[Jam Gadang]]]]
| julukan = {{hlist| Kota Jam Gadang | [[London]] Van Andalas}}
| motto = Saayun salangkah<br/>{{small|{{lang icon|Minang|Minang}} Selalu Melangkah}}<ref>{{Cite web |url=http://www.bukittinggikota.go.id/profil/lambang |title=Salinan arsip |access-date=2020-08-25 |archive-date=2020-09-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200918062420/http://www.bukittinggikota.go.id/profil/lambang |dead-url=no }}</ref>
| image_map = Lokasi Sumatera Barat Kota Bukittinggi.svg
| provinsi = [[Sumatera Barat]]
| kecamatan = 3
| kelurahan = 24
| hari jadi = {{start date|1784|12|22}}
| nama walikota = [[Erman Safar]]
| nama wakil walikota= [[Marfendi]]
| nama sekretaris daerah = Martias Wanto
| ketua DPRD = Beny Yusrial
| ref luas = <ref name="bps2021">{{cite book|author=Badan Pusat Statistik|year=2021|title=Bukittinggi dalam Angka, 2021|url=https://bukittinggikota.bps.go.id/publication/2021/02/26/bf9d24bf1f8edda6a6120df1/kota-bukittinggi-dalam-angka-2021.html|access-date=2021-03-10|archive-date=2021-04-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20210421123024/https://bukittinggikota.bps.go.id/publication/2021/02/26/bf9d24bf1f8edda6a6120df1/kota-bukittinggi-dalam-angka-2021.html|dead-url=no}}</ref>
| luas = 25,239
| ref tinggi = <ref name="bps2021"/>
| tinggi maks = 950
| tinggi min = 780
| pendudukref = <ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=6 Desember 2021|format=visual|archive-date=2022-07-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20220705211227/http://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|dead-url=no}}</ref>
| penduduk = 128944
| penduduktahun = 2021
| kepadatan =
| population_rank =
| agama = {{unbulleted list|[[Islam]] 97,36%|[[Kekristenan]] 2,50%|-[[Protestan]] 1,62%|- [[Katolik]] 0,88%| [[Agama Buddha|Buddha]] 0,13%|[[Hindu]] 0,01%}}
| IPM = {{increase}} 80,70 {{br}}{{fontcolor|green|sangat tinggi}}<ref name="DUKCAPIL"/>
| kodepos = 261''xx''
| kodearea = +62752
| nomor_polisi = BA ''xxxx'' L*
| SNI =
| dau = Rp 470.291.251.000,00 {{small|(2020}}<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2019/09/2.-DAU.pdf |title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2020)|accessdate=11 April 2021}}</ref>
| situs = {{URL|bukittinggikota.go.id}}
}}

'''Kota Bukittinggi''' ({{lang-min|Bukiktinggi}}; [[Jawi]], بوكيق تيڠڬي) adalah [[Kota (wilayah administratif)|kota]] dengan [[perekonomian]] terbesar kedua di [[Provinsi]] [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]].<ref>{{Cite web |url=http://geografi.ui.ac.id/portal/sivitas-geografi/dosen/makalah-seminar/pola-dan-model-keruangan-kualitas-penerimaan-sinyal-telepon-seluler-di-kota-bukittinggi/ |title=Pola dan Model Keruangan Kualitas Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Kota Bukittinggi |access-date=2013-12-26 |archive-date=2018-10-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181004104007/http://geografi.ui.ac.id/portal/sivitas-geografi/dosen/makalah-seminar/pola-dan-model-keruangan-kualitas-penerimaan-sinyal-telepon-seluler-di-kota-bukittinggi/ |dead-url=yes }}</ref> Sebagai enklave dari [[Kabupaten Agam]], kota ini pernah menjadi [[ibu kota Indonesia]] pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]].<ref>Mestika Zed, Eddy Utama, Hasril Chaniago; Sumatera Barat di panggung sejarah, 1945-1995; Panitia Peringatan 50 Tahun RI, 1995.</ref><ref>{{Cite news|url=https://nasional.kompas.com/read/2019/07/31/18324461/mengenang-peran-bukittinggi-saat-menjadi-ibu-kota-negara?page=all |title=Salinan arsip |access-date=2020-01-01 |archive-date=2020-01-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200101074849/https://nasional.kompas.com/read/2019/07/31/18324461/mengenang-peran-bukittinggi-saat-menjadi-ibu-kota-negara?page=all |dead-url=no |editor-last=Galih |editor-first=Bayu |first=Rosiana |last=Haryanti |work=[[Kompas.com]] }}</ref> Kota ini juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatra dan Provinsi [[Sumatra Tengah]].<ref>Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil; Kronik Revolusi Indonesia: 1947, Kepustakaan Populer Gramedia, 2001</ref> Kota ini pada zaman kolonial Belanda disebut dengan ''[[Benteng Fort de Kock|Fort de Kock]]'' dan mendapat julukan sebagai ''Parijs van Sumatra''. Bukittinggi dikenal sebagai kota perjuangan bangsa dan merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah [[Mohammad Hatta]] dan [[Assaat]] yang masing-masing merupakan proklamator dan [[Daftar Presiden Indonesia|pejabat presiden Republik Indonesia]].

Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian [[Pegunungan Bukit Barisan]] atau sekitar 90&nbsp;km arah utara dari [[Kota Padang]]. Kota ini berada di tepi [[Ngarai Sianok]] dan dikelilingi oleh dua gunung yaitu [[Gunung Singgalang]] dan [[Gunung Marapi]]. Lokasinya pada ketinggian 909–941 [[mdpl]] menjadikan Bukittinggi kota berhawa sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9&nbsp;°C. Luas Bukittinggi secara ''[[de jure]]'' adalah 145,29&nbsp;km², mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 84 tahun 1999.<ref>http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=94{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Namun, karena penolakan sebagian masyarakat [[Kabupaten Agam]], luas wilayah secara ''[[de facto]]'' saat ini adalah 25,24&nbsp;km², yang menjadikan Bukittinggi sebagai [[Daftar kota di Indonesia menurut luas wilayah|salah satu kota dengan wilayah tersempit di Indonesia]].

Kota Bukittinggi merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di Pulau Sumatra. Pusat perdagangan utamanya terdapat di Pasar Ateh, Pasar Bawah, dan Pasar Aur Kuning. Dari sektor perekonomian, Bukittinggi merupakan kota dengan [[PDRB]] terbesar kedua di Sumatera Barat, setelah Kota Padang.<ref>[http://kompaspedia.kompas.com/Profil/Daerah/Provinsi-Sumatra-Barat/Kota-Bukit-Tinggi.aspx Bukittinggi - Kompaspedia]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Tempat wisata yang ramai dikunjungi adalah [[Jam Gadang]], yaitu sebuah [[menara jam]] yang terletak di jantung kota sekaligus menjadi simbol bagi Bukittinggi.

== Sejarah ==
Kota Bukittinggi semula merupakan [[Pakan (pasar)|pasar (pekan)]] bagi masyarakat Agam Tuo. Setelah kedatangan [[Belanda]], kota ini menjadi kubu pertahanan mereka untuk melawan [[Kaum Padri]].<ref name="Gus" /> dan kota Bukittinggi sebelumnya bernama nagari kurai limo jorong. Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di salah satu bukit yang terdapat di dalam kota ini. Tempat ini dikenal sebagai benteng [[Fort de Kock (benteng)|Fort de Kock]], sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa pemerintahan [[Hindia Belanda]], kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah ''stadsgemeente'' (kota),<ref>Sujamto, (1991), ''Cakrawala otonomi daerah'', Sinar Grafika, ISBN 978-979-8061-17-2.</ref> dan juga berfungsi sebagai ibu kota ''[[Padangse Bovenlanden|Afdeeling Padangsche Bovenlanden]]'' dan ''Onderafdeeling Oud Agam''.<ref>http://www.docstoc.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210305105515/http://www.docstoc.com/ |date=2021-03-05 }} [http://www.docstoc.com/docs/22775543/PEMBANGUNAN-INFRASTRUKTUR-KOTA-BUKITTINGGI-MASA-KOLONIAL-BELANDA Pembangunan-infrastruktur Kota Bukittinggi masa kolonial Belanda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110218172452/http://www.docstoc.com/docs/22775543/PEMBANGUNAN-INFRASTRUKTUR-KOTA-BUKITTINGGI-MASA-KOLONIAL-BELANDA |date=2011-02-18 }} (diakses pada 29 Juni 2010)</ref>

Pada masa pendudukan [[Jepang]], Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan [[Sumatra]], bahkan sampai ke [[Singapura]] dan [[Thailand]]. Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal [[Hirano Toyoji]].<ref>Barbara Gifford Shimer & Guy Hobbs, (2010), ''The Kenpeitai in Java and Sumatra'', Equinox Publishing, ISBN 978-602-8397-10-0.</ref><ref>{{Cite web|title=Biography of Major-General Toyoji Hirano - (平野豊次) - (ひらの とよじ) (1890 – 1945), Japan|url=https://generals.dk/general/Hirano/Toyoji/Japan.html|website=generals.dk|access-date=2022-09-05|archive-date=2022-09-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20220905031512/https://generals.dk/general/Hirano/Toyoji/Japan.html|dead-url=no}}</ref> Kemudian kota ini berganti nama dari ''Stadsgemeente Fort de Kock'' menjadi ''Bukittinggi Si Yaku Sho'' yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti [[Sianok Anam Suku, IV Koto, Agam|Sianok Anam Suku]], [[Gadut, Tilatang Kamang, Agam|Gadut]], [[Kapau, Tilatang Kamang, Agam|Kapau]], [[Ampang Gadang, IV Angkek, Agam|Ampang Gadang]], [[Batu Taba, IV Angkek, Agam|Batu Taba]], dan [[Bukik Batabuah, Candung, Agam|Bukit Batabuah]]. Sekarang nagari-nagari tersebut masuk ke dalam wilayah [[Kabupaten Agam]].

Setelah [[kemerdekaan Indonesia]], Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatra, dengan [[gubernur]]nya [[Teuku Mohammad Hasan|Mr. Teuku Muhammad Hasan]].<ref>{{cite book|last=Hasan|first=Teuku Moehammad|coauthors=Teuku Mohammad Isa|authorlink=Teuku Muhammad Hasan|title=Meester Teuku Moehammad Hasan memoir gubenur Sumatra dari Aceh ke pemersatu bangsa|year=1991|publisher=Papas Sinar Sinanti|location=|id=ISBN 979-9314-00-3}}</ref> Kemudian Bukittinggi juga ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan kota berdasarkan Ketetapan Gubernur Provinsi Sumatra Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947.

Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan, ketika pada tanggal [[19 Desember]] [[1948]] kota ini ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara [[Indonesia]] setelah [[Yogyakarta]] jatuh ke tangan [[Belanda]] atau dikenal dengan [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] ([[PDRI]]). Di kemudian hari, peristiwa ini ditetapkan sebagai [[Hari Bela Negara]], berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006.<ref>http://www.setneg.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120130185716/http://www.setneg.go.id/ |date=2012-01-30 }} [http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=1983&filename=Keputusan_Presiden_No_28_th_2006.pdf Hari Bela Negara] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120612021909/http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=1983&filename=Keputusan_Presiden_No_28_th_2006.pdf |date=2012-06-12 }}.</ref><ref>Hakiem, Lukman, (2008), ''100 tahun Mohammad Natsir: berdamai dengan sejarah'', Penerbit Republika, ISBN 978-979-1102-31-5.</ref>

Selanjutnya Kota Bukittinggi menjadi ''kota besar'' berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota besar dalam lingkungan daerah [[Provinsi]] [[Sumatra Tengah]] masa itu,<ref>hukum.unsrat.ac.id [http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_1956.pdf Undang-undang Nomor 9 Tahun 1956] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111105013919/http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_1956.pdf |date=2011-11-05 }} (diakses pada 29 Juni 2010)</ref> yang meliputi wilayah Provinsi [[Sumatera Barat]], [[Jambi]], [[Riau]], dan [[Kepulauan Riau]] sekarang.

Dalam rangka perluasan wilayah kota, pada tahun 1999 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1999 yang isinya menggabungkan nagari-nagari di sekitar Bukittinggi ke dalam wilayah kota. Nagari-nagari tersebut yaitu [[Cingkariang, Banuhampu, Agam|Cingkariang]], [[Gadut, Tilatang Kamang, Agam|Gaduik]], [[Sianok Anam Suku, IV Koto, Agam|Sianok Anam Suku]], [[Guguak Tabek Sarojo, IV Koto, Agam|Guguak Tabek Sarojo]], [[Ampang Gadang, IV Angkek, Agam|Ampang Gadang]], [[Ladang Laweh, Banuhampu, Agam|Ladang Laweh]], [[Pakan Sinayan, Banuhampu, Agam|Pakan Sinayan]], [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]], [[Pasia, IV Angkek, Agam|Pasia]], [[Kapau, Tilatang Kamang, Agam|Kapau]], [[Batu Taba, IV Angkek, Agam|Batu Taba]], dan [[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto Gadang]].<ref>{{Cite web |url=http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=12852:agam-tuo-masuk-kota-bukittinggi-apa-benar&catid=13:haluan-kita&Itemid=81 |title=Harian Haluan |access-date=2012-05-25 |archive-date=2016-03-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160312235514/http://harianhaluan.com/index.php?catid=13:haluan-kita&id=12852:agam-tuo-masuk-kota-bukittinggi-apa-benar&itemid=81&option=com_content&view=article |dead-url=no }}</ref> Namun, sebagian masyarakat Kabupaten Agam menolak untuk bergabung dengan Bukittinggi sehingga, peraturan tersebut hingga saat ini belum dapat dilaksanakan.<ref>http://www.pu.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100627053219/http://www.pu.go.id/ |date=2010-06-27 }} [http://www.pu.go.id/index.asp?site_id=001&news=ppw220506joe.htm&ndate=5/22/2006 Pemkot Bukittinggi Bertekad Menata Kembali Ruang Kota-nya] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201024165541/https://www.pu.go.id/index.asp?site_id=001&news=ppw220506joe.htm&ndate=5%2F22%2F2006 |date=2020-10-24 }} (diakses pada 26 Juni 2010)</ref>

Pemerintah Kota menetapkan hari jadi Kota Bukittinggi pada tanggal 22 Desember 1784.<ref>{{Cite news|date=2020-12-22|title=Bukittinggi Lahir dari Nagari, Kini Berusia 236 Tahun|url=https://sumbar.suara.com/read/2020/12/22/123349/bukittinggi-lahir-dari-nagari-kini-berusia-236-tahun|work=Suara.com|language=id|access-date=2022-03-02|last=Chandra|first=Riki|archive-date=2022-03-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20220302154947/https://sumbar.suara.com/read/2020/12/22/123349/bukittinggi-lahir-dari-nagari-kini-berusia-236-tahun|dead-url=no}}</ref>

== Geografi ==
Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian [[Bukit Barisan]] yang membujur sepanjang pulau [[Sumatra]], dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu [[Gunung Singgalang]] dan [[Gunung Marapi]]. Kota ini berada pada ketinggian 909–941 meter di atas permukaan laut, dan memiliki hawa sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9&nbsp;°C. Sementara itu, dari total luas wilayah Kota Bukittinggi saat ini (25,24&nbsp;km²), 82,8% telah diperuntukkan menjadi lahan budidaya, sedangkan sisanya merupakan hutan lindung.

Kota ini memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, di antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan, dan sebagainya. Selain itu, terdapat lembah yang dikenal dengan [[Ngarai Sianok]] dengan kedalaman yang bervariasi antara 75–110 m, yang di dasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan Batang Masang.

{{Weather box
|metric first=yes
|single line=yes
|location=Bukittinggi
<!-- Rata-rata temperatur harian -->
|Jan mean C=23.7
|Feb mean C=23.7
|Mar mean C=23.9
|Apr mean C=24.4
|May mean C=24.4
|Jun mean C=23.7
|Jul mean C=23.6
|Aug mean C=23.7
|Sep mean C=24.0
|Oct mean C=24.4
|Nov mean C=24.3
|Dec mean C=23.9
|year mean C=24.0
<!-- Total presipitasi. Termasuk hujan dan salju. -->
|Jan precipitation cm= |Jan precipitation mm=251.8
|Feb precipitation cm= |Feb precipitation mm=215.3
|Mar precipitation cm= |Mar precipitation mm=244.6
|Apr precipitation cm= |Apr precipitation mm=282.6
|May precipitation cm= |May precipitation mm=165.8
|Jun precipitation cm= |Jun precipitation mm=106.6
|Jul precipitation cm= |Jul precipitation mm=108.7
|Aug precipitation cm= |Aug precipitation mm=127.2
|Sep precipitation cm= |Sep precipitation mm=167.4
|Oct precipitation cm= |Oct precipitation mm=176.3
|Nov precipitation cm= |Nov precipitation mm=215.6
|Dec precipitation cm= |Dec precipitation mm=228.3
|year precipitation cm= |year precipitation mm=2290.2
<!-- Rata-rata hari hujan atau bersalju -->
|unit precipitation days= <!-- If entering the average number of days, then the unit requirement should be used, because this varies between countries. E.g. 0.2 cm, 0.2 mm. -->
|Jan precipitation days=16.7
|Feb precipitation days=14.0
|Mar precipitation days=16.5
|Apr precipitation days=18.6
|May precipitation days=16.3
|Jun precipitation days=13.7
|Jul precipitation days=14.4
|Aug precipitation days=16.3
|Sep precipitation days=18.0
|Oct precipitation days=21.1
|Nov precipitation days=22.7
|Dec precipitation days=21.0
|year precipitation days=209.3
|source 1= <ref name="Weatherbase">{{Cite web |url=http://www.weatherbase.com/weather/weatherall.php3?s=602278&units=metric |title=Bukittinggi, Indonesia Travel Weather Averages |publisher=Weatherbase |accessdate=7 Maret 2016 |archive-date=2016-03-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160307171721/http://www.weatherbase.com/weather/weatherall.php3?s=602278&units=metric |dead-url=no }}</ref>
}}

== Penduduk ==
[[Berkas:Ahmad Yani Street from Limpapeh Bridge, Bukittinggi, 2017-02-12 02.jpg|jmpl|Salah satu ruas jalan di Kota Bukittinggi]]
Perkembangan penduduk Bukittinggi tidak terlepas dari berubahnya peran kota ini menjadi pusat perdagangan di dataran tinggi Minangkabau. Hal ini ditandai dengan dibangunnya pasar oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1890 dengan nama ''loods''. Masyarakat setempat mengejanya dengan ''loih'', dengan atap melengkung kemudian dikenal dengan nama ''Loih Galuang''.

Saat ini Bukittinggi merupakan kota terpadat di Provinsi Sumatera Barat, dengan tingkat kepadatan mencapai 4.400 jiwa/km². Jumlah angkatan kerja sebanyak 52.631 orang dan sekitar 3.845 orang di antaranya merupakan pengangguran.<ref name="sumbar" /> Kota ini didominasi oleh etnis [[suku Minangkabau|Minangkabau]], namun terdapat juga etnis [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], [[suku Jawa|Jawa]], [[suku Tamil|Tamil]], dan [[suku Batak|Batak]].

Masyarakat Tionghoa datang bersamaan dengan munculnya pasar-pasar di Bukittinggi. Mereka diizinkan pemerintah Hindia Belanda membangun toko/kios pada kaki bukit Benteng Fort de Kock, yang terletak di bagian barat kota, membujur dari selatan ke utara, dan saat ini dikenal dengan nama ''Kampung Cino''. Sementara pedagang India ditempatkan di kaki bukit sebelah utara, melingkar dari arah timur ke barat dan sekarang disebut juga ''Kampung Keling''.

{| class="wikitable" style="font-size:90%;width:40%;border:0px;text-align:center;line-height:120%;"
! style="background: #FFEBCD; color: #000080" height="17" | Tahun
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | 2008
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | 2010
|- Align="center"
! style="background: #FFEBCD; color: #000080" height="17" | Jumlah penduduk
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 106.045
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | [[Berkas:Green Arrow Up.svg|10px]] 110.954
|-
|-
| colspan="13" style="text-align:center;font-size:90%;"|<small>Sejarah kependudukan kota Bukittinggi<br />'''Sumber:'''<ref name="sumbar">sumbar.bps.go.id [http://sumbar.bps.go.id/?page=artikel&fd=artikel&act=lihat&idtopik=203&idartikel=99 Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120125195649/http://sumbar.bps.go.id/?page=artikel&fd=artikel&act=lihat&idtopik=203&idartikel=99 |date=2012-01-25 }}</ref><ref>{{Cite web |url=https://bukittinggikota.bps.go.id/publikasi.html |title=BPS Kota Bukittinggi |access-date=2019-12-18 |archive-date=2021-04-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210424221521/https://bukittinggikota.bps.go.id/publikasi.html |dead-url=no }}</ref>
|[[Berkas:JalanAYaniBukittinggi.JPG|thumb|250px|right|Suasana Jalan Ahmad Yani, jalan utama di Bukittinggi]]
|-
|}

|[[Berkas:Jalan_Jendral_Sudirman_Bukittinggi.JPG|thumb|250px|right|Suasana Jalan Jendral Sudirman, jalan utama di Bukittinggi]]
== Pemerintahan ==
|-
=== Daftar Wali Kota ===
|[[Berkas:BUKITTINGGI.jpg|thumb|right|250px|Jalan Jendral Sudirman]]
{{utama|Daftar Wali Kota Bukittinggi}}
|-
{{:Daftar Wali Kota Bukittinggi}}
|[[Berkas:Lapangan_Olahraga_Wirabraja_.JPG|thumb|250px|right|Lapangan Olahraga Wirabraja]]
[[Berkas:Bukittinggi walikota.JPG|jmpl|Balai kota Bukittinggi]]
Sejak tahun 1918 Kota Bukittinggi telah berstatus ''gemeente'',<ref>''Staadblats van Nederlandsch-Indie'', 310, 1918.</ref> selanjutnya tahun 1930 wilayah kota ini diperluas menjadi 5,2&nbsp;km².<ref>''Besluit van Gouverneur General'', 25, 1930.</ref> Pada masa pendudukan Jepang wilayah kota ini kembali diperluas. Kemudian di awal kemerdekaan Indonesia terjadi tumpang tindih batas-batas wilayah kota ini karena penetapan sepihak baik masa Hindia Belanda maupun Jepang.

Saat ini batas wilayah pemerintahan kota dikelilingi oleh [[Kabupaten Agam]], dan konfik antara kedua pemerintah daerah tersebut tentang batas wilayah masih berlanjut,<ref>Haris, Syamsuddin, (2004), ''Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-98014-1-8.</ref> ditambah setelah keluarnya Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 1999 tentang perubahan batas wilayah Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam. Dari [[peraturan pemerintah]] (PP) ini luas wilayah Kota Bukittinggi bertambah menjadi 145.29,90&nbsp;km², dengan memasukkan beberapa nagari yang sebelumnya pada masa pendudukan Jepang berada dalam wilayah administrasi Kota Bukittinggi.<ref>hukum.unsrat.ac.id [http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_84_1999.pdf Peraturan Pemerintah RI No. 84 Tahun 1999] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111105012012/http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_84_1999.pdf |date=2011-11-05 }} (diakses pada 26 Juni 2010)</ref>

Namun seiring bergulirnya reformasi pemerintahan yang memberikan hak otonomi yang luas kepada kabupaten dan kota, muncul kembali penolakan dari masyarakat Kabupaten Agam atas perluasan dan pengembangan wilayah Kota Bukittinggi tersebut. Bagi masyarakat Kabupaten Agam yang masuk ke dalam wilayah perluasan kota ini, merasa ''rugi'' karena dengan kembalinya penerapan model pemerintahan [[nagari]] lebih ''menjanjikan'', dibandingkan berada dalam sistem [[kelurahan]]. Selain itu timbul asumsi, masyarakat kota yang telah heterogen juga dikhawatirkan akan memberikan dampak kepada tradisi [[adat]] dan kekayaan yang selama ini dimiliki oleh nagari.

=== Dewan Perwakilan ===
{{utama|Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bukittinggi}}
{{:Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bukittinggi}}

=== Kecamatan ===
{{utama|Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Bukittinggi}}
{{:Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Bukittinggi}}

== Pendidikan ==
Sejak zaman kolonialis [[Belanda]], kota ini telah menjadi pusat pendidikan di Pulau [[Sumatra]].<ref>[[Taufik Abdullah|Abdullah, Taufik]], (2009), ''Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933)'', Equinox Publishing, ISBN 978-602-8397-50-6.</ref> Dimulai sejak tahun 1872, dengan berdirinya ''[[Kweekschool|Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers]]'' (sekolah guru untuk guru-guru bumiputra) atau dikenal juga dengan nama ''sekolah radja'', yang selanjutnya berkembang menjadi ''volksschool'' atau ''sekolah rakyat''. Kemudian pada tahun 1912 muncul ''[[Hollandsch-Inlandsche School|Hollandsch Inlandsche School]]'' (HIS), yang dilanjutkan dengan berdirinya Sekolah Pamong ''[[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren|Opleiding School voor Inlandsch Ambtenaren]]'' (OSVIA) tahun 1918. Pada tahun 1926 juga telah berdiri ''[[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]]'' di Kota Bukittinggi.<ref>Azizah Etek, Mursyid A. M., Arfan B. R., (2008), ''Kelah sang demang Jahja Datoek Kajo: pidato otokritik di Volkstraad, 1927-1939'', PT LKiS Pelangi Aksara, ISBN 978-979-1283-58-8.</ref>

Pada masa awal kemerdekaan di kota ini pernah berdiri sekolah ''Polwan dan Kadet'' serta sekolah Pamong Praja yang pertama di Indonesia.<ref>http://www.bukittinggikota.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070929180352/http://www.bukittinggikota.go.id/ |date=2007-09-29 }} [http://www.bukittinggikota.go.id/index.php?class=text&file_id=108 Pendidikan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120324121703/http://www.bukittinggikota.go.id/index.php?class=text&file_id=108 |date=2012-03-24 }} (diakses pada 8 September 2012)</ref> Fakultas Kedokteran [[Universitas Andalas]] dan FKIP Universitas Andalas (sekarang [[Universitas Negeri Padang]]) juga pertama kali didirikan di kota ini sebelum dipindahkan ke [[Kota Padang]].<ref name="profilkompasyurnaldi">{{cite book|title=Profil Daerah: Kabupaten dan Kota Jilid 2|editor=Daniel Dhakidae|publisher=Penerbit Buku Kompas|year=2003|pages=120|id=ISBN 979-709-054-X}}</ref>

{| class="wikitable" style="font-size:90%;width:70%;border:0px;text-align:center;line-height:120%;"
! style="background: #E0FFFF; color: #000080" height="17" | [[Pendidikan formal]]
!TK
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | [[sekolah dasar|SD]] atau [[madrasah ibtidaiyah|MI]] negeri dan swasta
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | [[sekolah menengah pertama|SMP]] atau [[madrasah tsanawiyah|MTs]] negeri dan swasta
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | [[sekolah menengah atas|SMA]] negeri dan swasta
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | [[madrasah aliyah|MA]] negeri dan swasta
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | [[sekolah menengah kejuruan|SMK]] negeri dan swasta
! style="background: #FFFFFF; color:#000080;" | [[Perguruan tinggi]]
|- Align="center"
! style="background: #E0FFFF; color: #000080" height="17" | Jumlah satuan
|34
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 65
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 19
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 11
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 5
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 13
| style="background: #FFFFFF; color: black;" | 18
|-
|-
| colspan="14" style="text-align:center;font-size:90%;" |<small>Data sekolah di kota Bukittinggi<br />'''Sumber:'''</small><ref>nisn.jardiknas.org [http://nisn.jardiknas.org/cont/data_statistik/index.php?prop=103 Rekap data]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>ban-pt.depdiknas.go.id [http://ban-pt.depdiknas.go.id/hasil-akreditasi/newest/hasil-pencarian.php Hasil Pencarian Akreditasi Program Studi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100210185138/http://ban-pt.depdiknas.go.id/hasil-akreditasi/newest/hasil-pencarian.php |date=2010-02-10 }} (diakses pada 27 Juni 2010)</ref><ref>{{Cite web|last=Bukittinggi Kota|first=-|date=-|title=Potensi Kota Bukittinggi Bidang Pendidikan|url=http://www.bukittinggikota.go.id/profil/potensi#:~:text=Bukittinggi%20sebagai%20Kota%20Pendidikan%20telah,SMK%20dan%2018%20Perguruan%20Tinggi.|website=Website Kota Bukittinggi|access-date=21 Desember 2020|archive-date=2020-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20201204030646/http://bukittinggikota.go.id/profil/potensi#:~:text=Bukittinggi%20sebagai%20Kota%20Pendidikan%20telah,SMK%20dan%2018%20Perguruan%20Tinggi.|dead-url=no}}</ref>
|[[Berkas:JEMBATAN_LIMPAPEH.jpg|thumb|250px|right|[[Jembatan Limpapeh]]]]
|}
|}


== Kesehatan ==
'''Kota Bukittinggi''' adalah salah satu [[kota]] di [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Kota ini memiliki luas wilayah 25,24 km² dan berpenduduk kurang lebih 100.000 jiwa. Dapat ditempuh dengan sekitar 2 jam perjalanan lewat darat (90 km) dari Kota [[Padang]] yang merupakan [[ibukota]] provinsi Sumatera Barat. Bukittinggi dikelilingi tiga gunung berapi yaitu [[Gunung Singgalang]], [[Gunung Marapi]] dan [[Gunung Sago]].
{{utama|Daftar Rumah Sakit di Kota Bukittinggi}}
Kota Bukittinggi telah memiliki pelayanan kesehatan yang baik, kota dengan luas relatif kecil ini telah memiliki 5 rumah sakit, yaitu 3 milik pemerintah dan 2 milik swasta. Selain itu, juga didukung oleh 5 [[puskesmas]], 6 puskesmas keliling, dan 15 puskesmas pembantu. Salah satu yang utama adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar, merupakan rumah sakit umum milik pemerintah bertipe B dengan jumlah tempat tidur sebanyak 299.<ref name="depkes">http://www.depkes.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100720022207/http://www.depkes.go.id/ |date=2010-07-20 }} [http://www.depkes.go.id/downloads/profil_kesehatan_prov_kab/profil_kes_kota_bukittinggi_2009.pdf Profil Kesehatan Kota Bukittinggi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101229182749/http://www.depkes.go.id/downloads/profil_kesehatan_prov_kab/profil_kes_kota_bukittinggi_2009.pdf |date=2010-12-29 }}</ref>


Rumah Sakit Stroke Nasional yang terdapat di kota ini, merupakan rumah sakit milik pemerintah dengan pelayanan khusus penyakit [[stroke]], dan memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 124 buah.<ref>http://www.bukittinggikota.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070929180352/http://www.bukittinggikota.go.id/ |date=2007-09-29 }} [http://www.bukittinggikota.go.id/v2/index.php?class=text&file_id=15 Kesehatan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101123204723/http://www.bukittinggikota.go.id/v2/index.php?class=text&file_id=15 |date=2010-11-23 }} (diakses pada 11 Juli 2010)</ref><ref>http://www.depkes.go.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100720022207/http://www.depkes.go.id/ |date=2010-07-20 }} [http://www.depkes.go.id/index.php?option=com_depkesdirectory Daftar rumah sakit] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100729140916/http://www.depkes.go.id/index.php?option=com_depkesdirectory |date=2010-07-29 }} (diakses pada 11 Juli 2010)</ref> Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus pengobatan ''stroke'' pertama di Indonesia dan ketiga di dunia.<ref name="profilkompasyurnaldi"/> Selain itu terdapat juga Rumah Sakit Islam Ibnu Sina, sebuah rumah sakit swasta yang telah memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 136 buah.<ref name="depkes"/>
Kota yang merupakan kota kelahiran Proklamator RI - Bung [[Hatta]] ini, adalah sebuah kota budaya di Sumatera Barat dan terkenal dengan [[Jam Gadang]], sebuah landmark yang merupakan simbol kota Bukittinggi.


Sementara itu untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, sampai tahun 2009 terdapat delapan institusi pendidikan tenaga kesehatan di Kota Bukittinggi. Dua institusi milik pemerintah (Poltekes) dan enam dikelola oleh pihak swasta.<ref name="depkes"/>
Selain itu Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan kota Seremban dari Negeri Sembilan di Malaysia.


== Perhubungan ==
Bukittingi merupakan salah satu daerah tujuan utama dalam bidang perdagangan di pulau Sumatera. Pusat perdagangan grosir untuk barang-barang konveksi kota Bukittinggi terletak di [[Pasar aur kuning]]. Sementara Pasar Ateh, Pasar Bawah, dan Pasar Lereng, yang terletak berdekatan dengan Jam Gadang, lebih merupakan pasar wisata yang dekat dan terkenal dengan kultur Budaya Minangkabau yang terkenal akan kerajinan tangan dan cinderamata (Jl. Minangkabau), dan wisata kuliner di Los Lambuang - Pasar Lereng.
[[Berkas:Tri Daya Eka Dharma Museum.jpg|jmpl|200px|[[Museum Tri Daya Eka Dharma]] di Bukittinggi]]


Kota Bukittinggi berada pada posisi strategis [[Jalan Raya Lintas Sumatra|Jalur Lintas Sumatra]], yang menghubungkan [[Padang]], [[Medan]], dan [[Palembang]], serta berada di antara Padang dan [[Pekanbaru]]. Terminal Aur Kuning merupakan terminal utama untuk angkutan transportasi darat di kota ini. Sementara untuk transportasi dalam kota, tersedia angkutan kota, taksi, dan bendi (kereta kuda). Berdasarkan catatan Dinas Pekerjaan Umum, seluruh jalan di kota ini panjangnya mencapai 196&nbsp;km, termasuk jalan negara dan jalan provinsi.
== Geografi ==
Secara [[geografis]] Bukittinggi terletak antara 100,210 – 100,250 derajat [[bujur timur]] dan antara 00.760 – 00,190 derajat [[lintang selatan]] dengan ketinggian 909 – 941 [[meter]] diatas permukaan [[laut]], berudara sejuk dengan suhu berkisar antara min 16,10 – 24,90 max.<ref name="BT">[http://www.bukittinggikota.go.id/?module=Text&file_id=127 Situs resmi pemerintah kota Bukittinggi]</ref>


Sebelumnya kota ini dilalui oleh jalur kereta api yang menghubungkan [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]] dan Padang yang dibangun sekitar awal abad ke-20. Namun pada dekade 1970-an, sarana transportasi ini tidak diaktifkan lagi. Kota ini juga telah memiliki sarana transportasi udara non-kelas yang bernama Bandar Udara Gadut.<ref>Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, (1999), ''Profil 111 kawasan andalan Indonesia: Kawasan barat Indonesia'', Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional</ref>
== Sejarah ==
Semasa pemerintahan [[Belanda]], Bukittinggi selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan, dari apa yang dinamakan Gemetelyk Resort berdasarkan Stbl tahun 1828. Belanda telah mendirikan kubu pertahanannya pada tahun 1825, yang sampai sekarang kubu pertahanan tersebut masih ada dam dikenal sebagai [[Benteng Fort De Kock]]. Kota ini telah digunakan juga oleh Belanda sebagai tempat peristirahatan opsir-opsir yang berada di wilayah jajahannya.<ref name="BT">[http://www.bukittinggikota.go.id/?module=Text&file_id=127 Situs resmi pemerintah kota Bukittinggi]</ref>


== Ekonomi ==
Pada masa pemerintahan [[Jepang]], Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintah militernya untuk kawasan [[Sumatera]], bahkan sampai ke [[Singapura]] dan [[Thailand]], karena disini berkedudukan komandan Militer ke 25. Pada masa ini Bukittinggi berganti nama dari Taddsgemente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari Sianok, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba dan Bukit Batabuah yang sekarang kesemuanya itu kini berada dalam daerah Kabupaten Agam, di Kota ini pulalah bala tentara Jepang mendirikan pemancar [[radio]] terbesar untuk pulau Sumatera dalam rangka mengibarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan perang Asia Timur Raya versi Jepang.<ref name="BT">[http://www.bukittinggikota.go.id/?module=Text&file_id=127 Situs resmi pemerintah kota Bukittinggi]</ref>
[[Berkas:Bukittinggi Túnel Japonés.JPG|jmpl|200px|Lubang Jepang di Bukittinggi]]
[[Berkas:Pasa Ateh (2).JPG|jmpl|kiri|200px|Pasar Atas]]
[[Berkas:Markt te Fort de Kock KITLV 102817.tiff|jmpl|200px|Suasana pasar di dekat [[Benteng Fort de Kock]], sekitar 1900.]]


Perkembangan pasar ''Loih Galuang'' yang sekarang disebut juga Pasar Ateh, membuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1900 mengembangkan sebuah ''loods'' ke arah timur, tepatnya pada kawasan pinggang bukit yang berdekatan dengan selokan yang mengalir di kaki bukit. Karena lokasi pasar tersebut berada di kemiringan, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Pasar Teleng (Miring) atau Pasar Lereng. Perkembangan berikutnya di sekitar kawasan tersebut muncul lagi beberapa pasar, di antaranya Pasar Bawah dan Pasar Banto. Pasar-pasar tradisional di sekitar kawasan [[Jam Gadang]] ini, kemudian berkembang menjadi tempat penjualan hasil kerajinan tangan dan cendera mata khas Minangkabau. Dalam penataan pasar, pemerintah Hindia Belanda juga menghubungkan setiap pasar tersebut dengan ''janjang'' (anak tangga), dan di antara anak tangga yang terkenal adalah [[Janjang 40]].
Pada masa perjuangan kemerdekaan RI, Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan. Dari bulan [[Desember]] [[1948]] sampai dengan bulan [[Juni]] [[1949]], Bukittinggi ditunjuk sebagai ibukota Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ), setelah [[Yogyakarta]] jatuh ke tangan Belanda. Selanjutnya Bukittinggi pernah menjadi ibukota propinsi Sumatera dengan gubernurnya Mr. [[Tengku Muhammad Hasan]]. Kemudian dalam PP Pengganti undang-undang No. 4 tahun 1959, Bukittinggi ditetapkan sebagai ibukota Sumatera Tengah yang meliputi keresidenan-keresidenan Sumatera Barat, Jambi dan Riau yang sekarang masing-masing keresidenan itu telah menjadi provinsi sendiri.<ref name="BT">[http://www.bukittinggikota.go.id/?module=Text&file_id=127 Situs resmi pemerintah kota Bukittinggi]</ref>


Untuk mengurangi penumpukan pada satu kawasan, pemerintah Bukittinggi kemudian mengembangkan kawasan perkotaan ke arah timur dengan membangun Pasar Aur Kuning, yang saat ini merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di Pulau Sumatra. Disebabkan luas wilayah yang kecil, sektor [[perdagangan]] merupakan salah satu pilihan bagi pemerintah Bukittinggi dalam meningkatkan pendapatan penduduknya.

Selain itu pemerintah Bukittinggi juga menelurkan beberapa program dalam mengentaskan kemiskinan, di antaranya pelatihan keterampilan membordir dan pelatihan pembuatan kebaya, serta penumbuhan wirausaha baru.<ref>http://www.kabarindonesia.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100512110617/http://kabarindonesia.com/ |date=2010-05-12 }} [http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=26&jd=Sang+Pengentasan+Kemiskinan+ala+Kota+Bukittinggi&dn=20100514203105 Sang Pengentasan Kemiskinan ala Kota Bukittinggi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160203050120/http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=26&jd=Sang+Pengentasan+Kemiskinan+ala+Kota+Bukittinggi&dn=20100514203105 |date=2016-02-03 }} (diakses pada 26 Juni 2010)</ref> Bordir asli Bukittinggi biasanya menggunakan teknik krancang langsung yang tergolong rumit dan memakan waktu. Ini berbeda dengan barang hasil serupa buatan [[Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]] yang menggunakan teknik krancang solder.<ref>{{cite book|title=Profil Daerah: Kabupaten dan Kota Jilid 2|editor=Daniel Dhakidae|publisher=Penerbit Buku Kompas|year=2003|pages=115-118|id=ISBN 979-709-054-X}}</ref>


== Pariwisata ==
== Pariwisata ==
[[Berkas:Jembatanlimpapeh.jpg|jmpl|kiri|[[Jembatan Limpapeh]]]]
Bukittinggi memiliki julukan sebagai "kota wisata" karena banyaknya objek wisata yang terdapat di kota ini. Lembah [[Ngarai Sianok]] merupakan salah satu objek wisata utama. Taman Panorama yang terletak di dalam kota Bukittinggi memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok. Di dalam Taman Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara [[Jepang]] sewaktu [[Perang Dunia II]] yang disebut sebagai '[[Lobang Jepang]]'.


Industri pariwisata merupakan salah satu sektor andalan Kota Bukittinggi. Banyaknya objek wisata yang menarik, menjadikan kota ini dijuluki sebagai "kota wisata". Pada tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi kota ini mencapai 26.629 orang.<ref>http://www.antarasumbar.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130607072859/http://www.antarasumbar.com/ |date=2013-06-07 }} [http://www.antarasumbar.com/berita/bukittinggi/d/3/275829/kunjungan-turis-mancanegara-ke-bukittinggi-meningkat.html Kunjungan Turis Mancanegara ke Bukittinggi Meningkat]</ref> Saat ini di Bukittinggi terdapat sekitar 60 hotel dan 15 biro perjalanan.<ref>regionalinvestment.com [http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=1375 Profil Kota Bukittinggi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120118140946/http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=1375 |date=2012-01-18 }} (diakses pada 26 Juni 2010)</ref> Hotel-hotel yang terdapat di Bukittinggi antara lain The Hills, Hotel Pusako, dan Grand Rocky Hotel.
Di Taman Bundo Kanduang terdapat replika [[Rumah Gadang]] yang berfungsi sebagai [[museum]] kebudayaan [[Minangkabau]], [[kebun binatang]] dan benteng [[Fort de Kock]] yang dihubungkan oleh jembatan penyeberangan yang disebut [[Jembatan Limpapeh]]. Jembatan penyeberangan [[Limpapeh]] berada di atas Jalan A. Yani yang merupakan jalan utama di kota Bukittinggi


[[Ngarai Sianok]] merupakan salah satu objek wisata utama. Taman Panorama yang terletak di dalam kota Bukittinggi memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok. Di dalam Taman Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara [[Jepang]] sewaktu [[Perang Dunia II]] yang disebut dengan [[Lubang Jepang Bukittinggi|Lubang Japang]]. Untuk mengunjungi nagari [[Koto Gadang]] di bawah ngarai, wisatawan bisa melalui Janjang Koto Gadang. Jenjang yang memiliki panjang sekitar 1&nbsp;km ini, memiliki desain seperti [[Tembok Besar Tiongkok]].<ref>padangekspres.co.id [http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=2978 Janjang Koto Gadang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201019150904/https://www.padangekspres.co.id/?news=nberita&id=2978 |date=2020-10-19 }}</ref>
Pasar Atas berada berdekatan dengan [[Jam Gadang]] yang merupakan pusat keramaian kota. Di dalam Pasar Atas yang selalu ramai terdapat banyak penjual kerajinan bordir dan makanan kecil oleh-oleh khas Sumatera Barat seperti Keripik Sanjai yang terbuat dari singkong, serta [[Kerupuk Jangek]] (Kerupuk Kulit) yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau dan [Karak Kaliang]], sejenis makanan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk seperti angka 8.


Di Taman Bundo Kanduang terdapat replika [[Rumah Gadang]] yang berfungsi sebagai [[museum]] kebudayaan [[Minangkabau]]. [[Kebun Binatang Bukittinggi]] dan Benteng [[Fort de Kock (benteng)|Fort de Kock]], dihubungkan oleh jembatan penyeberangan yang disebut [[Jembatan Limpapeh]]. Jembatan penyeberangan Limpapeh berada di atas Jalan A. Yani yang merupakan jalan utama di Kota Bukittinggi.
[[Danau Maninjau]] terletak sekitar 36 km atau sekitar 45 menit perjalanan dengan mobil dari kota Bukittinggi.
Secara geografis, Bukittinggi, terdiri dari bukit-bukit. Oleh sebab itu jalanya mendaki dan menurun, berdsarkan bukit itulah kemudian, pemerintahan dibagi (sebelum Orde Baru memecahnya ke dalam Kelurahan), ke dalam 5 jorong ([[Guguak Panjang]], [[Mandiangin Koto Selayan]], [[Bukit Apik Pintu Kabun]], [[Aua Birugo]], dan [[Tigo Baleh]]).


Pasar Ateh (Pasar Atas) berada berdekatan dengan [[Jam Gadang]] yang merupakan pusat keramaian kota. Di Pasar Ateh terdapat banyak penjual kerajinan tangan dan bordir,<ref>{{cite book|last=Vaisutis|first=Justine|coauthors=|title=Indonesia|year=2007|publisher=Lonely Planet|location=|id=ISBN 1-74104-435-9 }}</ref> serta makanan kecil oleh-oleh khas Sumatera Barat, seperti [[keripik sanjai]] (keripik singkong ala daerah Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, karupuak jangek yang dibuat dari bahan kulit sapi atau kerbau, dan karak kaliang, sejenis makanan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk seperti angka 8.
Dan pada saat ini juga telah dibangun pusat perbelanjaan modern di bukittinggi.


== Olahraga ==
Hotel-hotel yang terdapat di kota Bukittinggi antara [[The Hills]] (sebelumnya [[Novotel]]), [[Hotel Pusako]], dan hotel-hotel lainnya.
Masyarakat Bukittinggi sangat menyukai olahraga berkuda, dan setiap tahunnya kota ini mengadakan lomba [[pacuan kuda]] di Bukit Ambacang, yang sudah diselenggarakan sejak tahun 1889.<ref name="Gus">[[Gusti Asnan|Asnan, Gusti]], (2003), ''Kamus sejarah Minangkabau'', Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 978-979-97407-0-0.</ref> Perlombaan pacuan kuda ini merupakan rangkaian perlombaan pacuan kuda yang diadakan di beberapa kawasan lain di Sumatera Barat. Dengan adanya perlombaan ini, mendorong para peternak kuda untuk tetap bertahan dan memanfaatkan tradisi ini sebagai sumber mata pencarian.<ref>{{cite book|last=Bangun|first=M.|authorlink=|coauthors=Simarmata, M.M.,|title=Tinjauan ekonomi-sosial & pembangunan sepanjang Sumatra dan Kalimantan Barat,|year=|publisher=Yayasan Pola Pembangunan Indonesia|location=|id= }}</ref>


== Situs/Benda Cagar Budaya ==
== Pers dan Media ==
Sekitar tahun 1924 di kota ini diterbitkan surat kabar ''Periodik'' yang dipimpin oleh S. Moesjafir, kemudian disusul penerbitan surat kabar mingguan ''Doenia Achirat'' oleh Sain al Malik dan Soetan Perpatih, namun surat kabar ini tidak berumur panjang. Selain itu beberapa tokoh pers wanita di kota ini seperti Djanewar Djalil dan Sjamsidar Jahja juga menerbitkan surat kabar ''Soeara Poetri'' yang mengetengahkan beberapa isu emansipasi wanita.<ref>[[Marthias Dusky Pandoe]], Julius Pour, (2010), ''Jernih melihat cermat mencatat: antologi karya jurnalistik wartawan senior Kompas'', Penerbit Buku Kompas.</ref>
# [[Jam Gadang]]
# [[Istana Bung Hatta]]


Pada masa pendudukan Jepang, di kota ini pernah didirikan pemancar [[radio]] terbesar untuk Pulau Sumatra. Pemancar ini dalam rangka mengibarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan ''Perang Asia Timur Raya'' versi Jepang.<ref name="BT">{{Cite web |url=http://www.bukittinggikota.go.id/?module=Text&file_id=127 |title=Situs resmi pemerintah kota Bukittinggi |access-date=2007-10-31 |archive-date=2016-02-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160202153033/http://www.bukittinggikota.go.id/?module=Text&file_id=127 |dead-url=no }}</ref>
== Catatan dan referensi ==
Di kota ini terdapat beberapa stasiun pemancar radio sebagai sarana informasi dan hiburan masyarakat, antara lain: RRI Bukittinggi, Elsi FM,<ref>http://www.elsifm.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100702012244/http://www.elsifm.com/ |date=2010-07-02 }} [http://www.elsifm.com/ Elsi FM] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100702012244/http://www.elsifm.com/ |date=2010-07-02 }} (diakses pada 11 Juli 2010)</ref> SK FM,<ref>http://www.skfmbukittinggi.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100716045222/http://www.skfmbukittinggi.com/ |date=2010-07-16 }} [http://www.skfmbukittinggi.com/ SK FM] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100716045222/http://www.skfmbukittinggi.com/ |date=2010-07-16 }} (diakses pada 11 Juli 2010)</ref> dan GRC FM.<ref>http://www.grcfmbukittinggi.com {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100920101451/http://www.grcfmbukittinggi.com/ |date=2010-09-20 }} [http://www.grcfmbukittinggi.com/ GRC FM] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100920101451/http://www.grcfmbukittinggi.com/ |date=2010-09-20 }} (diakses pada 11 Juli 2010)</ref>
{{reflist}}


== Pranala luar ==
== Kota Saudara ==
Kota lain yang menjadi ''Sister City'' dari kota Bukittinggi adalah:
* {{id}} [http://www.bukittinggikota.go.id/ Situs resmi]
* {{flagicon|Malaysia}} [[Seremban]], [[Malaysia]]<ref>{{cite web
* {{id}} [http://www.kpt-bukittinggi.go.id/ Situs Kpt-Bukittinggi.go.id]
|title=Bukittinggi: Jabaran Rencana Kota Kembar
|publisher=Bukittinggi Department
|url=http://www.bukittinggikota.go.id/index.php?class=text&file_id=157
|accessdate=10 Juli 2013
|archive-date=2012-03-24
|archive-url=https://web.archive.org/web/20120324122324/http://www.bukittinggikota.go.id/index.php?class=text&file_id=157
|dead-url=unfit
}}</ref>


== Galeri ==
<gallery>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De heilige visvijver met moskee te Fort de Kock Sumatra`s Westkust TMnr 60003545.jpg|[[Masjid Bengkudu]] di dekat Bukittinggi, salah satu masjid tertua di Indonesia
Berkas:Jam Gadang di Bukittinggi (c. sebelum 1942, tanpa bingkai & judul).jpg|Bentuk Jam Gadang sebelum tahun 1942
Berkas:KITLV - 37399 - Demmeni, J. - Tulp, De - Haarlem - Mosque at Padang Luar at Fort de Kock (Bukittinggi) - 1911.tif|Masjid di Padang Luar di Fort de Kock (Bukittinggi), 1911
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Drukbezochte markt in Fort de Kock TMnr 60043505.jpg|Pasar Ateh tempo dulu
Berkas:Niagara Pasar Atas.JPG|Pasar Atas, pusat perbelanjaan di Bukittinggi di seberang Jam Gadang sebelum terbakar
Berkas:Bukittinggiview.jpg|Melihat panorama Kota [[Bukittinggi]] dari benteng Fort De Cock
Berkas:G.Singgalang.jpg|Gunung Singgalang 2877 meters
</gallery>

== Referensi ==
{{reflist|colwidth=30em}}

== Pranala luar ==
{{Sister project links|Bukittinggi}}
{{commonscat|Bukittinggi}}
{{wikivoyage|Bukittinggi}}
{{Wikiportal|Indonesia}}
* {{id}} [http://www.bukittinggikota.go.id/ Situs web resmi kota Bukittinggi]
* {{id}} [http://indonesia.travel/id/destination/463/bukittinggi Situs Resmi Kementrian Pariwisata]
{{Kota Bukittinggi}}
{{Kota Bukittinggi}}
{{Sumatera Barat}}
{{Sumatera Barat}}
{{Indo-geo-stub}}


[[Kategori:Kota Bukittinggi| ]]
[[Kategori:Kota di Sumatera Barat|Bukittinggi]]
[[Kategori:Kota di Sumatera Barat|Bukittinggi]]
[[Kategori:Kota di Indonesia|Bukittinggi]]
[[Kategori:Kota di Indonesia|Bukittinggi]]
[[Kategori:Kota Bukittinggi| ]]
[[Kategori:Bekas ibu kota provinsi di Indonesia]]
[[Kategori:Enklave dan eksklave]]

[[Kategori:Kota Pusaka di Indonesia]]
[[af:Bukittinggi]]
[[de:Bukittinggi]]
[[en:Bukittinggi]]
[[es:Bukittinggi]]
[[fi:Bukittinggi]]
[[fr:Bukittinggi]]
[[ja:ブキティンギ]]
[[ms:Bukittinggi]]
[[nl:Bukittinggi]]
[[pl:Bukittinggi]]
[[ro:Bukittinggi]]
[[sv:Bukittinggi]]

Revisi terkini sejak 24 Mei 2024 02.18

Kota Bukittinggi
Transkripsi bahasa daerah
 • Jawi Minangبوكيق تيڠڬي
 • Alfabet MinangBukiktinggi
Lambang resmi Kota Bukittinggi
Julukan: 
  • Kota Jam Gadang
  • London Van Andalas
Motto: 
Saayun salangkah
(Minang) Selalu Melangkah[1]
Peta
Peta
Kota Bukittinggi di Sumatra
Kota Bukittinggi
Kota Bukittinggi
Peta
Kota Bukittinggi di Indonesia
Kota Bukittinggi
Kota Bukittinggi
Kota Bukittinggi (Indonesia)
Koordinat: 0°18′35″S 100°22′31″E / 0.3097°S 100.3753°E / -0.3097; 100.3753
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
Hari jadi22 Desember 1784 (1784-12-22)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 3
  • Kelurahan: 24
Pemerintahan
 • Wali KotaErman Safar
 • Wakil Wali KotaMarfendi
 • Sekretaris DaerahMartias Wanto
 • Ketua DPRDBeny Yusrial
Luas
 • Total25,239 km2 (9,745 sq mi)
Ketinggian tertinggi
950 m (3,120 ft)
Ketinggian terendah
780 m (2,560 ft)
Populasi
 (2021)[3]
 • Total128.944
 • Kepadatan5,100/km2 (13,000/sq mi)
Demografi
 • Agama
 • IPMKenaikan 80,70
sangat tinggi[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
261xx
Kode BPS
1375 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62752
Pelat kendaraanBA xxxx L*
Kode Kemendagri13.75 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 470.291.251.000,00 (2020[4]
Situs webbukittinggikota.go.id


Kota Bukittinggi (bahasa Minangkabau: Bukiktinggi; Jawi, بوكيق تيڠڬي) adalah kota dengan perekonomian terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.[5] Sebagai enklave dari Kabupaten Agam, kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.[6][7] Kota ini juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatra dan Provinsi Sumatra Tengah.[8] Kota ini pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan mendapat julukan sebagai Parijs van Sumatra. Bukittinggi dikenal sebagai kota perjuangan bangsa dan merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik Indonesia.

Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Pegunungan Bukit Barisan atau sekitar 90 km arah utara dari Kota Padang. Kota ini berada di tepi Ngarai Sianok dan dikelilingi oleh dua gunung yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Lokasinya pada ketinggian 909–941 mdpl menjadikan Bukittinggi kota berhawa sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9 °C. Luas Bukittinggi secara de jure adalah 145,29 km², mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 84 tahun 1999.[9] Namun, karena penolakan sebagian masyarakat Kabupaten Agam, luas wilayah secara de facto saat ini adalah 25,24 km², yang menjadikan Bukittinggi sebagai salah satu kota dengan wilayah tersempit di Indonesia.

Kota Bukittinggi merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di Pulau Sumatra. Pusat perdagangan utamanya terdapat di Pasar Ateh, Pasar Bawah, dan Pasar Aur Kuning. Dari sektor perekonomian, Bukittinggi merupakan kota dengan PDRB terbesar kedua di Sumatera Barat, setelah Kota Padang.[10] Tempat wisata yang ramai dikunjungi adalah Jam Gadang, yaitu sebuah menara jam yang terletak di jantung kota sekaligus menjadi simbol bagi Bukittinggi.

Sejarah

Kota Bukittinggi semula merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat Agam Tuo. Setelah kedatangan Belanda, kota ini menjadi kubu pertahanan mereka untuk melawan Kaum Padri.[11] dan kota Bukittinggi sebelumnya bernama nagari kurai limo jorong. Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di salah satu bukit yang terdapat di dalam kota ini. Tempat ini dikenal sebagai benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah stadsgemeente (kota),[12] dan juga berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.[13]

Pada masa pendudukan Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatra, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand. Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji.[14][15] Kemudian kota ini berganti nama dari Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba, dan Bukit Batabuah. Sekarang nagari-nagari tersebut masuk ke dalam wilayah Kabupaten Agam.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatra, dengan gubernurnya Mr. Teuku Muhammad Hasan.[16] Kemudian Bukittinggi juga ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan kota berdasarkan Ketetapan Gubernur Provinsi Sumatra Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947.

Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan, ketika pada tanggal 19 Desember 1948 kota ini ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara Indonesia setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Di kemudian hari, peristiwa ini ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006.[17][18]

Selanjutnya Kota Bukittinggi menjadi kota besar berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota besar dalam lingkungan daerah Provinsi Sumatra Tengah masa itu,[19] yang meliputi wilayah Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau sekarang.

Dalam rangka perluasan wilayah kota, pada tahun 1999 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1999 yang isinya menggabungkan nagari-nagari di sekitar Bukittinggi ke dalam wilayah kota. Nagari-nagari tersebut yaitu Cingkariang, Gaduik, Sianok Anam Suku, Guguak Tabek Sarojo, Ampang Gadang, Ladang Laweh, Pakan Sinayan, Kubang Putiah, Pasia, Kapau, Batu Taba, dan Koto Gadang.[20] Namun, sebagian masyarakat Kabupaten Agam menolak untuk bergabung dengan Bukittinggi sehingga, peraturan tersebut hingga saat ini belum dapat dilaksanakan.[21]

Pemerintah Kota menetapkan hari jadi Kota Bukittinggi pada tanggal 22 Desember 1784.[22]

Geografi

Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Bukit Barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatra, dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Kota ini berada pada ketinggian 909–941 meter di atas permukaan laut, dan memiliki hawa sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9 °C. Sementara itu, dari total luas wilayah Kota Bukittinggi saat ini (25,24 km²), 82,8% telah diperuntukkan menjadi lahan budidaya, sedangkan sisanya merupakan hutan lindung.

Kota ini memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, di antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan, dan sebagainya. Selain itu, terdapat lembah yang dikenal dengan Ngarai Sianok dengan kedalaman yang bervariasi antara 75–110 m, yang di dasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan Batang Masang.

Data iklim Bukittinggi
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata harian °C (°F) 23.7
(74.7)
23.7
(74.7)
23.9
(75)
24.4
(75.9)
24.4
(75.9)
23.7
(74.7)
23.6
(74.5)
23.7
(74.7)
24.0
(75.2)
24.4
(75.9)
24.3
(75.7)
23.9
(75)
24.0
(75.2)
Presipitasi mm (inci) 251.8
(9.913)
215.3
(8.476)
244.6
(9.63)
282.6
(11.126)
165.8
(6.528)
106.6
(4.197)
108.7
(4.28)
127.2
(5.008)
167.4
(6.591)
176.3
(6.941)
215.6
(8.488)
228.3
(8.988)
2.290,2
(90,165)
Rata-rata hari hujan atau bersalju 16.7 14.0 16.5 18.6 16.3 13.7 14.4 16.3 18.0 21.1 22.7 21.0 209.3
Sumber: [23]

Penduduk

Salah satu ruas jalan di Kota Bukittinggi

Perkembangan penduduk Bukittinggi tidak terlepas dari berubahnya peran kota ini menjadi pusat perdagangan di dataran tinggi Minangkabau. Hal ini ditandai dengan dibangunnya pasar oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1890 dengan nama loods. Masyarakat setempat mengejanya dengan loih, dengan atap melengkung kemudian dikenal dengan nama Loih Galuang.

Saat ini Bukittinggi merupakan kota terpadat di Provinsi Sumatera Barat, dengan tingkat kepadatan mencapai 4.400 jiwa/km². Jumlah angkatan kerja sebanyak 52.631 orang dan sekitar 3.845 orang di antaranya merupakan pengangguran.[24] Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Jawa, Tamil, dan Batak.

Masyarakat Tionghoa datang bersamaan dengan munculnya pasar-pasar di Bukittinggi. Mereka diizinkan pemerintah Hindia Belanda membangun toko/kios pada kaki bukit Benteng Fort de Kock, yang terletak di bagian barat kota, membujur dari selatan ke utara, dan saat ini dikenal dengan nama Kampung Cino. Sementara pedagang India ditempatkan di kaki bukit sebelah utara, melingkar dari arah timur ke barat dan sekarang disebut juga Kampung Keling.

Tahun 2008 2010
Jumlah penduduk 106.045 110.954
Sejarah kependudukan kota Bukittinggi
Sumber:[24][25]

Pemerintahan

Daftar Wali Kota

Potret Wali Kota[26] Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Ket. Wakil Wali Kota
Bermawi Sutan Rajo Ameh Oktober 1945 November 1945
Djamin Datuk Bagindo November 1945 1947 Iskandar Tedjasukmana (1946)[27]
A. Azir Jenie 1948 1949
Eni Karim 1949 1950
Saadudin Jambek[28] 1950 1952
Nauman Djamil Dt. Mangkuto Ameh 1952 1957
Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuning 1956 1958
Syahbuddin Latif Dt. Sibungsu
dr.
Abdoel Rivai
1958 1959
Baharuddin Kamil 1959 1960
Anwar Maksum Marah Sutan 1960 1966
Prof.
M. Asril
SH
1966 1968
H.
A. Kamal
SH
1968 1976
Drs.
Masri
1976 1978
Drs.
Oemar Gaffar
1978 1983
Drs.
B. Burhanuddin
1983 1988
Drs. H.
Hasan Basri
(Pelaksana tugas)
1988 1989
Kolonel Inf. H.
Armedi Agus
6 Juli 1989 1994 [29][30][31][32]
1994 1999
Drs.
Rusdi Lubis
(Pelaksana tugas)
1999 2000
Drs. H.
Djufri
2000 2005 Khairul Hamdi[33]
Drs. H.
Oktisir Sjovijerli Asir
(Pelaksana tugas)
2005 13 Agustus 2005
Drs. H.
Djufri
13 Agustus 2005 1 Oktober 2009 Ismet Amzis
H.
Ismet Amzis
S.H.
1 Oktober 2009 16 November 2009 Plt.
16 November 2009[34] 13 Agustus 2010
13 Agustus 2010 13 Agustus 2015 Harma Zaldi
H.
Abdul Gafar
S.E., M.M.
(Penjabat)
13 Agustus 2015 17 Februari 2016
H.
Ramlan Nurmatias
S.H.
17 Februari 2016 17 Februari 2021 Irwandi
H.
Yuen Karnova
S.E., M.E.
(Pelaksana Harian)
17 Februari 2021 26 Februari 2021 [35]
H.
Erman Safar
S.H.
26 Februari 2021 Petahana [36] Marfendi
Balai kota Bukittinggi

Sejak tahun 1918 Kota Bukittinggi telah berstatus gemeente,[37] selanjutnya tahun 1930 wilayah kota ini diperluas menjadi 5,2 km².[38] Pada masa pendudukan Jepang wilayah kota ini kembali diperluas. Kemudian di awal kemerdekaan Indonesia terjadi tumpang tindih batas-batas wilayah kota ini karena penetapan sepihak baik masa Hindia Belanda maupun Jepang.

Saat ini batas wilayah pemerintahan kota dikelilingi oleh Kabupaten Agam, dan konfik antara kedua pemerintah daerah tersebut tentang batas wilayah masih berlanjut,[39] ditambah setelah keluarnya Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 1999 tentang perubahan batas wilayah Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam. Dari peraturan pemerintah (PP) ini luas wilayah Kota Bukittinggi bertambah menjadi 145.29,90 km², dengan memasukkan beberapa nagari yang sebelumnya pada masa pendudukan Jepang berada dalam wilayah administrasi Kota Bukittinggi.[40]

Namun seiring bergulirnya reformasi pemerintahan yang memberikan hak otonomi yang luas kepada kabupaten dan kota, muncul kembali penolakan dari masyarakat Kabupaten Agam atas perluasan dan pengembangan wilayah Kota Bukittinggi tersebut. Bagi masyarakat Kabupaten Agam yang masuk ke dalam wilayah perluasan kota ini, merasa rugi karena dengan kembalinya penerapan model pemerintahan nagari lebih menjanjikan, dibandingkan berada dalam sistem kelurahan. Selain itu timbul asumsi, masyarakat kota yang telah heterogen juga dikhawatirkan akan memberikan dampak kepada tradisi adat dan kekayaan yang selama ini dimiliki oleh nagari.

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Bukittinggi dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[41] 2014–2019[42] 2019–2024[43] 2024–2029
PKB 0 Kenaikan 1 Steady 1 Kenaikan 2
Gerindra 1 Kenaikan 4 Kenaikan 5 Penurunan 4
PDI-P 0 Kenaikan 1 Penurunan 0 Steady 0
Golkar 3 Kenaikan 4 Penurunan 3 Steady 3
NasDem (baru) 1 Kenaikan 2 Kenaikan 4
PKS 3 Steady 3 Kenaikan 5 Steady 5
Hanura 2 Kenaikan 3 Penurunan 0 Steady 0
PAN 3 Penurunan 1 Kenaikan 3 Penurunan 2
PBB 1 Penurunan 0 Steady 0 Steady 0
Demokrat 8 Penurunan 4 Steady 4 Penurunan 3
PPP 3 Steady 3 Penurunan 2 Steady 2
PKPI 1 Penurunan 0 Steady 0
Jumlah Anggota 25 Steady 25 Steady 25 Steady 25
Jumlah Partai 9 Kenaikan 10 Penurunan 8 Steady 8

Kecamatan

Kota Bukittinggi memiliki 3 kecamatan dan 24 kelurahan. Luas wilayahnya mencapai 25,24 km² dan penduduk 115.986 jiwa (2017) dengan sebaran 4.595 jiwa/km².[44][45]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Bukittinggi, adalah sebagai berikut:

Kode Kemendagri Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
13.75.03 Aur Birugo Tigo Baleh 8
13.75.01 Guguk Panjang 7
13.75.02 Mandiangin Koto Selayan 9
TOTAL 24


Pendidikan

Sejak zaman kolonialis Belanda, kota ini telah menjadi pusat pendidikan di Pulau Sumatra.[46] Dimulai sejak tahun 1872, dengan berdirinya Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers (sekolah guru untuk guru-guru bumiputra) atau dikenal juga dengan nama sekolah radja, yang selanjutnya berkembang menjadi volksschool atau sekolah rakyat. Kemudian pada tahun 1912 muncul Hollandsch Inlandsche School (HIS), yang dilanjutkan dengan berdirinya Sekolah Pamong Opleiding School voor Inlandsch Ambtenaren (OSVIA) tahun 1918. Pada tahun 1926 juga telah berdiri MULO di Kota Bukittinggi.[47]

Pada masa awal kemerdekaan di kota ini pernah berdiri sekolah Polwan dan Kadet serta sekolah Pamong Praja yang pertama di Indonesia.[48] Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan FKIP Universitas Andalas (sekarang Universitas Negeri Padang) juga pertama kali didirikan di kota ini sebelum dipindahkan ke Kota Padang.[49]

Pendidikan formal TK SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA negeri dan swasta MA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 34 65 19 11 5 13 18
Data sekolah di kota Bukittinggi
Sumber:
[50][51][52]

Kesehatan

Kota Bukittinggi telah memiliki pelayanan kesehatan yang baik, kota dengan luas relatif kecil ini telah memiliki 5 rumah sakit, yaitu 3 milik pemerintah dan 2 milik swasta. Selain itu, juga didukung oleh 5 puskesmas, 6 puskesmas keliling, dan 15 puskesmas pembantu. Salah satu yang utama adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Mochtar, merupakan rumah sakit umum milik pemerintah bertipe B dengan jumlah tempat tidur sebanyak 299.[53]

Rumah Sakit Stroke Nasional yang terdapat di kota ini, merupakan rumah sakit milik pemerintah dengan pelayanan khusus penyakit stroke, dan memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 124 buah.[54][55] Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus pengobatan stroke pertama di Indonesia dan ketiga di dunia.[49] Selain itu terdapat juga Rumah Sakit Islam Ibnu Sina, sebuah rumah sakit swasta yang telah memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 136 buah.[53]

Sementara itu untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, sampai tahun 2009 terdapat delapan institusi pendidikan tenaga kesehatan di Kota Bukittinggi. Dua institusi milik pemerintah (Poltekes) dan enam dikelola oleh pihak swasta.[53]

Perhubungan

Museum Tri Daya Eka Dharma di Bukittinggi

Kota Bukittinggi berada pada posisi strategis Jalur Lintas Sumatra, yang menghubungkan Padang, Medan, dan Palembang, serta berada di antara Padang dan Pekanbaru. Terminal Aur Kuning merupakan terminal utama untuk angkutan transportasi darat di kota ini. Sementara untuk transportasi dalam kota, tersedia angkutan kota, taksi, dan bendi (kereta kuda). Berdasarkan catatan Dinas Pekerjaan Umum, seluruh jalan di kota ini panjangnya mencapai 196 km, termasuk jalan negara dan jalan provinsi.

Sebelumnya kota ini dilalui oleh jalur kereta api yang menghubungkan Payakumbuh dan Padang yang dibangun sekitar awal abad ke-20. Namun pada dekade 1970-an, sarana transportasi ini tidak diaktifkan lagi. Kota ini juga telah memiliki sarana transportasi udara non-kelas yang bernama Bandar Udara Gadut.[56]

Ekonomi

Lubang Jepang di Bukittinggi
Pasar Atas
Suasana pasar di dekat Benteng Fort de Kock, sekitar 1900.

Perkembangan pasar Loih Galuang yang sekarang disebut juga Pasar Ateh, membuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1900 mengembangkan sebuah loods ke arah timur, tepatnya pada kawasan pinggang bukit yang berdekatan dengan selokan yang mengalir di kaki bukit. Karena lokasi pasar tersebut berada di kemiringan, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Pasar Teleng (Miring) atau Pasar Lereng. Perkembangan berikutnya di sekitar kawasan tersebut muncul lagi beberapa pasar, di antaranya Pasar Bawah dan Pasar Banto. Pasar-pasar tradisional di sekitar kawasan Jam Gadang ini, kemudian berkembang menjadi tempat penjualan hasil kerajinan tangan dan cendera mata khas Minangkabau. Dalam penataan pasar, pemerintah Hindia Belanda juga menghubungkan setiap pasar tersebut dengan janjang (anak tangga), dan di antara anak tangga yang terkenal adalah Janjang 40.

Untuk mengurangi penumpukan pada satu kawasan, pemerintah Bukittinggi kemudian mengembangkan kawasan perkotaan ke arah timur dengan membangun Pasar Aur Kuning, yang saat ini merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di Pulau Sumatra. Disebabkan luas wilayah yang kecil, sektor perdagangan merupakan salah satu pilihan bagi pemerintah Bukittinggi dalam meningkatkan pendapatan penduduknya.

Selain itu pemerintah Bukittinggi juga menelurkan beberapa program dalam mengentaskan kemiskinan, di antaranya pelatihan keterampilan membordir dan pelatihan pembuatan kebaya, serta penumbuhan wirausaha baru.[57] Bordir asli Bukittinggi biasanya menggunakan teknik krancang langsung yang tergolong rumit dan memakan waktu. Ini berbeda dengan barang hasil serupa buatan Tasikmalaya, Jawa Barat yang menggunakan teknik krancang solder.[58]

Pariwisata

Jembatan Limpapeh

Industri pariwisata merupakan salah satu sektor andalan Kota Bukittinggi. Banyaknya objek wisata yang menarik, menjadikan kota ini dijuluki sebagai "kota wisata". Pada tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi kota ini mencapai 26.629 orang.[59] Saat ini di Bukittinggi terdapat sekitar 60 hotel dan 15 biro perjalanan.[60] Hotel-hotel yang terdapat di Bukittinggi antara lain The Hills, Hotel Pusako, dan Grand Rocky Hotel.

Ngarai Sianok merupakan salah satu objek wisata utama. Taman Panorama yang terletak di dalam kota Bukittinggi memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok. Di dalam Taman Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II yang disebut dengan Lubang Japang. Untuk mengunjungi nagari Koto Gadang di bawah ngarai, wisatawan bisa melalui Janjang Koto Gadang. Jenjang yang memiliki panjang sekitar 1 km ini, memiliki desain seperti Tembok Besar Tiongkok.[61]

Di Taman Bundo Kanduang terdapat replika Rumah Gadang yang berfungsi sebagai museum kebudayaan Minangkabau. Kebun Binatang Bukittinggi dan Benteng Fort de Kock, dihubungkan oleh jembatan penyeberangan yang disebut Jembatan Limpapeh. Jembatan penyeberangan Limpapeh berada di atas Jalan A. Yani yang merupakan jalan utama di Kota Bukittinggi.

Pasar Ateh (Pasar Atas) berada berdekatan dengan Jam Gadang yang merupakan pusat keramaian kota. Di Pasar Ateh terdapat banyak penjual kerajinan tangan dan bordir,[62] serta makanan kecil oleh-oleh khas Sumatera Barat, seperti keripik sanjai (keripik singkong ala daerah Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, karupuak jangek yang dibuat dari bahan kulit sapi atau kerbau, dan karak kaliang, sejenis makanan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk seperti angka 8.

Olahraga

Masyarakat Bukittinggi sangat menyukai olahraga berkuda, dan setiap tahunnya kota ini mengadakan lomba pacuan kuda di Bukit Ambacang, yang sudah diselenggarakan sejak tahun 1889.[11] Perlombaan pacuan kuda ini merupakan rangkaian perlombaan pacuan kuda yang diadakan di beberapa kawasan lain di Sumatera Barat. Dengan adanya perlombaan ini, mendorong para peternak kuda untuk tetap bertahan dan memanfaatkan tradisi ini sebagai sumber mata pencarian.[63]

Pers dan Media

Sekitar tahun 1924 di kota ini diterbitkan surat kabar Periodik yang dipimpin oleh S. Moesjafir, kemudian disusul penerbitan surat kabar mingguan Doenia Achirat oleh Sain al Malik dan Soetan Perpatih, namun surat kabar ini tidak berumur panjang. Selain itu beberapa tokoh pers wanita di kota ini seperti Djanewar Djalil dan Sjamsidar Jahja juga menerbitkan surat kabar Soeara Poetri yang mengetengahkan beberapa isu emansipasi wanita.[64]

Pada masa pendudukan Jepang, di kota ini pernah didirikan pemancar radio terbesar untuk Pulau Sumatra. Pemancar ini dalam rangka mengibarkan semangat rakyat untuk menunjang kepentingan Perang Asia Timur Raya versi Jepang.[65] Di kota ini terdapat beberapa stasiun pemancar radio sebagai sarana informasi dan hiburan masyarakat, antara lain: RRI Bukittinggi, Elsi FM,[66] SK FM,[67] dan GRC FM.[68]

Kota Saudara

Kota lain yang menjadi Sister City dari kota Bukittinggi adalah:

Galeri

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-18. Diakses tanggal 2020-08-25. 
  2. ^ a b Badan Pusat Statistik (2021). Bukittinggi dalam Angka, 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-21. Diakses tanggal 2021-03-10. 
  3. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-05. Diakses tanggal 6 Desember 2021. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 11 April 2021. 
  5. ^ "Pola dan Model Keruangan Kualitas Penerimaan Sinyal Telepon Seluler di Kota Bukittinggi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-04. Diakses tanggal 2013-12-26. 
  6. ^ Mestika Zed, Eddy Utama, Hasril Chaniago; Sumatera Barat di panggung sejarah, 1945-1995; Panitia Peringatan 50 Tahun RI, 1995.
  7. ^ Haryanti, Rosiana. Galih, Bayu, ed. "Salinan arsip". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-01. Diakses tanggal 2020-01-01. 
  8. ^ Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil; Kronik Revolusi Indonesia: 1947, Kepustakaan Populer Gramedia, 2001
  9. ^ http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=94[pranala nonaktif permanen]
  10. ^ Bukittinggi - Kompaspedia[pranala nonaktif permanen]
  11. ^ a b Asnan, Gusti, (2003), Kamus sejarah Minangkabau, Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 978-979-97407-0-0.
  12. ^ Sujamto, (1991), Cakrawala otonomi daerah, Sinar Grafika, ISBN 978-979-8061-17-2.
  13. ^ http://www.docstoc.com Diarsipkan 2021-03-05 di Wayback Machine. Pembangunan-infrastruktur Kota Bukittinggi masa kolonial Belanda Diarsipkan 2011-02-18 di Wayback Machine. (diakses pada 29 Juni 2010)
  14. ^ Barbara Gifford Shimer & Guy Hobbs, (2010), The Kenpeitai in Java and Sumatra, Equinox Publishing, ISBN 978-602-8397-10-0.
  15. ^ "Biography of Major-General Toyoji Hirano - (平野豊次) - (ひらの とよじ) (1890 – 1945), Japan". generals.dk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-05. Diakses tanggal 2022-09-05. 
  16. ^ Hasan, Teuku Moehammad (1991). Meester Teuku Moehammad Hasan memoir gubenur Sumatra dari Aceh ke pemersatu bangsa. Papas Sinar Sinanti. ISBN 979-9314-00-3. 
  17. ^ http://www.setneg.go.id Diarsipkan 2012-01-30 di Wayback Machine. Hari Bela Negara Diarsipkan 2012-06-12 di Wayback Machine..
  18. ^ Hakiem, Lukman, (2008), 100 tahun Mohammad Natsir: berdamai dengan sejarah, Penerbit Republika, ISBN 978-979-1102-31-5.
  19. ^ hukum.unsrat.ac.id Undang-undang Nomor 9 Tahun 1956 Diarsipkan 2011-11-05 di Wayback Machine. (diakses pada 29 Juni 2010)
  20. ^ "Harian Haluan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-12. Diakses tanggal 2012-05-25. 
  21. ^ http://www.pu.go.id Diarsipkan 2010-06-27 di Wayback Machine. Pemkot Bukittinggi Bertekad Menata Kembali Ruang Kota-nya Diarsipkan 2020-10-24 di Wayback Machine. (diakses pada 26 Juni 2010)
  22. ^ Chandra, Riki (2020-12-22). "Bukittinggi Lahir dari Nagari, Kini Berusia 236 Tahun". Suara.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-02. Diakses tanggal 2022-03-02. 
  23. ^ "Bukittinggi, Indonesia Travel Weather Averages". Weatherbase. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-07. Diakses tanggal 7 Maret 2016. 
  24. ^ a b sumbar.bps.go.id Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi Diarsipkan 2012-01-25 di Wayback Machine.
  25. ^ "BPS Kota Bukittinggi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-24. Diakses tanggal 2019-12-18. 
  26. ^ "Sejarah Kota Bukittingi". Pemerintahan Kota Bukittinggi. Pemerintahan Kota Bukittinggi. Diakses tanggal 3 Januari 2018. 
  27. ^ https://books.google.co.id/books?id=0O3Z5HNNghUC&pg=PA95&lpg=PA95&dq=iskandar+tedjasukmana+wakil+walikota+Bukittinggi&source=bl&ots=f4I4yNvkSm&sig=ACfU3U1Wh9ncyWvtS_edXOThLvXW0Y7TJw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjuufig0MjwAhXv6XMBHaIkD7EQ6AEwEXoECAkQAg#v=onepage&q=iskandar%20tedjasukmana%20wakil%20walikota%20Bukittinggi&f=false
  28. ^ https://www.zwp-lbstudie.nl/ned-indie/ptt/Telf-Gids/Telefoongids-Sumatra-WKP-Pd-1951-KIT.pdf
  29. ^ Profil Tokoh, Aktivis, dan Pemuka Masyarakat Minang. Permo Promotion. 1995. hlm. 57–59. ISBN 978-979-8931-00-0. Diakses tanggal 27 Februari 2021. 
  30. ^ https://books.google.co.id/books?id=mYFdXm5s1AUC&pg=RA2-PA65&lpg=RA2-PA65&dq=Armedi+Agus&source=bl&ots=XRam49V88W&sig=ACfU3U3IcGqKxTQf6KHC03JXy9bfbsPv5A&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiBt7C4hsnwAhUPVysKHYDnCbMQ6AEwCXoECAkQAg#v=onepage&q=Armedi%20Agus&f=false
  31. ^ https://soeharto.co/presiden-soeharto-pembangunan-adalah-proses-perjalanan-bangsa-yang-tidak-akan-mengenal-henti/
  32. ^ http://bukittinggikota.go.id/berita/armedi-agus-bernostalgia-di-bukittinggi
  33. ^ http://sikeda.bukittinggikota.go.id/index.php/wakil-wali-kota-bukittinggi
  34. ^ https://antaranews.com/berita/162351/demokrat-bentuk-tim-penjaringan-calon-wakil-walikota
  35. ^ https://padangkita.com/ramlan-nurmatias-akhiri-jabatan-sekda-yuen-karnova-jadi-plh-wako-bukittinggi/
  36. ^ https://padangkita.com/gubernur-sumbar-mahyeldi-lantik-11-kepala-daerah-ingatkan-visi-misi-harus-sesuai-dengan-provinsi/
  37. ^ Staadblats van Nederlandsch-Indie, 310, 1918.
  38. ^ Besluit van Gouverneur General, 25, 1930.
  39. ^ Haris, Syamsuddin, (2004), Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-98014-1-8.
  40. ^ hukum.unsrat.ac.id Peraturan Pemerintah RI No. 84 Tahun 1999 Diarsipkan 2011-11-05 di Wayback Machine. (diakses pada 26 Juni 2010)
  41. ^ caleg-sumbar.com Caleg Terpilih Kota Bukittinggi[pranala nonaktif permanen]
  42. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Bukittinggi 2014-2019
  43. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Bukittinggi 2019-2024
  44. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  45. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  46. ^ Abdullah, Taufik, (2009), Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933), Equinox Publishing, ISBN 978-602-8397-50-6.
  47. ^ Azizah Etek, Mursyid A. M., Arfan B. R., (2008), Kelah sang demang Jahja Datoek Kajo: pidato otokritik di Volkstraad, 1927-1939, PT LKiS Pelangi Aksara, ISBN 978-979-1283-58-8.
  48. ^ http://www.bukittinggikota.go.id Diarsipkan 2007-09-29 di Wayback Machine. Pendidikan Diarsipkan 2012-03-24 di Wayback Machine. (diakses pada 8 September 2012)
  49. ^ a b Daniel Dhakidae, ed. (2003). Profil Daerah: Kabupaten dan Kota Jilid 2. Penerbit Buku Kompas. hlm. 120. ISBN 979-709-054-X. 
  50. ^ nisn.jardiknas.org Rekap data[pranala nonaktif permanen]
  51. ^ ban-pt.depdiknas.go.id Hasil Pencarian Akreditasi Program Studi Diarsipkan 2010-02-10 di Wayback Machine. (diakses pada 27 Juni 2010)
  52. ^ Bukittinggi Kota, - (-). "Potensi Kota Bukittinggi Bidang Pendidikan". Website Kota Bukittinggi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-04. Diakses tanggal 21 Desember 2020. 
  53. ^ a b c http://www.depkes.go.id Diarsipkan 2010-07-20 di Wayback Machine. Profil Kesehatan Kota Bukittinggi Diarsipkan 2010-12-29 di Wayback Machine.
  54. ^ http://www.bukittinggikota.go.id Diarsipkan 2007-09-29 di Wayback Machine. Kesehatan Diarsipkan 2010-11-23 di Wayback Machine. (diakses pada 11 Juli 2010)
  55. ^ http://www.depkes.go.id Diarsipkan 2010-07-20 di Wayback Machine. Daftar rumah sakit Diarsipkan 2010-07-29 di Wayback Machine. (diakses pada 11 Juli 2010)
  56. ^ Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, (1999), Profil 111 kawasan andalan Indonesia: Kawasan barat Indonesia, Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional
  57. ^ http://www.kabarindonesia.com Diarsipkan 2010-05-12 di Wayback Machine. Sang Pengentasan Kemiskinan ala Kota Bukittinggi Diarsipkan 2016-02-03 di Wayback Machine. (diakses pada 26 Juni 2010)
  58. ^ Daniel Dhakidae, ed. (2003). Profil Daerah: Kabupaten dan Kota Jilid 2. Penerbit Buku Kompas. hlm. 115–118. ISBN 979-709-054-X. 
  59. ^ http://www.antarasumbar.com Diarsipkan 2013-06-07 di Wayback Machine. Kunjungan Turis Mancanegara ke Bukittinggi Meningkat
  60. ^ regionalinvestment.com Profil Kota Bukittinggi Diarsipkan 2012-01-18 di Wayback Machine. (diakses pada 26 Juni 2010)
  61. ^ padangekspres.co.id Janjang Koto Gadang Diarsipkan 2020-10-19 di Wayback Machine.
  62. ^ Vaisutis, Justine (2007). Indonesia. Lonely Planet. ISBN 1-74104-435-9. 
  63. ^ Bangun, M. Tinjauan ekonomi-sosial & pembangunan sepanjang Sumatra dan Kalimantan Barat,. Yayasan Pola Pembangunan Indonesia. 
  64. ^ Marthias Dusky Pandoe, Julius Pour, (2010), Jernih melihat cermat mencatat: antologi karya jurnalistik wartawan senior Kompas, Penerbit Buku Kompas.
  65. ^ "Situs resmi pemerintah kota Bukittinggi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-02. Diakses tanggal 2007-10-31. 
  66. ^ http://www.elsifm.com Diarsipkan 2010-07-02 di Wayback Machine. Elsi FM Diarsipkan 2010-07-02 di Wayback Machine. (diakses pada 11 Juli 2010)
  67. ^ http://www.skfmbukittinggi.com Diarsipkan 2010-07-16 di Wayback Machine. SK FM Diarsipkan 2010-07-16 di Wayback Machine. (diakses pada 11 Juli 2010)
  68. ^ http://www.grcfmbukittinggi.com Diarsipkan 2010-09-20 di Wayback Machine. GRC FM Diarsipkan 2010-09-20 di Wayback Machine. (diakses pada 11 Juli 2010)
  69. ^ "Bukittinggi: Jabaran Rencana Kota Kembar". Bukittinggi Department. Archived from the original on 2012-03-24. Diakses tanggal 10 Juli 2013. 

Pranala luar