Lompat ke isi

Gempa bumi Jawa 1867: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 8°42′S 110°36′E / 8.7°S 110.6°E / -8.7; 110.6
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dwianto08 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dwianto08 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(47 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Short description|Earthquake in the Dutch East Indies (present-day Indonesia)}}
{{Short description|Earthquake in the Dutch East Indies (present-day Indonesia)}}
{{Infobox earthquake
{{Infobox earthquake
| title = Gempa bumi Jawa Tengah 1867
| title = Gempa bumi besar Jawa Tengah 1867
| image = COLLECTIE TROPENMUSEUM De Candi Sewu TMnr 10016113.jpg
| image = COLLECTIE TROPENMUSEUM De Candi Sewu TMnr 10016113.jpg
| caption = Kerusakan pada [[Candi Sewu]]
| imagecaption =
| map2 = {{Location map | #Indonesia Java
|map2 = {{Location map+ | Indonesia Java#Jawa Tengah
|places =
| relief = yes
{{Location map~|Indonesia Java#Jawa Tengah|lat=-7.8|long=110.36|label_size=100|label=Yogyakarta|position=left|mark=Red pog.svg}}
| label =
{{Location map~|Indonesia Java#Jawa Tengah|lat=-7.566|long=110.816|label_size=100|label=Surakarta|position=top|mark=Red pog.svg}}
| lat = -8.7
{{Location map~|Indonesia Java|lat=-7.245|long=112.737|label=Surabaya|mark=Red pog.svg}}
| long = 110.6
{{Location map~|Indonesia Java|lat=-6.175|long=106.827|label=Jakarta|position=top|mark=Green pog.svg}}
| mark = Bullseye1.png
{{Location map~|Indonesia Java#Jawa Tengah|lat=-8.7|long=110.6|mark=Bullseye1.png|marksize=50}}
| marksize = 40
| position = top
| relief = 1
| width = 250
| position = top
| float = right
| width = 250
| caption = }}
| float = right
| caption = }}
| image name =
| image name =
| pre-1900 = yes
| pre-1900 = yes
| local-time = 04:20 [[WIB]]
| local-time = 04:20 [[WIB]]
| duration =
| duration = 80 detik
| magnitude = 7.8 [[Moment magnitude scale|M<sub>w</sub>]]
| magnitude = 7.8 [[Moment magnitude scale|M<sub>w</sub>]]
| intensity = {{MMI|IX}}
| intensity = {{MMI|IX}}
| type = [[Gempa bumi intralempeng|Intraslab]]
| type = [[Gempa bumi intralempeng|Intraslab]]
| location = {{coord|-8.7|110.6|display=inline,title}}
| location = {{coord|-8.7|110.6|display=inline,title}}
| countries affected = Hindia Belanda
| countries affected =
| depth = {{convert|80|km|abbr=on|0}}
| depth = {{convert|80|km|abbr=on|0}}
| tsunami = Tidak
| tsunami = Tidak
| casualties = 700 tewas
| casualties = 700–1,000 tewas
| affected = [[DI Yogyakarta]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]]
| affected = [[DI Yogyakarta]],<br>[[Jawa Tengah]],<br> [[Jawa Timur]]<br>Hindia Belanda
| landslide =
| landslide = Banyak
}}
}}


'''Gempa bumi Jawa Tengah 1867''' terjadi pada 10 Juni antara pukul 04.20 [[WIB]]. Gempa itu berpusat di [[Bantul]] di lepas pantai selatan [[pulau Jawa]] dengan perkiraan besarnya 7,8 pada [[Moment magnitude scale|Skala kekuatan moment]]. Kehancuran yang meluas terjadi di [[DI Yogyakarta]], [[Jawa Tengah]], dan [[Jawa Timur]], di mana sebanyak 700 orang tewas, termasuk 250 orang tewas di [[Surakarta]]. Gempa bumi [[Gempa bumi intralempeng|intraslab]] dengan kedalaman menengah ini tidak menyebabkan tsunami.<ref>{{cite web|title=Sejarah Hari Ini 10 Juni 1867: Yogyakarta Dilanda Gempa Maha Dahsyat 8,0 Skala Richter|url=https://www.amp/s/voi.id/amp/177394/sejarah-hari-ini-10-juni-1867-yogyakarta-dilanda-gempa-maha-dahsyat-8-0-skala-richter|website=amp.id|access-date=15 November 2023}}</ref>
'''Gempa bumi besar Jawa Tengah 1867''' terjadi pada 10 Juni 1867, antara pukul 04.20 [[WIB]]. Gempa itu berpusat di [[Bantul]] di lepas pantai selatan [[pulau Jawa]], [[Hindia Belanda]] dengan perkiraan magnitudo 7.8 {{M|w|link=y}}. Kehancuran yang meluas terjadi di [[DI Yogyakarta]], [[Jawa Tengah]], dan [[Jawa Timur]], di mana sebanyak 700 hingga 1.000 orang tewas, termasuk 236 orang tewas di [[Surakarta]]. Gempa bumi [[Gempa bumi intralempeng|intraslab]] dengan kedalaman menengah ini tidak menyebabkan tsunami. Peristiwa gempa ini terdokumentasi secara baik oleh catatan [[Hindia Belanda]], dan menjadikan salah satu peristiwa terdahsyat yang pernah melanda Yogyakarta.<ref>{{cite web|title=Sejarah Hari Ini 10 Juni 1867: Yogyakarta Dilanda Gempa Maha Dahsyat, Magnitudo 8.0|url=https://elshinta.com/news/304970/2023/06/10/10-juni-1867-yogyakarta-dilanda-gempa-maha-dahsyat-magnitudo-8|website=Elshinta.com|access-date=7 Agustus 2024}}</ref>


== Kerusakan ==
== Gempa bumi ==
Guncangan utama, gempa bumi mungkin disertai dengan gempa pendahuluan yang tidak terlalu kuat, pada tanggal 17 Mei 1865, dan gempa susulan masing-masing pada tanggal 28 Maret 1875. Peristiwa ini dianggap mewakili peningkatan seismik di [[Lempeng Australia]] yang menunjam. Model simulasi gempa kerak dangkal dan zona subduksi besar tidak konsisten dengan laporan sejarah. Kurangnya pengamatan terhadap tsunami membantah teori gempa zona subduksi, sedangkan teori gempa kerak dangkal tidak sejalan dengan pemahaman tektonik pulau tersebut. Pemodelan gempa intraslab berkekuatan 7,8 pada kedalaman 80 km (50 mil) sesuai dengan laporan mengenai kerusakan yang meluas, berintensitas tinggi, dan berat.

== Dampak ==
===Kerusakan===
{{multiple image
{{multiple image
| align = right
| align = right
| direction = vertical
| direction = vertical
| header =
| header =
| width = 210
| width = 230
| image1 =Het waterkasteel te Djokjakarta.jpg
| image1 =Het waterkasteel te Djokjakarta.jpg
| alt1 = Bangunan Kenongo 1859
| alt1 = Bangunan Kenongo 1859
Baris 45: Baris 50:
| footer = Gambar abad ke-19 yang menunjukkan Taman Sari sebelum dan sesudah gempa.}}
| footer = Gambar abad ke-19 yang menunjukkan Taman Sari sebelum dan sesudah gempa.}}


Gempa dirasakan dari [[Banten]], hingga [[Bali]], sepanjang 900&nbsp;km. Perkiraan intensitas Modified Mercalli VIII-IX di [[Yogyakarta]]. Guncangan terasa selama lebih dari dua menit di beberapa area.
Gempa dirasakan dari [[Banten]], hingga [[Bali]], sepanjang 900&nbsp;km. Perkiraan (MMI VIII-IX) di [[Yogyakarta]]. Getaran gempa berlangsung selama 70 detik membuat kota [[Yogyakarta]] dan sekitarnya, porak poranda. Ribuan orang tewas dan puluhan ribu rumah rusak parah.

Monumen Golong Gilig (sekarang: [[Tugu Yogyakarta]]) pun ikut runtuh sebagian. Apalagi gempa Yogyakarta diiringi suara gemuruh bangunan bergerak yang sangat hebat. Semua orang di Yogyakarta mengenalnya sebagai tahun bencana.

“Keakraban” nusantara dengan gempa bumi bukan rahasia lagi. Kepulauan ini memang rawan gempa sejak dahulu kala. Catatan perjalanan para selebriti dunia, seperti Letnan Gubernur Hindia Belanda, [[Thomas Stamford Raffles]] (1811-1826) dan Naturalis [[Alfred Russel Wallace]] adalah beberapa di antaranya. Raffles mengamati, banyak candi-candi nusantara yang runtuh akibat gempa.

Wallace juga punya pendapatnya sendiri. Ia menyebutkan, dari sekian banyak tempat yang pernah ia kunjungi, wilayah nusantara merupakan wilayah yang paling rawan gempa bumi. Wallace mengamati hal tersebut saat ia melangkah ke [[Manado]], (Sulawesi) pada tahun 1858.

[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Toegoe of Witte Paal in Jogjakarta TMnr 60007932.jpg|thumb|230px|Kepanikan saat Gempa bumi Djokjakarta 1867]]

Pasca gempa kerusakan parah pada beberapa bangunan. Lokasi terkenal seperti Bangsal Manis, Bangsal Srimanganti, Witana di Sitihinggil, Gedhong Panggung, Masjid Besar Serambi, dan Kompleks [[Taman Sari Yogyakarta|Istana Tamansari]] mengalami tingkat kerusakan yang bervariasi. Selain itu, [[Masjid Agung Surakarta]] dan ikon [[Tugu Yogyakarta|Tugu Pal Putih]] mengalami kerusakan parah.
[[Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat]] mengalami kerusakan rusak berat. Beberapa bangunan di kompleks istana [[Taman Sari Yogyakarta|Taman Sari]] hancur. Fitur air di area tersebut terkuras. Kompleks yang rusak akhirnya menjadi tempat tinggal para penghuni liar. [[Candi Sewu]]<ref name="Candi Sewu">{{cite book | title=Candi Sewu and Buddhist architecture of Central Java | first=Jacques | last=Dumarçay | url=https://books.google.com/books?id=YkcoAWPrW5cC&pg=PA15 | publisher=Kepustakaan Populer Gramedia | language=Indonesian | location=Jakarta | date=2007 | isbn=978-979-91-0088-7 | accessdate=30 June 2014 | archive-date=2023-07-30 | archive-url=https://web.archive.org/web/20230730065813/https://books.google.com/books?id=YkcoAWPrW5cC&pg=PA15 | dead-url=no }}</ref> di [[Klaten]] mengalami keruntuhan total pada struktur kubah utamanya.<ref>{{cite web|title=History Today 10 June 1867: Yogyakarta Was Hit By A Great Earthquake 8.0 On The Richter Scale|url=https://voi.id/en/memori/177394|website=voi.id|language=|access-date=29 Januari 2022}}</ref>

Sebelum peristiwa Gempa 1867, pada tahun 1865, [[Gunung Merapi]] sempat meletus selama beberapa minggu, mengeluarkan asap, abu, dan menandakan akan terjadi sesuatu yang buruk di seluruh Pulau Jawa. Dua tahun kemudian, pertanda buruk mulai terlihat: pada tanggal 10 Juni 1867, gempa bumi dahsyat melanda Yogyakarta dan menyebabkan kerusakan parah baik di kota maupun sekitarnya. Ribuan orang kehilangan nyawa dan banyak rumah serta bangunan di kota hancur,” ujar Werner Kraus dalam buku Raden Saleh: Hidup dan Karyanya (2018).<ref>{{cite web|title=Unraveling the Historical Tremors: The Devastating Yogyakarta Earthquake of 1867|url=https://www.mildreports.com/2023/11/unraveling-historical-tremors.html?m=1|website=mildreports|access-date=25 Januari 2024|language=en}}</ref>


===Korban===
Di [[Surakarta]] dan Yogyakarta, sekitar 372 rumah hancur atau rusak berat. Sebanyak 1.000 rumah hancur. [[Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat]] rusak berat. Beberapa bangunan di kompleks istana [[Taman Sari Yogyakarta|Taman Sari]] hancur. Fitur air di area tersebut terkuras. Kompleks yang rusak akhirnya menjadi tempat tinggal para penghuni liar. [[Candi Sewu]]<ref name="Candi Sewu">{{cite book | title=Candi Sewu and Buddhist architecture of Central Java | first=Jacques | last=Dumarçay | url=https://books.google.com/books?id=YkcoAWPrW5cC&pg=PA15 | publisher=Kepustakaan Populer Gramedia | language=Indonesian | location=Jakarta | date=2007 | isbn=978-979-91-0088-7 | accessdate=30 June 2014 | archive-date=2023-07-30 | archive-url=https://web.archive.org/web/20230730065813/https://books.google.com/books?id=YkcoAWPrW5cC&pg=PA15 | dead-url=no }}</ref> di [[Klaten]] mengalami keruntuhan total pada struktur kubah utamanya. Terlepas dari tingkat kerusakan, hanya lima korban jiwa yang dilaporkan, meskipun mungkin setinggi 327, 500 atau hingga 700.
[[File:Zwaar beschadigde kazerne in fort Willem I bij Ambarawa, KITLV 106397.tiff|thumb|230px|Rumah rusak di [[Semarang]]]]
[[File:Zwaar beschadigde keuken van een officierswoning te Banjoe Biroe bij fort Willem I bij Ambarawa, KITLV 106393.tiff|thumb|230px|Bangunan rusak di [[Ambarawa, Semarang]]]]
[[File:Zware beschadigingen aan een infanterie kazerne te Banjoe Biroe bij fort Willem I bij Ambarawa, KITLV 106400.tiff|thumb|200px|Bangunan Hindia Belanda rusak di [[Semarang]]]]
Total korban tewas akibat gempa bumi Yogyakarta tahun 1867, bervariasi antara 700 hingga 1,000 orang tewas. Di [[Surakarta]], sedikitnya 236 orang tewas. 12 korban jiwa diantaranya orang Eropa. Empat orang tewas tertimpa bangunan batu yang runtuh di sebuah kamp di [[Kabupaten Pekalongan]]. Kerusakan parah juga dilaporkan terjadi di [[Bantul]]. Di [[Salatiga]], gempa menyebabkan jam berhenti pada saat kejadiannya: 04:21, namun goncangan berlangsung hingga pukul 04:22.


Di [[Gunung Merapi]] banyak terjadi tanah longsor.<ref name="Tsunami">{{Cite web |author=<nowiki>National Geophysical Data Center of the World Data Service (NGDC/WDS)</nowiki> |title=Global Historical Tsunami Database |publisher=[[National Oceanic and Atmospheric Administration|NOAA]] [[National Centers for Environmental Information]] |type=Data Set |url=https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/tsunami/event-more-info/5749 |access-date=9 June 2022 |archive-date=2023-02-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230226055124/https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/tsunami/event-more-info/5749 |dead-url=no }}</ref> Kerusakan sedang pada fasilitas pabrik dan industri dilaporkan terjadi di Bandjardjawa. Efek dari gempa tersebut juga dirasakan pada kapal yang berlabuh di [[Batavia]] yang terletak ratusan mil jauhnya. Ratusan rumah roboh di [[Kabupaten Semarang]] dan puluhan orang dilaporkan tewas. Terjadi tanah longsor besar di [[Wonosobo]] dan [[Purwokerto]]. Di [[Surabaya]], sebuah gereja retak dan pabrik gula rusak.
Di [[Surakarta]], sedikitnya 236 orang tewas. Dua belas dari korban jiwa adalah orang Eropa. Empat orang tewas tertimpa bangunan batu yang runtuh di sebuah kamp di [[Kabupaten Pekalongan]]. Kerusakan parah juga dilaporkan terjadi di [[Bantul]]. Di [[Salatiga]], gempa menyebabkan jam berhenti pada saat kejadiannya: 04:21, namun goncangan berlangsung hingga pukul 04:22.


== Resiko gempa bumi ==
Di [[Gunung Merapi]] banyak dipicu longsor. Celah tanah juga diamati. Di Laut Jawa, terjadi gempa laut namun tidak ada laporan tsunami.<ref name="Tsunami">{{Cite web |author=<nowiki>National Geophysical Data Center of the World Data Service (NGDC/WDS)</nowiki> |title=Global Historical Tsunami Database |publisher=[[National Oceanic and Atmospheric Administration|NOAA]] [[National Centers for Environmental Information]] |type=Data Set |url=https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/tsunami/event-more-info/5749 |access-date=9 June 2022 |archive-date=2023-02-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230226055124/https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/tsunami/event-more-info/5749 |dead-url=no }}</ref> Kerusakan sedang pada fasilitas pabrik dan industri dilaporkan terjadi di Bandjardjawa. Efek dari gempa tersebut juga dirasakan pada kapal yang berlabuh di [[Batavia]] dan yang terletak ratusan mil jauhnya. Beberapa rumah roboh di Kabupaten [[Semarang]]. Di [[Surabaya]], sebuah gereja retak dan pabrik gula rusak.
Berdasarkan hasil simulasi dari National hazard, wilayah [[Yogyakarta]] dan sekitarnya kini memiliki populasi lebih dari 3,7 juta jiwa. Jika terjadi gempa bumi dengan intensitas yang sama terjadi kembali, diperkirakan akan menyebabkan sekitar 60.000 korban jiwa.<ref>{{Cite report |date=January 2015 |title=Indonesia's Historical Earthquakes Modelled examples for improving the national hazard map |url=https://ecat.ga.gov.au/geonetwork/srv/eng/catalog.search#/metadata/83909 |number=GA2015/23 |access-date=17 June 2022 |doi=10.11636/Record.2015.023 |publisher= 10.11636/Record.2015.023 |last1=Nguyen |first1=Ngoc |last2=Griffin |first2=Jonathan |last3=Cipta |first3=Athanasius |last4=Cummins |first4=Phil R. }}</ref>


== Lihat juga ==
== Lihat juga ==
{{Portal|Indonesia}}
* [[Daftar gempa bumi di Indonesia]]
* [[Daftar gempa bumi di Indonesia]]
* [[Gempa bumi Laut Jawa 2023]]
* [[Gempa bumi Yogyakarta 2006]]
* [[Gempa bumi Yogyakarta 2006]]
* [[Gempa bumi Jawa Tengah 1943]]
* [[Gempa bumi Jawa Tengah 1943]]

Revisi terkini sejak 8 September 2024 02.45

Gempa bumi besar Jawa Tengah 1867
Kerusakan pada Candi Sewu
Gempa bumi Jawa 1867 di Jawa
Yogyakarta
Yogyakarta
Surakarta
Surakarta
Surabaya
Surabaya
Jakarta
Jakarta
Gempa bumi Jawa 1867
Gempa bumi Jawa 1867 di Jawa Tengah
Yogyakarta
Yogyakarta
Surakarta
Surakarta
Gempa bumi Jawa 1867
Waktu setempat04:20 WIB
Lama80 detik
Kekuatan7.8 Mw
Kedalaman80 km (50 mi)
Episentrum8°42′S 110°36′E / 8.7°S 110.6°E / -8.7; 110.6
JenisIntraslab
Wilayah bencanaDI Yogyakarta,
Jawa Tengah,
Jawa Timur
Hindia Belanda
Intensitas maks.IX (Hebat)
TsunamiTidak
LandslidesBanyak
Korban700–1,000 tewas

Gempa bumi besar Jawa Tengah 1867 terjadi pada 10 Juni 1867, antara pukul 04.20 WIB. Gempa itu berpusat di Bantul di lepas pantai selatan pulau Jawa, Hindia Belanda dengan perkiraan magnitudo 7.8 Mw. Kehancuran yang meluas terjadi di DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, di mana sebanyak 700 hingga 1.000 orang tewas, termasuk 236 orang tewas di Surakarta. Gempa bumi intraslab dengan kedalaman menengah ini tidak menyebabkan tsunami. Peristiwa gempa ini terdokumentasi secara baik oleh catatan Hindia Belanda, dan menjadikan salah satu peristiwa terdahsyat yang pernah melanda Yogyakarta.[1]

Gempa bumi

[sunting | sunting sumber]

Guncangan utama, gempa bumi mungkin disertai dengan gempa pendahuluan yang tidak terlalu kuat, pada tanggal 17 Mei 1865, dan gempa susulan masing-masing pada tanggal 28 Maret 1875. Peristiwa ini dianggap mewakili peningkatan seismik di Lempeng Australia yang menunjam. Model simulasi gempa kerak dangkal dan zona subduksi besar tidak konsisten dengan laporan sejarah. Kurangnya pengamatan terhadap tsunami membantah teori gempa zona subduksi, sedangkan teori gempa kerak dangkal tidak sejalan dengan pemahaman tektonik pulau tersebut. Pemodelan gempa intraslab berkekuatan 7,8 pada kedalaman 80 km (50 mil) sesuai dengan laporan mengenai kerusakan yang meluas, berintensitas tinggi, dan berat.

Kerusakan

[sunting | sunting sumber]
Bangunan Kenongo 1859
Kenongo building after 1867 earthquake
Gambar abad ke-19 yang menunjukkan Taman Sari sebelum dan sesudah gempa.

Gempa dirasakan dari Banten, hingga Bali, sepanjang 900 km. Perkiraan (MMI VIII-IX) di Yogyakarta. Getaran gempa berlangsung selama 70 detik membuat kota Yogyakarta dan sekitarnya, porak poranda. Ribuan orang tewas dan puluhan ribu rumah rusak parah.

Monumen Golong Gilig (sekarang: Tugu Yogyakarta) pun ikut runtuh sebagian. Apalagi gempa Yogyakarta diiringi suara gemuruh bangunan bergerak yang sangat hebat. Semua orang di Yogyakarta mengenalnya sebagai tahun bencana.

“Keakraban” nusantara dengan gempa bumi bukan rahasia lagi. Kepulauan ini memang rawan gempa sejak dahulu kala. Catatan perjalanan para selebriti dunia, seperti Letnan Gubernur Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles (1811-1826) dan Naturalis Alfred Russel Wallace adalah beberapa di antaranya. Raffles mengamati, banyak candi-candi nusantara yang runtuh akibat gempa.

Wallace juga punya pendapatnya sendiri. Ia menyebutkan, dari sekian banyak tempat yang pernah ia kunjungi, wilayah nusantara merupakan wilayah yang paling rawan gempa bumi. Wallace mengamati hal tersebut saat ia melangkah ke Manado, (Sulawesi) pada tahun 1858.

Kepanikan saat Gempa bumi Djokjakarta 1867

Pasca gempa kerusakan parah pada beberapa bangunan. Lokasi terkenal seperti Bangsal Manis, Bangsal Srimanganti, Witana di Sitihinggil, Gedhong Panggung, Masjid Besar Serambi, dan Kompleks Istana Tamansari mengalami tingkat kerusakan yang bervariasi. Selain itu, Masjid Agung Surakarta dan ikon Tugu Pal Putih mengalami kerusakan parah. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengalami kerusakan rusak berat. Beberapa bangunan di kompleks istana Taman Sari hancur. Fitur air di area tersebut terkuras. Kompleks yang rusak akhirnya menjadi tempat tinggal para penghuni liar. Candi Sewu[2] di Klaten mengalami keruntuhan total pada struktur kubah utamanya.[3]

Sebelum peristiwa Gempa 1867, pada tahun 1865, Gunung Merapi sempat meletus selama beberapa minggu, mengeluarkan asap, abu, dan menandakan akan terjadi sesuatu yang buruk di seluruh Pulau Jawa. Dua tahun kemudian, pertanda buruk mulai terlihat: pada tanggal 10 Juni 1867, gempa bumi dahsyat melanda Yogyakarta dan menyebabkan kerusakan parah baik di kota maupun sekitarnya. Ribuan orang kehilangan nyawa dan banyak rumah serta bangunan di kota hancur,” ujar Werner Kraus dalam buku Raden Saleh: Hidup dan Karyanya (2018).[4]

Rumah rusak di Semarang
Bangunan rusak di Ambarawa, Semarang
Bangunan Hindia Belanda rusak di Semarang

Total korban tewas akibat gempa bumi Yogyakarta tahun 1867, bervariasi antara 700 hingga 1,000 orang tewas. Di Surakarta, sedikitnya 236 orang tewas. 12 korban jiwa diantaranya orang Eropa. Empat orang tewas tertimpa bangunan batu yang runtuh di sebuah kamp di Kabupaten Pekalongan. Kerusakan parah juga dilaporkan terjadi di Bantul. Di Salatiga, gempa menyebabkan jam berhenti pada saat kejadiannya: 04:21, namun goncangan berlangsung hingga pukul 04:22.

Di Gunung Merapi banyak terjadi tanah longsor.[5] Kerusakan sedang pada fasilitas pabrik dan industri dilaporkan terjadi di Bandjardjawa. Efek dari gempa tersebut juga dirasakan pada kapal yang berlabuh di Batavia yang terletak ratusan mil jauhnya. Ratusan rumah roboh di Kabupaten Semarang dan puluhan orang dilaporkan tewas. Terjadi tanah longsor besar di Wonosobo dan Purwokerto. Di Surabaya, sebuah gereja retak dan pabrik gula rusak.

Resiko gempa bumi

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan hasil simulasi dari National hazard, wilayah Yogyakarta dan sekitarnya kini memiliki populasi lebih dari 3,7 juta jiwa. Jika terjadi gempa bumi dengan intensitas yang sama terjadi kembali, diperkirakan akan menyebabkan sekitar 60.000 korban jiwa.[6]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Sejarah Hari Ini 10 Juni 1867: Yogyakarta Dilanda Gempa Maha Dahsyat, Magnitudo 8.0". Elshinta.com. Diakses tanggal 7 Agustus 2024. 
  2. ^ Dumarçay, Jacques (2007). Candi Sewu and Buddhist architecture of Central Java (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-91-0088-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-30. Diakses tanggal 30 June 2014. 
  3. ^ "History Today 10 June 1867: Yogyakarta Was Hit By A Great Earthquake 8.0 On The Richter Scale". voi.id. Diakses tanggal 29 Januari 2022. 
  4. ^ "Unraveling the Historical Tremors: The Devastating Yogyakarta Earthquake of 1867". mildreports (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 25 Januari 2024. 
  5. ^ National Geophysical Data Center of the World Data Service (NGDC/WDS). "Global Historical Tsunami Database" (Data Set). NOAA National Centers for Environmental Information. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-26. Diakses tanggal 9 June 2022. 
  6. ^ Nguyen, Ngoc; Griffin, Jonathan; Cipta, Athanasius; Cummins, Phil R. (January 2015). Indonesia's Historical Earthquakes Modelled examples for improving the national hazard map (Laporan). 10.11636/Record.2015.023. doi:10.11636/Record.2015.023. Diakses tanggal 17 June 2022.