Lopis: Perbedaan antara revisi
k bot kosmetik perubahan |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(45 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Taxobox |
{{Taxobox |
||
| name = |
| name = Belida lopis |
||
| image = |
| image = 110305 lopis 150.PNG |
||
| image_caption = Kawanan ikan lopis |
|||
| status = |
| status = EW |
||
| status_system = IUCN3.1 |
|||
| status_ref = <ref name=IUCN>Ng, H.H. 2020. Chitala lopis. The IUCN Red List of Threatened Species 2020: e.T157719927A89815479. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2020-1.RLTS.T157719927A89815479.en. Downloaded on 08 June 2020.</ref> |
|||
| extinct = 2020 |
|||
⚫ | |||
| authority = [[Pieter Bleeker|Bleeker]], 1851 |
|||
| regnum = [[Animalia]] |
| regnum = [[Animalia]] |
||
| phylum = [[Chordata]] |
| phylum = [[Chordata]] |
||
Baris 14: | Baris 20: | ||
| synonyms = ''Notopterus chitala'' H.B. |
| synonyms = ''Notopterus chitala'' H.B. |
||
}} |
}} |
||
{{SpeciesTitle|belida|utama=lopis}} adalah jenis [[ikan]] sungai yang tergolong dalam [[familia|suku]] [[Notopteridae]] (ikan berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan nama ikan '''belida'''/'''belido''', yang sebenarnya merupakan nama salah satu [[Sungai Belida|sungai]] di [[Sumatera Selatan|Sumatra Selatan]] yang menjadi habitatnya. [[Suku Banjar|Orang Banjar]] menyebutnya '''ikan pipih'''. Jenis ini dapat ditemui di [[Sumatra]], [[Kalimantan]], [[Jawa]], dan [[Semenanjung Malaya]], meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis [[kerupuk]] khas dari [[Palembang]] yang dikenal sebagai [[kemplang]]. Dulu lopis juga dipakai untuk pembuatan [[pempek]] namun sekarang diganti dengan [[tenggiri]]. Tampilannya yang unik juga membuatnya dipelihara di [[akuarium]] sebagai ikan hias. |
|||
Karena berpotensi ekonomi dan terancam punah, lembaga penelitian berusaha menyusun teknologi |
Karena berpotensi ekonomi dan terancam punah, lembaga penelitian berusaha menyusun teknologi budi dayanya. Hingga 2005, [[Balai Budidaya Air Tawar]] Mandiangin, di [[Kalimantan Selatan]] telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta memperbanyak [[benih]] ikan belida. |
||
== Taksonomi == |
|||
⚫ | |||
Posisi taksonomi lopis cukup membingungkan akibat kurangnya kajian mengenai keragaman evolusioner dan sebaran geografi genus ''Chitala'' di Paparan Sunda (Sundaland)<ref name=":0">{{Cite journal|last=Wibowo|first=A, Haryono, Kurniawan, Prakoso VA, Dahruddin H, Surbani IL, Jaya YYP, Sudarsono, Rochman F, Muslimin B, Sukmono T, Rourke ML, Ahnelt H, Funge-Smith S, Hubert N|date=2023|title=Rediscovery of the giant featherback Chitala lopis (Notopteridae) in its type locality resolves decades of taxonomic confusion|journal=Endang. Species Res.|volume=52|pages=285–301|doi=10.3354/esr01281}}</ref>. Ada enam spesies ''[[Belida (chitala)|Chitala]]'' dan satu spesies ''[[Notopterus]]'' yang dikenal. ''C. lopi''s oleh Roberts dianggap satu spesies dengan ''[[Chitala borneensis|C. borneensis]]'' (dari Kalimantan) dan ''[[Chitala hypselonotus|C. hypselonotus]]'' (dari DAS [[Sungai Musi|Musi]])<ref>{{Cite journal|last=Roberts|first=TR|date=1992|title=Systematic revision of the old world freshwater fish family Notopteridae|journal=Ichthyol. Explor. Freshw.|volume=2|pages=361−383}}</ref>. Pendapat ini disanggah oleh Wibowo et al. yang menunjukkan berdasarkan bank data [[Genetika molekuler|molekuler]], tiga spesies ini valid dan sekaligus menunjukkan bahwa ''C. lopis'' masih ditemukan di [[Ci Sadane]], Jawa.<ref name=":0" /> Kajian ini sekaligus juga menunjukkan bahwa yang sering disebut ikan belida sumatera sebenarnya adalah ''C. hypselonotus'', bukan ''C. lopis''. |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | [[Telur]] biasanya diletakkan di batang terendam pada kedalaman hingga 1m. Dalam rekayasa penangkaran, batang bambu atau papan dipakai sebagai tempat penempelan telur. Pemijahan dilakukan pada musim penghujan (di BBAT Agustus hingga Maret). Dalam sekali pemijahan, seekor betina rata-rata menghasilkan 288 butir telur, meskipun dapat menghasilkan hampir dua kali lipat dari jumlah itu. Derajat pembuahan berkisar |
||
[[Berkas:Belida_mistar.JPG|jmpl|kiri|200px|Lopis jantan]] |
|||
⚫ | |||
Lopis dicirikan melalui [[sirip]] [[dubur]]nya yang menyambung dengan sirip ekor berawal tepat di belakang sirip perut yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Bentuk [[kepala]] dekat punggung cekung dan rahangnya makin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai jauh melampaui batas bagian belakang mata pada ikan yang sudah besar. |
|||
⚫ | Betina memiliki sirip perut relatif pendek dan tidak menutup bagian urogenital, [[alat kelamin]] berbentuk bulat. Ketika berahi (matang [[gonad]]), bagian perut membesar dan kelamin memerah. [[Jantan]] memiliki sirip perut lebih panjang dan menutup bagian urogenital, alat kelamin berbentuk tabung, ukuran lebih kecil daripada betina. Jika jantan siap [[pemijahan|pijah]] alat kelamin memerah dan mengeluarkan cairan putih (cairan [[sperma]]) jika ditekan/diurut. |
||
⚫ | Larva bersifat [[kanibalisme|kanibal]] sehingga perlu perlindungan. [[Benih]] berusia 3 hari sudah mulai dapat makan udang [[artemia]]. Benih berusia satu bulan sudah dapat [[pendederan|dideder]] di [[akuarium]], dan satu bulan kemudian siap dideder di [[kolam]]. Ikan dengan ukuran |
||
⚫ | [[Telur]] biasanya diletakkan di batang terendam pada kedalaman hingga 1m. Dalam rekayasa penangkaran, batang bambu atau papan dipakai sebagai tempat penempelan telur. Pemijahan dilakukan pada musim penghujan (di BBAT Agustus hingga Maret). Dalam sekali pemijahan, seekor betina rata-rata menghasilkan 288 butir telur, meskipun dapat menghasilkan hampir dua kali lipat dari jumlah itu. Derajat pembuahan berkisar 30–100 %. Derajat penetasan 72,2% dan [[sintasan]] (''survival rate'') [[larva]] adalah 64,2%. Larva menetas sekitar 72–120 jam (3-5 hari) pada suhu air 29–30 °C. |
||
⚫ | |||
⚫ | Larva bersifat [[kanibalisme|kanibal]] sehingga perlu perlindungan. [[Benih]] berusia 3 hari sudah mulai dapat makan udang [[artemia]]. Benih berusia satu bulan sudah dapat [[pendederan|dideder]] di [[akuarium]], dan satu bulan kemudian siap dideder di [[kolam]]. Ikan dengan ukuran 15 cm siap untuk pembesaran. |
||
<!-- |
|||
Upaya Budidaya |
|||
Pada 2004, (BBAT) Mandiangin, Kalsel mulai mengkoleksi induk belida dari perairan Waduk Riam Kanan (Kab. Banjar). Induk ikan belida yang berhasil dipelihara sebanyak 45 ekor induk betina dengan kisaran bobot 2-5 kg dan 82 ekor induk jantan dengan kisaran bobot 1,5 - 5,5 kg. Selanjutnya dilakukan domestikasi yaitu pemijahan ikan belida di kolam. |
|||
⚫ | |||
Untuk usaha budidaya belida memerlukan induk yang berkualitas. Ciri-cirinya antara lain alat kelamin berbentuk bulat pada induk betina, sirip perut relatif pendek dan tidak menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih besar. Selain itu, ketika matang gonad, bagian perut membesar dan kelamin memerah, dengan ukuran berat antara 2-7 kg. Sedangkan induk jantan mempunyai alat kelamin tipis dan berbentuk tabung, sirip perut relatif lebih panjang dan menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih kecil, pada saat siap pijah, alat kelamin memerah dan bila diurut keluar cairan putih keruh, dengan ukuran berat antara 1,5-5 kg. |
|||
Induk ikan belida bisa dipelihara dalam kolam air tenang atau mengalir dengan luasan sekitar 400 m2 atau tergantung jumlah induk yang ditebar (2m2/pasang) dengan kedalaman air 0,7-1m. Untuk kisaran kualitas air, pH pada 7,2-8,2, oksigen terlarut pada 5,2-6,6 ppm, dan NH3 pada kisaran 0,01-0,11 ppm. |
|||
Dalam proses pematangan gonad, induk ikan belida diberi pakan berupa udang segar dengan dosis 7-5% per hari, pakan tersebut diberikan dua kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore. Jumlah pakan sebaiknya lebih banyak diberikan pada sore hari. Sebab, belida sangat respon terhadap pakan yang diberikan menjelang malam hari. |
|||
Pada pemijahan belida di kolam, substrat untuk meletakkan telur bisa disediakan berupa batang bambu atau kayu yang ditancapkan di dalam kolam atau berupa papan yang dipasang vertikal. |
|||
== <!-- Data berikut tidak diikutkan karena bernada riset asli Upaya Budidaya Pada 2004, (BBAT) Mandiangin, Kalsel mulai mengkoleksi induk belida dari perairan Waduk Riam Kanan (Kab. Banjar). Induk ikan belida yang berhasil dipelihara sebanyak 45 ekor induk betina dengan kisaran bobot 2-5 kg dan 82 ekor induk jantan dengan kisaran bobot 1,5 - 5,5 kg. Selanjutnya dilakukan domestikasi yaitu pemijahan ikan belida di kolam. Untuk usaha budidaya belida memerlukan induk yang berkualitas. Ciri-cirinya antara lain alat kelamin berbentuk bulat pada induk betina, sirip perut relatif pendek dan tidak menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih besar. Selain itu, ketika matang gonad, bagian perut membesar dan kelamin memerah, dengan ukuran berat antara 2-7 kg. Sedangkan induk jantan mempunyai alat kelamin tipis dan berbentuk tabung, sirip perut relatif lebih panjang dan menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih kecil, pada saat siap pijah, alat kelamin memerah dan bila diurut keluar cairan putih keruh, dengan ukuran berat antara 1,5-5 kg. Induk ikan belida bisa dipelihara dalam kolam air tenang atau mengalir dengan luasan sekitar 400 m2 atau tergantung jumlah induk yang ditebar (2m2/pasang) dengan kedalaman air 0,7-1m. Untuk kisaran kualitas air, pH pada 7,2-8,2, oksigen terlarut pada 5,2-6,6 ppm, dan NH3 pada kisaran 0,01-0,11 ppm. Dalam proses pematangan gonad, induk ikan belida diberi pakan berupa udang segar dengan dosis 7-5% per hari, pakan tersebut diberikan dua kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore. Jumlah pakan sebaiknya lebih banyak diberikan pada sore hari. Sebab, belida sangat respon terhadap pakan yang diberikan menjelang malam hari. Pada pemijahan belida di kolam, substrat untuk meletakkan telur bisa disediakan berupa batang bambu atau kayu yang ditancapkan di dalam kolam atau berupa papan yang dipasang vertikal. Rekayasa BBAT Mandiangin Hasi penelitian di BBAT Mandiangin, substrat berupa papan dengan lebar 50 cm dan tinggi 40 cm cukup baik untuk penempelan telur ikan belida secara merata sehingga persentase telur yang dibuahi dan potensi untuk berkembang atau menetas lebih besar. Untuk kegiatan pengkajian teknologi pembenihan ikan belida, luasan kolam yang digunakan 400 m2, jumlah induk belida sebanyak 127 ekor serta 25 unit substrat papan ulin sebagai tempat penempelan telur. Papan tersebut diberi tali sehingga dapat diangkat untuk pengontrolan apakah sudah ada telur yang menempel. Pengontrolan dilakukan 2-3 hari sekali. Bila papan tersebut sudah ditempeli telur, kemudian diangkat dan dibersihkan dari kotoran, selanjutnya dimasukkan dalam akuarium. Untuk pencegahan jamur, media inkubasi telur diberi methylen blue (MB) 1-3 ppm. Musim pemijahan ikan belida dari Agustus sampai Maret atau musim penghujan. Berdasarkan data 47 kali pemijahan selama tahun 2005, jumlah telur satu substrak berkisar 102-586 butir telur dengan rerata 288 butir telur/induk. Derajat pembuahan berkisar 30-100 % dengan rerata 65 %. Derajat penetasan 72,2 % dan sintasan (SR) larva adalah 64,2 %. Larva menetas sekitar 72-120 jam pada suhu air 29-30 ºC. Pemeliharaan Larva dan Pendederan Pemeliharaan larva belida dilakukan dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 45 cm, dengan ketinggian air sekitar 30 cm. Di dasar akuarium dipasang beberapa potong paralon ukuran 1 inchi yang berfungsi sebagai shelter karena sifatnya kanibal. Setelah 72 jam dari menetas, larva diberi pakan alami berupa artemia secukupnya. Pendederan pertama dilakukan di akuarium selama sekitar satu bulan dari penetasan. Yaitu saat benih sudah mencapai ukuran 3-5 cm. Ukuran tersebut sudah relatif aman hidup di kolam. Wadah kolam diberi pupuk organik sehingga benih ikan belida bisa memperoleh makanan alami yang tersedia di kolam. Pakan hidup berupa udang kecil atau larva ikan sangat disukai oleh ikan belida. Setelah benih ikan belida berumur 30 hari, benih selanjutnya didederkan di kolam selama ±30 hari. Kolam yang digunakan berukuran 200 m2, dengan kepadatan 10–15 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa udang segar berukuran kecil sebanyak 5–10 % per hari. Selama 30 hari pertama pendederan benih sebanyak 3.547 ekor dengan kisaran berat 0,39-0,75 gr dan ukuran panjang 3-5 cm, dihasilkan benih belida sebanyak 1.993 ekor (SR 56,3 %) dengan ukuran panjang 15-17 cm (rerata 15,5 cm) dan kisaran berat 10-12 gr (rerata 11,63 gr per ekor). Selanjutnya benih belida dapat dibesarkan di kolam dan di karamba dengan pemberian pakan ikan rucah. --> Kutipan == |
|||
Rekayasa BBAT Mandiangin |
|||
{{Reflist/2}} |
|||
Hasi penelitian di BBAT Mandiangin, substrat berupa papan dengan lebar 50 cm dan tinggi 40 cm cukup baik untuk penempelan telur ikan belida secara merata sehingga persentase telur yang dibuahi dan potensi untuk berkembang atau menetas lebih besar. |
|||
Untuk kegiatan pengkajian teknologi pembenihan ikan belida, luasan kolam yang digunakan 400 m2, jumlah induk belida sebanyak 127 ekor serta 25 unit substrat papan ulin sebagai tempat penempelan telur. Papan tersebut diberi tali sehingga dapat diangkat untuk pengontrolan apakah sudah ada telur yang menempel. Pengontrolan dilakukan 2-3 hari sekali. Bila papan tersebut sudah ditempeli telur, kemudian diangkat dan dibersihkan dari kotoran, selanjutnya dimasukkan dalam akuarium. Untuk pencegahan jamur, media inkubasi telur diberi methylen blue (MB) 1-3 ppm. |
|||
Musim pemijahan ikan belida dari Agustus sampai Maret atau musim penghujan. Berdasarkan data 47 kali pemijahan selama tahun 2005, jumlah telur satu substrak berkisar 102-586 butir telur dengan rerata 288 butir telur/induk. Derajat pembuahan berkisar 30-100 % dengan rerata 65 %. Derajat penetasan 72,2 % dan sintasan (SR) larva adalah 64,2 %. Larva menetas sekitar 72-120 jam pada suhu air 29-30 ºC. |
|||
== Referensi == |
|||
Pemeliharaan Larva dan Pendederan |
|||
* Arifudin R. 1983. Ikan Belida Hewan Langka yang Dilindungi. BPTP. Palembang. |
|||
Pemeliharaan larva belida dilakukan dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 45 cm, dengan ketinggian air sekitar 30 cm. Di dasar akuarium dipasang beberapa potong paralon ukuran 1 inchi yang berfungsi sebagai shelter karena sifatnya kanibal. Setelah 72 jam dari menetas, larva diberi pakan alami berupa artemia secukupnya. |
|||
⚫ | |||
Pendederan pertama dilakukan di akuarium selama sekitar satu bulan dari penetasan. Yaitu saat benih sudah mencapai ukuran 3-5 cm. Ukuran tersebut sudah relatif aman hidup di kolam. |
|||
* [http://www.wpi.kkp.go.id/epaper/wpi1010/pages/wpi_oktober_2010.pdf Majalah Warta Pasar Ikan Edisi Oktober 2010] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120617030018/http://www.wpi.kkp.go.id/epaper/wpi1010/pages/wpi_oktober_2010.pdf |date=2012-06-17 }} |
|||
Wadah kolam diberi pupuk organik sehingga benih ikan belida bisa memperoleh makanan alami yang tersedia di kolam. Pakan hidup berupa udang kecil atau larva ikan sangat disukai oleh ikan belida. |
|||
* [http://eol.org/data_objects/19213184 Mengenal sekilas Chitala lopis, si langka yang dilindungi] |
|||
Setelah benih ikan belida berumur 30 hari, benih selanjutnya didederkan di kolam selama ±30 hari. Kolam yang digunakan berukuran 200 m2 , dengan kepadatan 10 – 15 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa udang segar berukuran kecil sebanyak 5 – 10 % per hari. Selama 30 hari pertama pendederan benih sebanyak 3.547 ekor dengan kisaran berat 0,39-0,75 gr dan ukuran panjang 3-5 cm, dihasilkan benih belida sebanyak 1.993 ekor ( SR 56,3 %) dengan ukuran panjang 15-17 cm ( rerata 15,5 cm) dan kisaran berat 10-12 gr (rerata 11,63 gr per ekor). Selanjutnya benih belida dapat dibesarkan di kolam dan di karamba dengan pemberian pakan ikan rucah. |
|||
{{sumberdaya perikanan}} |
|||
--> |
|||
{{Taxonbar|from=Q4920467}} |
|||
== Pranala luar == |
|||
{{Reflist}} |
|||
⚫ | |||
[[ |
[[Kategori:Chitala]] |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
[[Kategori:Ikan Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Fauna Indonesia]] |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
{{ikan-stub}} |
|||
⚫ | |||
[[th:ปลาสะตือ]] |
Revisi terkini sejak 2 Februari 2024 13.04
Belida lopis | |
---|---|
Kawanan ikan lopis | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | C. lopis
|
Nama binomial | |
Chitala lopis (Bleeker, 1851)
| |
Sinonim | |
Notopterus chitala H.B. |
Lopis atau belida (Chitala lopis) adalah jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan nama ikan belida/belido, yang sebenarnya merupakan nama salah satu sungai di Sumatra Selatan yang menjadi habitatnya. Orang Banjar menyebutnya ikan pipih. Jenis ini dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis kerupuk khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga membuatnya dipelihara di akuarium sebagai ikan hias.
Karena berpotensi ekonomi dan terancam punah, lembaga penelitian berusaha menyusun teknologi budi dayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, di Kalimantan Selatan telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta memperbanyak benih ikan belida.
Taksonomi
[sunting | sunting sumber]Posisi taksonomi lopis cukup membingungkan akibat kurangnya kajian mengenai keragaman evolusioner dan sebaran geografi genus Chitala di Paparan Sunda (Sundaland)[2]. Ada enam spesies Chitala dan satu spesies Notopterus yang dikenal. C. lopis oleh Roberts dianggap satu spesies dengan C. borneensis (dari Kalimantan) dan C. hypselonotus (dari DAS Musi)[3]. Pendapat ini disanggah oleh Wibowo et al. yang menunjukkan berdasarkan bank data molekuler, tiga spesies ini valid dan sekaligus menunjukkan bahwa C. lopis masih ditemukan di Ci Sadane, Jawa.[2] Kajian ini sekaligus juga menunjukkan bahwa yang sering disebut ikan belida sumatera sebenarnya adalah C. hypselonotus, bukan C. lopis.
Pemerian dan penangkaran benih
[sunting | sunting sumber]Ikan air tawar, pemangsa ikan kecil dan krustasea, dewasa berukuran 1,5–7 kg, dengan ciri khas ikan berpunggung pisau: punggungnya meninggi sehingga bagian perut tampak lebar dan pipih. Lopis dicirikan melalui sirip duburnya yang menyambung dengan sirip ekor berawal tepat di belakang sirip perut yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Bentuk kepala dekat punggung cekung dan rahangnya makin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai jauh melampaui batas bagian belakang mata pada ikan yang sudah besar.
Betina memiliki sirip perut relatif pendek dan tidak menutup bagian urogenital, alat kelamin berbentuk bulat. Ketika berahi (matang gonad), bagian perut membesar dan kelamin memerah. Jantan memiliki sirip perut lebih panjang dan menutup bagian urogenital, alat kelamin berbentuk tabung, ukuran lebih kecil daripada betina. Jika jantan siap pijah alat kelamin memerah dan mengeluarkan cairan putih (cairan sperma) jika ditekan/diurut.
Telur biasanya diletakkan di batang terendam pada kedalaman hingga 1m. Dalam rekayasa penangkaran, batang bambu atau papan dipakai sebagai tempat penempelan telur. Pemijahan dilakukan pada musim penghujan (di BBAT Agustus hingga Maret). Dalam sekali pemijahan, seekor betina rata-rata menghasilkan 288 butir telur, meskipun dapat menghasilkan hampir dua kali lipat dari jumlah itu. Derajat pembuahan berkisar 30–100 %. Derajat penetasan 72,2% dan sintasan (survival rate) larva adalah 64,2%. Larva menetas sekitar 72–120 jam (3-5 hari) pada suhu air 29–30 °C.
Larva bersifat kanibal sehingga perlu perlindungan. Benih berusia 3 hari sudah mulai dapat makan udang artemia. Benih berusia satu bulan sudah dapat dideder di akuarium, dan satu bulan kemudian siap dideder di kolam. Ikan dengan ukuran 15 cm siap untuk pembesaran.
Belida lebih aktif pada malam hari, dan mulai respon terhadap makanan pada sore hari. Hewan ini menyukai bagian gelap dari sungai, biasanya hidup di lubuk di bawah pepohonan.
Kutipan
[sunting | sunting sumber]- ^ Ng, H.H. 2020. Chitala lopis. The IUCN Red List of Threatened Species 2020: e.T157719927A89815479. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2020-1.RLTS.T157719927A89815479.en. Downloaded on 08 June 2020.
- ^ a b Wibowo, A, Haryono, Kurniawan, Prakoso VA, Dahruddin H, Surbani IL, Jaya YYP, Sudarsono, Rochman F, Muslimin B, Sukmono T, Rourke ML, Ahnelt H, Funge-Smith S, Hubert N (2023). "Rediscovery of the giant featherback Chitala lopis (Notopteridae) in its type locality resolves decades of taxonomic confusion". Endang. Species Res. 52: 285–301. doi:10.3354/esr01281.
- ^ Roberts, TR (1992). "Systematic revision of the old world freshwater fish family Notopteridae". Ichthyol. Explor. Freshw. 2: 361−383.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Arifudin R. 1983. Ikan Belida Hewan Langka yang Dilindungi. BPTP. Palembang.
- Artikel di Majalah Trobos daring[pranala nonaktif permanen]
- Majalah Warta Pasar Ikan Edisi Oktober 2010 Diarsipkan 2012-06-17 di Wayback Machine.
- Mengenal sekilas Chitala lopis, si langka yang dilindungi