Lompat ke isi

Gua Selarong: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hajar Pamundi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k ~
 
(45 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{More citations needed}}{{Infobox cave|name=Gua Selarong|other_name=|photo=|photo_width=|photo_alt=|photo_caption=|map=|map_width=|map_alt=|map_caption=|mapframe=<!-- set to "yes" to show an interactive map -->|location=[[Guwosari, Pajangan, Bantul]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], Indonesia|land_registry_number=|grid_ref_UK=|grid_ref_Ireland=|grid_ref=|coords=|coords_ref=|depth=|length={{convert|2,9|m|ft|abbr=on}}|height_variation={{convert|1,12|m|ft|abbr=on}}|elevation=|discovery=|geology=|entrance_count=|entrance_list=|difficulty=Mudah|hazards=|access=|show_cave=|show_cave_length=|lighting=|visitors=|features={{hlist|Gua|air terjun}}|survey=|survey_format=}}
'''Gua Selarong''' adalah sebuah [[gua]] yang saat ini merupakan objek wisata dengan pemandangan alam yang indah serta cocok untuk digunakan sebagai [[bumi perkemahan]]. Objek ini berlokasi sekitar 14 km arah selatan [[Yogyakarta]], tepatnya di Dukuh Kembang Putihan, [[Pajangan, Bantul|Kecamatan Pajangan]], [[Kabupaten Bantul]] dan berada di puncak [[bukit]] yang ditumbuhi banyak [[pohon]] [[jambu]] biji dan pohon sawo kecik yang merupakan ciri khas dari objek tersebut.


'''Gua Selarong''' ({{lang-jv|ꦒꦸꦮꦱꦼꦭꦫꦺꦴꦁ|Guwa Selarong}}) atau bisa disebut '''Gua Diponegoro''', adalah gua [[sejarah|bersejarah]] sekaligus [[tempat wisata]] [[alam]] dan [[religi]] yang terletak di [[Pajangan, Bantul|Pajangan]], [[Kabupaten Bantul|Bantul]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], Indonesia.
Di masa lampau gua ini digunakan sebagai markas [[gerilya]] [[Pangeran Diponegoro]] dalam perjuangannya melawan penjajahan [[Belanda]]. Pangeran Diponegoro pindah setelah rumahnya di [[Tegalrejo]] diserang dan dibakar habis oleh Belanda.

Gua Selarong memiliki panjang 2,9 m, tinggi 1,12 m, serta lebar 92&nbsp;cm. Terdapat dua gua pada Gua Selarong, yakni Gua Kakung untuk Pangeran [[Diponegoro]], dan Gua Putri untuk selirnya Raden Ayu Ratnaningsih.<ref>{{Cite web|last=Yogyakarta|first=Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D. I.|date=2018-02-08|title=Gua Selarong|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/gua-selarong/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta|language=en-US|access-date=2022-11-01|archive-date=2022-11-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20221101103909/https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/gua-selarong/|dead-url=no}}</ref>

== Perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong ==
Pada tanggal 21 Juli 1825, pasukan Belanda pimpinan asisten [[Residen Chevallier]] mengepung rumah [[Pangeran Diponegoro]] di [[Tegalrejo]] untuk menangkap [[Pangeran Diponegoro]]. Akan tetapi [[Pangeran Diponegoro]] berhasil meloloskan diri dan menuju ke Selarong. Di tempat tersebut secara diam-diam telah dipersiapkan untuk dijadikan markas besar. Selarong sendiri merupakan desa ''strategis'' yang terletak di kaki [[bukit|bukit kapur]], berjarak sekitar enam pal (sekitar 9&nbsp;km) dari [[Kota Yogyakarta]]. Setelah Peristiwa di [[Tegalrejo]] sampai ke [[Kraton Yogyakarta|Kraton]], banyak kaum [[bangsawan]] yang meninggalkan [[istana]] dan bergabung dengan [[Pangeran Diponegoro]]. Mereka adalah anak cucu dari [[Sultan Hamengkubuwono I]], [[Hamengkubuwono II]], dan [[Hamengkubuwono III]] yang berjumlah tidak kurang dari 77 orang dan ditambah pengikutnya.

Dengan demikian pada akhir Juli 1825 di Selarong telah berkumpul bangsawan-bangsawan yang nantinya menjadi panglima dalam pasukan [[Pangeran Diponegoro]]. Mereka adalah [[Pangeran Mangkubumi]], [[Adinegoro|Pangeran Adinegoro]], [[Pangeran Panular]], [[Adiwinoto Suryodipuro]], [[Blitar]], [[Kyai Modjo]], [[Ronggo|Pangeran Ronggo]], [[Ngabei Mangunharjo]], dan [[Pangeran Surenglogo]].
[[Pangeran Diponegoro]] juga memerintahkan [[Joyomenggolo]], [[Bahuyudo]], dan [[Honggowikromo]] untuk memobilisasi penduduk desa sekitar Selarong dan bersiap melakukan perang. Di tempat ini juga disusun strategi dan langkah-langkah untuk memastikan sasaran yang akan diserang. Pada tanggal 31 Juli 1825 [[Pangeran Diponegoro]] dan [[Pangeran Mangkubumi]] menulis surat kepada masyarakat Kedu agar bersiap melakukan [[perang]]. Dalam surat itu dia mengatakan bahwa sudah saatnya Kedu kembali ke wilayah [[Kasultanan Yogyakarta]] setelah dirampas oleh [[Belanda]].
Di sekitar Gua Selarong terdapat sentra kerajinan kayu yang menghasilkan [[patung]], [[topeng]] dan lain-lain. Pemerintah Kabupaten Bantul sedang mengembangkan kawasan Gua selarong sebagai objek [[agrowisata]] dengan tanaman [[klengkeng]].


Di Selarong dibentuk beberapa [[batalyon]] yang dipimpin oleh [[Ing Ngabei Joyokusumo]], [[Pangeran Prabu Wiromenggolo]], dan [[Sentot Prawirodirjo]] dengan pakaian dan atribut yang berbeda. Sepanjang bulan Juli 1825 hampir seluruh pinggiran kota diduduki oleh pasukan [[Diponegoro]]. Markas besar [[Pangeran Diponegoro]] di Selarong dipimpin oleh lima serangkai yang terdiri dari [[Pangeran Diponegoro]] sebagai ketua markas, [[Pangeran Mangkubumi]] merupakan anggota tertua sebagai penasihat dan pengurus rumah tangga, Pangeran [[Angabei Jayakusuma]] sebagai panglima pengatur siasat dan penasihat di medan perang [[Sentot Alibasah|Alibasah Sentot Prawirodirjo]] yang sejak kecil dididik di Istana dan setelah [[perang Diponegoro]] bergabung dengan [[Pangeran Diponegoro]] dan [[Kyai Modjo]] sebagai penasihat rohani pasukan [[Pangeran Diponegoro]].
== Pranala luar ==
* [http://www.jogjatrip.com/id Panduan Pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya]


Pada tanggal 7 Agustus 1825 Pasukan Diponegoro dengan kekuatan sekitar 6.000 orang menyerbu [[Negara Yogyakarta]] dan berhasil menguasainya. Meski demikian [[Pangeran Diponegoro]] tidak menduduki kota Yogyakarta dan [[Hamengkubuwono V|Sultan Hamengkubuwono V]] berhasil diselamatkan dan diamankan di [[Benteng Vredeburg]] dengan pengawalan ketat dari [[Keraton Yogyakarta|Keraton]].


Peristiwa 21 Juli 1825 di Yogyakarta sampai kepada Komisaris Jenderal [[van Der Capellen]] pada tanggal 24 Juli 1825. Selanjutnya diputuskan untuk mengangkat Letnan [[Jenderal De Kock]] sebagai komisaris pemerintah untuk [[Kasultanan Yogyakarta]] dan [[Kasunanan Surakarta]] yang diberikan hak istimewa di bidang militer maupun sipil.
{{indo-geo-stub}}


Berbagai upaya dilakukan oleh [[Jenderal De Kock]] antara lain menulis surat kepada [[Pangeran Diponegoro]] yang isinya mengajak [[Pangeran Diponegoro]] untuk berdamai. Tetapi ajakan berunding tersebut ditolak secara tegas oleh [[Pangeran Diponegoro]]. Dengan penolakan tersebut maka Jenderal [[De Kock]] memerintahkan untuk menyerbu Selarong. Akan tetapi ketika pasukan Belanda tiba di Selarong, desa itu sepi karena pasukan [[Pangeran Diponegoro]] sudah berpencar di berbagai arah. Menurut babad, selanjutnya [[Pangeran Diponegoro]] mendirikan markas di [[Dekso]] yang berlangsung kurang lebih 10 bulan dari tanggal 4 November 1825 sampai dengan 4 Agustus 1826.
[[Kategori:Gua di Indonesia|Selarong]]
[[Kategori:Tempat wisata di Yogyakarta]]
[[Kategori:Kabupaten Bantul]]


Selama bermarkas di Selarong pasukan [[Belanda]] telah melakukan penyerangan tiga kali Serangan pertama pada tanggal 25 Juli 1825 yang dipimpin oleh [[Kapten Bouwes]]. Serangan ini merupakan aksi perlawanan [[Pangeran Diponegoro]] di Logorok dekat Pisangan [[Yogyakarta]], yang mengakibatkan 215 pasukan [[Belanda]] menyerah. Serangan kedua pada bulan September 1825 di bawah pimpinan Mayor [[Sellwinj]] dan Letnan Kolonel [[Achenbac]] dan serangan ketiga tanggal 4 November 1825. Setiap pasukan [[Belanda]] menyerang Selarong maka Pasukan Pangeran Diponegoro menghilang di goa-goa sekitar Selarong.
[[ms:Gua Selarong]]

== Lihat pula ==
* [[Pangeran Diponegoro]]
* [[Makam Pangeran Diponegoro]]
* [[Keraton Yogyakarta]]

== Referensi ==
{{Reflist}}

== Pranala luar ==
* [http://www.jogjatrip.com/id Panduan Pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://masbei.com/goa-selarong-jogja/ Wisata Goa Selarong] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230328015453/https://masbei.com/goa-selarong-jogja/ |date=2023-03-28 }}

{{Topik Yogyakarta}}

[[Kategori:Kabupaten Bantul]]
[[Kategori:Tempat wisata di Bantul]]
[[Kategori:Gua di Indonesia|Selarong]]
[[Kategori:Pajangan, Bantul]]

Revisi terkini sejak 23 Mei 2024 15.57

Gua Selarong
LokasiGuwosari, Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Panjang2,9 m (9,5 ft)
Rentang tinggi1,12 m (3,7 ft)
Tingkat kesulitanMudah
Fitur
  • Gua
  • air terjun

Gua Selarong (bahasa Jawa: ꦒꦸꦮꦱꦼꦭꦫꦺꦴꦁ, translit. Guwa Selarong) atau bisa disebut Gua Diponegoro, adalah gua bersejarah sekaligus tempat wisata alam dan religi yang terletak di Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

Gua Selarong memiliki panjang 2,9 m, tinggi 1,12 m, serta lebar 92 cm. Terdapat dua gua pada Gua Selarong, yakni Gua Kakung untuk Pangeran Diponegoro, dan Gua Putri untuk selirnya Raden Ayu Ratnaningsih.[1]

Perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 21 Juli 1825, pasukan Belanda pimpinan asisten Residen Chevallier mengepung rumah Pangeran Diponegoro di Tegalrejo untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Akan tetapi Pangeran Diponegoro berhasil meloloskan diri dan menuju ke Selarong. Di tempat tersebut secara diam-diam telah dipersiapkan untuk dijadikan markas besar. Selarong sendiri merupakan desa strategis yang terletak di kaki bukit kapur, berjarak sekitar enam pal (sekitar 9 km) dari Kota Yogyakarta. Setelah Peristiwa di Tegalrejo sampai ke Kraton, banyak kaum bangsawan yang meninggalkan istana dan bergabung dengan Pangeran Diponegoro. Mereka adalah anak cucu dari Sultan Hamengkubuwono I, Hamengkubuwono II, dan Hamengkubuwono III yang berjumlah tidak kurang dari 77 orang dan ditambah pengikutnya.

Dengan demikian pada akhir Juli 1825 di Selarong telah berkumpul bangsawan-bangsawan yang nantinya menjadi panglima dalam pasukan Pangeran Diponegoro. Mereka adalah Pangeran Mangkubumi, Pangeran Adinegoro, Pangeran Panular, Adiwinoto Suryodipuro, Blitar, Kyai Modjo, Pangeran Ronggo, Ngabei Mangunharjo, dan Pangeran Surenglogo.

Pangeran Diponegoro juga memerintahkan Joyomenggolo, Bahuyudo, dan Honggowikromo untuk memobilisasi penduduk desa sekitar Selarong dan bersiap melakukan perang. Di tempat ini juga disusun strategi dan langkah-langkah untuk memastikan sasaran yang akan diserang. Pada tanggal 31 Juli 1825 Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi menulis surat kepada masyarakat Kedu agar bersiap melakukan perang. Dalam surat itu dia mengatakan bahwa sudah saatnya Kedu kembali ke wilayah Kasultanan Yogyakarta setelah dirampas oleh Belanda.

Di Selarong dibentuk beberapa batalyon yang dipimpin oleh Ing Ngabei Joyokusumo, Pangeran Prabu Wiromenggolo, dan Sentot Prawirodirjo dengan pakaian dan atribut yang berbeda. Sepanjang bulan Juli 1825 hampir seluruh pinggiran kota diduduki oleh pasukan Diponegoro. Markas besar Pangeran Diponegoro di Selarong dipimpin oleh lima serangkai yang terdiri dari Pangeran Diponegoro sebagai ketua markas, Pangeran Mangkubumi merupakan anggota tertua sebagai penasihat dan pengurus rumah tangga, Pangeran Angabei Jayakusuma sebagai panglima pengatur siasat dan penasihat di medan perang Alibasah Sentot Prawirodirjo yang sejak kecil dididik di Istana dan setelah perang Diponegoro bergabung dengan Pangeran Diponegoro dan Kyai Modjo sebagai penasihat rohani pasukan Pangeran Diponegoro.

Pada tanggal 7 Agustus 1825 Pasukan Diponegoro dengan kekuatan sekitar 6.000 orang menyerbu Negara Yogyakarta dan berhasil menguasainya. Meski demikian Pangeran Diponegoro tidak menduduki kota Yogyakarta dan Sultan Hamengkubuwono V berhasil diselamatkan dan diamankan di Benteng Vredeburg dengan pengawalan ketat dari Keraton.

Peristiwa 21 Juli 1825 di Yogyakarta sampai kepada Komisaris Jenderal van Der Capellen pada tanggal 24 Juli 1825. Selanjutnya diputuskan untuk mengangkat Letnan Jenderal De Kock sebagai komisaris pemerintah untuk Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang diberikan hak istimewa di bidang militer maupun sipil.

Berbagai upaya dilakukan oleh Jenderal De Kock antara lain menulis surat kepada Pangeran Diponegoro yang isinya mengajak Pangeran Diponegoro untuk berdamai. Tetapi ajakan berunding tersebut ditolak secara tegas oleh Pangeran Diponegoro. Dengan penolakan tersebut maka Jenderal De Kock memerintahkan untuk menyerbu Selarong. Akan tetapi ketika pasukan Belanda tiba di Selarong, desa itu sepi karena pasukan Pangeran Diponegoro sudah berpencar di berbagai arah. Menurut babad, selanjutnya Pangeran Diponegoro mendirikan markas di Dekso yang berlangsung kurang lebih 10 bulan dari tanggal 4 November 1825 sampai dengan 4 Agustus 1826.

Selama bermarkas di Selarong pasukan Belanda telah melakukan penyerangan tiga kali Serangan pertama pada tanggal 25 Juli 1825 yang dipimpin oleh Kapten Bouwes. Serangan ini merupakan aksi perlawanan Pangeran Diponegoro di Logorok dekat Pisangan Yogyakarta, yang mengakibatkan 215 pasukan Belanda menyerah. Serangan kedua pada bulan September 1825 di bawah pimpinan Mayor Sellwinj dan Letnan Kolonel Achenbac dan serangan ketiga tanggal 4 November 1825. Setiap pasukan Belanda menyerang Selarong maka Pasukan Pangeran Diponegoro menghilang di goa-goa sekitar Selarong.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Yogyakarta, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D. I. (2018-02-08). "Gua Selarong". Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-01. Diakses tanggal 2022-11-01. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]