Lompat ke isi

Besar Mertokusumo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Pranala luar: clean up
 
(24 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{tone}}
{{Infobox person
{{Infobox Officeholder
| honorific_prefix = Mas
| name = Besar Mertokoesoemo
|honorific_prefix = Mas
| image = Besar Mertokusumo.jpg
|name = Besar Martokoesoemo
| image_size =
|image = Besar Martokoesoemo, Kami Perkenalkan (1954), p38.jpg
| alt =
|image_size =
| caption =
|alt =
| birth_date = {{birth date|1894|07|08}}
|caption =
| birth_place = [[Kabupaten Brebes|Brebes]], [[Hindia Belanda]]
|order = ke-6
|office = Wali Kota Tegal
| death_date = 1980 (umur 86)<!--Sumber itu pasti menyatakan usia 86, ia tidak memberikan satu tahun. --->
| death_place =
|term_start = 1942
| death_cause =
|term_end = 1945
|vice_president =
| resting_place = Taman Makam Giritama, [[Kota Bogor|Bogor]], Indonesia
|vice_prime_minister =
| resting_place_coordinates = <!-- {{Coord|LAT|LONG|type:landmark|display=inline}} -->
| monuments =
|deputy =
| residence =
|monarch =
| nationality = Indonesia
|president =
|prime_minister =<!-- Can be repeated up to eight times by changing the number -->
| other_names =
| citizenship =
|governor =
| education =
|succeeding =
| alma_mater = [[Universitas Leiden]]
|lieutenant =
| occupation = Pengajur
|predecessor = [[H. Leenmans]]
| years_active =
|successor = [[R. Soengeb Reksoatmodjo]]
| spouse = Raden Ayu Majatoen
|birth_date = {{birth date|1894|07|08}}
| children = 4
|birth_place = [[Kabupaten Brebes|Brebes]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = 23 Februari 1980 (umur 85)
|death_place =
|death_cause =
|resting_place = Taman Makam Giritama, [[Kota Bogor|Bogor]], Indonesia
|resting_place_coordinates = <!-- {{Coord|LAT|LONG|type:landmark|display=inline}} -->
|monuments =
|residence =
|nationality = Indonesia
|other_names =
|citizenship =
|education =
|alma_mater = [[Universitas Leiden]]
|occupation = Pengajur
|years_active =
|spouse = Raden Ayu Marjatoen
|children = 4
}}
}}


'''Besar Mertokusumo''' atau dikenal juga dengan '''Mas Besar Martokoesoemo''' adalah seorang pengacara atau advokat pertama Indonesia dan wali kota Tegal yang lahir di [[Brebes]], [[8 Juli 1894]]. Ia menikah dengan Raden Ajoe Marjatoen dan dikaruniai empat orang anak yaitu Mas Roro Marjatni, Mas Roro Indraningsih, Mas Soeksmono dan Mas Wisnoentoro merupakan wali kota bangsa Indonesia Pertama serta tercatat sebagai anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
'''Besar Martokusumo''' atau dikenal juga dengan '''Mas Besar Martokoesoemo''' adalah seorang pengacara atau advokat pertama Indonesia dan wali kota Tegal ({{lahirmati|[[Brebes]]|8|07|1894|[[Jakarta]]|23|02|1980|}}). Ia menikah dengan Raden Ajoe Marjatoen dan dikaruniai empat orang anak yaitu Mas Roro Marjatni, Mas Roro Indraningsih, Mas Soeksmono dan Mas Wisnoentoro merupakan wali kota bangsa Indonesia Pertama serta tercatat sebagai anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).


== Riwayat Hidup ==
Mantan Sekjen [[Departemen Kehakiman]] itu mulai mengenyam pendidikan di Sekolah Rendah Belanda ''(Europeesche Lagere School-ELS)'' di Pekalongan dan lulus pada [[1909]]. Enam tahun kemudian, lulus dari ''Rechtschool'' di [[Jakarta]], kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Leiden, Belanda dan lulus pada [[1922]].
Mantan Sekjen [[Departemen Kehakiman]] itu mulai mengenyam pendidikan di Sekolah Rendah Belanda ''(Europeesche Lagere School-ELS)'' di Pekalongan dan lulus pada [[1909]]. Enam tahun kemudian, lulus dari ''Rechtschool'' di [[Jakarta]], kemudian melanjutkan pendidikan di [[Universitas Leiden]], Belanda dan lulus pada [[1922]].


== Masa Pendudukan Jepang ==
=== Masa Pendudukan Jepang ===
Besar Mertokusumo yang biasa dikenal oleh masyarakat Tegal dengan nama Mr.Mas Besar Martokoesoemo diangkat sebagai [[wali kota]] (''Shi-co'') April 1942 [[Tegal]] saat pendudukan [[Jepang]] dan menjadi salah seorang anggota [[BPUPKI]]. Kemudian pada Juni 1944 diangkat sebagai [[Bupati]] (''Ken-Co'') Tegal, dan menjadi Wakil [[Residen]] [[Pekalongan]] (''Fuku Syuu-cokan'') pada Juni 1945.


=== Peranan sebagai pengacara / advokat ===
Besar Mertokusumo yang biasa dikenal oleh masyarakat Tegal dengan nama Mr.Mas Besar Martokoesoemo diangkat sebagai [[wali kota]] (''Shi-co'')April 1942 [[Tegal]] saat pendudukan [[Jepang]] dan menjadi salah seorang anggota [[BPUPKI]]. Kemudian pada Juni 1944 diangkat sebagai [[Bupati]] (''Ken-Co'') Tegal, dan menjadi Wakil [[Residen]] [[Pekalongan]] (''Fuku Syuu-cokan'') pada Juni 1945.
Siapa advokat pertama di Indonesia? Ketika pertanyaan itu muncul, mungkin sederet nama seperti [[Lukman Wiriadinata]], [[Yap Thiam Hien]] dan [[Suardi Tasrif]]. Mereka memang dikenal sebagai pengacara pembela kepentingan rakyat. Nama mereka juga sering menjadi rujukan ketika orang berbicara tentang hak asasi manusia dalam proses hukum.

== Peranan sebagai pengacara / advokat ==

Siapa advokat pertama di Indonesia? Ketika pertanyaan itu muncul, mungkin sederet nama seperti [[Lukman Wiriadinata]], [[Yap Thiam Hien]] dan [[Suardi Tasrif]]. Mereka memang dikenal sebagai pengacara pembela kepentingan rakyat. Nama mereka juga sering menjadi rujukan ketika orang berbicara tentang hak azasi manusia dalam proses hukum.


Sebenarnya advokat pertama di Indonesia adalah Besar Mertokusumo. Nama Besar memang tak besar seperti namanya. Tak ada nama jalan yang mengutip namanya. Hingga kini belum ada gelar pahlawan yang ditambatkan padanya. Dalam literatur sejarah advokat, Besar Mertokusumo kerap disebut sebagai generasi advokat pertama.
Sebenarnya advokat pertama di Indonesia adalah Besar Mertokusumo. Nama Besar memang tak besar seperti namanya. Tak ada nama jalan yang mengutip namanya. Hingga kini belum ada gelar pahlawan yang ditambatkan padanya. Dalam literatur sejarah advokat, Besar Mertokusumo kerap disebut sebagai generasi advokat pertama.
Baris 42: Baris 57:
Beruntunglah kita memiliki [[Daniel S. Lev]] yang banyak menyinggung kiprah Besar dalam dunia advokat. Banyak buku sejarah advokat yang lahir belakangan bersumber dari buku Daniel yang bertajuk Hukum dan Politik di Indonesia. Dalam buku itulah, Daniel memperkenalkan sosok Besar Mertokusumo sebagai advokat pertama di Indonesia.
Beruntunglah kita memiliki [[Daniel S. Lev]] yang banyak menyinggung kiprah Besar dalam dunia advokat. Banyak buku sejarah advokat yang lahir belakangan bersumber dari buku Daniel yang bertajuk Hukum dan Politik di Indonesia. Dalam buku itulah, Daniel memperkenalkan sosok Besar Mertokusumo sebagai advokat pertama di Indonesia.


[[Adnan Buyung Nasution]] juga mengakui hal itu. Dia sempat jadi advokat tetapi tidak lama. Beliau memang lebih banyak di pemerintah, ketimbang praktik advokat, sosok Besar juga sebagai penyusun konsep sistem peradilan Indonesia.
[[Adnan Buyung Nasution]] juga mengakui hal itu. Dia sempat jadi advokat tetapi tidak lama. Ia memang lebih banyak di pemerintah, ketimbang praktik advokat, sosok Besar juga sebagai penyusun konsep sistem peradilan Indonesia.


Dalam buku Daniel S. lev, sosok Besar digambarkan sebagai advokat yang sering membela terdakwa miskin dalam persidangan di Landraad (Pengadilan Negeri). Besar menggeluti dunia advokat sekitar tahun [[1923]]. Firma hukumnya didirikan di [[Tegal]], [[Jawa Tengah]], dekat kota kelahirannya, Brebes. Daniel S. Lev menyatakan kemungkinan Tegal dipilih karena disitulah keluarga dan teman-temannya berada. Beberapa kantor advokat Belanda juga sudah berdiri ketika itu di Tegal.
Dalam buku Daniel S. lev, sosok Besar digambarkan sebagai advokat yang sering membela terdakwa miskin dalam persidangan di Landraad (Pengadilan Negeri). Besar menggeluti dunia advokat sekitar tahun [[1923]]. Firma hukumnya didirikan di [[Tegal]], [[Jawa Tengah]], dekat kota kelahirannya, Brebes. Daniel S. Lev menyatakan kemungkinan Tegal dipilih karena disitulah keluarga dan teman-temannya berada. Beberapa kantor advokat Belanda juga sudah berdiri ketika itu di Tegal.


Ketika berpraktik di ''Landraad'' ([[Pengadilan Negeri]]), Besar tak senang dengan perlakuan pengadilan terhadap terdakwa asal Indonesia. Dalam persidangan, terdakwa orang Indonesia harus duduk di lantai, membungkuk dalam-dalam dan sangat ketakutan. Besar menilai perlakuan itu sebagai bentuk penghinaan pengadilan terhadap orang Indonesia. Ketika itu, hakim dan jaksa menggunakan bahasa Belanda saat bersidang. Besar sendiri tak suka dengan kondisi demikian. Persidangan itu membuat orang Indonesia sulit menerima pengadilan itu seperti pengadilannya sendiri. Meski demikian, para [[hakim]] [[Belanda]] tetap menghormati Besar.
Ketika berpraktik di ''Landraad'' ([[Pengadilan Negeri]]), Besar tak senang dengan perlakuan pengadilan terhadap terdakwa asal Indonesia. Dalam persidangan, terdakwa orang Indonesia harus duduk di lantai, membungkuk dalam-dalam dan sangat ketakutan. Besar menilai perlakuan itu sebagai bentuk penghinaan pengadilan terhadap orang Indonesia. Ketika itu, hakim dan jaksa menggunakan bahasa Belanda saat bersidang. Besar sendiri tak suka dengan kondisi demikian. Persidangan itu membuat orang Indonesia sulit menerima pengadilan itu seperti pengadilannya sendiri. Meski demikian, para [[hakim]] [[Belanda]] tetap menghormati Besar.


Setelah firma hukum di Tegal berkembang, Besar membuka kantor cabang di [[Semarang]]. Di kantor barunya, ia lebih banyak merekrut sarjana hukum Indonesia, antara lain [[Sastromulyono]], Suyudi, dan lain-lain. Pernah, suatu waktu, gaji advokat dikantor itu 600 golden per bulan, ditambah dengan bagian keuntungan. Ketika zaman malaise (krisis) dua kantor yang didirikan oleh Besar itu berdiri sendiri.
Setelah firma hukum di Tegal berkembang, Besar membuka kantor cabang di [[Semarang]]. Di kantor barunya, ia lebih banyak merekrut sarjana hukum Indonesia, antara lain [[Sastromulyono]], Suyudi, dan lain-lain. Pernah, suatu waktu, gaji advokat dikantor itu 600 golden per bulan, ditambah dengan bagian keuntungan. Ketika [[zaman malaise]] (krisis) dua kantor yang didirikan oleh Besar itu berdiri sendiri.


Sebelum terjun ke dunia advokat, Besar bekerja sebagai panitera pada Landraad di [[Pekalongan]]. Pekerjaan itu diperoleh setelah lulus dari ''Rechtschool''. Setelah bekerja beberapa tahun, kemudian hijrah ke Belanda untuk memperoleh gelar sarjana hukum, bersama dengan sebelas pelajar lainnya dengan kuliah di [[Universitas Leiden]].
Sebelum terjun ke dunia advokat, Besar bekerja sebagai panitera pada Landraad di [[Pekalongan]]. Pekerjaan itu diperoleh setelah lulus dari ''Rechtschool''. Setelah bekerja beberapa tahun, kemudian hijrah ke Belanda untuk memperoleh gelar sarjana hukum, bersama dengan sebelas pelajar lainnya dengan kuliah di [[Universitas Leiden]].


Kaum [[pribumi]] yang belajar hukum umumnya berasal dari komunitas Jawa, Sumatera dan keturunan Cina. Mereka belajar di ''Rechtschool'' dengan materi [[ilmu hukum]] dan hukum acara pidana. Mereka yang lulus dengan ketat bergelar ''rechtskundingen'' sebagai sarjana muda hukum. Sedang mereka yang cerdas dapat meraih penuh gelar sarjana hukumnya di negeri Belanda, yang statusnya disamakan dengan kelompok yang langsung sekolah di Belanda.
Kaum [[pribumi]] yang belajar hukum umumnya berasal dari komunitas Jawa, Sumatra dan keturunan Cina. Mereka belajar di ''Rechtschool'' dengan materi [[ilmu hukum]] dan hukum acara pidana. Mereka yang lulus dengan ketat bergelar ''rechtskundingen'' sebagai sarjana muda hukum. Sedang mereka yang cerdas dapat meraih penuh gelar sarjana hukumnya di negeri Belanda, yang statusnya disamakan dengan kelompok yang langsung sekolah di Belanda.


Pada umumnya sarjana hukum dari Belanda diberi dua pilihan, yaitu untuk menerapkan ilmu yang mereka miliki dengan bekerja di Belanda atau pulang ke Indonesia. Mereka yang pulang ke Indonesia sebagian besar bekerja di pengadilan dan dalam jumlah yang lebih kecil mencoba membuka kantor advokatnya. Salah satunya ada Besar Mertokusumo yang membuka kantor di Tegal.
Pada umumnya sarjana hukum dari Belanda diberi dua pilihan, yaitu untuk menerapkan ilmu yang mereka miliki dengan bekerja di Belanda atau pulang ke Indonesia. Mereka yang pulang ke Indonesia sebagian besar bekerja di pengadilan dan dalam jumlah yang lebih kecil mencoba membuka kantor advokatnya. Salah satunya ada Besar Mertokusumo yang membuka kantor di Tegal.
Baris 58: Baris 73:
Minimnya jumlah advokat ketika itu dipengaruhi meningkatnya suhu politik di Indonesia. Mahasiswa hukum yang kembali ke Indonesia kebanyakan langsung terjun ke dunia politik. Tidak mudah untuk menjadi advokat ketika itu, kesulitan itu bukan kesulitan finansial sebab advokat baru kebanyakan berasal dari keluarga dan keturunan kaya. Meski demikian, dari sisi profesionalitas, advokat Indonesia harus bersaing dengan pengacara Belanda yang notabene dekat dengan lembaga hukum yang dikuasai pejabat Belanda.
Minimnya jumlah advokat ketika itu dipengaruhi meningkatnya suhu politik di Indonesia. Mahasiswa hukum yang kembali ke Indonesia kebanyakan langsung terjun ke dunia politik. Tidak mudah untuk menjadi advokat ketika itu, kesulitan itu bukan kesulitan finansial sebab advokat baru kebanyakan berasal dari keluarga dan keturunan kaya. Meski demikian, dari sisi profesionalitas, advokat Indonesia harus bersaing dengan pengacara Belanda yang notabene dekat dengan lembaga hukum yang dikuasai pejabat Belanda.


Profesi advokat tak jarang juga mendapat kecaman dari keluarga. Profesi advokat tak dipandang mentereng layaknya jabatan di pemerintahan. Begitupula dengan keluarga Besar, awalnya keluarga tak menyetujui pilihan Besar menjadi advokat. Bekerja sebagai pamong praja dinilai lebih baik dibandingkan advokat. Padahal ayah Besar adalah [[jaksa]]. Namun, Besar tak gentar dengan rintangan tersebut, ia tetap memilih menjadi pengacara. Keluarganya pun akhirnya menerima keputusan Besar hingga ia mengakhiri karirnya sebagai advokat pada [[1942]].
Profesi advokat tak jarang juga mendapat kecaman dari keluarga. Profesi advokat tak dipandang mentereng layaknya jabatan di pemerintahan. Begitupula dengan keluarga Besar, awalnya keluarga tak menyetujui pilihan Besar menjadi advokat. Bekerja sebagai pamong praja dinilai lebih baik dibandingkan advokat. Padahal ayah Besar adalah [[jaksa]]. Namun, Besar tak gentar dengan rintangan tersebut, ia tetap memilih menjadi pengacara. Keluarganya pun akhirnya menerima keputusan Besar hingga ia mengakhiri kariernya sebagai advokat pada [[1942]].


== Penghargaan ==
== Penghargaan ==


Berdasarkan Kepres No.048/ TK/ 1992 tanggal 17 Agustus 1992 (secara anumerta) mendapatkan [[Bintang Mahaputra Utama]] atas jasa-jasa beliau kepada bangsa dan negara. Meninggal dalam usia 86 tahun dan dimakamkan di Makam Giritama, Tonjong Parung [[Bogor]]
Berdasarkan Kepres No.048/ TK/ 1992 tanggal 17 Agustus 1992 (secara anumerta) mendapatkan [[Bintang Mahaputera Utama|Bintang Mahaputra Utama]] atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negara. Meninggal dalam usia 85 tahun dan dimakamkan di Makam Giritama, Tonjong Parung [[Bogor]]


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

* http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol23185/besar-mertokusumo-advokat-pertama-indonesia-yang-terlupakan
* http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol23185/besar-mertokusumo-advokat-pertama-indonesia-yang-terlupakan
* http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=90693{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{indo-bio-stub}}
* http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=90693
* [http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=97699/ Gedung Perpusda Diresmikan]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.radartegal.com/index.php/Buku-Mr-Besar-Diluncurkan.html/ Buku Mr Besar Diluncurkan]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=97699/ Gedung Perpusda Diresmikan]
* [http://www.radartegal.com/index.php/Buku-Mr-Besar-Diluncurkan.html/ Buku Mr Besar Diluncurkan]
{{BPUPKI}}
{{BPUPKI}}
{{DEFAULTSORT:Mertokusumo, Besar}}


{{reflist}}
[[Kategori:Tokoh hukum Indonesia]]
{{s-start}}
[[Kategori:Tokoh dari Brebes]]
{{s-off}}
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
{{succession box|title=[[Wali kota]] [[Tegal]]|years= 1942–1945|before=[[H. Leenmans]]|after=[[R. Soengeb Reksoatmodjo]]}}
{{s-end}}

{{DEFAULTSORT:Mertokusumo, Besar}}
[[Kategori:Kelahiran 1894]]
[[Kategori:Kematian 1980]]
[[Kategori:Pengacara Indonesia]]
[[Kategori:Anggota BPUPKI]]
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Brebes]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Wali Kota Tegal]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]

Revisi terkini sejak 28 November 2022 02.14

Mas
Besar Martokoesoemo
Wali Kota Tegal ke-6
Masa jabatan
1942–1945
Informasi pribadi
Lahir(1894-07-08)8 Juli 1894
Brebes, Hindia Belanda
Meninggal23 Februari 1980 (umur 85)
MakamTaman Makam Giritama, Bogor, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Suami/istriRaden Ayu Marjatoen
Anak4
Alma materUniversitas Leiden
PekerjaanPengajur
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Besar Martokusumo atau dikenal juga dengan Mas Besar Martokoesoemo adalah seorang pengacara atau advokat pertama Indonesia dan wali kota Tegal (8 Juli 1894 – 23 Februari 1980). Ia menikah dengan Raden Ajoe Marjatoen dan dikaruniai empat orang anak yaitu Mas Roro Marjatni, Mas Roro Indraningsih, Mas Soeksmono dan Mas Wisnoentoro merupakan wali kota bangsa Indonesia Pertama serta tercatat sebagai anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Mantan Sekjen Departemen Kehakiman itu mulai mengenyam pendidikan di Sekolah Rendah Belanda (Europeesche Lagere School-ELS) di Pekalongan dan lulus pada 1909. Enam tahun kemudian, lulus dari Rechtschool di Jakarta, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Leiden, Belanda dan lulus pada 1922.

Masa Pendudukan Jepang

[sunting | sunting sumber]

Besar Mertokusumo yang biasa dikenal oleh masyarakat Tegal dengan nama Mr.Mas Besar Martokoesoemo diangkat sebagai wali kota (Shi-co) April 1942 Tegal saat pendudukan Jepang dan menjadi salah seorang anggota BPUPKI. Kemudian pada Juni 1944 diangkat sebagai Bupati (Ken-Co) Tegal, dan menjadi Wakil Residen Pekalongan (Fuku Syuu-cokan) pada Juni 1945.

Peranan sebagai pengacara / advokat

[sunting | sunting sumber]

Siapa advokat pertama di Indonesia? Ketika pertanyaan itu muncul, mungkin sederet nama seperti Lukman Wiriadinata, Yap Thiam Hien dan Suardi Tasrif. Mereka memang dikenal sebagai pengacara pembela kepentingan rakyat. Nama mereka juga sering menjadi rujukan ketika orang berbicara tentang hak asasi manusia dalam proses hukum.

Sebenarnya advokat pertama di Indonesia adalah Besar Mertokusumo. Nama Besar memang tak besar seperti namanya. Tak ada nama jalan yang mengutip namanya. Hingga kini belum ada gelar pahlawan yang ditambatkan padanya. Dalam literatur sejarah advokat, Besar Mertokusumo kerap disebut sebagai generasi advokat pertama.

Beruntunglah kita memiliki Daniel S. Lev yang banyak menyinggung kiprah Besar dalam dunia advokat. Banyak buku sejarah advokat yang lahir belakangan bersumber dari buku Daniel yang bertajuk Hukum dan Politik di Indonesia. Dalam buku itulah, Daniel memperkenalkan sosok Besar Mertokusumo sebagai advokat pertama di Indonesia.

Adnan Buyung Nasution juga mengakui hal itu. Dia sempat jadi advokat tetapi tidak lama. Ia memang lebih banyak di pemerintah, ketimbang praktik advokat, sosok Besar juga sebagai penyusun konsep sistem peradilan Indonesia.

Dalam buku Daniel S. lev, sosok Besar digambarkan sebagai advokat yang sering membela terdakwa miskin dalam persidangan di Landraad (Pengadilan Negeri). Besar menggeluti dunia advokat sekitar tahun 1923. Firma hukumnya didirikan di Tegal, Jawa Tengah, dekat kota kelahirannya, Brebes. Daniel S. Lev menyatakan kemungkinan Tegal dipilih karena disitulah keluarga dan teman-temannya berada. Beberapa kantor advokat Belanda juga sudah berdiri ketika itu di Tegal.

Ketika berpraktik di Landraad (Pengadilan Negeri), Besar tak senang dengan perlakuan pengadilan terhadap terdakwa asal Indonesia. Dalam persidangan, terdakwa orang Indonesia harus duduk di lantai, membungkuk dalam-dalam dan sangat ketakutan. Besar menilai perlakuan itu sebagai bentuk penghinaan pengadilan terhadap orang Indonesia. Ketika itu, hakim dan jaksa menggunakan bahasa Belanda saat bersidang. Besar sendiri tak suka dengan kondisi demikian. Persidangan itu membuat orang Indonesia sulit menerima pengadilan itu seperti pengadilannya sendiri. Meski demikian, para hakim Belanda tetap menghormati Besar.

Setelah firma hukum di Tegal berkembang, Besar membuka kantor cabang di Semarang. Di kantor barunya, ia lebih banyak merekrut sarjana hukum Indonesia, antara lain Sastromulyono, Suyudi, dan lain-lain. Pernah, suatu waktu, gaji advokat dikantor itu 600 golden per bulan, ditambah dengan bagian keuntungan. Ketika zaman malaise (krisis) dua kantor yang didirikan oleh Besar itu berdiri sendiri.

Sebelum terjun ke dunia advokat, Besar bekerja sebagai panitera pada Landraad di Pekalongan. Pekerjaan itu diperoleh setelah lulus dari Rechtschool. Setelah bekerja beberapa tahun, kemudian hijrah ke Belanda untuk memperoleh gelar sarjana hukum, bersama dengan sebelas pelajar lainnya dengan kuliah di Universitas Leiden.

Kaum pribumi yang belajar hukum umumnya berasal dari komunitas Jawa, Sumatra dan keturunan Cina. Mereka belajar di Rechtschool dengan materi ilmu hukum dan hukum acara pidana. Mereka yang lulus dengan ketat bergelar rechtskundingen sebagai sarjana muda hukum. Sedang mereka yang cerdas dapat meraih penuh gelar sarjana hukumnya di negeri Belanda, yang statusnya disamakan dengan kelompok yang langsung sekolah di Belanda.

Pada umumnya sarjana hukum dari Belanda diberi dua pilihan, yaitu untuk menerapkan ilmu yang mereka miliki dengan bekerja di Belanda atau pulang ke Indonesia. Mereka yang pulang ke Indonesia sebagian besar bekerja di pengadilan dan dalam jumlah yang lebih kecil mencoba membuka kantor advokatnya. Salah satunya ada Besar Mertokusumo yang membuka kantor di Tegal.

Minimnya jumlah advokat ketika itu dipengaruhi meningkatnya suhu politik di Indonesia. Mahasiswa hukum yang kembali ke Indonesia kebanyakan langsung terjun ke dunia politik. Tidak mudah untuk menjadi advokat ketika itu, kesulitan itu bukan kesulitan finansial sebab advokat baru kebanyakan berasal dari keluarga dan keturunan kaya. Meski demikian, dari sisi profesionalitas, advokat Indonesia harus bersaing dengan pengacara Belanda yang notabene dekat dengan lembaga hukum yang dikuasai pejabat Belanda.

Profesi advokat tak jarang juga mendapat kecaman dari keluarga. Profesi advokat tak dipandang mentereng layaknya jabatan di pemerintahan. Begitupula dengan keluarga Besar, awalnya keluarga tak menyetujui pilihan Besar menjadi advokat. Bekerja sebagai pamong praja dinilai lebih baik dibandingkan advokat. Padahal ayah Besar adalah jaksa. Namun, Besar tak gentar dengan rintangan tersebut, ia tetap memilih menjadi pengacara. Keluarganya pun akhirnya menerima keputusan Besar hingga ia mengakhiri kariernya sebagai advokat pada 1942.

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan Kepres No.048/ TK/ 1992 tanggal 17 Agustus 1992 (secara anumerta) mendapatkan Bintang Mahaputra Utama atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negara. Meninggal dalam usia 85 tahun dan dimakamkan di Makam Giritama, Tonjong Parung Bogor

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Jabatan politik
Didahului oleh:
H. Leenmans
Wali kota Tegal
1942–1945
Diteruskan oleh:
R. Soengeb Reksoatmodjo