Lompat ke isi

Perang Salib Pertama: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
dari enwp
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 82: Baris 82:


Perang Salib Pertama kemudian dilanjutkan dengan [[Perang Salib Kedua]] sampai [[Perang Salib Kesembilan|Kesembilan]]. Peristiwa ini juga merupakan langkah besar pertama menuju pembukaan kembali [[perdagangan internasional]] sejak jatuhnya [[Kekaisaran Romawi Barat]]. Karena Perang Salib Pertama utamanya berkaitan dengan Yerusalem, suatu kota yang tidak berada di bawah kekuasaan kaum Kristen selama 461 tahun, dan bala tentara salib menolak untuk mengembalikan tanah tersebut ke dalam kendali [[Kekaisaran Bizantium]], maka status Perang Salib Pertama sebagai sesuatu yang sifatnya defensif atau agresif masih menjadi kontroversi.
Perang Salib Pertama kemudian dilanjutkan dengan [[Perang Salib Kedua]] sampai [[Perang Salib Kesembilan|Kesembilan]]. Peristiwa ini juga merupakan langkah besar pertama menuju pembukaan kembali [[perdagangan internasional]] sejak jatuhnya [[Kekaisaran Romawi Barat]]. Karena Perang Salib Pertama utamanya berkaitan dengan Yerusalem, suatu kota yang tidak berada di bawah kekuasaan kaum Kristen selama 461 tahun, dan bala tentara salib menolak untuk mengembalikan tanah tersebut ke dalam kendali [[Kekaisaran Bizantium]], maka status Perang Salib Pertama sebagai sesuatu yang sifatnya defensif atau agresif masih menjadi kontroversi.

== Asal mula ==
Pada umumnya asal mula Perang-perang Salib, dan khususnya Perang Salib Pertama, diperdebatkan secara luas di kalangan sejarawan. Perang-perang Salib paling sering dikaitkan dengan situasi sosial dan politik di Eropa pada abad ke-11, timbulnya suatu gerakan reformasi di dalam [[kepausan]], juga konfrontasi keagamaan dan politik antara [[Kekristenan]] dan [[Islam]] di Eropa dan Timur Tengah. Kekristenan telah menyebar di seluruh Eropa, Afrika, dan Timur Tengah pada [[Abad Kuno Akhir]], tetapi pada [[Kekristenan pada abad ke-8|awal abad ke-8]] kekuasaan kaum Kristen di Eropa dan [[Anatolia]] menjadi terbatas setelah berbagai penaklukan oleh kaum Muslim.

[[Kekhalifahan Umayyah]] telah menaklukkan [[Penaklukan Islam di Suriah|Suriah]], [[Penaklukan Muslim di Mesir|Mesir]], dan [[Penaklukan Muslim di Maghreb|Afrika Utara]] dari Kekaisaran Bizantium yang didominasi kaum Kristen, serta [[Penaklukan Umayyah di Hispania|Hispania]] dari [[Kerajaan Visigoth]].<ref>{{harvnb|Tyerman|2006|pp=51–54}}.</ref> Di Afrika Utara, Kekhalifahan Umayyah kemudian runtuh dan sejumlah kerajaan Muslim yang lebih kecil bermunculan, misalnya [[Aghlabiyyah]] yang menyerang [[Italia]] pada [[Kekristenan pada abad ke-9|abad ke-9]]. [[Pisa]], [[Genoa]], dan [[Kepangeranan Catalunya]] mulai bertempur melawan berbagai kerajaan Muslim agar dapat menguasai [[Cekungan Mediterania]], ditunjukkan dengan [[kampanye Mahdiya tahun 1087]] serta pertempuran di [[Mallorca]] dan [[Sardinia]].<ref>H .E. J. Cowdrey (1977), "The Mahdia campaign of 1087" ''[[The English Historical Review]]'' '''92''', pp.&nbsp;1–29.</ref>

Pada dasarnya, antara tahun 1096 dan 1011, [[bangsa Yunani Bizantium]] mengalami perang salib ini setibanya di [[Konstantinopel]] dalam tiga gelombang terpisah.

Pada awal musim panas tahun 1096, kelompok besar pertama yang sulit dikendalikan tiba di pinggiran Konstantinopel. Gelombang ini dikabarkan tidak disiplin dan tidak memiliki perlengkapan layaknya suatu pasukan sebagaimana dicatat dalam [[Perang Salib Rakyat]]. Kelompok pertama ini sering disebut sebagai Perang Salib Rakyat atau Petani, dipimpin oleh [[Peter sang Pertapa]] dan [[Gautier Sans-Avoir]] serta tidak mengetahui ataupun menghormati keinginan-keinginan Kaisar Bizantium [[Alexios I Komnenos]].

Gelombang kedua juga tidak berada di bawah komando sang Kaisar dan terdiri dari sejumlah pasukan dengan para komandan mereka masing-masing. Secara keseluruhan, kelompok ini dan gelombang pertama diperkirakan berjumlah 60.000.<ref>Hindley, Geoffrey (2004). The Crusades: Islam and Christianity in the Struggle for World Supremacy. Carrol & Graf. ISBN 0-7867-1344-5.</ref><ref>Runciman, Steven (1952). A History of the Crusades, vol. II: The Kingdom of Jerusalem and the Frankish East, 1100–1187 (repr. Folio Society, 1994 ed.). Cambridge University Press.</ref>

Gelombang kedua dipimpin oleh [[Hugues I dari Vermandois|Hugues I, Comte Vermandois]], saudara Raja [[Philippe I dari Perancis]]. Selain itu dalam gelombang kedua juga ada [[Raymond IV dari Toulouse|Raymond IV, Comte Toulouse]], dan pasukan dari [[Provence|Provença]]. "Adalah gelombang kedua para tentara salib ini yang kemudian melintasi Asia Kecil, merebut Antiokhia pada tahun 1098 dan akhirnya merebut Yerusalem pada tanggal 15 Juli 1099."<ref>Harris, Jonathan (2006), "Byzantium and the Crusades", , London: Hambledon Continuum, p. 54.</ref>

Gelombang ketiga, yang mana terdiri atas kontingen-kontingen dari [[Lombardia]], [[Perancis]], dan [[Bavaria]], tiba di Yerusalem pada awal musim panas tahun 1101.<ref>Harris, Jonathan (2006), "Byzantium and the Crusades", London: Hambledon Continuum, pp. 53–55. ISBN 1-85285-501-0</ref>


== Catatan ==
== Catatan ==

Revisi per 20 Januari 2016 13.46

Perang Salib Pertama (1096–1099) merupakan yang pertama dari sejumlah perang salib yang berupaya untuk merebut Tanah Suci, disahkan oleh Paus Urbanus II pada tahun 1095. Perang ini dimulai sebagai suatu peziarahan yang meluas dalam Kekristenan Barat dan berakhir sebagai suatu ekspedisi militer oleh bangsa Eropa Katolik Roma untuk mendapatkan kembali Tanah Suci yang diambil dalam penaklukan kaum Muslim atas Levant (632–661). Pada akhirnya menyebabkan direbutnya kembali Yerusalem pada tahun 1099.

Perang Salib I dimaklumkan pada tanggal 27 November 1095 oleh Paus Urbanus II dengan tujuan utama menanggapi suatu permohonan dari Kaisar Bizantium Alexios I Komnenos, yang mana mengajukan permintaan agar para relawan dari barat datang untuk membantunya menghalau kaum Turki Seljuk dari Anatolia. Suatu tujuan tambahan segera menjadi sasaran utama, yaitu penaklukan kembali oleh kaum Kristen atas kota suci Yerusalem dan Tanah Suci serta membebaskan kaum Kristen Timur dari kekuasaan kaum Muslim.

Selama perang salib, para ksatria, petani, dan hamba dari banyak negara Eropa Barat melakukan perjalanan darat dan laut, pertama ke Konstantinopel dan kemudian menuju Yerusalem. Setelah tiba di Yerusalem, para tentara salib melancarkan serangan atas kota tersebut dan merebutnya pada bulan Juli 1099 serta melakukan pembantaian terhadap penduduk Muslim, Kristen, dan Yahudi. Mereka juga mendirikan negara-negara tentara salib yaitu: Kerajaan Yerusalem, County Tripoli, Kepangeranan Antiokhia, dan County Edessa.

Perang Salib Pertama kemudian dilanjutkan dengan Perang Salib Kedua sampai Kesembilan. Peristiwa ini juga merupakan langkah besar pertama menuju pembukaan kembali perdagangan internasional sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat. Karena Perang Salib Pertama utamanya berkaitan dengan Yerusalem, suatu kota yang tidak berada di bawah kekuasaan kaum Kristen selama 461 tahun, dan bala tentara salib menolak untuk mengembalikan tanah tersebut ke dalam kendali Kekaisaran Bizantium, maka status Perang Salib Pertama sebagai sesuatu yang sifatnya defensif atau agresif masih menjadi kontroversi.

Asal mula

Pada umumnya asal mula Perang-perang Salib, dan khususnya Perang Salib Pertama, diperdebatkan secara luas di kalangan sejarawan. Perang-perang Salib paling sering dikaitkan dengan situasi sosial dan politik di Eropa pada abad ke-11, timbulnya suatu gerakan reformasi di dalam kepausan, juga konfrontasi keagamaan dan politik antara Kekristenan dan Islam di Eropa dan Timur Tengah. Kekristenan telah menyebar di seluruh Eropa, Afrika, dan Timur Tengah pada Abad Kuno Akhir, tetapi pada awal abad ke-8 kekuasaan kaum Kristen di Eropa dan Anatolia menjadi terbatas setelah berbagai penaklukan oleh kaum Muslim.

Kekhalifahan Umayyah telah menaklukkan Suriah, Mesir, dan Afrika Utara dari Kekaisaran Bizantium yang didominasi kaum Kristen, serta Hispania dari Kerajaan Visigoth.[2] Di Afrika Utara, Kekhalifahan Umayyah kemudian runtuh dan sejumlah kerajaan Muslim yang lebih kecil bermunculan, misalnya Aghlabiyyah yang menyerang Italia pada abad ke-9. Pisa, Genoa, dan Kepangeranan Catalunya mulai bertempur melawan berbagai kerajaan Muslim agar dapat menguasai Cekungan Mediterania, ditunjukkan dengan kampanye Mahdiya tahun 1087 serta pertempuran di Mallorca dan Sardinia.[3]

Pada dasarnya, antara tahun 1096 dan 1011, bangsa Yunani Bizantium mengalami perang salib ini setibanya di Konstantinopel dalam tiga gelombang terpisah.

Pada awal musim panas tahun 1096, kelompok besar pertama yang sulit dikendalikan tiba di pinggiran Konstantinopel. Gelombang ini dikabarkan tidak disiplin dan tidak memiliki perlengkapan layaknya suatu pasukan sebagaimana dicatat dalam Perang Salib Rakyat. Kelompok pertama ini sering disebut sebagai Perang Salib Rakyat atau Petani, dipimpin oleh Peter sang Pertapa dan Gautier Sans-Avoir serta tidak mengetahui ataupun menghormati keinginan-keinginan Kaisar Bizantium Alexios I Komnenos.

Gelombang kedua juga tidak berada di bawah komando sang Kaisar dan terdiri dari sejumlah pasukan dengan para komandan mereka masing-masing. Secara keseluruhan, kelompok ini dan gelombang pertama diperkirakan berjumlah 60.000.[4][5]

Gelombang kedua dipimpin oleh Hugues I, Comte Vermandois, saudara Raja Philippe I dari Perancis. Selain itu dalam gelombang kedua juga ada Raymond IV, Comte Toulouse, dan pasukan dari Provença. "Adalah gelombang kedua para tentara salib ini yang kemudian melintasi Asia Kecil, merebut Antiokhia pada tahun 1098 dan akhirnya merebut Yerusalem pada tanggal 15 Juli 1099."[6]

Gelombang ketiga, yang mana terdiri atas kontingen-kontingen dari Lombardia, Perancis, dan Bavaria, tiba di Yerusalem pada awal musim panas tahun 1101.[7]

Catatan

Referensi

  1. ^ Nicolle 2003, hlm. 21 and 32.
  2. ^ Tyerman 2006, hlm. 51–54.
  3. ^ H .E. J. Cowdrey (1977), "The Mahdia campaign of 1087" The English Historical Review 92, pp. 1–29.
  4. ^ Hindley, Geoffrey (2004). The Crusades: Islam and Christianity in the Struggle for World Supremacy. Carrol & Graf. ISBN 0-7867-1344-5.
  5. ^ Runciman, Steven (1952). A History of the Crusades, vol. II: The Kingdom of Jerusalem and the Frankish East, 1100–1187 (repr. Folio Society, 1994 ed.). Cambridge University Press.
  6. ^ Harris, Jonathan (2006), "Byzantium and the Crusades", , London: Hambledon Continuum, p. 54.
  7. ^ Harris, Jonathan (2006), "Byzantium and the Crusades", London: Hambledon Continuum, pp. 53–55. ISBN 1-85285-501-0

Sumber

Artikel ini tersedia dalam versi lisan
Dengarkan versi lisan dari artikel ini
(2 bagian, 33 menit)
Ikon Wikipedia Lisan
Berkas-berkas suara berikut dibuat berdasarkan revisi dari artikel ini per tanggal
Error: tidak ada parameter tanggal yang diberikan
, sehingga isinya tidak mengacu pada revisi terkini.

Sumber utama

Sumber utama daring

Sumber tambahan

Bibliografi