Lompat ke isi

Jatiasih, Bekasi: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 6°18′9″S 106°57′9″E / 6.30250°S 106.95250°E / -6.30250; 106.95250
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Baris 1: Baris 1:


<gallery>
<gallery>
Jatiwarna.JPG|''Bundaran Jatiwarna''
Jatiasih.JPG|''Bundaran Jatiasih''
</gallery>
</gallery>
{{kecamatan|nama=Jatiwarna
{{kecamatan|nama=Jatiwarna

Revisi per 19 November 2016 01.31

Jatiwarna
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KotaBekasi
Pemerintahan
 • CamatDrs. AHMAD ZARKASIH
Populasi
 • Total169,289 Jiwa jiwa
Kode pos
17422
Kode Kemendagri32.75.09 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3275020 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan-
Peta
PetaKoordinat: 6°18′9″S 106°57′9″E / 6.30250°S 106.95250°E / -6.30250; 106.95250

Jatiwarna adalah sebuah kecamatan di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Jatiwarna berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Selatan di sebelah utara, Kecamatan Pondok Gede di sebelah barat, Kecamatan Rawa Lumbu di sebelah timur, dan Kecamatan Jatisampurna dan Gunung Putri di sebelah selatan.

Di kecamatan ini, pernah terjadi rawan seperti Krisis moneter dan Kerusuhan sekitar bulan Mei 1998 yang mengakibatkan sejumlah jalur Rel kereta api yang dilalui kereta api membawa hasil bumi itu mati total.

Batas wilayah

Jatiwarna berbatasan dengan:

Utara Kecamatan Bekasi Selatan
Timur Kecamatan Rawalumbu
Selatan Kecamatan Jatisampurna (Kota Bekasi) dan Kecamatan Gunung Putri (Kabupaten Bogor)
Barat Kecamatan Pondok Gede

Maka, di sebelah selatan, terdapat Sungai Cikeas yang menjadi pembatas antara Kota Bekasi dengan Kabupaten Bogor. Disini dahulu pernah terjadi kecelakaan Kereta api barang angkutan pasir pada awal tahun 1996 mengakibatkan jembatan roboh.

Pembagian wilayah

Wilayah kecamatan Jatiwarna terbagi atas 6 kelurahan, 52 RW dan 601 RT dengan luas 2.324,921 ha (menurut Data wilayah Kotamadya Bekasi pada tahun 2004), luas 2.580,50 ha (menurut SK Mahkamah Agung RI nomor: 67/PUU-XI/2009 tanggal 14 Maret 2009), luas 3.170,25 ha (menurut SK Mahkamah Agung RI nomor: 578/PUU-X/2015 tanggal 12 Juni 2015) dan dihuni sekitar 169.289 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 3,8 % per tahun (menurut Data wilayah Kotamadya Bekasi pada tahun 2004).

Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan penduduk per tahun yang tinggi setelah Kecamatan Pondok Gede, Kecamatan Jatisampurna dan Kecamatan Bekasi Selatan.

Kampung-kampung di Jatiwarna

Kampung Jandalan

Kampung Jandalan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KotaBekasi
KecamatanJatiwarna
Kodepos
17421
Kode Kemendagri32.75.09 Edit nilai pada Wikidata
Luas2,74 km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²


Jandalan merupakan sebuah kampung yang berada di kelurahan Jatikramat, Jatiwarna, Bekasi, Indonesia. Kampung ini terletak di dekat tambang pasir, yang telah beralih fungsi menjadi perumahan.

Geografi

Kampung Jandalan terletak di ketinggian 27 - 30 meter diatas permukaan laut dan dekat tambang pasir, dengan kelerengan 4,5-10 % dan kemiringan 40-60o. Kondisi tanah sangat rata dan hanyalah di eks tambang pasir yang lebih ekstrem karena ada danau Jabung Kumung dan aliran sungai Kali Cakung.

Suhu

Suhu wilayah kampung Jandalan adalah 30o - 60o C, dengan rata-rata musim panas 3,18 dan rata-rata musim hujan 2,24 (menurut data BMKG Kota Bekasi tahun 2010 [1]). Menurutnya, di daerah selatan Jandalan, adalah daerah yang cukup curam.

Bencana
  Banjir  

Daerah seringkali rawan banjir, yang terjadi berkali-kali, yakni tahun 1986, 1990, 1993, 1996, 1997, 2002, 2007, 2012, 2013, Februari 2014 dan Juni 2015. Yang paling signifikan adalah pada tanggal 11 Juni 2015, di Kelurahan Jatikramat, pada sore hari, Banjir merendam 270 rumah di 6 kampung yang berada di kelurahan ini akibat hujan yang turun cukup deras dan mengakibatkan kecelakaan yakni Angkutan kota K40 terbalik dan menimpa 2 orang pengendara sepeda motor hingga tewas, yang mengakibatkan 4 kampung mati listrik karena adanya Gardu induk di Jatiranggon terbakar, jalanan di sekitar Jandalan mengalami kemacetan, karena adanya penebangan hutan di Cileungsi, Kabupaten Bogor dan Kali Sunter meluap.

Batas wilayah

Batas wilayah kampung Jandalan, adalah sebagai berikut:

Utara Kampung Jangkar dan Bungkel
Timur Kampung Jatikramat, Relung, Jedor dan Daerah perkebunan tebu milik PG Jatikramat yang berbatasan dengan Kelurahan Jatimekar
Selatan Tambang pasir (telah menjadi perumahan) yang berbatasan dengan Kelurahan Jatimekar
Barat Kampung Bonggolan dan Bungkel

Yang ada di kampung ini

Di kampung ini, dulu terdapat:

Akses ke kampung ini

Akses ke kampung ini dapat melewati Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta keluar tol di Jatiwarna, kemudian melewati Jalan Jatimekar raya, Jalan Jatikramat raya dan memasuki Jandalan. Dari arah Depok bisa melewati eks tambang pasir dan danau Jabung Kumung.

Kereta api

Dahulu, daerah Jandalan adalah daerah yang dijangkau oleh kereta api yang dikelola oleh BcETM dan memiliki pabrik gula dan stasiun kereta api yang dibangun pada tahun 1936 dan dibuka pada tanggal 2 Agustus 1939, saat dibukanya lintas perpanjangan ke Pinang Ranti sepanjang 4,8 km, serta lintas Jabunglor ke Tinger sepanjang 5,2 km dan lintas Pondokan-Jandalan sepanjang 3 km.

Saat pembukaannya, penumpang dan barang yang diangkut dari Stasiun Jandalan masihlah sedikit. Pembangunan jalur kereta api untuk memudahkan penumpang dari daerah Jandalan dan berbagai kelurahan di Pondok Gede yang hendak bekerja dan berbelanja di Jakarta, Cibinong, Wanaherang, Bogor dan Depok serta gula dari berbagai pabrik gula dan barang-barang hasil bumi (pasir, pisang, padi, jagung, karet, singkong, kayu jati, dll) dari daerah pedalaman di Pondok Gede dengan kereta api untuk selanjutnya dibawa ke Stasiun Wanaherang Gudang dan Stasiun Jatikramat Gudang sebelum akhirnya diangkut menggunakan kereta api menuju:

Namun kini, rel dan stasiun kereta api di lintas Pondokan-Jandalan, diantaranya Stasiun Jandalan, serta pabrik gula telah dibongkar Jepang tahun 1942 untuk dibawa ke Bayah dan Pekanbaru untuk membangun rel di sana. Hanya rel ruas Jabungtambangpasir-Pondok Gede yang masih aktif sampai tahun 1965. Saat ini, rel, stasiun kereta api dan pabrik gula tak kelihatan setelah masa penjajahan Jepang dan didominasi banyak bangunan sejak tahun 1980-an awal.

Transportasi umum (angkot/bus)

Transportasi umum yang melayani kampung Jandalan adalah:

Kelurahan/desa

  1. Jatiwarna, lurah: ZUBAIDI
  2. Jatiluhur, lurah: SUBARDI
  3. Jatimekar, Dibentuk tahun 1952 (berdasarkan UU nomor 14 tahun 1950 dan SK Mendagri nomor PEM/I/52) dengan nama Desa Jabung dengan kepala desa pertama, YUSAIDI, pada tahun 1965, terjadi perubahan batas wilayah, 5 kampung dipisahkan untuk membentuk desa Jatikramat dan menambah 8 kampung dari desa Sumir serta 3 kampung dari desa Pangkur, serta berubah nama menjadi Jatimekar pada tahun 1989 (berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat nomor 122/1989 tanggal 1 Agustus 1989 dan SK Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bekasi nomor 130/1989 tanggal 1 Agustus 1989) dengan kepala desa pertama, DWI HARYANTO, yang menjabat 2 tahun, sampai tahun 1991, lurah:
    1. Saat berstatus desa dan bernama Desa Jabung serta bagian dari Kabupaten Bogor
      1. YUSAIDI (menjabat tahun 1952-1954
      2. UMARIDI (menjabat tahun 1954-1959)
      3. CHOLIDIN (menjabat tahun 1959-1964)
      4. USUP DELI (menjabat tahun 1964-1969)
      5. ALI DARYANA (menjabat tahun 1969-1974
      6. ALI MANSYUR (menjabat sementara pada April 1974-Januari 1975)
    2. Saat berstatus desa dan bernama Desa Jabung serta telah masuk ke wilayah Kabupaten Bekasi dan masih termasuk Kecamatan Pondok Gede
      1. ALI SUTANTO (menjabat tahun 1975-1980)
      2. NUSMAINI (menjabat tahun 1980-1985) (meninggal tanggal 24 Desember 2015 di Amsterdam, Belanda)
      3. SURBAIDI (menjabat tahun 1985-1989) (meninggal tanggal 15 Maret 1989 di Beijing, Cina)
      4. NASRUDI (menjabat sementara pada Maret-Agustus 1989)
    3. Pasca perubahan nama menjadi Desa Jatimekar
      1. DWI HARYANTO (menjabat tahun 1989-1991)
      2. ALI MARYADI (menjabat sementara September 1991-Februari 1992, meninggal tanggal 27 Oktober 2014 di Frankfurt, Jerman)
    4. Pasca terbentuknya kecamatan Jatiwarna
      1. SUMANTRI AHDI (menjabat tahun 1992-1993) (meninggal tanggal 12 September 1993 di Tokyo, Jepang)
      2. DAVID KHALUDIN (menjabat tahun 1993-1996) (meninggal tanggal 24 Desember 2015 di Berlin, Jerman)
      3. DURBUDI (menjabat sementara September-Desember 1996)
    5. Pasca terbentuknya Kota Bekasi dan berubah menjadi kelurahan
      1. MARDIYONO (menjabat tahun 1996-1997) (meninggal tanggal 1 Oktober 2001 di Kota Bekasi)
      2. NARDIONO (menjabat tahun 1997-2006) (meninggal tanggal 24 Desember 2015 di Berlin, Jerman)
      3. SUHERMAN (menjabat sementara April-September 2006) (meninggal tanggal 5 Oktober 2006 di Kota Bekasi)
      4. JAINUDIN (menjabat tahun 2006-2011) (meninggal tanggal 2 September 2011 di Bekasi)
      5. FERDINAN (menjabat tahun 2011-sekarang)
  4. Jatikramat, Dibentuk tahun 1965, berdasarkan:
    1. Instruksi Gubernur Propinsi Jawa Barat no. 711/IX/1965 tentang penggabungan, pemecahan dan perubahan nama desa di Daerah Swatantra Tingkat II Bogor, Ciamis, Bekasi, Tangerang, Cirebon, Majalengka dan Indramayu dalam wilayah Propinsi Jawa Barat
    2. SK Gubernur Propinsi Jawa Barat no. 15/1965 tentang pemisahan desa Jatibening dari Kabupaten Bogor menurut alur jalan rel kereta api dan sungai Kali Malang dan pembentukan desa Jatikramat
    3. SK Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Bogor no. 742/1965 tentang penggabungan dan pemecahan desa di wilayah Daerah Swatantra Tingkat II Bogor
      Dalam surat keputusan tersebut, merupakan penggabungan sebagian dari Desa Jatibening sebanyak 10 kampung dan Desa Jabung sebanyak 5 kampung dengan kepala desa pertama USUP MARBEDI, yang menjabat tahun 1965 sampai 1967 dan kedua ALI MARYONO yang menjabat tahun 1967 sampai 1972. lurah:
      1. SUJAIDI, menjabat tahun 1983 sampai 1988. Pada tahun 1988 terjadi Pilkades dan dilantik oleh JAENALDI.
      2. JAENALDI, menjabat tahun 1988 sampai 1993. Pada tahun 1993 terjadi Pilkades dan dilantik oleh SUBAENI.
      3. SUBAENI menjabat tahun 1993 sampai 2003 dengan wakilnya:
        1. OMAR ZAENUDI, menjabat tahun 1993 sampai 1998.
        2. SUBARDO, menjabat tahun 1998 sampai 14 Juni 2003. Kemudian Pada tanggal 14 Juni 2003 dilantik oleh ZAINI.
      4. ZAINI menjabat dari 14 Juni 2003 sampai 14 Juni 2008 dengan wakilnya SUBAIDI. Pada tanggal 14 Juni 2008, Lurah ini dilantik oleh UMARDONO.
      5. UMARDONO menjabat dari 14 Juni 2008 sampai sekarang dengan wakilnya:
        1. SUBANDI, menjabat antara 14 Juni 2008 sampai 5 April 2013.
        2. IRYOTO, menjabat sementara antara 6 April 2013 sampai 14 Juni 2013
        3. ISWAHYUDI, menjabat 14 Juni 2013 sampai sekarang.
  5. Jatirasa, lurah: USLI SUHARMAN
  6. Jatisari, lurah: YADIN SUDIRMAN

Perumahan

Di Jatiwarna Terdapat cukup Banyak Komplek perumahan seperti Perumahan Bumi Nasio indah, Graha indah, Angkasa puri, Villa Jatirasa, Sakura Regency dll, Beberapa Komplek perumahan tersebut mulai Berdiri sejak 1980, hingga kini masih melakukan pengembangan.

Selain itu, terdapat 12 perumahan kompleks milik PERUMKA yang tersebar di 6 kelurahan.

Perekonomian

Perekonomian di Jatiwarna semakin meningkat. Akibat dari Krisis moneter pada tahun 1997, Perekonomian di Jatiwarna semakin terganggu karena diberi pinjaman dari IMF. Setelah terjadi Krisis moneter pada tahun 1997, ekonomi di wilayah Jatiwarna sudah bagus.

Data keuangan di wilayah Kecamatan Jatiwarna

Data keuangan di wilayah Kecamatan Jatiwarna (menurut data wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi tahun 1992-1996, Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi tahun 1997-2000, Kotamadya Bekasi tahun 2001-2006 dan Kota Bekasi tahun 2007-2016):

Tahun Keuangan (Rp.) Kenaikan/penurunan keuangan (Rp.) Tingkat kenaikan/penurunan keuangan (%) Catatan
1992 Rp1.380.000,00 - - Menurut data wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi pada tahun 1992-1996
1993 Rp2.000.000,00 Rp620.000,00 31,0 %
1994 Rp2.500.000,00 Rp500.000,00 20,0 %
1995 Rp2.850.000,00 Rp350.000,00 12,29 %
1996 Rp1.250.000,00 Rp1.600.000,00 56,15 %
1997 Rp500.000,00 Rp750.000,00 60,0 % Menurut data wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi pada tahun 1997-2000.

Menurun akibat dari Krisis finansial Asia 1997. Menurut data IMF tahun 1997 [2].

1998 Rp250.000,00 Rp250.000,00 50,0 %
1999 Rp1.000.000,00 Rp750.000,00 75,0 %
2000 Rp1.250.000,00 Rp250.000,00 20,0 %
2001 Rp1.300.000,00 Rp50.000,00 3,84 % Menurut data wilayah Kotamadya Bekasi pada tahun 2001-2006
2002 Rp2.000.000,00 Rp700.000,00 35,0 %
2003 Rp2.500.000,00 Rp500.000,00 20,0 %
2004 Rp2.750.000,00 Rp250.000,00 9,1 %
2005 Rp3.000.000,00 Rp250.000,00 8,33 %
2006 Rp3.500.000,00 Rp500.000,00 14,28 %
2007 Rp3.250.000,00 Rp250.000,00 7,69 % Menurut data wilayah Kota Bekasi pada tahun 2007-2016
2008 Rp3.000.000,00 Rp250.000,00 7,69 %
2009 Rp2.450.000,00 Rp550.000,00 18,33 %
2010 Rp2.800.000,00 Rp350.000,00 14,28 %
2011 Rp3.000.000,00 Rp200.000,00 7,14 %
2012 Rp3.200.000,00 Rp200.000,00 6,67 %
2013 Rp3.800.000,00 Rp600.000,00 18,75 %
2014 Rp4.120.000,00 Rp320.000,00 8,42 %
2015 Rp4.500.000,00 Rp380.000,00 9,23 %
2016 Rp5.000.000,00 Rp500.000,00 10,0 %

Sekolah

Di Jatiwarna terdapat sekolah-sekolah, seperti:

SD

SMP

SMA/SMK

Akademi/universitas

Permasalahan

Kemacetan

Kemacetan di Jatiwarna udah terjadi pertama kali tahun 1965, karena ada perlintasan sebidang di sekitar pasar dan dekat stasiun KA Jatiwarnapasar karena ada kecelakaan tabrakan dengan mobil dan sepeda motor di tahun 1970-an sampai 1990-an, misalnya KRD jurusan Jatiwarna-Cibarusah yang baru berangkat dari Stasiun Jatiwarnapasar sekitar pukul 06.52 WIB menabrak dua sepeda motor pada hari Senin, 1 April 1974 pagi sekitar pukul 07.10 WIB yang mengakibatkan 4 orang tewas. Kemacetan kali ini pada Februari 2014 dan Juni 2015 karena ada banjir.

Banjir

Jatiwarna sering kali terkena banjir. Jatiwarna sering kali terkena banjir sejak tahun 1969, 1977, 1979, 1982, 1983, 1989, 1990, 1992, 1996, 1997, 2002, 2007, 2013, 2014 dan Juni 2015. Yang cukup signifikan pada tahun 1996 mengakibatkan hujan turun yang cukup deras, 5 desa terendam serta mengalami pemadaman bergilir selama 5 jam 30 menit (14.00-19.30 WIB), jalan raya mengalami kemacetan, lalu lintas angkutan barang Pasir Jatimekar serta penumpang via kereta api lumpuh, aktivitas perkeretaapian lumpuh, beberapa jalur rel-rel kereta api terputus serta mati total dan mengakibatkan kecelakaan dimana-mana, yakni Lokomotif BB301 yang menarik rangkaian Pasir Jatimekar masuk dan terjerembab ke dalam Sungai Cikeas lalu terkena luapan dan jembatan dengan panjang 600 m, di perbatasan antara Desa Jatiluhur Kecamatan Jatiwarna (Kabupaten Bekasi) dan Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung Putri (Kabupaten Bogor) ambruk serta mengakibatkan masinis itu tewas terseret arus sejauh 2,5 kilometer pada tanggal 10 Januari 1996 serta lalu lintas angkutan barang Pasir Jatimekar dialihkan melalui truk dan penumpang dialihkan melalui angkutan kota.

Selain itu, yang juga cukup signifikan pada tanggal 11 Juni 2015, mengakibatkan hujan turun yang cukup deras, pengundulan hutan-hutan di daerah Cileungsi (Kabupaten Bogor), 4 kelurahan terendam serta 2 kelurahan diantaranya mengalami pemadaman bergilir selama 2 jam 40 menit (15.00-17.40 WIB), Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta segmen Hankam-Cikunir serta Jalan raya di Jatiwarna mengalami kemacetan, aktivitas perekonomian via truk lumpuh dan mengakibatkan kecelakaan dimana-mana, seperti Truk tronton masuk dan terjerembab ke dalam pesawahan di Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiwarna, Kota Bekasi serta mengakibatkan 25 warga Jatimekar itu tewas seketika.

Krisis keuangan

Jatiwarna sering kali terkena Krisis keuangan, terutama pada tahun 1997.

Peninggalan sejarah

Jatiwarna memiliki peninggalan sejarah, diantaranya:

Peninggalan jaman kerajaan

Masjid

Masjid Al-Hidayah merupakan masjid pertama yang dibangun di kecamatan ini. Masjid ini dibangun pada masa kekuasaan Fatahillah, dan sudah menggunakan arsitektur campuran timur tengah dan melayu. Masjid ini dirubuhkan pada tahun 1990 demi pembangunan stasiun.

Masjid tertua kedua adalah masjid Al-Muqarrabiin (artinya "Yang Dekat DenganNya"). Tidak diketahui siapa yang membangun, namun masjid ini masih berdiri dan kental dengan arsitektur arab-melayu kuno.

Prasasti

Makam

Makam generasi wangsa Syailendra terakhir diketahui berada di kecamatan ini.

Peninggalan jaman kolonial Belanda

Jalur dan jembatan kereta api

Jalur kereta api Jabung-Jabungtambangpasir
Jalur KA Jabung-Jabungtambangpasir
Jalur kereta api Jabung-Tanjung Barat/Nambo
Unknown route-map component "POINTERl" Unknown route-map component "POINTERr"
Jalur kereta api Jabung-Jatiwarna/Cakung
Unknown route-map component "CONTgq" Unknown route-map component "ABZq+lr" Station on transverse track Unknown route-map component "CONTfq"
Stasiun Jabung
1,3 km
Stop on track
Kampung Sawah
1,6 km
Stop on track
Jabungtambangpasir
Junction both to and from left + Unknown route-map component "eHST"
Unknown route-map component "KRW+r"
Pondokan
Straight track Continuation forward
Jabungtambangpasir-Pondok Gede
Continuation forward
Pondokan-Jandalan

Jalur kereta api Jabung-Jabungtambangpasir merupakan jalur kereta nonaktif sepanjang 2,9 KM yang menghubungkan Stasiun Jabung dan Stasiun Jabungtambangpasir.

Sejarah
Salah satu sisa jalur lintasan kereta api Jabung-Jabungtambangpasir adalah jembatan sungai Kali Cakung yang sekarang sudah digunakan untuk jembatan penyeberangan orang, di Kampung Sawah, Jatimekar, Jatiwarna, Bekasi. Serta satu lagi adalah bekas jembatan trem milik Baccasie Elektrische Tram Maatschappij di atas sungai Kali Cakung di bekas lintasan KA Jatiwarna-Pondok Gede (via Jatikramat) yang telah dibongkar dan hancur sejak tahun 1965, namun kini cuma pondasi saja dan serta ditumbuhi semak belukar dan sudah berkarat. Foto ini diambil tanggal 12 Mei 2016. Dahulu sebelum era tahun 1990-an akhir (era PERUMKA), saya pernah lewat jalur ini saat pakai kereta api barang angkutan pasir yang ditarik lokomotif BB301 warna kuning-hijau era PJKA. Pada masa Soeharto, pada hari Sabtu, 12 Mei 1984 pada pagi hari jam 08.00 WIB lalu, ada seorang bocah meninggal karena sepeda tertabrak kereta api barang angkutan pasir yang ditarik lokomotif no. BB303 35 jurusan Tanjung Priok via Jatikramat-Cakung lalu masuk sungai saat berjalan di tengah rel.

Jalur ini dibangun pada tahun 1932 oleh perusahaan kereta api, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij dan dibuka pada tanggal 2 Agustus 1934, pembangunan ini untuk memudahkan pengangkutan barang dari daerah Jabung dan sekitarnya untuk diangkut ke luar negeri melalui:

Daerah yang dilewati jalur kereta api ini

Jalur kereta api ini melewati 2 kecamatan, 2 kelurahan, 4 kampung, 6 RW dan 12 RT, antara lain:

  1. Kecamatan Jatiwarna, yang meliputi:
    1. Kelurahan Jatimekar, yang meliputi 2 kampung, 4 RW dan 6 RT:
      1. Kampung Jabung Kulon, yang meliputi:
        1. RW 08, yang meliputi:
          1. RT 02
          2. RT 04
        2. RW 09, yang meliputi:
          1. RT 03
          2. RT 06
        3. RW 11, yang meliputi: RT 07
      2. Kampung Sawah, yang meliputi: RW 07, yang meliputi: RT 03
  2. Kecamatan Pondok Gede, yang meliputi:
    1. Kelurahan Jatibening, yang meliputi 2 kampung, 2 RW dan 6 RT:
      1. Kampung Buncit, yang meliputi: RW 08, yang meliputi:
        1. RT 02
        2. RT 04
        3. RT 06
      2. Kampung Pondokan, yang meliputi: RW 12, yang meliputi:
        1. RT 03
        2. RT 04
        3. RT 06
Jalur terhubung
Stasiun dan sungai yang dilewati

Stasiun-stasiun yang dilewati di lintas ini antara lain:

Selain itu di lintas ini melewati 4 sungai, yakni:

  • Kali Bacang
  • Kali Jabung Kait
  • Kali Cakung
  • Kali Pasuk
Jembatan kereta api Kali Cakung Jatikramat
Jembatan Kali Cakung Jatikramat
Kategori bangunan hikmat: jembatan
Berkas:Eks Jembatan Kali Cakung Jatikramat.jpg
Jembatan kereta api Kali Cakung Jatikramat Bekasi yang kini menjadi jalur sepeda motor di Jatikramat, Jatiwarna, Bekasi.
Letak
ProvinsiJawa Barat
KabupatenBekasi
KecamatanJatiwarna
DesaJatikramat
Sejarah
Tahun dibuka1934-1935, direstorasi 1989-1990
Tahun ditutup6 Januari 1996
Informasi bangunan
OperatorDaerah Operasi I Jakarta
Panjang jembatan300 m, 1989: 500 m
Nomor bangunan hikmat289
SingkatanJKM
Layanantak ada layanan setelah Kereta api barang tak aktif

Jembatan Kali Cakung Jatikramat merupakan jembatan jalur kereta api yang dibangun oleh NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij [3] [4] [5]) antara tahun 1934-1935 dan direstorasi antara tahun 1989-1990. Jembatan dengan nomor Bangunan Hikmat (BH) 289 ini berada di jalur antara Jatiwarna dan Cakung di km 40+580 antara Stasiun Jabung (sekarang Jatimekar) dan Stasiun Jatikramat, membelah Sungai Kali Cakung di Kampung Jedor Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiwarna, Kota Bekasi.

Jembatan ini saat ini telah roboh pada tanggal 6 Januari 1996 setelah terjadi kecelakaan Kereta api angkutan peti kemas no. 7101 jurusan Jatikramat - Kalimas tiba-tiba anjlok dan masuk ke sungai karena jembatan ini roboh dan sungai meluap. Jalur kereta api Jabung-Cakung ruas Jabung-Jatikramat dibongkar pada tahun 2000 akibat pembangunan jalan arteri. Jembatan ini dibangun dengan baru pada tahun 2000 ditandai dengan peletakan batu pertama pada pembangunan jembatan baru dan jalan arteri Jatikramat pada tanggal 5 April 2000 oleh Kepala Desa Jatikramat yang menjabat saat itu [6].

Pembangunan jembatan yang baru, besertaan dengan jalan arteri Jatikramat, yang merupakan bekas rel kereta api pada tahun 2000 sampai tahun 2002 dengan menelan dana APBD sebesar Rp19.250.000,00 [7] [8] [9] [10]. Kemudian, Beserta Jalan arteri Jatikramat, Jembatan yang baru yang merupakan bekas jembatan yang lama milik Perusahaan Umum Kereta Api yang telah roboh akibat anjloknya Kereta api angkutan peti kemas no. 7101 pada awal 1996 diresmikan pada tanggal 6 Januari 2002 oleh Menkimpraswil yang menjabat saat itu [11] [12] [13] [14] [15] [16]

Jembatan baru dan Jalan arteri sudah bisa dilalui banyak sepeda motor dan angkutan kota sejak 8 Januari 2002 [17] [18]. Pembangunan 20 halte angkot di Jalan arteri dan dekat Jembatan baru telah dilaksanakan sejak 10 Februari 2002 oleh Walikota Bekasi yang menjabat saat itu [19].

Stasiun kereta api

Stasiun Jatiwarna (dulu Komsen/Komzeen NIS)
Stasiun Jatiwarna
Berkas:Jurnatan1.jpg
Stasiun Jatiwarna tempo dulu, sekitar tahun 1941. Stasiun Jatiwarna kini rata dengan tanah akibat pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta seksi Hankam - Cikunir pada tahun 2006. Dulu stasiun kereta api pernah dilayani warga yang baru datang dari kota-kota di Jawa Barat untuk bekerja di Jatiwarna.
Lokasi
Koordinat6°18′9″S 106°57′9″E / 6.30250°S 106.95250°E / -6.30250; 106.95250
Ketinggian+ 34,3m
Operator
Letak
LayananKRL Jabotabek (rencana dibuka 2018)
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiI/besar[21]
Sejarah
Dibuka2 September 1934
Ditutup10 Januari 2001
ElektrifikasiJuli 2013
Nama sebelumnyaKomzeen NIS
Tanggal penting
Dibuka kembaliJuli 2013
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini


Stasiun Jatiwarna
Continuation backward
Ke Jatimekar
Straight track Unknown route-map component "ENDEg"
Straight track Straight track
Straight track Unknown route-map component "ABZg2" Unknown route-map component "STRc3"
Straight track Unknown route-map component "STR+c1" Unknown route-map component "STR2+4" Unknown route-map component "STRc3"
Straight track Straight track Unknown route-map component "STRc1" Unknown route-map component "STR2+4" Unknown route-map component "STRc3"
Unknown route-map component "RP2q" Unknown route-map component "RP2q" Unknown route-map component "SKRZ-G2BUE" Unknown route-map component "SKRZ-G2BUE" Unknown route-map component "RP2q"
Unknown route-map component "RP2q" + Unknown route-map component "ÜWc1"
Unknown route-map component "RP2q" + Unknown route-map component "-STRl+4"
Unknown route-map component "RP2q" + Unknown route-map component "-STRq"
Unknown route-map component "RP2q" + Unknown route-map component "-CONTfq"
Ke Gudang pupuk PUSRI
Unknown route-map component "vENDEa-" Unknown route-map component "ABZg3" Straight track Unknown route-map component "vENDEa-" Unknown route-map component "vENDEa" Unknown route-map component "v-ENDEa"
Unknown route-map component "STR3+1" + Unknown route-map component "v-STR+1" + Unknown route-map component "vSTR3-"
Unknown route-map component "STR+c3" Unknown route-map component "vSTR-" Unknown route-map component "vSTR" Unknown route-map component "v-STR"
Unknown route-map component "SPLa+1" + Unknown route-map component "vSTR-"
Unknown route-map component "ABZg2" + Unknown route-map component "ÜWc1"
Unknown route-map component "ABZ2+4g" + Unknown route-map component "ÜWc3"
Unknown route-map component "ÜWc3" Unknown route-map component "vSTR-"
Unknown route-map component "STR3+l" + Unknown route-map component "v-STR3"
Unknown route-map component "KINTr"
Turntable
Unknown route-map component "vSTR" Unknown route-map component "v-STR" Unknown route-map component "STR+c1"
Unknown route-map component "ABZ4+2f" + Unknown route-map component "ÜWc1"
Unknown route-map component "ABZ4+2l" + Unknown route-map component "ÜWc3"
Unknown route-map component "STR2+r" + Unknown route-map component "vSTR2-" + Unknown route-map component "ÜWc3"
Unknown route-map component "vSTR-" + Unknown route-map component "vSTR+1-" + Unknown route-map component "ÜWc3"
Unknown route-map component "STRc4"
Unknown route-map component "vSTR" Unknown route-map component "v-STR" Unknown route-map component "STR+BSl" Unknown route-map component "STR+4+c1"
Unknown route-map component "ABZ4+2f" + Unknown route-map component "ÜWc1"
Unknown route-map component "STR2+4+c3" + Unknown route-map component "vSTR2-"
Unknown route-map component "STRc3"
Unknown route-map component "vENDEe" Unknown route-map component "v-STR" Unknown route-map component "STR+BSlr" Unknown route-map component "STR+BSr" Straight track Unknown route-map component "STR+c1"
Unknown route-map component "ABZ4+2f" + Unknown route-map component "ÜWc1"
Unknown route-map component "STR2+4+c3" Unknown route-map component "STRc3"
Unknown route-map component "vENDEe" Unknown route-map component "v-STR" Unknown route-map component "STR+BSlr" Unknown route-map component "STR+BSr" Straight track Unknown route-map component "STR+c1"
Unknown route-map component "ABZ4+2f" + Unknown route-map component "ÜWc1"
Unknown route-map component "STR2+4+c3" Unknown route-map component "STRc3"
Unknown route-map component "vBS-STR" Unknown route-map component "STR+BSlr" Unknown route-map component "STR+BSr" Straight track Straight track Unknown route-map component "STR+c1" Unknown route-map component "STR+4+c1" Unknown route-map component "STR+4"
Unknown route-map component "BS" Unknown route-map component "vBS-STR" Unknown route-map component "STR+BSlr" Unknown route-map component "STR+BSr" Straight track Straight track Straight track Straight track Straight track
Unknown route-map component "BS" + Unknown route-map component "BUILDING"
Unknown route-map component "vBS-STR" + Unknown route-map component "num1r"
Unknown route-map component "STR+BSlr" + Unknown route-map component "num2r"
Unknown route-map component "STR+BSr" + Unknown route-map component "num3r"
Straight track + Unknown route-map component "num4r"
Straight track + Unknown route-map component "num5r"
Straight track Straight track Straight track
Unknown route-map component "BS" Unknown route-map component "vBS-STR" Unknown route-map component "STR+BSlr" Unknown route-map component "STR+BSr" Straight track Straight track Straight track Straight track Straight track
Unknown route-map component "vENDEa" Unknown route-map component "vBS-STR" Unknown route-map component "STR+BSlr" Unknown route-map component "STR+BSr" Straight track Straight track Straight track Straight track Straight track
Unknown route-map component "vSTR" Unknown route-map component "vBS-STR" Unknown route-map component "STR+BSlr" Unknown route-map component "STR+BSr" Straight track Straight track Straight track Straight track Straight track
Unknown route-map component "v-STR" + Unknown route-map component "v-STR3"
Unknown route-map component "STR+BSl" Unknown route-map component "STR+BSr" Unknown route-map component "STR+c2" Unknown route-map component "ABZg3" Straight track Unknown route-map component "STR+c2" Unknown route-map component "STR3"
Unknown route-map component "vSTR" + Unknown route-map component "v-STR+1"
Unknown route-map component "STR+BSl" Unknown route-map component "STR+BSr" Unknown route-map component "ABZg+1" Unknown route-map component "STR+c4" Unknown route-map component "STR+c2" Unknown route-map component "ABZ3+1g" Unknown route-map component "STRc4"
Unknown route-map component "vÜSTl" Unknown route-map component "v-STR2" Unknown route-map component "STR+c3" Unknown route-map component "STR+c2" Unknown route-map component "ABZg3" Straight track Unknown route-map component "ABZg+1" Unknown route-map component "STRc4"
Unknown route-map component "vSTR" Unknown route-map component "STRc1" Unknown route-map component "ABZ3+1g" Unknown route-map component "STR+c4" Straight track Straight track
Unknown route-map component "vENDEer" Unknown route-map component "ABZg+1" Unknown route-map component "STRc4" Unknown route-map component "STR2" Unknown route-map component "STR+c3" Straight track
Unknown route-map component "exBRÜCKE1" + Unknown route-map component "ENDEf"
Small bridge Unknown route-map component "STRc1" Unknown route-map component "ABZ2+4g" Unknown route-map component "STR+c3"
Unknown route-map component "exCONTf" Straight track Unknown route-map component "STRc1" Unknown route-map component "ABZg+4"
Ke Jatiwarnapasar
Straight track
Ke Jatiwarna Trem (BcETM)
Continuation forward
Ke Rawalumbu
Jalur dan percabangan jalur kereta api

Stasiun ini memiliki 13 jalur dan 3 peron. Dulu (sebelum tahun 1990-an), dari Stasiun Jatiwarna terdapat percabangan ke Jonggol (dari jalur 4) dan gudang pupuk PUSRI (dari jalur 8).

Stasiun Jatimekar (dulu Jabung)
Stasiun Jatimekar
Stasiun Jatimekar yang sudah tak terpakai lagi yang dalam pembongkaran/penggusuran akibat pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta seksi Hankam - Cikunir, 2006. Dulu stasiun kereta api pernah dilayani penumpang warga Desa Jabung (sekarang Kelurahan Jatimekar) yang hendak bekerja ke Jakarta, Wanaherang, Cibinong dan Bogor. Foto ini diambil pada tanggal 9 Mei 2016.
Lokasi
Koordinat6°18′9″S 106°57′9″E / 6.30250°S 106.95250°E / -6.30250; 106.95250{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman
Ketinggian+ 35,5m
Operator
Letak
LayananKRL Jabotabek (rencana dibuka 2018)
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
  • JTM/dulu JBG
  • 1313[21]
KlasifikasiI/besar, Stasiun persimpangan[21]
Sejarah
Dibuka1934-1935
Ditutup8 Januari 2001
Nama sebelumnyaJabung/JBG (1965-1989), Djaboeng train station (1947-1965)
Tanggal penting
Dibuka kembaliJuli 2013
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Peringatan: Kunci pengurutan baku "Jatimekar, Stasiun" mengabaikan kunci pengurutan baku "Jatiwarna, Stasiun" sebelumnya.


Bangunan kantor cabang NIS di Jabung (sekarang Jatimekar) pada tahun 1936-1938.

Stasiun Jatimekar atau dahulu bernama Stasiun Jabung (kode: JTM/dahulu JBG, +35,5 m dpl.) merupakan salah satu stasiun kereta api non-aktif yang berada di Jalan Haji Nursid, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiwarna, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat 17422.

Sejarah

Stasiun kereta api ini dibuka pada tahun 1934-1935 oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) untuk menjadi pemberhentian kereta api lokal jurusan Citayam ke Jatikramat pp dan kereta api lokal jurusan Manggarai ke Jatiwarna pp, serta memudahkan pengangkutan pasir dari daerah Jatimekar, dibangun jalur kereta api ke pelabuhan di Tanjung Priok dan Cikarang.

Dengan demikian di wilayah kawedanaan Cibinong terdapat 120 tambang pasir dengan produksi pasir 8.400 ton pada tahun 1941, 90 tambang batu bara dengan produksi batu bara 12.200 ton pada tahun 1941 dan 180 pabrik gula dengan produksi tebu 22.500 tth pada tahun 1941 dan 6.600 km2 kebun tebu yang tersebar di 6 kecamatan, yang memudahkan pengangkutan dengan kereta api menuju Pelabuhan Tanjung Priok untuk diekspor ke eropa.

Saat pembukaannya, jumlah penumpang masih sedikit, yakni 650 orang. Pada tahun 1941, jumlah penumpang yang diangkut kereta api dari Stasiun Jatimekar meningkat mencapai 900 orang dan tahun 1950 meningkat mencapai 1.250 orang [22].

Jalur cabang

Dulu (sampai dengan tahun 1995) stasiun ini memiliki beberapa jalur cabang. Dahulu dari stasiun ini terdapat percabangan ke Stasiun Cakung, Stasiun Tanjung Priok, Kec. Gunung Putri dan Stasiun Nambo. Jalur kereta api ini dibuka pada tahun 1934 oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan Staats Spoorwegen (SS). Namun kini jalur kereta api telah dinonaktifkan akibat dari banjir besar melanda wilayah ini pada pertengahan dekade 1990-an dan Kecelakaan menimpa Lokomotif BB301 yang Dulu dipakai untuk angkutan kereta api penumpang lokal maupun kereta api barang mengangkut semen, pasir dan pupuk ketika masih ditarik lokomotif uap dan lokomotif diesel hidrolik, seperti D301, BB301, BB303, BB304 dan BB306. Nantinya, jalur yang melewati daerah Gunung Putri dan Stasiun Nambo akan diaktifkan kembali pada bulan Juli 2013 dan melayani KRL Jabotabek pada tahun 2018 memakai Stasiun Jatimekar yang baru tepatnya 1,5 km dari Jalan tol JORR menggantikan Stasiun Jabung yang sudah tak terpakai lagi sejak awal dekade 2000-an yang sudah dibongkar akibat pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta seksi Hankam - Cikunir pada tahun 2006.

Dulu dari stasiun ini, pernah ada percabangan ke Tempat pengambilan Pasir Jatimekar. Jalur ini dibuka pada tahun 1934 oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij dengan gauge 1435. Sekarang sudah dinonaktifkan akibat dari Krisis ekonomi sekitar tahun 1997 karena diberi dana bantuan dari IMF dan Lengsernya Soeharto pada tahun 1998.

Jalur cabang trem
Percabangan jalur trem uap TjVSM

Selain itu, dulu (sampai dengan tahun 1997), dari Stasiun kereta api ini, terdapat percabangan ke Stasiun trem milik TjVSM yang berada 1,8 km dari Stasiun kereta api ini. Stasiun trem uap dulunya merupakan titik awal (KM 0) dari perjalanan trem TjVSM dan melayani pemberangkatan penumpang trem uap dengan 600 kalau jika ke Ciangsana, Nambo, Sukaraja, Sirnagalih dan Megamendung.

Trem kota Bekasi

Selain itu juga, dulu (sebelum tahun 1965), di daerah ini pernah dilewati jalur trem listrik dengan gauge 600 dari Stasiun Bekasi menuju Stasiun Pondok Gede melalui Jalan Sultan Agung, Jalan Bintara Raya, Jalan Cikunir Raya, Jalan Jatimekar Raya, Jalan raya Kampung Jedor, Jalan akses Tambang pasir dan Jalan raya Pondok Gede.

Selain itu juga, dulu (sampai dengan tahun 1965) dari stasiun ini terdapat cabang ke Stasiun Jabunglor yang dimiliki BcETM yang letaknya 1,4 km dari stasiun ini. Dari Stasiun kereta api Jabungtambangpasir yang letaknya 2,9 km dari stasiun ini, jalur trem milik BcETM masih berlanjut sampai Pondok Gede hingga berakhir di Pinang Ranti melewati Pondokan (dengan cabang ke Jandalan), Ngadeng, Kampung Dalem, Tinger (dengan cabang ke Bekantan), Welar (dengan cabang ke Bentang Tangan (pabrik gula), Klumpuk, Jatimakmur, Ngandeng, Pondok Gede, Lubang Buaya dengan mengikuti alur jalan raya Pondok Gede.

Galat Lua: unknown error. Galat Lua: unknown error. Galat Lua: unknown error. Galat Lua: unknown error. Galat Lua: unknown error. Galat Lua: unknown error.

Stasiun Jabungtambangpasir
Stasiun Jabung Tambang Pasir
Stasiun Jabungtambangpasir yang sudah dibuka kembali sebagai museum pada tahun 2005, setelah stasiun beserta Rel kereta api dari Stasiun Jabung ditutup akibat dari Krisis moneter sekitar tahun 1997, foto ini diambil pada tanggal 12 Mei 2016. Saat ini, stasiun kereta api diaktifkan kembali untuk stasiun KRL Jabodetabek rute menuju Stasiun Duri, Jakarta Barat melewati Nambo dan Ciangsana untuk memudahkan warga Jatimekar yang hendak bekerja ke Jakarta, Wanaherang, Cibinong, Bogor dan Depok dengan kereta api jika naik mobil terkena kemacetan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta serta diresmikan saat Asian Games 2018 dan lebaran Idul Fitri tahun 2018 nanti.
Lokasi
Koordinat6°18′9″S 106°57′9″E / 6.30250°S 106.95250°E / -6.30250; 106.95250{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman
Ketinggian+ 34,8m
Operator
Letak
Layanan
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Klasifikasi
Sejarah
Dibuka1934-1935
Ditutupakibat dari Krisis ekonomi tahun 1997
Nama sebelumnyaDjaboeng Sandmijn
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya     Stasiun berikutnya
Templat:KRL Jabodetabek lines
under construction
Terminus
Templat:KRL Jabodetabek lines
under construction
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Peringatan: Kunci pengurutan baku "Jabung Tambang Pasir, Stasiun" mengabaikan kunci pengurutan baku "Jatimekar, Stasiun" sebelumnya.


Stasiun Jabungtambangpasir (kode: JBTP, +34,8 m dpl) adalah bekas sebuah tempat pengambilan pasir ke dalam kereta api barang yang ada di Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiwarna, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Mengenai stasiun Jabungtambangpasir

Stasiun ini merupakan stasiun kelas III dan dikhususkan bagi Kereta api barang.

Sebelum ditutup, stasiun ini dikhususkan untuk Kereta api barang, selain di Stasiun Jabung Gudang. Selain ini, tempat menaikturunkan kereta api penumpang, dilakukan di Stasiun Jabung Trem (TjVSM), Stasiun Jabung Lor (BcETM), Halte Jabung Pasar dan Stasiun Jatimekar (dulu Jabung).

Kepala stasiun KA

Kepala Stasiun KA Jabungtambangpasir yang menjabat adalah:

Masa Hindia-Belanda (1934-1942)
  • SUPRONO MAHTINI (Agustus 1934 s.d Desember 1934)
  • SUPRONO MAHTINI (Januari 1935 s.d 1937)
  • LANGGENG JAYADI (1937 s.d 1939)
  • LANGGENG MAHMUDI (1939 s.d Desember 1941)
  • LANGGENG SUTOYO (Januari 1942 s.d Maret 1942)
Masa Jepang (1942-1945)
Masa Kemerdekaan (1945-1946)
Masa RIS (1946-1950)
Masa orde lama (1950-1966)
Masa orde baru (1966-Krisis 1997)
Layanan

Dulu dipakai untuk kereta api barang untuk mengambil dan mengangkut pasir, dari PT Pasir Jatimekar (sekarang Indocement) sampai tahun 1996. Selain itu, kereta api barang juga mengangkut kecap, kayu jati, karet, semen dan pupuk jurusan ke Stasiun Kalimas.

Tempat ini dibuka saat pabrik Pasir Jatimekar pada tahun 1935 (sebagai Sandmijn van Djaboeng) dan memiliki 6 jalur. Sebelum tahun 1965, dari stasiun ini, terdapat jalur lurus menuju Pondok Gede yang dimiliki BcETM.

Kondisi stasiun dan rel

Maka Stasiun Jabungtambangpasir terletak di tengah hutan belantara, rawa-rawa dan di depan tambang pasir, karena stasiun ini khusus untuk Kereta api barang dan maka stasiun ini sangat berada di dekat daerah "jin buang anak".

Jalur kereta api Jabung-Jabungtambangpasir merupakan jalur kereta api yang cukup berbahaya, karena melewati hutan belantara dan rawa-rawa, karena di sini tempat "jin buang anak". Bantalan rel yang dipakai adalah memakai beton (sejak Jabung s.d Kampung Sawah) dan kayu (sejak Kampung Sawah s.d Jabungtambangpasir).

Oleh karena rel KA dan trem listrik ini memiliki panjang 2,7 kilometer dan melewati hutan-hutan belantara, perkebunan, rawa-rawa dan aliran sungai Kali Cakung dengan kelerengan 8-10 % dan kemiringan 150o

Masa kini
1996-1999: Penutupan dan penyusutan lahan tambang pasir

Sekarang, Stasiun Jabungtambangpasir ini sudah ditutup setelah menurunnya jumlah pasir dengan kereta api dan trem akibat dari Krisis keuangan melanda Asia sekitar tahun 1997.

Karena terjadinya Krisis ekonomi dan pembentukan Kota Bekasi (merupakan pemekaran dari Kabupaten Bekasi) tahun 1997, maka lahan tambang pasir menyusut dan beralih fungsi menjadi tempat wisata dan perumahan, maka luas lahan tambang pasir berkurang 45 % dari semula 408 ha menjadi 224,4 ha atau 1,06 % dari luas wilayah Kota Bekasi seluruhnya (21.050 ha (210,5 km2)) pada tahun 1997.

Sebanyak 10 kampung yang berada di 3 kelurahan yang dulunya lahan tambang pasir dengan luas 300 ha (3 km2) telah beralihfungsi, seperti:

  1. Kampung-kampung Pasekan, Bondok, Tepeh Kulon, Tepeh Wetan, Pungitan dan Jabung Kulon Kelurahan Jatimekar dengan luas 150 ha
  2. Kampung-kampung Bonggolan, Jandalan dan Jedor Kelurahan Jatikramat dengan luas 100 ha
  3. Kampung-kampung Kewel Kelurahan Jatibening dengan luas 50 ha
1999-2004: Beralih fungsi

Setelah dibiarkan kosong 2 tahun akibat menurunnya jumlah pasir yang diangkut kereta api dan berkurangnya luas lahan tambang pasir karena Krisis 1997, Kemudian pada tahun 1999, bangunan eks stasiun KA ini telah beralih fungsi menjadi kantor sekretariat Pemilu, kantor pusat PT Kereta Api Daerah Operasi I Jakarta sub-DAOP I.3 Bekasi, serta kantor dinas Pertanian Kota Bekasi.

Kemudian pada tahun 2003, bangunan eks stasiun KA ini telah beralih fungsi menjadi kantor kelurahan Jatimekar dan kantor pos Jatimekar 17422A.

2004-sekarang: Menjadi museum

Kemudian pada akhir tahun 2004, bangunan eks stasiun KA ini telah beralih fungsi menjadi museum KA dan diresmikan oleh wakil presiden RI, Jusuf Kalla, besertaan dengan:

  1. Pertama, di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
  2. Kedua, di Sawahlunto, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat

Galat Lua: unknown error. Galat Lua: unknown error.

Stasiun Jatiluhur Tua
Stasiun Jatiluhur Tua
Berkas:Stasiun Jatiluhur Tua.JPG
Stasiun Jatiluhur yang sedang dibangun. foto ini diambil/dijepret sekitar hari Sabtu sore tanggal 24 Januari 2015
Lokasi
Koordinat6°18′9″S 106°57′9″E / 6.30250°S 106.95250°E / -6.30250; 106.95250{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman
Ketinggian+ 39,6m
Operator
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Sejarah
Dibuka1934-1935
Ditutup11 Januari 1996
Tanggal penting
Dibuka kembaliJuli 2013
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Peringatan: Kunci pengurutan baku "Jatiluhur Tua, Stasiun" mengabaikan kunci pengurutan baku "Jabung Tambang Pasir, Stasiun" sebelumnya.


Stasiun Jatiluhur Tua (kode: JLH, +39,6 m dpl.) merupakan bekas sebuah stasiun kereta api yang ada di Kelurahan Jatiluhur, Kecamatan Jatiwarna, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Layanan

Sebelumnya, tepatnya era 60'an sampai 90'an, stasiun kereta api ini pernah melayani:

  1. Kereta api penumpang, yakni:
    1. Kereta api lokal
    2. KRD
  2. Kereta api barang, berupa muatan:
    1. pasir
    2. semen
    3. pupuk
    4. kecap
    5. kayu jati
    6. karet
    7. gula dari PG. Karangsari
Sejarah

Stasiun ini dibuka pada tahun 29 Juli 1934, saat dibukanya jalur kereta dari Stasiun Ciangsana ke Jatiluhur oleh gubjend Hindia-Belanda yang saat itu, untuk memudahkan angkutan penumpang maupun barang dengan kereta api. Pembangunan jalur ini untuk memudahkan angkutan penumpang dari daerah Jatiluhur untuk bekerja dan bersekolah di Jakarta, Bekasi, Wanaherang, Cibinong dan Depok, serta barang hasil bumi dari daerah Jatiluhur untuk diangkut ke Stasiun Jatikramat Gudang dan Stasiun Wanaherang Gudang untuk selanjutnya diekspor ke luar negeri melalui Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta Utara dan Pelabuhan Cikarang di Bekasi.

Masa kini

Sekarang sudah ditutup pada akibat dari banjir besar melanda wilayah ini pada pertengahan dekade 90'an akibat Sungai Cikeas itu meluap dan mengakibatkan jembatan kereta api di perbatasan desa Jatiluhur (sekarang kelurahan Jatiluhur), kecamatan Jatiwarna, Kabupaten Bekasi (sekarang Kota Bekasi) dengan desa Bojong Kulur, kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor itu roboh sehingga terjadi kecelakaan yakni kereta api barang bermuatan Pasir Jatimekar ditarik oleh lokomotif BB301 jatuh, terjerembab dan terkena luapan Sungai Cikeas sejauh 2,6 km sehingga menewaskan seorang masinis pada tanggal 1 Januari 1996 sore.

Pengaktifan kembali

Pada bulan Juli 2013, Stasiun kereta api beserta jalur kereta api dihidupkan kembali dan mulai dilayani oleh KRL Jabotabek rute Duri-Nambo-Jatimekar serta memakai jalur ganda dan stasiun kereta api baru tepatnya di Kampung Galang, tepatnya 580 m menggantikan stasiun kereta api lama tepatnya di Kampung Jatiluhur Tua yang sudah tak terpakai lagi akibat banjir merendam wilayah ini pada awal tahun 1996 untuk memudahkan pengangkutan penumpang dan barang dari daerah Jatiluhur dan sekitarnya.

Galat Lua: unknown error.

Stasiun Bojongkulur Atas
Stasiun Bojongkulur Atas
Berkas:Stasiun Bojongkulur Atas.JPG
Stasiun Bojongkulur Atas yang sedang dibangun. foto ini diambil/dijepret sekitar hari Sabtu malam tanggal 24 Januari 2015
Lokasi
Koordinat6°18′9″S 106°57′9″E / 6.30250°S 106.95250°E / -6.30250; 106.95250{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman
Ketinggian+ 44,2
Operator
Letak
Layanan
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Sejarah
Dibuka1934-1935
DitutupBelum diketahui (sekitar akhir tahun 1995/awal tahun 1996)
Nama sebelumnyaBodjongkoeloer, Bodjongkoeloer Attes
Tanggal penting
Dibuka kembaliJuli 2013
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Peringatan: Kunci pengurutan baku "Bojongkulur Atas, Stasiun" mengabaikan kunci pengurutan baku "Jatiluhur Tua, Stasiun" sebelumnya.


Stasiun Bojongkulur Atas atau disebut Stasiun Bojongkulur Lama dan Stasiun Bojongkulur atau dahulu disebut Stasiun Bodjongkoeloer (1934-1936) atau Stasiun Bodjongkoeloer Attes (1934-1981) (kode: BJA merupakan bekas sebuah stasiun kereta api yang ada di Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

Sejarah

Stasiun ini dibuka pada tanggal 29 Juli 1934, saat dibukanya jalur kereta api dari Stasiun Ciangsana ke Stasiun Jatiluhur dengan panjang 3,035 km dengan lebar sepur 1.067 mm oleh Gubjend Hindia-Belanda yang saat itu, Bonifacius Cornelis de Jonge, untuk memudahkan pengangkutan para tentara untuk pergi ke daerah Bambu Apus (perbatasan Jakarta dan Kabupaten Bogor) untuk melakukan perang, penumpang untuk berangkat kerja ke Jakarta dan hasil bumi untuk diekspor ke luar negeri melalui Pelabuhan Tanjung Priok dari Bojongkulur.

Di wilayah kawedanaan Cibinong terdapat 28 pabrik gula, 50 tambang pasir dan 169 tambang batu bara untuk memudahkan pengangkutan dengan kereta api ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara untuk diekspor ke luar negeri.

Masa kini
Kepala stasiun

Kepala stasiun kereta api yang menjabat adalah:

Galat Lua: unknown error.

Stasiun Pasaratas
Stasiun Pasar Atas
Berkas:Stasiun Pasaratas.JPG
Stasiun Pasar Atas yang sedang dibangun. foto ini diambil/dijepret sekitar hari Sabtu malam tanggal 24 Januari 2015
Lokasi
Koordinat6°18′9″S 106°57′9″E / 6.30250°S 106.95250°E / -6.30250; 106.95250{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman
Ketinggian+ 117,75
Operator
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Sejarah
Dibuka1934-1935
Ditutup6 Januari 1996
Tanggal penting
Dibuka kembaliJuli 2013
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Peringatan: Kunci pengurutan baku "Pasar Atas, Stasiun" mengabaikan kunci pengurutan baku "Bojongkulur Atas, Stasiun" sebelumnya.


Galat Lua: unknown error.

Bandara Lanud Jatisari

Lapangan Terbang
Jatisari
Berkas:Bandara-halim-perdanakusuma.jpg
Suasana di terminal Bandar Udara Jatisari, 1985
Informasi
JenisTipe Bandara
  • Publik
  • Militer
  • Privat
  • Kargo
PemilikPemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi (1950-1994)
PengelolaPT Angkasa Pura II
MelayaniBekasi
LokasiKelurahan Jatisari, Kecamatan Jatiwarna, Kota Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
Maskapai penghubungtidak ada layanan setelah Pelita Air tak aktif
Ketinggian dpl40 mdpl
Situs web-
Peta
JTS di Jakarta
JTS
JTS
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
kaki m
07/25 10,000 2,000 Aspal

Berita tentang bangunan cagar budaya di Jatiwarna

Prasarana perkeretaapian harus dirawat dan dijaga

   Prasarana perkeretaapian harus dirawat dan dijaga
   * Pemeliharaan harus lengkap
   * Suku cadang prasarana harus dijaga
  JAKARTA, KOMPAS - Menurut dasar hukum SK Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor: 769.30/PEMDA-DKI/IX/1990 tanggal 7 Agustus 1990 tentang Prasarana transportasi, SK Bupati KDH Tk. II Bekasi nomor: 272-274/PEMKAB-DATI-II-BEKASI/SK/X/1990 tanggal 5 Agustus 1990 tentang Prasarana transportasi, Surat Walikotamadya Jakarta Timur nomor: 764-767/PEMKODYA-JAKTIM/IX/1990 tanggal 7 Agustus 1990 tentang Prasarana transportasi, Surat Kepala Perusahaan Jawatan Kereta Api nomor: PJKA/I/90 tanggal 6 Agustus 1990 tentang Prasarana kereta api, Surat Keputusan Kepala Perusahaan Jawatan Kereta Api nomor: 271-KAPERJANKA/SK/VIII/1990 tentang Prasarana perkeretaapian dan SK Menteri Perhubungan nomor: 763-764/DITJEN-KA/X/1990 tentang Prasarana perkeretaapian, maka prasarana perkeretaapian berupa rel, persinyalan, wesel dan stasiun/halte kereta api.
  Di era kepemimpinan Gubernur Soerjadi Soerdirja dan Presiden Soeharto, terjadi hal-hal yang buruk, seperti banjir dan tanah longsor, terutama era PERUMKA serta mengakibatkan prasarana yang buruk, termasuk wesel, rel dan persinyalan (kecuali persinyalan tipe A di Stasiun Jatimekar dan Wonogiri, B1 di Stasiun Ciangsana, Wanaherang, Pasar Minggu dan Nambo, B2 di Stasiun Cibatu, Jonggol Pasar, Cibarusah, Serang Baru, Pondok Bambu, Cakung dan Jatikramat, C di Stasiun Jatiwarna dan Tegal serta D di Stasiun Mesigit, Depok, Citayam, Bojonggede dan Cianjur), karena sinyal bermerek "Alkmaar" mengalami masalah berupa kerusakan di Stasiun Jatikramat akibat error signal 404 setelah terjadi banjir.
  Selain prasarana yang buruk, ada rel yang terendam/ambles, mengakibatkan PERUMKA mengalami kerugian, jalur mati, perjalanan kereta terganggu, mengakibatkan perilaku yang tidak baik/buruk seperti kecelakaan (kecuali kereta yang tercebur sungai yang meluap karena jembatan yang sudah tua dan roboh mengakibatkan masinis terseret arus dan beberapa penumpang luka-luka, serta kereta anjlok, tabrakan antar kereta dan kereta menabrak kendaraan lain), serta kalah bersaing dengan moda transportasi yang lain seperti bus kota.
  Kerusakan ini terjadi saat banjir melanda Desa Jatikramat serta 4 desa lainnya di Kecamatan ini mengakibatkan mati listrik karena kebakaran di Gardu Induk Jatiranggon dan rel mati karena kecelakaan kereta api bermuatan pasir masuk ke dalam Kali Cikeas, kereta api kontainer anjlok dan masuk ke dalam Kali Cakung dan kecelakaan kereta api lokal ditarik lokomotif BB303-28 jurusan Jatiwarna-Cianjur menabrak truk Fuso bermuatan kayu dari Pasuruan, Jawa Timur, bernomor polisi N-2513-K di perlintasan sebidang di Jayakerta RT 03/15, Cibatu, Lemahabang, Bekasi, Jawa Barat, pada tanggal 3 Januari 1996 sore yang mengakibatkan jalur kereta terendam air dan rel mati, masinis kereta api tewas dan sopir truk warga Winongan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur mengalami luka-luka, peristiwa kereta api menabrak kendaraan lain di Perlintasan sebidang Cibatu Lemahabang kedelapan kali akibat rel terendam air, setelah terjadi pada 1987, 1988, 1990, 1992, April 1993, November 1993 dan Februari 1994.
  Inilah sudah 16 kali mobil tertabrak KA, seperti di daerah Tegal dan Wonogiri (Jawa Tengah), Widodaren Ngawi, Nganjuk, Kediri dan Wonokromo Surabaya (Jawa Timur), Lubukpakam Deli Serdang (Sumatera Utara), Padang Panjang, Kuraitaji Pariaman dan Tabing Padang (Sumatera Barat), Prabumulih dan Saungnaga Lahat (Sumatera Selatan) dan Bekri (Lampung) pada Desember 1995 serta 9 kali mobil tertabrak KA, seperti di Perlintasan sebidang Jalan Dewi Sartika Depok Bogor (Jawa Barat), Tanjung Barat, Tebet dan Lenteng Agung (DKI Jakarta), Tegal dan Gubug Grobogan (Jawa Tengah) pada Oktober 1995.
  Prasarana perkeretaapian seperti persinyalan, rel, gerbong, stasiun dan depo lokomotif harus bisa dijaga. Seperti inilah Stasiun Gubug, Stasiun Tanggung dan Stasiun Brumbung harus dirawat dan dibuat kanopi agar biar tidak membuat penumpang basah kuyup.

(Sumber: KOMPAS, 15 Maret 2000, dalam pengubahan)

Transportasi di Jatiwarna

Jangkauan ke Jatiwarna

Pada tahun 1950-an, Kecamatan Jatiwarna waktu itu masih daerah tertinggal atau daerah ramai dan dijangkaui oleh transportasi umum saat itu, yakni bus, kereta api yang ditarik lokomotif uap dan trem listrik. Saat ini, setelah kecamatan Jatiwarna terbentuk pada awal tahun 1990-an, waktu ini daerah yang sangat ramai dan dijangkaui oleh transportasi umum seperti bus, MetroMini dan angkutan kota.

Jalan raya

Jatiwarna dilalui Jalan Tol JORR yang memudahkan akses jalan ke Jakarta Selatan, Jalan Tol Jagorawi, Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Cikunir, Bintara, Cakung, dan Jakarta Utara. Ada pula Jalan Jatisari yang menghubungkan Jatiwarna langsung dengan Jatisampurna, Depok, dan Kab. Bogor dan Jalan Jatimekar yang menghubungkan Jatiwarna langsung dengan Pondok Gede, Makasar, Kramat Jati, dan Jalan Tol Insinyur Wiyoto Wiyono. Jalan lain ada Jalan Swatantra - Jatiwarna yang menghubungkan langsung dengan pusat kota Bekasi dan Jalan Wibawa Mukti 2 yang menghubungkan Jatiwarna langsung dengan Kab. Bogor.

Data statistik Jalan raya

Total panjang jalan raya di Jatiwarna adalah 402,25 km dari total semuanya (menurut data wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi pada tahun 1999) dan 403,30 km dari total semuanya (menurut data wilayah Kotamadya Bekasi pada tahun 2004) dengan perincian:

Kondisi jalan Panjang jalan raya (km) Persentase (%)
Jalan baik 3158,0 km 78,3 %
Jalan sedang 692,5 km 21,0 %
Jalan rusak 1,825 km 0,7 %
TOTAL (2004) +-3700an km 100,00 %
2002 402,90 km 100,00 %
1999 402,25 km 100,00 %
1994 381,80 km 100,00 %

Jalan tol

Jalan tol Lingkar Luar Jakarta
Jalan tol Jatiwarna-Sukabumi
Jalan Tol Jatiwarna-Sukabumi
Berkas:Proyek jalan tol Jatiwarna-Sukabumi.jpg
Tol masih dalam perencanaan, 2007
Panjang64,5 km
Dibangun2007-2008
PengelolaPT Marga Jaya Kabupaten Bogor (Persero) Tbk PT Datuk Arif Sugondo, pengelola asal Sumatera Barat

Pada tahun 2007, sudah dibangun Jalan tol Jatiwarna-Sukabumi dengan jarak 64,5 km yang memudahkan akses jalan ke Ciangsana, Cileungsi, Puncak dan Sukabumi tanpa perlu melewati Jalan Tol Jagorawi.

Jalan tol ini mulai dibangun pada tahun 2007 oleh Pengusaha asal Sumatera Barat, Datuk Arif Sugondo dan diresmikan pada tanggal 25 Mei 2008 jam 10.00 WIB oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Gubernur Jawa Barat, Danny Setiawan.

Fasilitas
Tempat istirahat

Jalan tol ini memiliki 10 tempat peristirahatan, yang masing-masing berada di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi.

Pintu tol
Gerbang km Tujuan
Jatiwarna 0 Jatiwarna, Cawang, Bekasi, Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta, Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Jatiwarna Selatan 2 Jatiwarna, Jatiluhur, Bojong Kulur, Bekasi, Rawalumbu
Jatisari 5 Jatisari, Bojong Kulur
Berkas:Kota Bekasi.jpg
Batas Wilayah Kota Bekasi


Batas Wilayah Kabupaten Bogor
Ciangsana 10,5 Ciangsana, Jalan alternatif Cibubur-Cileungsi, Bojong Kulur, Cileungsi, Jonggol, Cibubur, Nagrak
Nagrak 12 Cileungsi, Jalan alternatif Cibubur-Cileungsi, Nagrak, Jonggol
Cileungsi 15 Cileungsi, Jonggol, Cibinong, Situsari, Taman Wisata Mekarsari
Setu Sari Barat 18 Situsari, Jonggol, Taman Wisata Mekarsari, Cibarusah, Karawang, Purwakarta
Setu Sari Timur 20 Situsari, Jonggol, Cibarusah, Karawang, Cianjur
Jonggol 23 Jonggol, Cibarusah, Cianjur
Singasari 26 Singasari, Weninggalih, Sukamakmur, Cianjur
Jalan Tol Jatiwarna-Sukabumi
Wilayah Kota satelit Cibubur
Batas
Wilayah Kota satelit Cibubur
Jalan Tol Jatiwarna-Sukabumi
Wilayah Puncak
Batas wilayah Puncak
Sukamakmur 30 Sukamakmur, Cariu, Citeureup, Cianjur, Curug Arca, Puncak
Sukawangi 34 Sukawangi, Sukamakmur, Cianjur, Puncak
Megamendung 37,5 Megamendung, Puncak
Cisarua 40 Cisarua, Puncak, Cianjur
Jogjogan 42 Jogjogan, Cisarua, Cianjur, Taman Safari Indonesia
Citeko 45 Citeko, Taman Safari Indonesia
Citeko Selatan 47 Citeko, Taman Safari Indonesia, Taman Nasional Gede Pangrango

Batas Wilayah Kabupaten Bogor

Berkas:Lambang Kabupaten Sukabumi.png
Batas Wilayah Kabupaten Sukabumi
Kadudampit 50 Kadudampit, Undrus Binangun, Kec. Sukabumi
Kadudampit Selatan 52 Kadudampit, Undrus Binangun, Sukabumi
Cisaat 55,5 Cisaat, Kec. Sukabumi, Sukabumi, Stasiun Cisaat

Prasarana transportasi

Terminal Jatiwarna adalah prasarana angkutan umum di kecamatan ini. Dulunya di kecamatan ini pernah dilalui jalur kereta api rute Stasiun Cibitung-Jatiwarna. Namun kini jalur kereta api telah dinonaktifkan sejak dibuka jalur baru yakni melewati Stasiun Tambun pada tanggal 2 September 2000. Pada Jalur kereta api Tanjung Barat-Jatiwarna segmen Jabung Jagalan (km 9+570) - Jatiwarna (km 11+000) dan Jalur kereta api Bekasi-Jatiwarna Jatiwarna (km 0+200) - Pacung Asem (km 1+750), 7 stasiun kereta api dibongkar akibat pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta segmen Hankam - Cikunir pada tahun 2006.

Tepatnya 500 m menjelang Stasiun kereta api Jatiwarna dan 500 m setelah Perlintasan sebidang, terdapat percabangan ke Stasiun Tanjung Barat dan Jonggol dan 600 m setelah Stasiun kereta api Jatiwarna dan 500 m menjelang Perlintasan sebidang, terdapat percabangan ke Stasiun Bekasi. Tepatnya 400 m menjelang Stasiun kereta api Jatimekar (dulu Jabung) dan 400 m setelah Perlintasan sebidang, terdapat percabangan ke Stasiun Nambo dan Kec. Gunung Putri serta 500 m setelah Stasiun kereta api Jatimekar (dulu Jabung), terdapat percabangan ke Stasiun Kranji. Namun kini jalur ini sudah dinonaktifkan akibat dari banjir besar melanda wilayah kecamatan ini dan Kabupaten Bogor sekitar pertengahan dekade 1990an akibat hujan turun yang cukup deras dan Sungai Cikeas meluap mengakibatkan jembatan perbatasan antara Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor itu roboh serta mengakibatkan Lokomotif BB301 ini jatuh ke sungai sehingga masinis bernama Yadi Sukirno kelahiran tanggal 29 April 1925 di daerah Jember, Jawa Timur ini hilang terbawa arus sungai.

Inilah peristiwa terjadi kali ke-9 setelah terjadi kecelakaan lokomotif anjlok di Grobogan (Jawa Tengah), Madiun, Widodaren dan Jember (Jawa Timur), Perbaungan (Sumatera Utara), Lembah Anai, Padang Panjang dan dekat Danau Singkarak (Sumatera Barat) pada tanggal 17 Desember 1995 [23] serta sudah 6 kali mobil dan motor tertabrak kereta api pada tahun 1995, yakni di Tebet, Lenteng Agung, Tanjung Barat dan Jalan Dewi Sartika, Pancoran Mas, Bogor. (Sumber: Media Indonesia, 2 Januari 1996)

Sementara itu jalur kereta api itu sudah dinonaktifkan. Maka diaktifkan pada tahun 2013 mendatang. Pada ruas tersebut adalah rute Jatimekar-Stasiun Nambo, Jatiwarna-Jonggol dan Jatimekar-Stasiun Cakung. Ketiga jalur kereta api tersebut mati total akibat banjir setelah terjadi kecelakaan yang melibatkan Lokomotif BB301 yang kecemplung ke Sungai Cikeas dan terseret luapan sungai sejauh 1,5 km dan mengakibatkan seorang masinis tewas terseret arus saat terjadi banjir merendam wilayah Kecamatan Jatiwarna, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tepatnya di km 4+1/750, perbatasan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor pada hari Senin (1/1/1996) sekitar pukul 16.00 WIB sore hari. (Sumber: Pikiran Rakyat, 2 Januari 1996)

Prasarana transportasi

Terminal Jatiwarna adalah prasarana angkutan umum di kecamatan ini. Dulunya di kecamatan ini pernah dilalui jalur kereta api rute Stasiun Cibitung-Jatiwarna. Jalur kereta api ini dibuka 2 tahun setelah kemerdekaan dan beberapa tahun setelah terjadi Perang Dunia I, yakni pada tahun 1947. Namun kini jalur kereta api telah dinonaktifkan sejak dibuka jalur baru yakni melewati Stasiun Tambun pada tanggal 2 September 2000. Pada Jalur kereta api Tanjung Barat-Jatiwarna segmen Jabung Jagalan (km 9+570) - Jatiwarna (km 11+000) dan Jalur kereta api Bekasi-Jatiwarna Jatiwarna (km 0+200) - Pacung Asem (km 1+750), 7 stasiun kereta api dibongkar akibat pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta segmen Hankam - Cikunir pada tahun 2006.

Tepatnya 500 m menjelang Stasiun kereta api Jatiwarna dan 500 m setelah Perlintasan sebidang, terdapat percabangan ke Stasiun Tanjung Barat [24] dan Jonggol [25] dan 600 m setelah Stasiun kereta api Jatiwarna dan 500 m menjelang Perlintasan sebidang, terdapat percabangan ke Stasiun Bekasi. Tepatnya 400 m menjelang Stasiun kereta api Jatimekar (dulu Jabung) dan 400 m setelah Perlintasan sebidang, terdapat percabangan ke Stasiun kereta api Jatimekar milik Tjikaas Valleien Stoomtram Maatschappij (TjVSM) dengan narrow gauge gauge 600, Stasiun Nambo dan Kec. Gunung Putri serta 500 m setelah Stasiun kereta api Jatimekar (dulu Jabung), terdapat percabangan ke Stasiun Kranji dan balai yasa. Selain itu juga, 300 m setelah Stasiun kereta api Jatimekar (dulu Jabung), terdapat percabangan ke Daerah tambang pasir, Stasiun Jabungtambangpasir dan Pondok Gede. Namun kini jalur ini sudah dinonaktifkan akibat dari banjir besar melanda wilayah kecamatan ini dan Kabupaten Bogor sekitar pertengahan dekade 1990an akibat hujan turun yang cukup deras dan Sungai Cikeas meluap mengakibatkan jembatan perbatasan antara Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor itu roboh serta mengakibatkan Lokomotif BB301 ini jatuh ke sungai sehingga masinis, dua orang awak serta beberapa penumpang hilang terbawa luapan Sungai Cikeas. Saat ini, jalur ini sedang diaktifkan kembali untuk KRL Jabotabek rute Duri-Nambo-Jatimekar.

Dahulu, di Jalur kereta api Nambo-Jabung, diantara Stasiun Jatimekar dengan Stasiun Jatiluhur Tua, terdapat 11 halte/stopplaats, yakni Halte/stopplaats Jabung Kidul, Teparan, Manjah, Manjahkidul, Subah, Rawagantung, Mendok, Kalipisangan, Kawek, Kruwung dan Jatiluhur Pasar. Sekarang ke-11 halte/stopplaats tersebut telah hilang/dinonaktifkan masing-masing sejak pertengahan dekade 1980an (tepatnya tahun 1984-1985) akibat okupansi yang sangat minim [26] dan karena ada pembangunan jalur ganda kereta api. Dahulu pernah melayani Kereta api lokal saat jalur ini masih rel tunggal.

Dahulu, pada jalur yang mengarah ke Jatiwarna, diantara Stasiun Jatimekar dengan Stasiun Jatiwarna, terdapat sebuah halte/stopplaats, yakni Halte/stopplaats Tepus. Sekarang halte/stopplaats tersebut telah dibongkar tanggal 17 Juli 1996 akibat pelebaran jalan dan ditutup pada tahun 1993 akibat minimnya penumpang [27] [27] serta selesainya pembangunan jalur ganda kereta api. Sedangkan, pada jalur yang mengarah ke Tanjung Barat, diantara Stasiun Jatimekar dengan Halte Jabung Pasar terdapat 9 halte/stopplaats, yakni Halte/stopplaats Mayakan, Payangankulon, Payanganwetan, Bedagas, Gabus Ujung, Kalitirem, Babakankidul (sebelum tahun 1994 bernama Halte Tangkeleng), Babakankaler dan Jalan Simpang Bogor. Sekarang ke-9 halte/stopplaats tersebut telah hilang/dinonaktifkan masing-masing hilang/dinonaktifkan masing-masing sejak pertengahan dekade 1990an (tepatnya tahun 1995-1996) akibat okupansi yang sangat minim dan akibat pembentukan Kota Bekasi serta selesainya pembangunan jalur ganda kereta api. Dahulunya, halte ini pernah melayani Kereta api lokal jurusan Jatiwarna-Manggarai dan Kereta api Patas Purwakarta sewaktu Bekasi masih berstatus Kota administratif (Kotif) serta jalur kereta api masih rel tunggal [28] [28].

Dahulu, pada Jalur kereta api Jabung-Cakung, diantara Stasiun Jatimekar dengan Stasiun Jatikramat, terdapat 4 halte/stopplaats, seperti Halte Jabunglor, Halte Kiham, Halte Jembatan Sungai Kepuh dan Halte Jedor. Sekarang ke-4 halte/stopplaats tersebut telah hilang/dinonaktifkan masing-masing sejak akhir dekade 1980an (tepatnya tahun 1989) akibat okupansi yang sangat minim dan karena ada pembangunan jalur ganda kereta api serta perluasan jembatan kereta api Sungai Kali Cakung dari semula 10.000 m2 (1 ha) menjadi 18.000 m2 (1,8 ha) pada tahun 1989 yang mengakibatkan tiga halte kereta api, 11.200 rumah, 180 gedung sekolah dan 1.720 bangunan lainnya dibongkar, dua kampung yakni Kampung Jedor Wetan dan Kampung Gelam dihapuskan serta sebanyak 56.000 jiwa/11.200 KK telah transmigrasi ke Baturaja, di Provinsi Sumatera Selatan [29] [30] [31] [31]. Sebelumnya, stasiun kereta api pernah melayani Kereta api lokal ketika jalur kereta api masih rel tunggal.

Namun, jalur rel Kereta api pada ruas Jabungtambangpasir-Pondok Gede dengan narrow gauge atau gauge 600 telah dibongkar paksa saat Gerakan 30 September pada tahun 1965 untuk keperluan pelebaran jalan pada awal dekade 1990-an. Di tahun 1965, saat Gerakan 30 September, gauge pada jalur rel ini diubah dari semula menggunakan narrow gauge atau lebar sepur 600 menjadi ke 1067.

Oleh karena itu, rel ini diperkecil sampai Stasiun Jabunglor pada tahun 1965 dan Stasiun Jatikramat pada tahun 1989. Sedangkan, jalur pada ruas Jatimekar-Jabungtambangpasir masih tetap aktif untuk Kereta api angkutan pasir yang ditarik lokomotif uap (B25, dll) dan lokomotif diesel hidraulik (D301, BB301, dll) hendak diekspor ke Luar negeri melalui Pelabuhan kapal di Tanjung Priok di Jakarta (via Stasiun Nambo dan Stasiun Cakung) dan Cikarang di Bekasi (via Stasiun Cibitung) sampai ditutup akibat Krisis 1997.

Selain Terminal Jatiwarna, terdapat Terminal Jatikramat yang merupakan Terminal tipe C melayani rute angkutan kota KOASI dan angkutan pedesaan yang menghubungkan Terminal Jatikramat dengan desa-desa di sekitar Pinggir kota Bekasi.

Bangunan hikmat di Jatiwarna

Jembatan Kali Bojongkulur

Kereta api yang sudah tak beroperasi

Kereta api Parahyangan
Kereta api lokal Jabung
Kereta api Jabung Lokal
Berkas:Parahyangan Padalarang PJKA.JPG
Kereta api Jabung Lokal feat D301 berangkat dari stasiun Jabung (sekarang Jatimekar) menuju Manggarai, 1975
Ikhtisar
JenisEkonomi
SistemKereta api lokal ekonomi
StatusTidak beroperasi (karena terjadi banjir tahun 1996 dan nantinya dilalui oleh KRL Jabodetabek
LokasiDaop 1 Jakarta
TerminusStasiun Jabung (sekarang Jatimekar
Stasiun Citayam
Stasiun Depok
Stasiun Manggarai
Stasiun100
Layanan15
Operasi
Dibuka
Ditutup6 Januari 1996
PemilikPT Kereta Api Indonesia
OperatorDaerah Operasi I Jakarta
DepoDepok (DP)
RangkaianB25, D301, BB301, BB303, BB304, CC201
Data teknis
Panjang lintas60 km
Kecepatan operasi15 s.d 30km/jam
Jumlah rute351-356
Peta rute
Kereta api Jabung Lokal/rute

Kereta api lokal Jabung atau disebut Kereta api Feeder Bima adalah kereta api lokal yang melayani rute Stasiun Depok (DP) - Stasiun Jabung (JBG).

Jalur dan perhentian

Kereta api lokal ini dulunya melewati Jalur kereta api Nambo-Jabung sampai ditutup akibat banjir tahun 1996 dan berhenti di stasiun utama, seperti Stasiun Jabung, Stasiun Jatiluhur Tua (tak setiap rangkaian), Stasiun Pasaratas (tak setiap rangkaian), Stasiun Bojongkulur Atas (tak setiap rangkaian), Stasiun Bojongkulur Bawah (tak setiap rangkaian), Stasiun Ciangsana (tak setiap rangkaian), Stasiun Nagrak (tak setiap rangkaian), Stasiun Wanaherang (tak setiap rangkaian), Stasiun Pajang (tak setiap rangkaian), Stasiun Krajan (tak setiap rangkaian), Stasiun Nambo (tak setiap rangkaian), Stasiun Gunung Putri (tak setiap rangkaian), Stasiun Cibinong (tak setiap rangkaian), Stasiun Pondok Rajeg (tak setiap rangkaian), Stasiun Citayam (tak setiap rangkaian) dan Stasiun Depok.

Lokomotif yang ditarik adalah B25 (1956-1962), D301 (1962-1984), BB301/BB303/BB304 (1984-1994) dan CC201 (1994-1996). Selain itu, Kereta api lokal jurusan Depok-Jabung juga berhenti di setiap halte.

Jadwal perjalanan

Jadwal perjalanan KA Lokal Jabung adalah per 1 Maret 1984.

Stasiun KA 351 (Jabung-Depok/Duri) KA 353 (Jabung-Depok/Duri) KA 355 (Jabung-Depok/Duri)
Jabung 05.00 13.20 16.00
Teparan* Ls. Ls. Ls.
Bojongmanjahkidul* Ls. Ls. Ls.
Subah* Ls. Ls. Ls.
Jatiluhur 05.20 13.41 16.20
Jatisari* Ls. Ls. Ls.
Bojongkulur Atas 05.30 13.55 16.33
Nucus 05.34 13.58 16.40
Gobang* Ls. Ls. Ls.
Sumberjaya* Ls. Ls. Ls.
Gang Sinar Atas 05.38 14.03 16.47
Bojongkulur Bawah 05.42 14.08 16.51
Palokan Ilir 05.46 14.14 16.55
Ciangsana 05.50 14.18 16.59
Ciangsana Gudang* Ls. Ls. Ls.
Ciangsana Pasar 05.55 14.22 17.04
Kedondong* Ls. Ls. Ls.
Bakalan* Ls. Ls. Ls.
Palokan Udik 06.02 14.27 17.09
Gempur* Ls. Ls. Ls.
Kramat Panjang 06.06 14.31 17.12
Bungur* Ls. Ls. Ls.
Jangkarburung* Ls. Ls. Ls.
Bodo* Ls Ls Ls
Sukapayak 06.10 14.33 17.16
Nagrak 06.12 14.35 17.18
Bekutung* Ls Ls Ls
Gantang* Ls Ls Ls
Krapyak* Ls Ls Ls
Nurul Fikri 06.16 14.40 17.24
Pengkolan* Ls Ls Ls
Jengkolan* Ls Ls Ls
Cikeas Udik 06.20 14.45 17.28
Mendur* Ls Ls Ls
Junteng* Ls Ls Ls
Kondor* Ls Ls Ls
Cikeas Baru****** Ls Ls Ls
Grembek* Ls Ls Ls
Situ Cikeas* Ls Ls Ls
Wanaherang Pasar 06.26******* Ls Ls
Wanaherang 06.28 14.54 17.36
Wanaherang Selatan 06.30***** ** 14.56***** *** Ls
Mercedes-Benz 06.33***** ** 14.58***** *** Ls
Cabak 06.35***** ** 15.00***** *** Ls
Pajang 06.40***** ** 15.04***** *** Ls
Jajang* Ls Ls Ls
Genderan* Ls Ls Ls
Bokongan* Ls Ls Ls'
Karangraharja* Ls Ls Ls
Krajan 06.44***** ** 15.04***** *** Ls
Genteran* Ls Ls Ls
Karangkandas* Ls Ls Ls
Tegalgenting* Ls Ls Ls
Asemmatang* Ls Ls Ls
Nambo 06.48***** ** 15.09***** *** Ls
Tegalkaung* Ls Ls Ls
Medekan* Ls Ls Ls
Nambopasar* Ls Ls Ls
Bungakan* Ls Ls Ls
Puspanegara 06.52***** ** 15.14***** *** Ls
Gendakan* Ls Ls Ls
Kranggan 06.55***** ** 15.17***** *** Ls
Depok 07.45 15.32 18.20
Angke 10.07 18.22
Ancol 11.40 19.52
Stasiun KA 340 (Ancol-Merak) KA 342 (Ancol-Merak)
Ancol 06.30 13.35
Angke 07.10 14.09
Rangkasbitung 09.20 16.02
Merak 11.18 17.51

Catatan:

  • *) = Telah dinonaktifkan
  • **) = Berhenti (khusus KA no. 351) untuk bersilang dengan KA barang petikemas (TPK-GDB)
  • ***) = Berhenti (khusus KA no. 353) untuk bersilang dengan KA barang petikemas (TPK-GDB)
  • ****) = Berhenti (khusus KA no. 351/353) untuk bersusul dengan KA Parahyangan (BD-GMR)
  • *****) = Berhenti (khusus KA no. 352/354) untuk bersusul dengan KA Bima (GMR-SGU)
  • ******) = Sedang dalam masa pembangunan
  • *******) = Berhenti (khusus KA no. 351) untuk bersusul dengan KA barang angkutan pasir (JTM-KLM)
Sejarah

Kereta api ini diresmikan pada tahun 1956 oleh Presiden RI, Soekarno di Stasiun Ciangsana, bersamaan dengan lori kerja Pabrik Gula Cikeas Udik, dengan ditarik lokomotif uap yakni B25 dengan jumlah 7 gerbong, dengan rute saat itu dari Stasiun Ciangsana menuju Stasiun Jabung (sekarang Jatimekar).

Yang pernah menggunakan kereta api
Kecelakaan yang menimpa kereta api
Berkas:Banjarnegarastasiun.jpg
Inilah eks-Stasiun Jatiluhur Tua yang sudah tak terpakai lagi dan sudah dibongkar pada bulan Desember 2012 setelah terjadi banjir besar serta kecelakaan yang menimpa Lokomotif BB301 pada tanggal 2 Januari 1996 dan kini sudah direlokasi ke yang baru di Kampung Galang dengan nama Stasiun Kampung Galang, yang sedang dibangun dan mulai dipakai oleh KRL Jabotabek rute Duri-Nambo-Jatimekar pada tahun 2018. Foto ini diambil pada hari Sabtu, 24 Januari 2015 jam 16.00 WIB sore. Kini sudah dibangun rumah warga yang baru pada awal bulan Februari 2013 dan sudah diresmikan pada tanggal 16 Desember 2014 oleh lurah Jatiluhur, SUBARDI serta mulai ditempati oleh orang pindahan dari Jakarta pada tanggal 18 Desember 2014.

Kecelakaan lokomotif BB301 di Bojong Kulur, Bogor, Satu Tewas

 Kecelakaan lokomotif BB301 di Bojong Kulur, Bogor, Satu Tewas
 * Akibat jembatan runtuh dan Sungai Cikeas meluap
 * 12 orang luka-luka
 * 1 orang tewas dan 7 orang luka dibawa ke RSUD. Bekasi, 3 orang luka dibawa ke Puskesmas Jatiwarna dan 2 orang luka dibawa ke Puskesmas Jatirasa
 BOGOR (Media): Diduga jembatan ambruk dan Sungai Cikeas meluap, sebuah lokomotif dengan nomor BB301-26 yang menarik 8 rangkaian gerbong bermuatan Pasir Jatimekar (yang telah diambil alih kepada PT Bukit Asam pada tanggal 22 Mei 1990) jatuh ke dalam Sungai Cikeas serta mengakibatkan badan lokomotif terseret luapan Sungai Cikeas dan seorang masinis bernama Yadi Sukirno (70) warga Jalan Manggis no. 25, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan asal Jember, Jawa Timur ini, tewas ditempat setelah terseret arus luapan Sungai Cikeas sejauh 2,6 km. "Jenazah korban yang terseret luapan Sungai Cikeas asal Jalan Manggis nomor 3, Dusun Nanas RW 01/02, Rambipuji, Jember, Jawa Timur sudah dibawa ke RSUD. Bekasi untuk diotopsi", kata seorang warga. Selain itu, 2 orang awak Lokomotif BB301 dan 10 orang penumpang yang berdiri di rangkaian gerbong Kereta api barang yang mengangkut Pasir Jatimekar termasuk diantaranya 4 orang siswa SMA mengalami luka-luka setelah hanyut terseret luapan Sungai Cikeas.
 Peristiwa ini bermula saat masinis bernama Yadi Sukirno (70) membawa lokomotif BB301-26 sejak berangkat dari Tempat pengambilan Pasir Jatimekar (yang telah diambil alih kepada PT Bukit Asam pada tanggal 22 Mei 1990) di Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiwarna, Kabupaten Bekasi. Saat berangkat, hujan tiba-tiba turun deras. Masinis tiba-tiba berbelok ke jalur kereta api arah Nambo, Bogor. Jalur ini lagi tergenang air banjir melanda kecamatan ini. 
 "Saat beberapa kilometer sehabis Stasiun Jatiluhur Tua, ia melewati jembatan rel kereta api tiba-tiba Sungai Cikeas meluap dan jembatan rel kereta api km 4+1/750 ini ambruk dan membuat lokomotif BB301-26 terseret luapan Sungai Cikeas", kata seorang warga ketika melalui MI, Senin (1/1/1996).
 "Kondisi Lokomotif BB301 sangat rusak parah karena terseret arus dan hanyut terkena luapan Sungai Cikeas saat banjir melanda Desa Bojong Kulur pada akhir tahun 1995, 2 jam lagi dievakuasi dan disimpan di daerah Balai Yasa Manggarai, Jakarta Selatan", kata seorang warga ketika melalui MI, Senin (1/1/1996).
 Inilah peristiwa terjadi di saat terakhir kali penggunaan jalur kereta api Nambo - Jatimekar serta kali ke-9 setelah terjadi kecelakaan lokomotif anjlok serta terjerembab ke sungai, danau dan sawah di Grobogan (Jawa Tengah), Madiun, Widodaren dan Jember (Jawa Timur), Perbaungan (Sumatera Utara), Lembah Anai, Padang Panjang dan dekat Danau Singkarak (Sumatera Barat) pada tanggal 17 Desember 1995 [32] serta sudah 6 kali mobil dan motor tertabrak kereta api pada tahun 1995, yakni di Tebet, Lenteng Agung, Tanjung Barat dan Jalan Dewi Sartika, Pancoran Mas, Bogor. (ridwan-sukendar/MI)

(Sumber: Media Indonesia, 2 Januari 1996)

Pengaktifan Jalur kereta api

 Banjir rendam wilayah Jatiwarna
 * Jalur kereta api mati
 * 5 desa mati listrik dan terendam air
 * Lalu lintas di Jalan raya macet
 * Lalu lintas perkeretaapian terganggu
 * Hujan turun cukup deras
 BEKASI, (PR).
 Akibat hujan turun yang cukup deras, Banjir ini kali merendam 
 Sementara itu jalur kereta api itu sudah dinonaktifkan. Maka diaktifkan pada tahun 2013 mendatang. Pada ruas tersebut adalah rute Jatimekar-Stasiun Nambo, Jatiwarna-Jonggol dan Jatimekar-Stasiun Cakung. Ketiga jalur kereta api tersebut mati total akibat banjir setelah terjadi kecelakaan yang melibatkan Lokomotif BB301 yang kecemplung ke Sungai Cikeas dan terseret luapan sungai sejauh 1,5 km dan mengakibatkan seorang masinis tewas terseret arus saat terjadi banjir merendam wilayah Kecamatan Jatiwarna, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tepatnya di km 4+1/750, perbatasan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor pada hari Senin (1/1/1996) sekitar pukul 16.00 WIB sore hari. 

(Sumber: Pikiran Rakyat, 2 Januari 1996)

Pesawat

Kalau untuk angkutan udara bagi warga Kecamatan Jatiwarna, yang dijangkau adalah melalui Bandar Udara Halim Perdanakusuma.

Pesawat diantaranya seperti Citilink, Wings Air, Riau Airlines dan Lion Air. Jurusan masing-masing ke Cirebon, Blora, Dumai, dll.

Prasarana

Lapangan terbang

Dahulu di daerah Jatisari, terdapat lapangan terbang yang dibangun pada tahun 1911-1912 dan dibuka pada tanggal 1 April 1914 dengan jumlah penumpang yang terangkut masih 200-300 orang dan barang yang diangkut 50-100 ton, untuk melayani rute ke kota-kota di pulau Jawa dan Bali.

Terhubung dengan jalur rel kereta api milik NIS saat dibukanya jalur kereta api dari Stasiun Ciangsana ke Stasiun Jatiluhur sepanjang 3,035 km, dengan percabangan dari Halte Jatisari menuju Lapangan terbang Jatisari sepanjang 1,4 km ke arah timur pada tanggal 29 Juli 1934. Pembangunan jalur kereta api cabang ke Bandar udara dari Halte Jatisari untuk memudahkan pengangkutan avtur dari depo Pertamina di daerah Cilincing dan Kablak menuju Lapangan terbang untuk memasok avtur ke pesawat.

Namun, lapangan terbang dan jalur kereta api ke Bandara ditutup sejak tanggal 1 Juni 1994 (9 tahun setelah Halte Jatisari di lintas Nambo-Jabung ditutup (tepatnya tanggal 1 April 1985 akibat minimnya penumpang yang menggunakan jasa kereta api) dan dibongkar pada tahun 1986 karena pembangunan jalur ganda kereta api, antara Jabung-Wanaherang sepanjang 21,5 km) karena prasarana yang buruk dan dialihkan ke Bandara Udara Halim Perdanakusuma.

Maka bekas lapangan udara telah beralih fungsi menjadi tempat anak bermain, lapangan sepakbola dan tempat orang balapan sepeda motor, bekas menara kontrol dibiarkan kosong, telah ditumbuhi pohon-pohon liar dan semak belukar, bekas jalur kereta api cabang ke Lanud Jatisari Bekasi dari Halte Jatisari (sebelum tahun 1982 halte memiliki 6 jalur dengan cabang ke Lanud Jatisari Bekasi (dari jalur 5), bekas halte dan jalur cabang ke Lanud Jatisari masih dilihat dari Kereta api KRL saat menuju Duri) yang masih tersisa (bisa dilihat di Gang Haji Surbandi (sebelum tahun 1982 (berdasarkan PP nomor 48 tahun 1981), bernama Jalan akses Lanud Jatisari) dan Gang Surbudi) serta dicabut akibat pelebaran jalan pada tahun 1995 dan selesai pada tanggal 1 Februari 1996 dan pada tahun 1995 bekas bangunan terminal lapangan udara beralih fungsi menjadi Kantor kelurahan Jatisari dan Kantor pos Jatisari 17426.

Kemudian, pada tahun 1997, karena terjadi Krisis ekonomi, bekas lapangan udara dan landasan pacu telah beralih fungsi menjadi tempat anak bermain, lapangan sepakbola dan tempat orang balapan sepeda motor. Bekas bangunan terminal lapangan udara, menara kontrol dan tempat pengisian avtur dari kereta api kedalam pesawat dibiarkan kosong dan banyak hantu. Kemudian, setelah dibiarkan kosong 2 tahun, pada tahun 1999 bekas bangunan terminal lapangan udara beralih fungsi menjadi kantor sekretariat Pemilu dan kantor dinas Kesehatan Kota Bekasi, pada tahun 2001 bekas bangunan terminal lapangan udara beralih fungsi menjadi kantor Puskesmas Jatisari dan sekolah TK At-Taqwa 09.

Namun, sejak tahun 2004, bekas bangunan terminal lapangan udara diruntuhkan bangunannya dan untuk membangun ruko, Kantor RW 12 dan bangunan gedung sekolah TK Al-Hidayat 08. Namun, bekas jalur rel ke Bandara dari Halte Jatisari sudah tidak kelihatan lagi sejak pelebaran jalan yang dimulai tahun 1995 dan lapangan terbang telah beralih fungsi menjadi tempat anak-anak bermain, lapangan sepakbola dan tempat orang balapan sepeda motor.

Berita mengenai Lanud Jatisari
  Napak tilas LANUD Jatisari (Liputan 6 Pagi SCTV, 8 April 2001)
  LANUD Jatisari kini telah ditutup tahun 1994 dan penerbangan dialihkan ke Bandar Udara Halim Perdana Kusuma, serta jalur kereta api ditutup dan karena pelebaran jalan tahun 1995, bangunan menara kontrol Bandar udara telah dibiarkan kosong, bangunan eks terminal bandara menjadi kantor puskesmas, telah dijadikan tempat bermain anak-anak, tempat balapan sepeda motor dan Lapangan sepakbola.
  LANUD Jatisari dibuka tahun 1914 oleh gubjend Hindia-Belanda yang saat itu, A.W.F. Idenburg dengan nama Vliegveld van Jatisari, yang saat itu masih termasuk dalam Kewedanaan Cibinong. Saat itu jumlah barang dan penumpang yang diangkut pesawat masih sedikit. Pada tahun 1920-an, jumlah penumpang yang diangkut pesawat mencapai 500 orang dan barang yang diangkut pesawat mencapai 250 ton. Pada tahun 1930-an, jumlah penumpang yang diangkut pesawat mencapai 750 orang dan barang yang diangkut pesawat mencapai 500 ton dan telah terhubung dengan jalur kereta api dari Halte Jatisari dan dibuka sejak tahun 1934 oleh gubjend Hindia-Belanda yang saat itu, Bonifacus Cornelis de Jonge.
  Pada tahun 1942, di masa penjajahan Jepang, jumlah penumpang yang diangkut pesawat mencapai 1.000 orang dan barang yang diangkut pesawat mencapai 600 ton. Kemudian, pada tahun 1945, di masa kemerdekaan Indonesia, jumlah penumpang yang diangkut pesawat mencapai 1.200 orang dan barang yang diangkut pesawat mencapai 750 orang.
  "Disini anak-anak mulai bermain sejak tahun 1994, setelah ditutupnya Bandar udara Jatisari serta jalur kereta api ke Bandar udara dari Halte Jatisari.", kata seorang bocah, Alfian (19) warga Gang Haji Surbandi nomor 14, Jatisari, Jatiwarna, Bekasi ketika dihubungi melalui SCTV. "Sekarang ini (sejak tahun 1994) udah tidak ada lagi sarana bandar udara di daerah kelurahan Jatisari dan sekitarnya, lebih baik naik pesawat dari Bandar Udara Halim Perdana Kusuma dibanding Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang lebih jauh", kata seorang bocah, Sunarto (18) warga Gang Haji Surbandi nomor 2, Jatisari, Jatiwarna, Bekasi.

(Sumber: Liputan 6 Pagi SCTV, 8 April 2001)

Angkutan kota dan Bus

Data statistik penumpang

Pada saat Terminal Jatiwarna diresmikan (tahun 1990), Jumlah penumpang yang naik angkot mencapai 70.580 orang dan turun mencapai 27.730 orang dengan total 98.310 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 7.562 mobil angkot. Sedangkan, Jumlah penumpang yang naik bus kota mencapai 45.800 orang dan turun mencapai 9.440 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 921 mobil bus kota.

Pada saat dibangunnya agen bus antarkota (tahun 1994), Jumlah penumpang yang naik angkot dari Terminal Jatiwarna mencapai 98.780 orang dan turun mencapai 37.200 dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 11.332 mobil angkot. Sedangkan, jumlah penumpang yang naik bus kota mencapai 56.000 orang dan bus antarkota mencapai 42.950 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 1.120 mobil bus kota dan 716 mobil bus antarkota. Sedangkan, jumlah penumpang yang turun dari bus kota mencapai 65.800 orang dan bus antarkota mencapai 51.750 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 1.316 mobil bus kota dan 862 mobil bus antarkota.

Pada tahun 1999, Jumlah penumpang yang naik angkot mencapai 178.200 orang dan turun mencapai 56.760 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 19.580 mobil angkot. Sedangkan, jumlah penumpang yang naik bus kota mencapai 62.000 orang dan turun mencapai 69.750 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 2.195 mobil bus kota. Selain itu, jumlah penumpang yang naik bus antarkota mencapai 49.760 orang dan turun mencapai 60.750 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 1.700 mobil bus antarkota.

Pada tahun 2004, Jumlah penumpang yang naik angkot mencapai 205.800 orang dan turun mencapai 64.280 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 20.775 mobil angkot. Sedangkan, jumlah penumpang yang naik bus kota mencapai 69.580 orang dan turun mencapai 72.800 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 2.373 mobil bus kota. Selain itu, jumlah penumpang yang naik bus antarkota mencapai 53.700 orang dan turun mencapai 66.000 orang dengan jumlah kendaraan yang terangkut mencapai 1.995 mobil bus antarkota.

Tahun Jumlah penumpang naik Angkota Kabupaten Bogor (orang) Jumlah penumpang turun dari Angkota Kabupaten Bogor (orang) Jumlah penumpang total Angkota Kabupaten Bogor (orang) Jumlah penumpang naik Angkot KOASI (orang) Jumlah penumpang turun dari Angkot KOASI (orang) Jumlah penumpang total Angkot KOASI (orang) Jumlah penumpang naik Mikrolet (orang) Jumlah penumpang turun dari Mikrolet (orang) Jumlah penumpang total Mikrolet (orang) Jumlah penumpang naik Buskota Metromini (orang) Jumlah penumpang turun dari Buskota Metromini (orang) Jumlah penumpang total Buskota Metromini (orang) Jumlah penumpang naik Buskota Mayasari Bakti (orang) Jumlah penumpang turun dari Buskota Mayasari Bakti (orang) Jumlah penumpang total Buskota Mayasari Bakti (orang) Kapasitas Angkota Kabupaten Bogor (orang) Kapasitas Angkot KOASI (orang) Kapasitas Mikrolet (orang) Kapasitas Buskota Metromini (orang) Kapasitas Buskota Mayasari Bakti (orang) Jumlah kendaraan Angkota Kabupaten Bogor yang terangkut (kendaraan) Jumlah kendaraan Angkot KOASI yang terangkut (kendaraan) Jumlah kendaraan Mikrolet yang terangkut (kendaraan) Jumlah kendaraan Buskota Metromini yang terangkut (kendaraan) Jumlah kendaraan Buskota Mayasari Bakti yang terangkut (kendaraan)
1990 45.690 57.800 103.490 47.800 60.100 107.900 45.000 57.750 102.750 46.800 9.680 56.480 57.200 9.650 66.850 12 13 12 25 60 8.624 8.300 8.563 2.259 1.114
1995 62.890 69.760 132.650 64.750 70.125 134.825 55.000 67.750 122.750 57.760 10.500 68.260 69.460 17.520 84.980 12 12 13 25 65 11.272 11.235 9.442 2.730 1.307
2000 82.980 93.760 176.740 71.750 79.700 151.450 61.760 75.800 137.560 68.000 15.900 83.900 81.250 20.000 101.250 12 12 13 20 65 14.728 12.621 10.588 4.195 1.558
2005 87.750 107.720 195.470 78.790 85.500 164.290 70.000 86.600 156.600 70.000 20.450 90.450 87.260 25.130 112.930 12 13 13 25 65 16.289 12.638 12.038 3.618 1.737
2010 92.500 112.960 205.460 80.660 89.400 170.060 79.450 96.500 175.950 80.000 25.690 105.690 90.000 30.000 120.000 12 13 12 25 60 17.122 13.082 14.663 4.228 2.000
2015 99.000 120.000 219.000 87.460 95.600 183.060 82.000 125.000 207.000 85.800 35.000 120.800 95.000 45.000 140.000 12 12 13 25 65 18.250 15.255 15.923 4.832 2.154

Angkot/Bus

  • Mayasari Bakti AC52A patas ke Tanah Abang (via Komdak - Sudirman - Thamrin - Jatibening - Tol JORR)

Bus antarkota

  • Bus AKAP yang ke Sumatera, di agen depan Villa Jatirasa
 PO-PO diantaranya seperti Kurnia, Medan Jaya, NPM, dan lain-lain. Trayeknya antara lain ke Pekanbaru, Jambi, Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Medan, dll.

Angkutan umum lain

Selain itu, angkutan umum melayani kecamatan ini adalah ojek, becak, taksi, kancil, rakit, bajaj dan angkutan pedesaan.

Angkutan pedesaan

Angkutan pedesaan melayani penumpang di daerah pedesaan, tepatnya daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Angkutan pedesaan menghubungkan Terminal Jatiwarna dengan kampung-kampung sekitar Kecamatan Jatiwarna.

Angkutan pedesaan beroperasi dari jam 05.00 wib sampai jam 19.00 wib. Angkutan ini pada tahun 2004 mencapai 1.580 unit dengan jumlah orang dalam 1 mobil angkutan pedesaan adalah 14 orang dan jumlah penumpang yang terangkut semua 22.120 orang.

Ojek dan Becak

Ojek dan Becak melayani penumpang di wilayah kecamatan ini, melayani penumpang yang berangkat sekolah, kerja di kantor, dll selama 24 jam dengan jumlah sepeda motor ojek sebanyak 45.800 motor ojek (menurut data wilayah Kotamadya Bekasi pada tahun 2004 [33]). Merek motor ojek adalah:

  • Honda Supra
  • Honda Karisma
  • Honda CB100
  • Suzuki Smash
  • Suzuki Win
  • Yamaha Mio

Taksi

Taksi melayani penumpang di wilayah kecamatan ini, melayani penumpang yang berangkat sekolah, kerja di kantor, dll selama 24 jam menggantikan becak yang sedang masalah. Taksi yang melayani Kecamatan Jatiwarna adalah:

  • Blue Bird 021-77182610, 0251-89172651
  • Gamya 021-77186200
  • Putra 021-7781425
  • Express 021-771826190, 0251-816261
  • Kosti Jaya 021-77152619
  • Koperasi Taxi 021-77182651, 0251-8162510

Rakit

Rakit atau getek melayani penumpang di wilayah kecamatan ini, melayani penumpang yang berangkat sekolah, kerja di kantor, dll selama 24 jam.

Rakit atau getek di Kecamatan Jatiwarna, adanya di Sungai Cikeas.

Peristiwa yang sering terjadi

Yang cukup signifikan juga pada tanggal 11 Juni 2015 akibat hujan turun yang cukup deras, 4 kelurahan terendam serta 2 kelurahan diantaranya mengalami pemadaman bergilir selama 2 jam 30 menit, lalu lintas Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta seksi Hankam - Cikunir dan jalan raya di Jatiwarna macet, lalu lintas barang via truk terganggu dan mengakibatkan kecelakaan yang cukup hebat, yakni Truk tronton bermuatan 12,5 ton beras Rojolele asli Cianjur bernopol B 9161 UEU terguling ke pesawahan sejauh 400 m akibat jalan tol arah ke Cikunir yang licin dan mengakibatkan 22 warga Jatimekar dan 3 penumpang truk tewas seketika serta sopir melarikan diri.

Lihat pula

Topik mengenai Jatiwarna

Daftar referensi

  1. ^ wilayah Kampung Jandalan, Situs web Kecamatan Jatiwarna, diupdate tanggal 12 Mei 2016
  2. ^ "Data IMF tahun 1997". IMF. 2006-04-10. Diakses tanggal 2014-07-18. 
  3. ^ Perusahaan kereta api di Bekasi pada masa Hindia-Belanda, Seputar Kota Bekasi, diupdate 11 Juni 2015
  4. ^ Menelusup sejarah perkeretaapian di Bekasi, Situs Web Pemerintah Kota Bekasi, diupdate 11 Juni 2015
  5. ^ Sejarah perkeretaapian di Kota Bekasi dan sekitarnya, Situs Web Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur, diupdate 11 Juni 2015
  6. ^ IN-KOMPAS: Kepala Desa Resmikan Peletakan Batu Pertama Pada Pembangunan Jembatan Dan Jalan Arteri Bekas Rel Kereta Api
  7. ^ KOMPAS 24-09-2000: Pembangunan Jalan Arteri Dan Jembatan Baru Di Jatikramat Menelan Dana APBD Kotamadya Bekasi Sebanyak Rp19.250.000,00, Seputar Kota Bekasi, diupdate 14 Juni 2015
  8. ^ Pembangunan Jembatan Baru dan Jalan Arteri di Jatikramat Menelan Dana Rp19,25 juta, Liputan6, diupdate 14 Juni 2015
  9. ^ IN-KOMPAS: Pembangunan Jalan Arteri Dan Jembatan Baru Di Jatikramat Menelan Dana APBD Rp19,25 Juta
  10. ^ IN-KESRA: Pembangunan Jalan Arteri Dan Jembatan Baru Eks Rel Kereta Api di Jatikramat Telan Dana APBD Rp19.250.000,00
  11. ^ BBC: Minister of Public Works of the Republic of Indonesia inaugurated 10 development projects in Bekasi, including Jatikramat Arterial Road and the new bridge in Jatikramat, a former railroad property of the Railway Company, as well as a double railway line segment Bekasi to Tambun
  12. ^ Memkimpraswil resmikan Jalan arteri dan Jembatan baru di Jatikramat
  13. ^ KOMPAS 06-01-2002: Beserta 8 proyek lain di Bekasi dan pendatangan 19 angkot baru dari Jepang serta menetapkan jalan khusus sepeda motor, Menkimpraswil resmikan Jalan arteri dan Jembatan baru di Jatikramat, Seputar Kota Bekasi, diupdate 15 Juni 2015
  14. ^ IN-LIPUTAN6: Memkimpraswil resmikan Jalan arteri dan Jembatan baru di Jatikramat
  15. ^ IN-KESRA: Memkimpraswil resmikan 30 bangunan baru di Jawa Barat
  16. ^ Memkimpraswil resmikan Jalan arteri dan Jembatan baru di daerah Jatikramat
  17. ^ Jembatan baru dan Jalan arteri Jatikramat sudah bisa dilalui banyak kendaraan
  18. ^ IN-KESRA: Jalan arteri dan Jembatan baru di Jatikramat sudah bisa dilalui kendaraan
  19. ^ Walikota Bekasi bangun dua puluh halte angkutan kota di Jalan Arteri dan Jembatan Baru Jatikramat
  20. ^ a b c d Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  21. ^ a b c d e f g h i Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  22. ^ Djawatan Kereta Api, tt., DAFTAR C, 13a. Ichtisar Angkutan Penumpang jang berangkat dan Kiriman Biasa (dalam ton) jang dikirim dari tiap² setasiun² dan perhentian² D.K.A. di DJAWA dan MADURA semasa tahun² 1950-1951-1952 dan 1953 Eksplotasi BARAT. Hlm. 135.
  23. ^ "Inilah kecelakaan yang misterius di tahun 1995". Merdeka. 2013-12-09. Diakses tanggal 2014-02-14. 
  24. ^ "Telusuri jalur kereta api mati di Jatiwarna". Semboyan35. 2010-01-09. Diakses tanggal 2011-02-10. 
  25. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :1
  26. ^ Keputusan Kepala Perusahaan Jawatan Kereta Api nomor 169.KEP-PJKA/93/X/SK/1981 tentang Penghapusan jalur, stasiun, wesel dan persinyalan kereta api di Pulau Jawa
  27. ^ a b Keputusan Kepala Perusahaan Jawatan Kereta Api nomor 168.KEP-PJKA/94/IX/SK/1991 tentang Perubahan nama Halte menjadi Stasiun kereta api kelas I, II, III dan IV
  28. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :3
  29. ^ Pelebaran jembatan di Jatiwarna (12 Januari 1989), sebanyak 3 halte, 11.200 rumah, 180 gedung sekolah dan 1.720 bangunan lainnya dibongkar, 2 kampung dihapuskan dan 56.000 jiwa pindah rumah
  30. ^ SK Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bekasi no. 116/1991 tentang penyatuan Kampung Jedor Kulon dan Kampung Jedor Wetan menjadi Kampung Jedor, Kampung Jatikramat Kidul dan Kampung Gelam menjadi Kampung Jatikramat Kidul serta pemecahan Kampung Jatikramat Kota menjadi Kampung Jatikramat Kota, Kampung Belang Jaya dan Kampung Belang Sari Desa Jatikramat Kecamatan Pondokgede
  31. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :4
  32. ^ "Inilah kecelakaan yang misterius di tahun 1995". Merdeka. 2013-12-09. Diakses tanggal 2014-02-14. 
  33. ^ "data BPS tahun 2004". BPS Kota Bekasi. 2007-05-18. Diakses tanggal 2011-07-05. 

Templat:Kecamatan yang dilanda Krisis ekonomi 1997