Lompat ke isi

Fertilisasi in vitro: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{DISPLAYTITLE:Fertilisasi ''in vitro''}}
{{DISPLAYTITLE:Fertilisasi ''in vitro''}}
{{ interventions infobox
{{Infobox interventions
| Name = Fertilisasi ''in vitro''
| Name = Fertilisasi ''in vitro''
| Image = Blausen 0060 AssistedReproductiveTechnology.png
| Image =
| Caption = Ilustrasi skematik IVF dengan [[injeksi sperma intrasitoplasmik]].
| Caption =
| ICD10 = {{ICD10PCS|8E0ZXY1|8/E/0/Z/8E0ZXY1}}
| ICD10 =
| ICD9unlinked =
| ICD9unlinked =
| MeshID = D005307
| MeshID = D005307
Baris 10: Baris 10:
| OtherCodes =
| OtherCodes =
}}
}}
'''Fertilisasi ''in vitro''''' atau '''pembuahan ''in vitro''''' ({{lang-en|in vitro fertilisation, IVF}}), atau sering disebut '''bayi tabung''', adalah suatu proses [[pembuahan]] [[sel telur]] oleh [[Spermatozoid|sel sperma]] di luar tubuh sang wanita: ''[[in vitro]]'' ("di dalam gelas kaca"). Proses ini melibatkan pemantauan dan stimulasi proses ovulasi seorang wanita, mengambil suatu [[ovum]] atau sel-sel telur dari [[ovarium]] (indung telur) wanita itu dan membiarkan sperma membuahi sel-sel tersebut di dalam sebuah medium cair di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi ([[zigot]]) dikultur selama 2–6 hari di dalam sebuah medium pertumbuhan dan kemudian dipindahkan ke [[rahim]] wanita yang sama ataupun wanita yang lain, dengan tujuan menciptakan keberhasilan [[kehamilan]].
[[Berkas:Blausen 0583 InVitroFertilization.png|thumb|Skema fertilisasi in vitro]]
'''Bayi tabung''' atau '''pembuahan in vitro''' ([[bahasa Inggris]]: ''in vitro fertilisation'') adalah sebuah teknik [[pembuahan]] di mana [[sel telur]] (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari [[ovarium]] dan pembuahan oleh [[sel sperma]] dalam sebuah medium cair.


Teknik-teknik IVF dapat digunakan dalam berbagai jenis situasi, dan merupakan salah satu teknik dalam [[teknologi reproduksi dengan bantuan]] untuk penanganan [[infertilitas]]. Teknik-teknik IVF juga digunakan dalam [[surogasi]] kehamilan, yang dalam kasus ini sel telur yang telah dibuahi ditanam di dalam rahim 'titipan' wanita lain sehingga anak yang dilahirkan secara genetik tidak terkait dengan wanita tersebut. Dalam beberapa situasi, sel-sel sperma atau sel-sel telur donasi dapat digunakan. Sejumlah negara melarang atau sebaliknya melakukan regulasi ketersediaan pengerjaan IVF sehingga menimbulkan [[wisata fertilitas]]. Pembatasan atas ketersediaan IVF misalnya karena biaya dan usia untuk menghasilkan suatu kehamilan yang sehat dalam jangka waktu normal. Karena biaya prosedur ini, IVF kebanyakan diupayakan hanya setelah pilihan lain yang lebih murah telah gagal.
Teknologi ini dirintis oleh P.C Steptoe dan R.G Edwards pada tahun 1977.


Kelahiran seorang "bayi tabung" pertama yang berhasil, yaitu [[Louise Brown]], terjadi pada tahun 1978. Louise Brown dilahirkan sebagai hasil dari siklus alami IVF tanpa stimulasi. [[Robert G. Edwards]] mendapat penghargaan [[Nobel Fisiologi atau Kedokteran]] pada tahun 2010, fisiolog yang terlibat dalam pengembangan proses ini bersama dengan [[Patrick Steptoe]]; Steptoe tidak memenuhi syarat untuk dipertimbangkan karena Penghargaan Nobel tidak diberikan secara anumerta.<ref>{{en}} {{cite news
== Proses Bayi Tabung ==
| title = World's first test-tube baby Louise Brown has a child of her own
| url = http://www.independent.co.uk/life-style/health-and-families/health-news/worlds-first-testtube-baby-louise-brown-has-a-child-of-her-own-432080.html
| publisher = ''Independent''
| accessdate = 21 May 2010
| quote = The 28-year-old, whose pioneering conception by in-vitro fertilisation made her famous around the world. The fertility specialists Patrick Steptoe and [[Robert Geoffrey Edwards|Bob Edwards]] became the first to successfully carry out IVF by extracting an egg, impregnating it with sperm and planting the resulting embryo back into the mother
| location=London
| first=Cole
| last=Moreton
| date=14 January 2007}}</ref> Dengan [[donasi sel telur]] dan IVF, wanita yang melewati masa reproduktifnya atau telah mengalami [[menopause]] masih dapat hamil. [[Adriana Iliescu]] sempat memegang rekor sebagai wanita tertua yang melahirkan dengan menggunakan IVF dan sel telur dari donasi, ketika ia melahirkan pada tahun 2004 di usianya yang ke-66 tahun, sebelum rekornya terlampaui pada tahun 2006. Setelah menggunakan IVF, dikatakan bahwa banyak pasangan dapat hamil tanpa perawatan kesuburan.<ref>{{en}} {{Cite news|title = After IVF, some couples get pregnant without help|url = http://www.reuters.com/article/2012/05/03/us-after-ivf-pregnant-idUSBRE84212L20120503|newspaper = Reuters|date = 2012-05-03|access-date = 2015-11-05}}</ref> Pada tahun 2012, diperkirakan bahwa lima juta anak telah lahir di seluruh dunia menggunakan IVF dan teknik reproduksi berbantu lainnya.<ref>{{en}} {{Cite journal|last=Adamson|first=G.D.|last2=Tabangin|first2=M.|last3=Macaluso|first3=M.|last4=Mouzon|first4=J. de|title=The number of babies born globally after treatment with the assisted reproductive technologies (ART)|url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0015028213025867|journal=Fertility and Sterility|volume=100|issue=3|doi=10.1016/j.fertnstert.2013.07.1807}}</ref>



== Proses ==
{{unreferenced section|date=1 Desember 2016}}
Pasangan menikah yang dalam waktu tertentu belum juga mendapatkan keturunan, banyak menjadikan bayi tabung sebagai solusi. Program pembuahan dalam tabung ini memang membawa harapan bagi mereka yang mengalami masalah kesuburan. Namun tidak semua orang paham mengenai bayi tabung dan bagaimana proses bayi tabung tersebut.
Pasangan menikah yang dalam waktu tertentu belum juga mendapatkan keturunan, banyak menjadikan bayi tabung sebagai solusi. Program pembuahan dalam tabung ini memang membawa harapan bagi mereka yang mengalami masalah kesuburan. Namun tidak semua orang paham mengenai bayi tabung dan bagaimana proses bayi tabung tersebut.


Baris 33: Baris 44:
Baru kemudian proses bayi tabung memasuki fase luteal untuk mempertahankan dinding Rahim dengan memberikan Progesterone. Biasanya dokter akan memberi obat selama 15 hari pertama untuk mempertahankan dinding rahim ibu agar terjadi kehamilan. Proses terakhir adalah melakukan pemeriksaan apakah telah terjadi kehamilan atau belum, baik dengan pemeriksaan darah maupun USG.
Baru kemudian proses bayi tabung memasuki fase luteal untuk mempertahankan dinding Rahim dengan memberikan Progesterone. Biasanya dokter akan memberi obat selama 15 hari pertama untuk mempertahankan dinding rahim ibu agar terjadi kehamilan. Proses terakhir adalah melakukan pemeriksaan apakah telah terjadi kehamilan atau belum, baik dengan pemeriksaan darah maupun USG.


== Sejarah ==
== Klinik Bayi Tabung di Indonesia ==
{{Main article|Sejarah fertilisasi in vitro}}


Pada tahun 1977, Steptoe dan Edwards berhasil melakukan suatu fertilisasi rintisan yang menyebabkan kelahiran bayi pertama yang dikandung menggunakan metode IVF, yaitu [[Louise Brown]] pada tanggal 25 Juli 1978, di [[Rumah Sakit Royal Oldham |Rumah Sakit Oldham General]], Greater Manchester, Britania Raya.<ref>{{en}} {{Cite news | title = 1978: First 'test tube baby' born | url = http://news.bbc.co.uk/onthisday/hi/dates/stories/july/25/newsid_2499000/2499411.stm | work = BBC | accessdate =13 June 2009 | quote = The birth of the world's first "test tube baby" has been announced in Manchester (England). Louise Brown was born shortly before midnight in Oldham and District General Hospital | date=25 July 1978}}</ref><ref>{{en}} {{Cite news | title = World's first test-tube baby Louise Brown has a child of her own | url = http://www.independent.co.uk/life-style/health-and-families/health-news/worlds-first-testtube-baby-louise-brown-has-a-child-of-her-own-432080.html |work=The Independent | accessdate =5 May 2010
| quote = The 28-year-old, whose pioneering conception by in-vitro fertilisation made her famous around the world.. The fertility specialists [[Patrick Steptoe]] and [[Robert Geoffrey Edwards|Bob Edwards]] became the first to successfully carry out IVF by extracting an egg, impregnating it with sperm and planting the resulting embryo back into the mother | location=London | first=Cole | last=Moreton | date=14 January 2007}}</ref><ref>{{en}} Schulman, Joseph D. (2010) ''Robert G. Edwards&nbsp;– A Personal Viewpoint'', CreateSpace Independent Publishing Platform, ISBN 1456320750.</ref>

Kelahiran sukses bayi tabung yang kedua terjadi di [[India]] hanya berselang 67 hari setelah Louise Brown lahir.<ref>{{en}} [http://blogs.sciencemag.org/sciencecareers/2011/01/the-award-of-th.html Is an "Indian Crab Syndrome" Impeding Indian Science?] ''sciencemag.org''. Retrieved 20 August 2013</ref> Bayi perempuan itu, bernama Durga, dikandung ''in vitro'' menggunakan metode-metodenya [[Subhash Mukhopadhyay (dokter)|Subhash Mukhopadhyay]], seorang dokter dan peneliti dari [[Kolkata]].

== Etika ==

=== Kesalahan pencampuran ===
Dalam sejumlah kasus, terjadi kesalahan pencampuran ([[sel gamet]] yang salah diidentifikasi, pemindahan embrio yang salah) di laboratorium, yang menyebabkan tindakan hukum terhadap penyedia layanan IVF dan gugatan-gugatan terkait keayahan yang kompleks. Contohnya adalah kasus seorang wanita di California yang menerima embrio pasangan lain dan baru diberitahu tentang kesalahan ini setelah kelahiran putranya.<ref>{{en}} {{Cite journal| author=Ayers C | title=Mother wins $1m for IVF mix-up but may lose son| journal = Timesonline | year=2004 | url=http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/article465773.ece }}</ref> Hal ini menyebabkan banyak otoritas dan klinik individual menerapkan prosedur-prosedur untuk meminimalkan risiko semacam itu. Otoritas Embriologi dan Fertilisasi Manusia di Britania Raya misalnya, mensyaratkan klinik-klinik untuk menggunakan sistem kesaksian ganda, identitas spesimen diperiksa oleh dua orang di setiap titik pemindahan spesimen. Alternatifnya, solusi-solusi teknologi lebih disukai, untuk mengurangi biaya manual tenaga kerja dalam sistem kesaksian ganda, dan untuk mengurangi risiko dengan penggunaan tag [[RFID]] bernomor yang dapat diidentifikasi oleh pembaca yang terhubung ke komputer. Komputer tersebut melacak spesimen di seluruh proses dan memperingatkan embriolog jika spesimen yang tidak cocok teridentifikasi. Meskipun penggunaan pelacakan RFID telah meluas di Amerika Serikat,<ref>{{en}} {{cite web|title=Reproductive Clinic Uses RFID to Guarantee Parental Identity|url=http://www.rfidjournal.com/articles/view?3683|author=Swedberg, Claire |date=15 October 2007|work=RFID Journal}}</ref> hal ini masih belum diterapkan secara luas. Bagaimanapun, dalam kasus-kasus lain bukan terjadi kesalahan pencampuran embrio atau sel gamet, tetapi penggunaan secara sengaja embrio dari pasangan lain atau donor sel gamet, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya: baik reseptor maupun donor. Beberapa kasus semacam ini dibawa ke proses hukum dan peradilan.{{citation needed|date=Maret 2016}}

=== Skrining atau diagnosis genetik praimplantasi ===
Kekhawatiran lainnya yaitu bahwa orang akan menyaring sifat tertentu, menggunakan [[diagnosis genetik praimplantasi]] (PGD) atau skrining genetik praimplantasi. Sebagai contoh, satu pasangan tunarungu dari Britania, Tom dan Paula Lichy, mengajukan petisi untuk menciptakan seorang bayi tuli menggunakan IVF.<ref>{{en}} {{Cite news|last=Lawson|first=Dominic|title=Of course a deaf couple want a deaf child|work=The Independent |date=11 March 2008|url=http://www.independent.co.uk/opinion/commentators/dominic-lawson/dominic-lawson-of-course-a-deaf-couple-want-a-deaf-child-794001.html|accessdate=Nov 12, 2009 | location=London}}</ref> Sejumlah [[bioetika|etikawan medis]] sangat kritis terhadap hal ini. [[Jacob M. Appel]] menulis bahwa, "dengan sengaja memusnahkan embrio yang buta atau tuli mungkin mencegah cukup banyak penderitaan di masa depan, sementara suatu kebijakan yang memungkinkan orang tua tuli ataupun buta untuk memilih sifat-sifat yang sama secara sengaja akan jauh lebih merepotkan."<ref>{{en}} Appel, Jacob (12 March 2009). More 'designer' options. ''The Winnipeg Sun''</ref>

Konsep yang dengan tegas mengubah gen ini telah menciptakan konsep [[bayi desainer|Bayi Desainer]]. Saat ini, PGD dapat mengubah beberapa atribut fisik dan kesehatan; proyeksi kekuatan masa depan PGD dalam kemampuannya untuk menciptakan manusia yang ideal telah menimbulkan banyak masalah etika. Proyeksi dampak-dampak sosial misalnya pengubahan dunia atletik, penciptaan senjata manusia, dan pertukaran otonomi atas kehidupan seseorang karena praseleksi.<ref>{{en}} Sandel, Michael (2004) ''The Case Against Perfection'', ''Atlantic Monthly'', 293(3), 51-62.</ref> Selain itu, dengan pandangan yang sangat terbatas akan masa depan, sulit untuk mengubah suatu susunan genetik manusia tanpa mengetahui dampak sepenuhnya. Sebagai contoh, melalui terapi gen, suatu laboratorium mampu membuat tikus mengalami penurunan berat badan, tetapi efek jangka panjang manipulasi gen tersebut menyebabkan gangguan produksi toksin dan terlalu banyak penurunan berat badan.<ref>{{en}} Ahima, R.S. (2003) "Obesity gene therapy: slimming immature rats", ''Gene Therapy'', 10:196–197.</ref>

=== Otonomi dan kepemilikan jaringan ===
Bagi mereka yang meyakini bahwa kehidupan manusia dimulai sejak saat pembuahan, keyakinan ini juga mengungkapkan bahwa hak asasi manusia telah diberikan pada saat itu. Apabila hak asasi manusia telah ada dalam tahap embrionik ini, maka terdapat tambahan isu etika yang timbul dari proses manipulasi embrio di dalam ranah kepemilikan [[jaringan]]. Dalam jangka panjang, jika ditanamkan atau diimplantasikan ke dalam seorang wanita dan lahir, embrio tersebut menjadi seorang dewasa dan harus hidup dengan modifikasi genetik yang dipilih baginya melalui proses IVF. Dalam keadaan selulernya, tidak mungkin ia memberikan persetujuan kehendak untuk tindakan manipulasi gen. Hal ini menyebabkan pengambilan keputusan dilakukan oleh orang tuanya. Kepemilikan orang tua, yang dianggap sah, atas embrio hanya dalam jangka waktu singkat dan berarti bahwa mereka memegang kendali atas masa depan biologis sang embrio. Persetujuan kehendak atas kepemilikan jaringan telah menjadi isu selama puluhan tahun dan dapat berdampak hukum. Dalam kasus [[Henrietta Lacks]], para peneliti tidak memiliki persetujuan pasien untuk menggunakan jaringannya dalam penelitian genetik, dan hal ini menyebabkan banyak masalah hukum seputar hak keluarganya untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan sel-selnya.<ref>{{en}} Skloot, Rebecca. (2010). ''The Immortal Life of Henrietta Lacks.'' New York: Crown.</ref> <!--

===Profit desire of the industry===
Many people do not oppose the IVF practice itself (i.e. the creating of a pregnancy through "artificial" ways) but are highly critical of the current state of the present day industry. Such individuals argue that the industry has now become a multibillion-dollar industry, which is widely unregulated and prone to serious abuses in the desire of practitioners to obtain profit. For instance, in 2008, a California physician transferred 12 embryos to a woman who gave birth to octuplets (see [[Suleman octuplets]]). This has made international news, and had led to accusations that many doctors are willing to seriously endanger the health and even life of women in order to gain money. Robert Winston, professor of fertility studies at Imperial College London, had called the industry "corrupt" and "greedy" saying that "One of the major problems facing us in healthcare is that IVF has become a massive commercial industry," and that "What has happened, of course, is that money is corrupting this whole technology", and accused authorities of failing to protect couples from exploitation "The regulatory authority has done a consistently bad job. It's not prevented the exploitation of women, it's not put out very good information to couples, it's not limited the number of unscientific treatments people have access to".<ref>{{cite news| url=http://www.guardian.co.uk/science/2007/may/31/medicineandhealth.health | location= London | work = The Guardian | first=Alok | last=Jha | title=Winston: IVF clinics corrupt and greedy | date= 31 May 2007}}</ref> The IVF industry can thus be seen as an example of what social scientists are describing as an increasing trend towards a market-driven construction of health, medicine and the human body.<ref>Dumit, J. (2012) Drugs for Life: How Pharmaceutical Companies Define Our Health. Duke University Press: Durham</ref>

As the science progresses, the industry is further driven by money in that researchers and innovators enter into the fight over patents and intellectual property rights. The [[Copyright Clause]] in the US Constitution protects innovator’s rights to their respective work in attempts to promote scientific progress. Essentially, this lawful protection gives incentive to the innovators by providing them a temporary monopoly over their respective work. In the IVF industry, already incredibly expensive for patients, patents risk even higher prices for the patients to receive the procedure as they have to also cover the costs of protected works. For example, company 23andMe has patented a process used to calculate probability of gene inheritance.<ref>DeFrancesco, L. (2014). [http://www.nature.com/nbt/journal/v32/n1/full/nbt0114-8.html 23andMe's designer baby patent.] Nature biotechnology, 32(1), 8-8.</ref> While this innovation could help many, the company retains sole right to administer it and thus does not have economic competition. Lack of economic competition leads to higher prices of products.

The industry has been accused of making unscientific claims, and distorting facts relating to infertility, in particular through widely exaggerated claims about how common infertility is in society, in an attempt to get as many couples as possible and as soon as possible to try treatments (rather than trying to conceive naturally for a longer time). This risks removing infertility from its social context and reducing the experience to a simple biological malfunction, which not only ''can'' be treated through bio-medical procedures, but ''should'' be treated by them.<ref>Dietrich, H (1986, May). "IVF: what can we do?" Paper presented to the Liberation or Loss? conference, Canberra.</ref><ref name="pmid11649236">{{cite journal | author = Warren MA | title = IVF and women's interests: an analysis of feminist concerns | journal = Bioethics | volume = 2 | issue = 1 | pages = 37–57 | year = 1988 | pmid = 11649236 | doi = 10.1111/j.1467-8519.1988.tb00034.x }}</ref> Indeed, there are serious concerns about the overuse of treatments, for instance Dr Sami David, a fertility specialist and one of the pioneers of the early days of the IVF treatments, has expressed disappointment over the current state of the industry, and said many procedures are unnecessary; he said: "It's being the first choice of treatment rather than the last choice. When it was first opening up in late 1970s, early 80s, it was meant to be the last resort. Now it's a first resort. I think that's an injustice to women. I also think it can harm women in the long run."<ref>{{cite news| date = 2009-08-12 | url = http://www.cbsnews.com/stories/2009/08/12/earlyshow/health/main5236035.shtml | work=CBS News | title= Is In Vitro Fertilization Being Overused?}}</ref> IVF thus raises ethical issues concerning the abuse of bio-medical facts to ‘sell’ corrective procedures and treatments for conditions that deviate from a constructed ideal of the ‘healthy’ or ‘normal’ body i.e., fertile females and males with reproductive systems capable of co-producing offspring.

===Pregnancy past menopause===
Although menopause is a natural barrier to further conception, IVF has allowed women to be pregnant in their fifties and sixties. Women whose uteruses have been appropriately prepared receive embryos that originated from an egg of an egg donor. Therefore, although these women do not have a genetic link with the child, they have an emotional link through pregnancy and childbirth. In many cases the genetic father of the child is the woman's partner. Even after menopause the uterus is fully capable of carrying out a pregnancy.<ref>{{cite journal | author = Parks JA | title = A closer look at reproductive technology and postmenopausal motherhood | journal = CMAJ | volume = 154 | issue = 8 | pages = 1189–91 | year = 1996 | pmid = 8612255 | pmc = 1487687 }}</ref>

Allowing women to get pregnant past the natural time can factor into issues of overpopulation. Through the PGD, children born through IVF would credibly have higher life expectancy rates due to eliminated diseases. So increasing the amount of women who are able to bear children increases the population growth rate, while PGD in IVF decreases the death rate, resulting in an increasing population.

===Same-sex couples, single and unmarried parents===
{{See also|Donor conceived person}}
A 2009 statement from the [[American Society for Reproductive Medicine|ASRM]] found no persuasive evidence that children are harmed or disadvantaged solely by being raised by single parents, unmarried parents, or homosexual parents. It did not support restricting access to assisted reproductive technologies on the basis of a prospective parent's marital status or sexual orientation.<ref name=asrm2009>{{cite journal | author = The Ethics Committee of the American Society for Reproductive Medicine | title = Access to fertility treatment by gays, lesbians, and unmarried persons | journal = Fertil. Steril. | volume = 92 | issue = 4 | pages = 1190–3 | year = 2009 | pmid = 19732884 | doi = 10.1016/j.fertnstert.2009.07.977 }}</ref>

Ethical concerns include reproductive rights, the welfare of offspring, nondiscrimination against unmarried individuals, homosexual, and professional autonomy.<ref name=asrm2009/>

A recent controversy in California focused on the question of whether physicians opposed to same-sex relationships should be required to perform IVF for a lesbian couple. Guadalupe T. Benitez, a lesbian medical assistant from San Diego, sued doctors Christine Brody and Douglas Fenton of the North Coast Women's Care Medical Group after Brody told her that she had "religious-based objections to treating her and homosexuals in general to help them conceive children by artificial insemination," and Fenton refused to authorise a refill of her prescription for the fertility drug Clomid on the same grounds.<ref>{{cite journal | author = Appel JM | title = May doctors refuse infertility treatments to gay patients? | journal = Hastings Cent Rep | volume = 36 | issue = 4 | pages = 20–1 | year = 2006 | pmid = 16898357 | doi = 10.1353/hcr.2006.0053 }}</ref><ref>Dolan, M. (29 May 2008) [http://www.latimes.com/news/local/la-me-doctor29-2008may29,0,592068.story "State high court may give gays another victory"]. ''Los Angeles Times''.</ref> The California Medical Association had initially sided with Brody and Fenton, but the case, [[North Coast Women's Care Medical Group v. Superior Court]], was decided unanimously by the California State Supreme Court in favour of Benitez on 19 August 2008.<ref>Goldstein, Jacob (19 August 2008) [http://blogs.wsj.com/health/2008/08/19/california-doctors-cant-refuse-care-to-gays-on-religious-grounds/ California Doctors Can’t Refuse Care to Gays on Religious Grounds]. Wall Street Journal.</ref><ref name="Bob Egelko 2008">Egelko, Bob (19 August 2008), "Bob Doctors can't use bias to deny gays treatment", ''San Francisco Chronicle''.</ref>

[[Nadya Suleman]] came to international attention after having twelve embryos implanted, eight of which survived, resulting in eight newborns being added to her existing six-child family. The Medical Board of California sought to have fertility doctor Michael Kamrava, who treated Suleman, stripped of his licence. State officials allege that performing Suleman's procedure is evidence of unreasonable judgment, substandard care, and a lack of concern for the eight children she would conceive and the six she was already struggling to raise. On 1 June 2011 the Medical Board issued a ruling that Kamrava's medical licence be revoked effective 1 July 2011.<ref>{{cite news|url=http://www.boston.com/news/nation/articles/2010/10/25/license_hearing_for_octomom_doctor_resumes_in_la/|author=Mohajer, Shaya Tayefe |title=License hearing for Octomom doctor resumes in LA |agency=Associated Press|date=25 October 2010}}</ref><ref>{{cite web|last=Breuer |first=Howard |url=http://www.people.com/people/article/0,,20436389,00.html |title=Octomom's Doctor Tearfully Apologizes, Admits Mistake |work=People |date=22 October 2010 |accessdate=22 May 2012}}</ref>
<ref>{{cite web |url=http://documents.latimes.com/michael-kamrava-disciplinary-decision/ |title=Michael Kamrava’s medical license revoked|date=1 June 2011 |work=Los Angeles Times }}</ref>

===Anonymous donors===
{{Further information|Donor conceived person}}
Some children conceived by IVF using anonymous [[Gamete donation (disambiguation)|donors]] report being troubled over not knowing about their donor parent as well any genetic relatives they may have and their family history.<ref name="donor conceived NW">{{cite web|title=Donor-Conceived and Out of the Closet|url=http://www.thedailybeast.com/newsweek/2011/02/25/donor-conceived-and-out-of-the-closet.html#|last=Rafferty|first=Alessandra|work=Newsweek|date=25 February 2012}}</ref><ref name="IVF donor NPR">{{cite web|title=‘My Daddy's Name is Donor’|url=http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=129233185|date=16 August 2010|work=NPR}}</ref>

Alana Stewart, who was conceived using donor sperm, began an online forum for donor children called AnonymousUS in 2010. The forum welcomes the viewpoints of anyone involved in the IVF process.<ref name="AnonymousUS CT">{{cite web|last=Scheller|first=Christine A.|title=The Untold Story of Donor-Conceived Children|url=http://blog.christianitytoday.com/women/2011/01/the_untold_story_of_spermdonor.html|work=Christianity Today}}</ref> Olivia Pratten, a donor-conceived Canadian, sued the province of British Columbia for access to records on her donor father's identity in 2008.<ref name="BC Canada ruling"/> "I’m not a treatment, I’m a person, and those records belong to me,” Pratten said.<ref name="donor conceived NW"/> In May 2012, a court ruled in Pratten's favour, agreeing that the laws at the time discriminated against donor children and making anonymous sperm and egg donation in British Columbia illegal.<ref name="BC Canada ruling">{{cite journal|last=Motluk|first=Alison|title=Canadian court bans anonymous sperm and egg donation|doi=10.1038/news.2011.329 |journal=Nature|date=27 May 2011}}</ref>

In the U.K., Sweden, Norway, Germany, Italy, New Zealand, and some Australian states, donors are not paid and cannot be anonymous.

In 2000, a website called [[Donor Sibling Registry]] was created to help biological children with a common donor connect with each other.<ref name="IVF donor NPR"/><ref name="donor-conceived WP">{{cite news|title=Donor-conceived children use Internet to find relatives and share information|url=http://www.washingtonpost.com/national/health-science/donor-conceived-children-use-internet-to-find-relatives-and-share-information/2011/07/01/gIQA3BiwzK_story.html|newspaper=Washington Post|date=26 September 2011}}</ref>

In 2012, a documentary called ''Anonymous Father's Day'' was released that focuses on donor-conceived children.<ref name="anonymous father's day">{{cite news|last=McManus|first=Mike|title=Anonymous Father's Day|url=http://www.thedailyreporter.com/news/x1967199624/Anonymous-Father-s-Day|newspaper=Greenfield Daily Reporter|date=24 June 2012}}</ref>

===Unwanted embryos===

During the [[Embryo selection|selection]] and [[In vitro fertilisation#Embryo transfer|transfer]] phases many embryos may be discarded in favour of others. This selection may be based on criteria such as genetic disorders or the sex.<ref>[http://www.lifenews.com/2011/09/06/pro-life-concerns-about-ivf-include-abortion-exploitation/ Pro-Life Concerns About IVF Include Abortion, Exploitation]. LifeNews.com (6 September 2011). Retrieved on 2013-08-03.</ref> One of the earliest cases of special gene selection through IVF was the case of the Collins family in the 1990s, who selected the sex of their child.<ref>Lemonick, M. D. (1999). [http://content.time.com/time/magazine/article/0,9171,17696,00.html/ "Designer Babies"] ''Time Magazine''.</ref> The ethic issues remain unresolved as no consensus exists in science, religion, and philosophy on when a human embryo should be recognised as a person. For those who believe that this is at the moment of conception, IVF becomes a moral question when multiple eggs are fertilised, begin development, and only a few are chosen for implantation.

If IVF were to involve the fertilisation of only a single egg, or at least only an amount that will be implanted, then this would not be an issue. However, this has the chance of increasing costs dramatically as only a few eggs can be attempted at a time. As a result, the couple must decide what to do with these extra embryos. Depending on their view of the embryo’s humanity or the chance the couple will want to try to have another child, the couple has multiple options for dealing with these extra embryos. Couples can choose to keep them frozen, donate them to other infertile couples, thaw them, or donate them to medical research.<ref name="cnn.com"/> Keeping them frozen costs money, donating them does not ensure they will survive, thawing them renders them immediately unviable, and medical research results in their termination. In the realm of medical research, the couple is not necessarily told what the embryos will be used for, and as a result, some can be used in [[stem cell]] research, a field perceived to have ethical issues.

===Religious response===
{{main article|Religious response to assisted reproductive technology}}

The [[Roman Catholic Church]] opposes all kinds of [[assisted reproductive technology]] and artificial [[contraception]], asserting they separate the procreative goal of [[Sacraments of the Catholic Church#Matrimony|marital]] sex from the goal of uniting married couples.
The Roman Catholic Church permits the use of a small number of reproductive technologies and contraceptive methods like [[natural family planning]], which involves charting [[ovulation]] times. The church allows other forms of reproductive technologies that allow conception to take place from normative [[sexual intercourse]], such as a fertility lubricant. [[Pope Benedict XVI]] had publicly re-emphasised the Catholic Church's opposition to ''in vitro'' fertilisation, claiming it replaces love between a husband and wife.<ref>{{Citation | newspaper = Medical news today | url = http://www.medicalnewstoday.com/articles/38686.php | title = Pope Benedict XVI Declares Embryos Developed For In Vitro Fertilization Have Right To Life}}</ref>
The Catechism of the Catholic Church claims that [[Natural law#Contemporary Christian understanding|Natural law]] teaches that reproduction has an "inseparable connection" to sexual union of married couples.<ref>{{cite web | location = Rome | url = http://www.vatican.va/holy_father/paul_vi/encyclicals/documents/hf_p-vi_enc_25071968_humanae-vitae_en.html | title = Humanae Vitae: Encyclical of Pope Paul VI on the Regulation of Birth, sec 12| author = Pope Paul VI | authorlink = Pope Paul VI|date= 25 July 1968|accessdate= 25 November 2008|publisher = Vatican}}</ref> In addition, the church opposes IVF because it might cause disposal of embryos; in Catholicism, an embryo is viewed as an individual with a [[soul]] that must be treated as a person.<ref name=medill>[http://news.medill.northwestern.edu/chicago/news.aspx?id=136743 Reconciling religion and infertility] By Alina Dain. July 30, 2009</ref> The Catholic Church maintains that it is not objectively evil to be infertile, and advocates adoption as an option for such couples who still wish to have children.<ref name = "catechism">{{cite web| title = Catechism of the Catholic Church. Section 2377 | url = http://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P86.HTM |accessdate=25 November 2008|publisher = Vatican |year= 1993 | location = Rome}}</ref>

[[Hindu]]s welcomed the IVF as gift for those who can't bear child and termed doctors related to IVF doing [[Punya (Hinduism)|punya]] as there are several characters who were claimed to be born without intercourse, mainly [[Karna]] and five [[Pandava]]s.<ref>{{cite web| title = Science in hinduism-Test tube babies | url = http://www.mallstuffs.com/Blogs/BlogDetails.aspx?BlogId=333&BlogType=Spiritual&Topic=Science%20in%20hinduism-Test%20tube%20babies |accessdate=30 May 2016|publisher = |year= Oct 20, 2013 | location = }}</ref>

Regarding the response to IVF of [[Islam]], the conclusions of Gad El-Hak Ali Gad El-Hak's ART fatwa include that:<ref>{{cite web | url = http://vlex.com/vid/fatwas-ivf-gamete-sunni-shia-islam-418643 | last = Inhorn | first = MC | title= Making Muslim babies: IVF and gamete donation in Sunni versus Shi'a Islam | journal= Cult Med Psychiatry | volume= 30 |issue= 4 |pages = 427–50 |date=December 2006 | pmid= 17051430 | pmc = 1705533 | doi = 10.1007/s11013-006-9027-x}}</ref>
*IVF of an egg from the wife with the sperm of her husband and the transfer of the fertilised egg back to the uterus of the wife is allowed, provided that the procedure is indicated for a medical reason and is carried out by an expert physician.
*Since marriage is a contract between the wife and husband during the span of their marriage, no third party should intrude into the marital functions of sex and procreation. This means that a third party donor is not acceptable, whether he or she is providing sperm, eggs, embryos, or a uterus. The use of a third party is tantamount to ''zina'', or [[adultery]].

Within the [[Orthodox Judaism|Orthodox Jewish]] community the concept is debated as there is little precedent in traditional Jewish legal textual sources. Regarding [[Judaism and sexuality|laws of sexuality]], religious challenges include [[masturbation]] (which may be regarded as “seed wasting”<ref name=medill/>), laws related to sexual activity and menstruation ([[niddah]]) and the specific laws regarding intercourse. An additional major issue is that of establishing paternity and lineage. For a baby conceived naturally, the father’s identity is determined by a legal presumption ([[chazakah]]) of legitimacy: ''rov bi'ot achar ha'baal'' - a woman's [[Human sexual behavior|sexual relations]] are assumed to be with her husband. Regarding an IVF child, this assumption does not exist and as such Rabbi [[Eliezer Waldenberg]] (among others) requires an outside supervisor to positively identify the father.<ref>Tzitz Eliezer 9 p. 247</ref> [[Reform Judaism]] has generally approved ''in vitro'' fertilisation.<ref name="medill"/>

===Society and culture===

Many people of sub-Saharan Africa choose to foster their children to infertile women. IVF enables these infertile women to have their own children, which imposes new ideals to a culture in which fostering children is seen as both natural and culturally important. Many infertile women are able to earn more respect in their society by taking care of the children of other mothers, and this may be lost if they choose to use IVF instead. As IVF is seen as unnatural, it may even hinder their societal position as opposed to making them equal with fertile women. It is also economically advantageous for infertile women to raise foster children as it gives these children greater ability to access resources that are important for their development and also aids the development of their society at large. If IVF becomes more popular without the birth rate decreasing, there could be more large family homes with fewer options to send their newborn children. This could result in an increase of orphaned children and/or a decrease in resources for the children of large families. This would ultimately stifle the children's and the community's growth.<ref>{{cite journal | author = Drah B | title = Orphans in Sub-Saharan Africa: The Crisis, the Interventions, and the Anthropologist | journal = Africa Today | volume = 59 | issue = 2 (Winter2012 2012) | pages = 3–21 | doi=10.2979/africatoday.59.2.3}}</ref>-->

== Kaum pria dan IVF ==
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan kaum pria memandang diri mereka sebagai kontributor 'pasif'<ref>{{en}} Throsby, K, Gill, R 2004, ‘"it’s different for men": masculinity and IVF’, LSE Research Online, Men and Masculinities, vol. 6, no. 4, pp. 340.</ref> karena kurangnya 'keterlibatan fisik' mereka<ref>{{en}} Whittaker A 2009, ‘Global technologies and transnational reproduction in Thailand’, Asian Studies Review, vol. 33, no. 3, pp. 324</ref> dalam penggunaan IVF. Meskipun demikian, banyak laki-laki merasa tertekan setelah melihat dampak negatif injeksi hormonal dan intervensi fisik secara terus-menerus pada pasangan mereka.<ref name="Throsby, K 2004, pp. 344">{{en}} Throsby, K, Gill, R 2004, ‘"it’s different for men": masculinity and IVF’, LSE Research Online, Men and Masculinities, vol. 6, no. 4, pp. 344</ref> Fertilitas (kesuburan) dipandang sebagai salah satu faktor signifikan dalam persepsi seorang laki-laki mengenai maskulinitasnya, menjadikan banyak laki-laki merahasiakan penggunaan IVF mereka.<ref name="Throsby, K 2004, pp. 344"/> Dalam kasus-kasus di mana kaum pria tidak menceritakan bahwa ia dan pasangannya sedang menjalani IVF, mereka dilaporkan mengalami olok-olok, terutama oleh laki-laki lain, kendati ada beberapa yang menganggap hal ini sebagai suatu penegasan dukungan dan persahabatan. Bagi yang lainnya, hal ini menyebabkan mereka merasa terisolasi secara sosial.<ref name="Throsby, K 2004, pp. 336">{{en}} Throsby, K, Gill, R 2004, ‘"it’s different for men": masculinity and IVF’, LSE Research Online, Men and Masculinities, vol. 6, no. 4, pp. 336</ref> Dibandingkan dengan kaum wanita, kaum pria kurang mengalami penurunan kesehatan mental dalam masa setelah suatu kegagalan penanganan IVF.<ref name="pmid9949886">{{en}} {{cite journal |vauthors=Beutel M, Kupfer J, Kirchmeyer P, Kehde S, Köhn FM, Schroeder-Printzen I, Gips H, Herrero HJ, Weidner W | title = Treatment-related stresses and depression in couples undergoing assisted reproductive treatment by IVF or ICSI | journal = Andrologia | volume = 31 | issue = 1 | pages = 27–35 | year = 1999 | pmid = 9949886 | doi = 10.1111/j.1439-0272.1999.tb02839.x }}</ref> Bagaimanapun, banyak laki-laki merasa bersalah, kecewa, dan tidak mampu, seraya menyatakan bahwa mereka sekadar mencoba untuk memberikan semacam peneguhan emosional bagi pasangan mereka. <ref name="Throsby, K 2004, pp. 336"/>

== Ketersediaan dan pemanfaatan ==

=== Indonesia ===
{{unreferenced section|date=1 Desember 2016}}
Saat ini telah ada 26 klinik yang melayani pengobatan bayi tabung di Indonesia yang tersebar di kota-kota di Jawa, Bali, dan Sumatera.
Saat ini telah ada 26 klinik yang melayani pengobatan bayi tabung di Indonesia yang tersebar di kota-kota di Jawa, Bali, dan Sumatera.
Klinik bayi tabung yang ada di Indonesia ini di bawah pengawasan perkumpulan dokter seminat (PERFITRI - Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia atau IA-IVF Indonesian Assoaciation In Vitro Fertilization) yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan.
Klinik bayi tabung yang ada di Indonesia ini di bawah pengawasan perkumpulan dokter seminat ([http://www.ia-ivf.org/ PERFITRI] - Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia atau IA-IVF Indonesian Assoaciation In Vitro Fertilization) yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan.

== Status hukum ==
Instansi-instansi pemerintah di [[Tiongkok]] meloloskan larangan penggunaan IVF pada tahun 2003 bagi wanita yang tidak menikah dan pasangan dengan penyakit-penyakit menular tertentu.<ref>{{en}} {{cite web|url=http://www.redorbit.com/news/oddities/20568/china_bars_invitro_fertilization_for_pregnancy/ |archiveurl=https://web.archive.org/web/20110715171806/http://www.redorbit.com/news/oddities/20568/china_bars_invitro_fertilization_for_pregnancy/ |archivedate=2011-07-15 |title=China Bars In-Vitro Fertilization for Pregnancy |publisher=Redorbit.com |date=12 November 2003 |accessdate=22 May 2012}}</ref>

Negara-negara Muslim [[Sunni]] umumnya memperbolehkan IVF di antara pasangan-pasangan yang telah menikah selama dilakukan dengan sel sperma dan sel-sel telur mereka masing-masing, tetapi tidak dengan sel-sel telur donor dari pasangan lain. Namun [[Iran]], yang adalah negara Muslim [[Syi'ah]], memiliki suatu skema yang lebih kompleks. Iran melarang donasi sel sperma tetapi mengizinkan donasi sel-sel telur yang telah dibuahi maupun belum dibuahi. Sel-sel telur yang telah dibuahi merupakan donasi dari suatu pasangan menikah kepada pasangan menikah lainnya, sedangkan sel-sel telur yang belum dibuahi merupakan sumbangan dalam konteks [[nikah mutah]] atau pernikahan sementara kepada sang ayah.<ref>{{en}} {{cite journal|author=Inhorn, Marcia C. |url=http://berghahnbooksonline.com/journals/ame/pdfs/2006/1-1/AM010104.pdf|archiveurl=https://web.archive.org/web/20110707224210/http://berghahnbooksonline.com/journals/ame/pdfs/2006/1-1/AM010104.pdf|archivedate=2011-07-07|title= Islam, IVF and Everyday Life in the Middle East|journal=AIME: Anthropology of the Middle East|volume= 1|issue=1|pages= 37–45}}</ref>

[[Kosta Rika]] melarang sepenuhnya teknologi IVF, Mahkamah Agung negara ini menyatakannya tidak konstitusional karena IVF "melanggar kehidupan".<ref>{{en}} {{cite web|url=http://www.ivfcostworldwide.com/2009/02/ivf-prohibition-in-costa-rica_21.html |title=IVF Prohibition In Costa Rica |publisher=Ivfcostworldwide.com |accessdate=22 May 2012}}</ref> Kosta Rika dikatakan sebagai satu-satunya negara di belahan bumi barat yang sepenuhnya melarang IVF. Suatu proyek undang-undang yang dengan setengah hati dikirim oleh pemerintahan Presiden [[Laura Chinchilla]] telah ditolak oleh parlemen. Presiden Chinchilla belum pernah secara terbuka menyatakan posisinya mengenai isu IVF. Namun, mengingat pengaruh besar [[Gereja Katolik]] dalam pemerintahannya, setiap perubahan dalam [[status quo]] tampaknya sangat tidak mungkin terjadi.<ref>{{es}} Murillo, Álvaro (12 July 2011) [http://www.elpais.com/articulo/sociedad/Costa/Rica/catolica/atasca/fertilizacion/in/vitro/elpepuintlat/20110712elpepusoc_12/Tes La Costa Rica católica se atasca con la fertilización in vitro]. ''El Pais''.</ref><ref>{{en}} [http://insidecostarica.com/dailynews/2011/february/24/costarica11022402.htm CIDH Extends Deadline For Approval Of Law For In-Vitro Fertilization In Costa Rica]. insidecostarica.com. 24 February 2011.</ref> Kendati kerasnya tentangan keagamaan dan peranan pemerintah Kosta Rika, larangan atas IVF dibatalkan oleh Mahkamah Hak Asasi Manusia Inter-Amerika dalam suatu keputusan pada tanggal 20 Desember 2012. Mahkamah tersebut mengatakan bahwa jaminan perlindungan Kosta Rika sejak dahulu bagi setiap embrio melanggar kebebasan reproduksi pasangan-pasangan infertil karena melarang mereka menggunakan IVF, yang seringkali melibatkan pembuangan embrio-embrio yang tidak ditanamkan dalam rahim pasien.<ref>{{en}} [http://www.nytimes.com/2012/12/22/world/americas/costa-rican-ban-on-in-vitro-fertilization-is-struck-down.html?_r=0 Court strikes down Costa Rican ban on in-vitro fertilization]. ''Associated Press via New York Times'' (22 December 2012)</ref> Pada tanggal 10 September 2015, Presiden Luis Guillermo Solís menandatangani sebuah dekret legalisasi fertilisasi in-vitro. Dekret tersebut dimasukkan dalam surat kabar resmi negara pada tanggal 11 September. Para penentang praktik ini sejak saat itu mengajukan gugatan hukum di hadapan Mahkamah Konstitusi Kosta Rika.<ref>{{en}} [http://www.ipsnews.net/2015/09/costa-rica-finally-allows-in-vitro-fertilisation-after-15-year-ban Costa Rica Finally Allows In Vitro Fertilisation after 15-Year Ban]</ref>

Semua pembatasan utama di Australia pada wanita lajang namun [[mandul|infertil]] untuk menggunakan IVF dicabut pada tahun 2002 setelah pengajuan banding terakhir ke Pengadilan Tinggi Australia ditolak dengan alasan prosedural dalam kasus Leesa Meldrum. Suatu pengadilan federal [[Victoria, Australia|Victoria]] telah memutuskan pada tahun 2000 bahwa larangan yang ada atas semua wanita lajang dan lesbian untuk menggunakan IVF merupakan diskriminasi gender.<ref>{{en}} [http://wwrn.org/articles/11389/?&place=australia&section=health-medical Australian court OKs fertility treatment for single women, lesbians] by Peter O'Connor (AP, 18 April 2002)</ref> Pemerintah Victoria mengumumkan perubahan dalam hukum IVF pada tahun 2007 dengan menghilangkan pembatasan pada lesbian dan wanita lajang, sehingga menjadikan [[Australia Selatan]] satu-satunya negara bagian yang masih mempertahankan batasan tersebut.<ref>{{en}} Hoare, Daniel (15 December 2007) [http://www.abc.net.au/news/stories/2007/12/15/2119738.htm Lesbian community welcomes Vic IVF changes]. abc.net.au</ref>

Undang-undang federal di Amerika Serikat mencakup skrining kebutuhan dan pembatasan dalam hal donasi, tetapi umumnya tidak berpengaruh pada pasangan intim secara seksual.<ref>{{en}} {{cite web|url=http://www.accessdata.fda.gov/scripts/cdrh/cfdocs/cfcfr/CFRSearch.cfm?fr=1271.90|title=21 CFR 1271.90(a)(2)|publisher=[[US Food and Drug Administration]]}}</ref> Namun, dokter mungkin diperlukan untuk ''menyediakan'' perawatan karena undang-undang non-diskriminasi, seperti misalnya di California.<ref name="Bob Egelko 2008"/> Negara bagian [[Tennessee]] mengusulkan suatu rancangan undang-undang pada tahun 2009 yang akan menetapkan donor IVF sebagai 'adopsi'.<ref>{{en}} {{cite web|url=http://www.capitol.tn.gov/Bills/106/Fiscal/HB2159.pdf |title=Fiscal Note, HB 2159 – SB 2136, from Tennessee General Assembly Fiscal Review Committee |format=PDF |accessdate=22 May 2012}}</ref> Pada sesi yang sama diusulkan rancangan undang-undang lainnya yang membatasi adopsi dari pasangan yang belum menikah dan hidup bersama; kelompok-kelompok aktivis menyatakan bahwa meloloskan rancangan undang-undang yang pertama akan secara efektif menghentikan orang-orang yang belum menikah untuk menggunakan IVF.<ref>{{en}} {{cite web|url=http://wapp.capitol.tn.gov/apps/billinfo/BillSummaryArchive.aspx?BillNumber=SB0078&ga=106 |title=SB 0078 by Stanley, Bunch. (HB 0605 by DeBerry J, Hensley.) |publisher=Wapp.capitol.tn.gov |accessdate=22 May 2012}}</ref><ref>{{en}} {{cite web|url=http://www.eggdonor.com/blog/2009/03/31/tennessee-seeking-to-ban-ivf-for-unmarried-individuals/ |title=Tennessee Seeking To Ban IVF For Unmarried Individuals |publisher=Eggdonor.com |date=31 March 2009 |accessdate=22 May 2012}}</ref> Tak satu pun dari kedua rancangan undang-undang itu lolos.<ref>{{en}} {{cite web|url=http://www.outandaboutnewspaper.com/article/2992 |title=Study shows barriers to same-sex adoption hurt children |publisher=Outandaboutnewspaper.com |date=1 November 2008 |author=Jones, Sam}}</ref><ref>{{en}} {{cite web|url=http://www.tnep.org/html/LegislativeUpdates/ |archiveurl=https://web.archive.org/web/20080207084218/http://www.tnep.org/html/LegislativeUpdates/ |archivedate=2008-02-07 |title=Legislative Update |publisher=Tnep.org |accessdate=22 May 2012}}</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Inseminasi buatan]]
* [[Inseminasi buatan]]
* [[Pembuahan]]
* [[Kontroversi sel punca]]


== Pranala luar ==
== Referensi ==
{{Reflist|colwidth=32em}}
* [http://www.ia-ivf.org/ PERFITRI]


== Bacaan lanjutan ==
[[Kategori:Ginekologi]]
* {{en}} {{cite book | last = Henig | first = Robin Marantz | title = Pandora's Baby: How the First Test Tube Babies Sparked the Reproductive Revolution | location = New York | publisher = [[Houghton Mifflin]] | year= 2004 | isbn = 0-618-22415-7 | url=http://www.houghtonmifflinbooks.com/booksellers/press_release/henig/}}
* {{en}} {{cite journal | author = Hope T, Lockwood G, Lockwood M, Bewley S, Jackson J, Craft I | title = Should older women be offered in vitro fertilisation? | journal = BMI | volume = 310 | issue = 6992 | pages = 1455–6 | year = 1995 | pmid = 7613283 | pmc = 2549820 | doi = 10.1136/bmj.310.6992.1455 | last2 = Lockwood | last3 = Lockwood | last4 = Bewley | last5 = Jackson | last6 = Craft }}
* {{en}} {{cite journal | author = Seng SW, Yeong CT, Loh SF, Sadhana N, Loh SK | title = In-vitro fertilisation in women aged 40 years and above | journal = Singapore Med J | volume = 46 | issue = 3 | pages = 132–6 | date = March 2005 | pmid = 15735878 | url = http://www.sma.org.sg/smj/4603/4603a4.pdf | format = PDF | last2 = Yeong | last3 = Loh | last4 = Sadhana | last5 = Loh }}


{{Teknologi reproduksi berbantuan}}
[[en:In vitro fertilisation]]
{{Kehamilan}}
[[es:Fecundación in vitro]]

[[fr:Fécondation in vitro]]
[[Category:Fertilitas]]
[[he:הפריה חוץ גופית]]
[[Category:Fertilisasi in vitro| ]]
[[it:Fivet]]
[[Category:prosedur alat kelamin perempuan]]
[[lt:Apvaisinimas in vitro]]
[[Category:Kriobiologi]]
[[nl:In-vitrofertilisatie]]
[[Category:Obstetrik]]
[[no:In vitro fertilisering]]
[[Category:Kehamilan manusia]]
[[sl:Oploditev z biomedicinsko pomočjo]]
[[Category:Reproduksi]]
[[th:เด็กหลอดแก้ว]]
[[Category:Penemuan Britania]]
[[Kategori:Ginekologi]]

Revisi per 1 Desember 2016 09.16

Fertilisasi in vitro
Intervensi
Ilustrasi skematik IVF dengan injeksi sperma intrasitoplasmik.
ICD-10-PCS[1]
MeSHD005307

Fertilisasi in vitro atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation, IVF), atau sering disebut bayi tabung, adalah suatu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh sang wanita: in vitro ("di dalam gelas kaca"). Proses ini melibatkan pemantauan dan stimulasi proses ovulasi seorang wanita, mengambil suatu ovum atau sel-sel telur dari ovarium (indung telur) wanita itu dan membiarkan sperma membuahi sel-sel tersebut di dalam sebuah medium cair di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi (zigot) dikultur selama 2–6 hari di dalam sebuah medium pertumbuhan dan kemudian dipindahkan ke rahim wanita yang sama ataupun wanita yang lain, dengan tujuan menciptakan keberhasilan kehamilan.

Teknik-teknik IVF dapat digunakan dalam berbagai jenis situasi, dan merupakan salah satu teknik dalam teknologi reproduksi dengan bantuan untuk penanganan infertilitas. Teknik-teknik IVF juga digunakan dalam surogasi kehamilan, yang dalam kasus ini sel telur yang telah dibuahi ditanam di dalam rahim 'titipan' wanita lain sehingga anak yang dilahirkan secara genetik tidak terkait dengan wanita tersebut. Dalam beberapa situasi, sel-sel sperma atau sel-sel telur donasi dapat digunakan. Sejumlah negara melarang atau sebaliknya melakukan regulasi ketersediaan pengerjaan IVF sehingga menimbulkan wisata fertilitas. Pembatasan atas ketersediaan IVF misalnya karena biaya dan usia untuk menghasilkan suatu kehamilan yang sehat dalam jangka waktu normal. Karena biaya prosedur ini, IVF kebanyakan diupayakan hanya setelah pilihan lain yang lebih murah telah gagal.

Kelahiran seorang "bayi tabung" pertama yang berhasil, yaitu Louise Brown, terjadi pada tahun 1978. Louise Brown dilahirkan sebagai hasil dari siklus alami IVF tanpa stimulasi. Robert G. Edwards mendapat penghargaan Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 2010, fisiolog yang terlibat dalam pengembangan proses ini bersama dengan Patrick Steptoe; Steptoe tidak memenuhi syarat untuk dipertimbangkan karena Penghargaan Nobel tidak diberikan secara anumerta.[1] Dengan donasi sel telur dan IVF, wanita yang melewati masa reproduktifnya atau telah mengalami menopause masih dapat hamil. Adriana Iliescu sempat memegang rekor sebagai wanita tertua yang melahirkan dengan menggunakan IVF dan sel telur dari donasi, ketika ia melahirkan pada tahun 2004 di usianya yang ke-66 tahun, sebelum rekornya terlampaui pada tahun 2006. Setelah menggunakan IVF, dikatakan bahwa banyak pasangan dapat hamil tanpa perawatan kesuburan.[2] Pada tahun 2012, diperkirakan bahwa lima juta anak telah lahir di seluruh dunia menggunakan IVF dan teknik reproduksi berbantu lainnya.[3]


Proses

Pasangan menikah yang dalam waktu tertentu belum juga mendapatkan keturunan, banyak menjadikan bayi tabung sebagai solusi. Program pembuahan dalam tabung ini memang membawa harapan bagi mereka yang mengalami masalah kesuburan. Namun tidak semua orang paham mengenai bayi tabung dan bagaimana proses bayi tabung tersebut.

Secara sederhana, bayi tabung diartikan sebagai proses pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh ibu. Dalam bahasa Latin bayi tabung dikenal dengan istilah in vitro vertilization, yang berarti 'pembuahan dalam gelas atau tabung.'

Proses bayi tabung sendiri diawali dengan konsultasi dan seleksi pasien, di mana baik suami dan istri akan diperiksa sampai dengan ada indikasi untuk mengikuti program bayi tabung. Jika memang diindikasikan, baru bisa masuk dan mengikuti program bayi tabung.

Proses bayi tabung selanjutnya adalah, melakukan stimulasi atau merangsang indung telur untuk memastikan banyaknya sel telur. Secara alami sel telur memang hanya ada satu, namun dalam program bayi tabung, perlu lebih dari satu sel telur untuk memperoleh embrio.

Proses bayi tabung yang ke tiga adalah, pemantauan pertumbuhan folikel atau cairan berisi sel telur di dalam indung telur melalui ultrasonografi. Pemantauan pertumbuhan folikel ini bertujuan untuk melihat apakah sel telur sudah cukup matang untuk dipanen atau belum. Baru kemudian mematangkan sel telur, dengan cara menyuntikan obat agar siap dipanen.

Proses bayi tabung selanjutnya adalah, melakukan pengambilan sel telur untuk kemudian di proses di laboratorium. Pada hari yang sama, akan dilakukan pengambilan sperma suami. Jika tidak ada masalah, pengambilan dilakukan dengan cara bermasturbasi. Namun bila ditemukan kendala, maka akan dilakukan operasi pengambilan sperma melalui buah zakar.

Setelah proses di atas selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembuahan atau fertilisasi di dalam media kultur di laboratorium, sehingga menghasilkan embrio. Baru setelah embrio terbentuk, akan dilakukan proses transfer embrio kembali ke dalam rahim agar terjadi kehamilan. Jika ada sisa embrio lebih, maka akan disimpan untuk proses kehamilan berikutnya.

Baru kemudian proses bayi tabung memasuki fase luteal untuk mempertahankan dinding Rahim dengan memberikan Progesterone. Biasanya dokter akan memberi obat selama 15 hari pertama untuk mempertahankan dinding rahim ibu agar terjadi kehamilan. Proses terakhir adalah melakukan pemeriksaan apakah telah terjadi kehamilan atau belum, baik dengan pemeriksaan darah maupun USG.

Sejarah

Pada tahun 1977, Steptoe dan Edwards berhasil melakukan suatu fertilisasi rintisan yang menyebabkan kelahiran bayi pertama yang dikandung menggunakan metode IVF, yaitu Louise Brown pada tanggal 25 Juli 1978, di Rumah Sakit Oldham General, Greater Manchester, Britania Raya.[4][5][6]

Kelahiran sukses bayi tabung yang kedua terjadi di India hanya berselang 67 hari setelah Louise Brown lahir.[7] Bayi perempuan itu, bernama Durga, dikandung in vitro menggunakan metode-metodenya Subhash Mukhopadhyay, seorang dokter dan peneliti dari Kolkata.

Etika

Kesalahan pencampuran

Dalam sejumlah kasus, terjadi kesalahan pencampuran (sel gamet yang salah diidentifikasi, pemindahan embrio yang salah) di laboratorium, yang menyebabkan tindakan hukum terhadap penyedia layanan IVF dan gugatan-gugatan terkait keayahan yang kompleks. Contohnya adalah kasus seorang wanita di California yang menerima embrio pasangan lain dan baru diberitahu tentang kesalahan ini setelah kelahiran putranya.[8] Hal ini menyebabkan banyak otoritas dan klinik individual menerapkan prosedur-prosedur untuk meminimalkan risiko semacam itu. Otoritas Embriologi dan Fertilisasi Manusia di Britania Raya misalnya, mensyaratkan klinik-klinik untuk menggunakan sistem kesaksian ganda, identitas spesimen diperiksa oleh dua orang di setiap titik pemindahan spesimen. Alternatifnya, solusi-solusi teknologi lebih disukai, untuk mengurangi biaya manual tenaga kerja dalam sistem kesaksian ganda, dan untuk mengurangi risiko dengan penggunaan tag RFID bernomor yang dapat diidentifikasi oleh pembaca yang terhubung ke komputer. Komputer tersebut melacak spesimen di seluruh proses dan memperingatkan embriolog jika spesimen yang tidak cocok teridentifikasi. Meskipun penggunaan pelacakan RFID telah meluas di Amerika Serikat,[9] hal ini masih belum diterapkan secara luas. Bagaimanapun, dalam kasus-kasus lain bukan terjadi kesalahan pencampuran embrio atau sel gamet, tetapi penggunaan secara sengaja embrio dari pasangan lain atau donor sel gamet, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya: baik reseptor maupun donor. Beberapa kasus semacam ini dibawa ke proses hukum dan peradilan.[butuh rujukan]

Skrining atau diagnosis genetik praimplantasi

Kekhawatiran lainnya yaitu bahwa orang akan menyaring sifat tertentu, menggunakan diagnosis genetik praimplantasi (PGD) atau skrining genetik praimplantasi. Sebagai contoh, satu pasangan tunarungu dari Britania, Tom dan Paula Lichy, mengajukan petisi untuk menciptakan seorang bayi tuli menggunakan IVF.[10] Sejumlah etikawan medis sangat kritis terhadap hal ini. Jacob M. Appel menulis bahwa, "dengan sengaja memusnahkan embrio yang buta atau tuli mungkin mencegah cukup banyak penderitaan di masa depan, sementara suatu kebijakan yang memungkinkan orang tua tuli ataupun buta untuk memilih sifat-sifat yang sama secara sengaja akan jauh lebih merepotkan."[11]

Konsep yang dengan tegas mengubah gen ini telah menciptakan konsep Bayi Desainer. Saat ini, PGD dapat mengubah beberapa atribut fisik dan kesehatan; proyeksi kekuatan masa depan PGD dalam kemampuannya untuk menciptakan manusia yang ideal telah menimbulkan banyak masalah etika. Proyeksi dampak-dampak sosial misalnya pengubahan dunia atletik, penciptaan senjata manusia, dan pertukaran otonomi atas kehidupan seseorang karena praseleksi.[12] Selain itu, dengan pandangan yang sangat terbatas akan masa depan, sulit untuk mengubah suatu susunan genetik manusia tanpa mengetahui dampak sepenuhnya. Sebagai contoh, melalui terapi gen, suatu laboratorium mampu membuat tikus mengalami penurunan berat badan, tetapi efek jangka panjang manipulasi gen tersebut menyebabkan gangguan produksi toksin dan terlalu banyak penurunan berat badan.[13]

Otonomi dan kepemilikan jaringan

Bagi mereka yang meyakini bahwa kehidupan manusia dimulai sejak saat pembuahan, keyakinan ini juga mengungkapkan bahwa hak asasi manusia telah diberikan pada saat itu. Apabila hak asasi manusia telah ada dalam tahap embrionik ini, maka terdapat tambahan isu etika yang timbul dari proses manipulasi embrio di dalam ranah kepemilikan jaringan. Dalam jangka panjang, jika ditanamkan atau diimplantasikan ke dalam seorang wanita dan lahir, embrio tersebut menjadi seorang dewasa dan harus hidup dengan modifikasi genetik yang dipilih baginya melalui proses IVF. Dalam keadaan selulernya, tidak mungkin ia memberikan persetujuan kehendak untuk tindakan manipulasi gen. Hal ini menyebabkan pengambilan keputusan dilakukan oleh orang tuanya. Kepemilikan orang tua, yang dianggap sah, atas embrio hanya dalam jangka waktu singkat dan berarti bahwa mereka memegang kendali atas masa depan biologis sang embrio. Persetujuan kehendak atas kepemilikan jaringan telah menjadi isu selama puluhan tahun dan dapat berdampak hukum. Dalam kasus Henrietta Lacks, para peneliti tidak memiliki persetujuan pasien untuk menggunakan jaringannya dalam penelitian genetik, dan hal ini menyebabkan banyak masalah hukum seputar hak keluarganya untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan sel-selnya.[14]

Kaum pria dan IVF

Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan kaum pria memandang diri mereka sebagai kontributor 'pasif'[15] karena kurangnya 'keterlibatan fisik' mereka[16] dalam penggunaan IVF. Meskipun demikian, banyak laki-laki merasa tertekan setelah melihat dampak negatif injeksi hormonal dan intervensi fisik secara terus-menerus pada pasangan mereka.[17] Fertilitas (kesuburan) dipandang sebagai salah satu faktor signifikan dalam persepsi seorang laki-laki mengenai maskulinitasnya, menjadikan banyak laki-laki merahasiakan penggunaan IVF mereka.[17] Dalam kasus-kasus di mana kaum pria tidak menceritakan bahwa ia dan pasangannya sedang menjalani IVF, mereka dilaporkan mengalami olok-olok, terutama oleh laki-laki lain, kendati ada beberapa yang menganggap hal ini sebagai suatu penegasan dukungan dan persahabatan. Bagi yang lainnya, hal ini menyebabkan mereka merasa terisolasi secara sosial.[18] Dibandingkan dengan kaum wanita, kaum pria kurang mengalami penurunan kesehatan mental dalam masa setelah suatu kegagalan penanganan IVF.[19] Bagaimanapun, banyak laki-laki merasa bersalah, kecewa, dan tidak mampu, seraya menyatakan bahwa mereka sekadar mencoba untuk memberikan semacam peneguhan emosional bagi pasangan mereka. [18]

Ketersediaan dan pemanfaatan

Indonesia

Saat ini telah ada 26 klinik yang melayani pengobatan bayi tabung di Indonesia yang tersebar di kota-kota di Jawa, Bali, dan Sumatera. Klinik bayi tabung yang ada di Indonesia ini di bawah pengawasan perkumpulan dokter seminat (PERFITRI - Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia atau IA-IVF Indonesian Assoaciation In Vitro Fertilization) yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan.

Status hukum

Instansi-instansi pemerintah di Tiongkok meloloskan larangan penggunaan IVF pada tahun 2003 bagi wanita yang tidak menikah dan pasangan dengan penyakit-penyakit menular tertentu.[20]

Negara-negara Muslim Sunni umumnya memperbolehkan IVF di antara pasangan-pasangan yang telah menikah selama dilakukan dengan sel sperma dan sel-sel telur mereka masing-masing, tetapi tidak dengan sel-sel telur donor dari pasangan lain. Namun Iran, yang adalah negara Muslim Syi'ah, memiliki suatu skema yang lebih kompleks. Iran melarang donasi sel sperma tetapi mengizinkan donasi sel-sel telur yang telah dibuahi maupun belum dibuahi. Sel-sel telur yang telah dibuahi merupakan donasi dari suatu pasangan menikah kepada pasangan menikah lainnya, sedangkan sel-sel telur yang belum dibuahi merupakan sumbangan dalam konteks nikah mutah atau pernikahan sementara kepada sang ayah.[21]

Kosta Rika melarang sepenuhnya teknologi IVF, Mahkamah Agung negara ini menyatakannya tidak konstitusional karena IVF "melanggar kehidupan".[22] Kosta Rika dikatakan sebagai satu-satunya negara di belahan bumi barat yang sepenuhnya melarang IVF. Suatu proyek undang-undang yang dengan setengah hati dikirim oleh pemerintahan Presiden Laura Chinchilla telah ditolak oleh parlemen. Presiden Chinchilla belum pernah secara terbuka menyatakan posisinya mengenai isu IVF. Namun, mengingat pengaruh besar Gereja Katolik dalam pemerintahannya, setiap perubahan dalam status quo tampaknya sangat tidak mungkin terjadi.[23][24] Kendati kerasnya tentangan keagamaan dan peranan pemerintah Kosta Rika, larangan atas IVF dibatalkan oleh Mahkamah Hak Asasi Manusia Inter-Amerika dalam suatu keputusan pada tanggal 20 Desember 2012. Mahkamah tersebut mengatakan bahwa jaminan perlindungan Kosta Rika sejak dahulu bagi setiap embrio melanggar kebebasan reproduksi pasangan-pasangan infertil karena melarang mereka menggunakan IVF, yang seringkali melibatkan pembuangan embrio-embrio yang tidak ditanamkan dalam rahim pasien.[25] Pada tanggal 10 September 2015, Presiden Luis Guillermo Solís menandatangani sebuah dekret legalisasi fertilisasi in-vitro. Dekret tersebut dimasukkan dalam surat kabar resmi negara pada tanggal 11 September. Para penentang praktik ini sejak saat itu mengajukan gugatan hukum di hadapan Mahkamah Konstitusi Kosta Rika.[26]

Semua pembatasan utama di Australia pada wanita lajang namun infertil untuk menggunakan IVF dicabut pada tahun 2002 setelah pengajuan banding terakhir ke Pengadilan Tinggi Australia ditolak dengan alasan prosedural dalam kasus Leesa Meldrum. Suatu pengadilan federal Victoria telah memutuskan pada tahun 2000 bahwa larangan yang ada atas semua wanita lajang dan lesbian untuk menggunakan IVF merupakan diskriminasi gender.[27] Pemerintah Victoria mengumumkan perubahan dalam hukum IVF pada tahun 2007 dengan menghilangkan pembatasan pada lesbian dan wanita lajang, sehingga menjadikan Australia Selatan satu-satunya negara bagian yang masih mempertahankan batasan tersebut.[28]

Undang-undang federal di Amerika Serikat mencakup skrining kebutuhan dan pembatasan dalam hal donasi, tetapi umumnya tidak berpengaruh pada pasangan intim secara seksual.[29] Namun, dokter mungkin diperlukan untuk menyediakan perawatan karena undang-undang non-diskriminasi, seperti misalnya di California.[30] Negara bagian Tennessee mengusulkan suatu rancangan undang-undang pada tahun 2009 yang akan menetapkan donor IVF sebagai 'adopsi'.[31] Pada sesi yang sama diusulkan rancangan undang-undang lainnya yang membatasi adopsi dari pasangan yang belum menikah dan hidup bersama; kelompok-kelompok aktivis menyatakan bahwa meloloskan rancangan undang-undang yang pertama akan secara efektif menghentikan orang-orang yang belum menikah untuk menggunakan IVF.[32][33] Tak satu pun dari kedua rancangan undang-undang itu lolos.[34][35]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Inggris) Moreton, Cole (14 January 2007). "World's first test-tube baby Louise Brown has a child of her own". London: Independent. Diakses tanggal 21 May 2010. The 28-year-old, whose pioneering conception by in-vitro fertilisation made her famous around the world. The fertility specialists Patrick Steptoe and Bob Edwards became the first to successfully carry out IVF by extracting an egg, impregnating it with sperm and planting the resulting embryo back into the mother 
  2. ^ (Inggris) "After IVF, some couples get pregnant without help". Reuters. 2012-05-03. Diakses tanggal 2015-11-05. 
  3. ^ (Inggris) Adamson, G.D.; Tabangin, M.; Macaluso, M.; Mouzon, J. de. "The number of babies born globally after treatment with the assisted reproductive technologies (ART)". Fertility and Sterility. 100 (3). doi:10.1016/j.fertnstert.2013.07.1807. 
  4. ^ (Inggris) "1978: First 'test tube baby' born". BBC. 25 July 1978. Diakses tanggal 13 June 2009. The birth of the world's first "test tube baby" has been announced in Manchester (England). Louise Brown was born shortly before midnight in Oldham and District General Hospital 
  5. ^ (Inggris) Moreton, Cole (14 January 2007). "World's first test-tube baby Louise Brown has a child of her own". The Independent. London. Diakses tanggal 5 May 2010. The 28-year-old, whose pioneering conception by in-vitro fertilisation made her famous around the world.. The fertility specialists Patrick Steptoe and Bob Edwards became the first to successfully carry out IVF by extracting an egg, impregnating it with sperm and planting the resulting embryo back into the mother 
  6. ^ (Inggris) Schulman, Joseph D. (2010) Robert G. Edwards – A Personal Viewpoint, CreateSpace Independent Publishing Platform, ISBN 1456320750.
  7. ^ (Inggris) Is an "Indian Crab Syndrome" Impeding Indian Science? sciencemag.org. Retrieved 20 August 2013
  8. ^ (Inggris) Ayers C (2004). "Mother wins $1m for IVF mix-up but may lose son". Timesonline. 
  9. ^ (Inggris) Swedberg, Claire (15 October 2007). "Reproductive Clinic Uses RFID to Guarantee Parental Identity". RFID Journal. 
  10. ^ (Inggris) Lawson, Dominic (11 March 2008). "Of course a deaf couple want a deaf child". The Independent. London. Diakses tanggal Nov 12, 2009. 
  11. ^ (Inggris) Appel, Jacob (12 March 2009). More 'designer' options. The Winnipeg Sun
  12. ^ (Inggris) Sandel, Michael (2004) The Case Against Perfection, Atlantic Monthly, 293(3), 51-62.
  13. ^ (Inggris) Ahima, R.S. (2003) "Obesity gene therapy: slimming immature rats", Gene Therapy, 10:196–197.
  14. ^ (Inggris) Skloot, Rebecca. (2010). The Immortal Life of Henrietta Lacks. New York: Crown.
  15. ^ (Inggris) Throsby, K, Gill, R 2004, ‘"it’s different for men": masculinity and IVF’, LSE Research Online, Men and Masculinities, vol. 6, no. 4, pp. 340.
  16. ^ (Inggris) Whittaker A 2009, ‘Global technologies and transnational reproduction in Thailand’, Asian Studies Review, vol. 33, no. 3, pp. 324
  17. ^ a b (Inggris) Throsby, K, Gill, R 2004, ‘"it’s different for men": masculinity and IVF’, LSE Research Online, Men and Masculinities, vol. 6, no. 4, pp. 344
  18. ^ a b (Inggris) Throsby, K, Gill, R 2004, ‘"it’s different for men": masculinity and IVF’, LSE Research Online, Men and Masculinities, vol. 6, no. 4, pp. 336
  19. ^ (Inggris) Beutel M, Kupfer J, Kirchmeyer P, Kehde S, Köhn FM, Schroeder-Printzen I, Gips H, Herrero HJ, Weidner W (1999). "Treatment-related stresses and depression in couples undergoing assisted reproductive treatment by IVF or ICSI". Andrologia. 31 (1): 27–35. doi:10.1111/j.1439-0272.1999.tb02839.x. PMID 9949886. 
  20. ^ (Inggris) "China Bars In-Vitro Fertilization for Pregnancy". Redorbit.com. 12 November 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-15. Diakses tanggal 22 May 2012. 
  21. ^ (Inggris) Inhorn, Marcia C. "Islam, IVF and Everyday Life in the Middle East" (PDF). AIME: Anthropology of the Middle East. 1 (1): 37–45. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-07. 
  22. ^ (Inggris) "IVF Prohibition In Costa Rica". Ivfcostworldwide.com. Diakses tanggal 22 May 2012. 
  23. ^ (Spanyol) Murillo, Álvaro (12 July 2011) La Costa Rica católica se atasca con la fertilización in vitro. El Pais.
  24. ^ (Inggris) CIDH Extends Deadline For Approval Of Law For In-Vitro Fertilization In Costa Rica. insidecostarica.com. 24 February 2011.
  25. ^ (Inggris) Court strikes down Costa Rican ban on in-vitro fertilization. Associated Press via New York Times (22 December 2012)
  26. ^ (Inggris) Costa Rica Finally Allows In Vitro Fertilisation after 15-Year Ban
  27. ^ (Inggris) Australian court OKs fertility treatment for single women, lesbians by Peter O'Connor (AP, 18 April 2002)
  28. ^ (Inggris) Hoare, Daniel (15 December 2007) Lesbian community welcomes Vic IVF changes. abc.net.au
  29. ^ (Inggris) "21 CFR 1271.90(a)(2)". US Food and Drug Administration. 
  30. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Bob Egelko 2008
  31. ^ (Inggris) "Fiscal Note, HB 2159 – SB 2136, from Tennessee General Assembly Fiscal Review Committee" (PDF). Diakses tanggal 22 May 2012. 
  32. ^ (Inggris) "SB 0078 by Stanley, Bunch. (HB 0605 by DeBerry J, Hensley.)". Wapp.capitol.tn.gov. Diakses tanggal 22 May 2012. 
  33. ^ (Inggris) "Tennessee Seeking To Ban IVF For Unmarried Individuals". Eggdonor.com. 31 March 2009. Diakses tanggal 22 May 2012. 
  34. ^ (Inggris) Jones, Sam (1 November 2008). "Study shows barriers to same-sex adoption hurt children". Outandaboutnewspaper.com. 
  35. ^ (Inggris) "Legislative Update". Tnep.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-07. Diakses tanggal 22 May 2012. 

Bacaan lanjutan