Lompat ke isi

Fertilisasi in vitro: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25: Baris 25:
| date=14 January 2007}}</ref> Dengan [[donasi sel telur]] dan IVF, wanita yang melewati masa reproduktifnya atau telah mengalami [[menopause]] masih dapat hamil. [[Adriana Iliescu]] sempat memegang rekor sebagai wanita tertua yang melahirkan dengan menggunakan IVF dan sel telur dari donasi, ketika ia melahirkan pada tahun 2004 di usianya yang ke-66 tahun, sebelum rekornya terlampaui pada tahun 2006. Setelah menggunakan IVF, dikatakan bahwa banyak pasangan dapat hamil tanpa perawatan kesuburan.<ref>{{en}} {{Cite news|title = After IVF, some couples get pregnant without help|url = http://www.reuters.com/article/2012/05/03/us-after-ivf-pregnant-idUSBRE84212L20120503|newspaper = Reuters|date = 2012-05-03|access-date = 2015-11-05}}</ref> Pada tahun 2012, diperkirakan bahwa lima juta anak telah lahir di seluruh dunia menggunakan IVF dan teknik reproduksi berbantu lainnya.<ref>{{en}} {{Cite journal|last=Adamson|first=G.D.|last2=Tabangin|first2=M.|last3=Macaluso|first3=M.|last4=Mouzon|first4=J. de|title=The number of babies born globally after treatment with the assisted reproductive technologies (ART)|url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0015028213025867|journal=Fertility and Sterility|volume=100|issue=3|doi=10.1016/j.fertnstert.2013.07.1807}}</ref>
| date=14 January 2007}}</ref> Dengan [[donasi sel telur]] dan IVF, wanita yang melewati masa reproduktifnya atau telah mengalami [[menopause]] masih dapat hamil. [[Adriana Iliescu]] sempat memegang rekor sebagai wanita tertua yang melahirkan dengan menggunakan IVF dan sel telur dari donasi, ketika ia melahirkan pada tahun 2004 di usianya yang ke-66 tahun, sebelum rekornya terlampaui pada tahun 2006. Setelah menggunakan IVF, dikatakan bahwa banyak pasangan dapat hamil tanpa perawatan kesuburan.<ref>{{en}} {{Cite news|title = After IVF, some couples get pregnant without help|url = http://www.reuters.com/article/2012/05/03/us-after-ivf-pregnant-idUSBRE84212L20120503|newspaper = Reuters|date = 2012-05-03|access-date = 2015-11-05}}</ref> Pada tahun 2012, diperkirakan bahwa lima juta anak telah lahir di seluruh dunia menggunakan IVF dan teknik reproduksi berbantu lainnya.<ref>{{en}} {{Cite journal|last=Adamson|first=G.D.|last2=Tabangin|first2=M.|last3=Macaluso|first3=M.|last4=Mouzon|first4=J. de|title=The number of babies born globally after treatment with the assisted reproductive technologies (ART)|url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0015028213025867|journal=Fertility and Sterility|volume=100|issue=3|doi=10.1016/j.fertnstert.2013.07.1807}}</ref>
{{TOC limit|3}}
{{TOC limit|3}}
<!--

== Penggunaan medis ==
== Penggunaan medis ==
IVF may be used to overcome [[female infertility]] where it is due to problems with the [[fallopian tube]]s, making [[in vivo fertilisation|fertilisation ''in vivo'']] difficult. It can also assist in [[male infertility]], in those cases where there is a defect in [[sperm quality]]; in such situations [[intracytoplasmic sperm injection]] (ICSI) may be used, where a sperm cell is injected directly into the egg cell. This is used when sperm has difficulty penetrating the egg, and in these cases the partner's or a donor's sperm may be used. ICSI is also used when sperm numbers are very low. When indicated, the use of ICSI has been found to increase the success rates of IVF.
IVF may be used to overcome [[female infertility]] where it is due to problems with the [[fallopian tube]]s, making [[in vivo fertilisation|fertilisation ''in vivo'']] difficult. It can also assist in [[male infertility]], in those cases where there is a defect in [[sperm quality]]; in such situations [[intracytoplasmic sperm injection]] (ICSI) may be used, where a sperm cell is injected directly into the egg cell. This is used when sperm has difficulty penetrating the egg, and in these cases the partner's or a donor's sperm may be used. ICSI is also used when sperm numbers are very low. When indicated, the use of ICSI has been found to increase the success rates of IVF.
Baris 113: Baris 113:
For women, intake of [[antioxidant]]s (such as [[N-acetyl-cysteine]], [[melatonin]], [[vitamin A]], [[vitamin C]], [[vitamin E]], [[folic acid]], [[myo-inositol]], [[zinc]] or [[selenium]]) has not been associated with a significantly increased [[live birth rate]] or clinical [[pregnancy rate]] in IVF according to [[Cochrane review]]s.<ref name=Farquhar2013/> On the other hand, oral antioxidants given to the men in couples with male factor or unexplained subfertility resulted in significantly higher live birth rate in IVF.<ref name=Farquhar2013/>
For women, intake of [[antioxidant]]s (such as [[N-acetyl-cysteine]], [[melatonin]], [[vitamin A]], [[vitamin C]], [[vitamin E]], [[folic acid]], [[myo-inositol]], [[zinc]] or [[selenium]]) has not been associated with a significantly increased [[live birth rate]] or clinical [[pregnancy rate]] in IVF according to [[Cochrane review]]s.<ref name=Farquhar2013/> On the other hand, oral antioxidants given to the men in couples with male factor or unexplained subfertility resulted in significantly higher live birth rate in IVF.<ref name=Farquhar2013/>


A [[Cochrane review]] in 2013 came to the result that there is no evidence identified regarding the effect of pre-conception lifestyle advice on the chance of a live birth outcome.<ref name=Farquhar2013/>
A [[Cochrane review]] in 2013 came to the result that there is no evidence identified regarding the effect of pre-conception lifestyle advice on the chance of a live birth outcome.<ref name=Farquhar2013/>-->


== Sejarah ==
== Sejarah ==

Revisi per 2 Desember 2016 15.19

Fertilisasi in vitro
Intervensi
Ilustrasi skematik IVF dengan injeksi sperma intrasitoplasmik.
ICD-10-PCS[1]
MeSHD005307

Fertilisasi in vitro atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation, IVF), atau sering disebut bayi tabung, adalah suatu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh sang wanita: in vitro ("di dalam gelas kaca"). Proses ini melibatkan pemantauan dan stimulasi proses ovulasi seorang wanita, mengambil suatu ovum atau sel-sel telur dari ovarium (indung telur) wanita itu dan membiarkan sperma membuahi sel-sel tersebut di dalam sebuah medium cair di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi (zigot) dikultur selama 2–6 hari di dalam sebuah medium pertumbuhan dan kemudian dipindahkan ke rahim wanita yang sama ataupun wanita yang lain, dengan tujuan menciptakan keberhasilan kehamilan.

Teknik-teknik IVF dapat digunakan dalam berbagai jenis situasi, dan merupakan salah satu teknik dalam teknologi reproduksi dengan bantuan untuk penanganan infertilitas. Teknik-teknik IVF juga digunakan dalam surogasi kehamilan, yang dalam kasus ini sel telur yang telah dibuahi ditanam di dalam rahim 'titipan' wanita lain sehingga anak yang dilahirkan secara genetik tidak terkait dengan wanita tersebut. Dalam beberapa situasi, sel-sel sperma atau sel-sel telur donasi dapat digunakan. Sejumlah negara melarang atau sebaliknya melakukan regulasi ketersediaan pengerjaan IVF sehingga menimbulkan wisata fertilitas. Pembatasan atas ketersediaan IVF misalnya karena biaya dan usia untuk menghasilkan suatu kehamilan yang sehat dalam jangka waktu normal. Karena biaya prosedur ini, IVF umumnya diupayakan hanya setelah pilihan lain yang lebih murah telah gagal.

Kelahiran seorang "bayi tabung" pertama yang berhasil, yaitu Louise Brown, terjadi pada tahun 1978. Louise Brown dilahirkan sebagai hasil dari siklus alami IVF tanpa stimulasi. Robert G. Edwards mendapat penghargaan Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 2010, fisiolog yang terlibat dalam pengembangan proses ini bersama dengan Patrick Steptoe; Steptoe tidak memenuhi syarat untuk dipertimbangkan karena Penghargaan Nobel tidak diberikan secara anumerta.[1] Dengan donasi sel telur dan IVF, wanita yang melewati masa reproduktifnya atau telah mengalami menopause masih dapat hamil. Adriana Iliescu sempat memegang rekor sebagai wanita tertua yang melahirkan dengan menggunakan IVF dan sel telur dari donasi, ketika ia melahirkan pada tahun 2004 di usianya yang ke-66 tahun, sebelum rekornya terlampaui pada tahun 2006. Setelah menggunakan IVF, dikatakan bahwa banyak pasangan dapat hamil tanpa perawatan kesuburan.[2] Pada tahun 2012, diperkirakan bahwa lima juta anak telah lahir di seluruh dunia menggunakan IVF dan teknik reproduksi berbantu lainnya.[3]

Sejarah

Pada tahun 1977, Steptoe dan Edwards berhasil melakukan suatu fertilisasi rintisan yang menyebabkan kelahiran bayi pertama yang dikandung menggunakan metode IVF, yaitu Louise Brown pada tanggal 25 Juli 1978, di Rumah Sakit Oldham General, Greater Manchester, Britania Raya.[4][5][6]

Kelahiran sukses bayi tabung yang kedua terjadi di India hanya berselang 67 hari setelah Louise Brown lahir.[7] Bayi perempuan itu, bernama Durga, dikandung in vitro menggunakan metode-metodenya Subhash Mukhopadhyay, seorang dokter dan peneliti dari Kolkata.

Etika

Kesalahan pencampuran

Dalam sejumlah kasus, terjadi kesalahan pencampuran (sel gamet yang salah diidentifikasi, pemindahan embrio yang salah) di laboratorium, yang menyebabkan tindakan hukum terhadap penyedia layanan IVF dan gugatan-gugatan terkait keayahan yang kompleks. Contohnya adalah kasus seorang wanita di California yang menerima embrio pasangan lain dan baru diberitahu tentang kesalahan ini setelah kelahiran putranya.[8] Hal ini menyebabkan banyak otoritas dan klinik individual menerapkan prosedur-prosedur untuk meminimalkan risiko semacam itu. Otoritas Embriologi dan Fertilisasi Manusia di Britania Raya misalnya, mensyaratkan klinik-klinik untuk menggunakan sistem kesaksian ganda, identitas spesimen diperiksa oleh dua orang di setiap titik pemindahan spesimen. Alternatifnya, solusi-solusi teknologi lebih disukai, untuk mengurangi biaya manual tenaga kerja dalam sistem kesaksian ganda, dan untuk mengurangi risiko dengan penggunaan tag RFID bernomor yang dapat diidentifikasi oleh pembaca yang terhubung ke komputer. Komputer tersebut melacak spesimen di seluruh proses dan memperingatkan embriolog jika spesimen yang tidak cocok teridentifikasi. Meskipun penggunaan pelacakan RFID telah meluas di Amerika Serikat,[9] hal ini masih belum diterapkan secara luas. Bagaimanapun, dalam kasus-kasus lain bukan terjadi kesalahan pencampuran embrio atau sel gamet, tetapi penggunaan secara sengaja embrio dari pasangan lain atau donor sel gamet, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya: baik reseptor maupun donor. Beberapa kasus semacam ini dibawa ke proses hukum dan peradilan.[butuh rujukan]

Skrining atau diagnosis genetik praimplantasi

Kekhawatiran lainnya yaitu bahwa orang akan menyaring sifat tertentu, menggunakan diagnosis genetik praimplantasi (PGD) atau skrining genetik praimplantasi. Sebagai contoh, satu pasangan tunarungu dari Britania, Tom dan Paula Lichy, mengajukan petisi untuk menciptakan seorang bayi tuli menggunakan IVF.[10] Sejumlah etikawan medis sangat kritis terhadap hal ini. Jacob M. Appel menulis bahwa, "dengan sengaja memusnahkan embrio yang buta atau tuli mungkin mencegah cukup banyak penderitaan di masa depan, sementara suatu kebijakan yang memungkinkan orang tua tuli ataupun buta untuk memilih sifat-sifat yang sama secara sengaja akan jauh lebih merepotkan."[11]

Konsep yang dengan tegas mengubah gen ini telah menciptakan konsep Bayi Desainer. Saat ini, PGD dapat mengubah beberapa atribut fisik dan kesehatan; proyeksi kekuatan masa depan PGD dalam kemampuannya untuk menciptakan manusia yang ideal telah menimbulkan banyak masalah etika. Proyeksi dampak-dampak sosial misalnya pengubahan dunia atletik, penciptaan senjata manusia, dan pertukaran otonomi atas kehidupan seseorang karena praseleksi.[12] Selain itu, dengan pandangan yang sangat terbatas akan masa depan, sulit untuk mengubah suatu susunan genetik manusia tanpa mengetahui dampak sepenuhnya. Sebagai contoh, melalui terapi gen, suatu laboratorium mampu membuat tikus mengalami penurunan berat badan, tetapi efek jangka panjang manipulasi gen tersebut menyebabkan gangguan produksi toksin dan terlalu banyak penurunan berat badan.[13]

Otonomi dan kepemilikan jaringan

Bagi mereka yang meyakini bahwa kehidupan manusia dimulai sejak saat pembuahan, keyakinan ini juga mengungkapkan bahwa hak asasi manusia telah diberikan pada saat itu. Apabila hak asasi manusia telah ada dalam tahap embrionik ini, maka terdapat tambahan isu etika yang timbul dari proses manipulasi embrio di dalam ranah kepemilikan jaringan. Dalam jangka panjang, jika ditanamkan atau diimplantasikan ke dalam seorang wanita dan lahir, embrio tersebut menjadi seorang dewasa dan harus hidup dengan modifikasi genetik yang dipilih baginya melalui proses IVF. Dalam keadaan selulernya, tidak mungkin ia memberikan persetujuan kehendak untuk tindakan manipulasi gen. Hal ini menyebabkan pengambilan keputusan dilakukan oleh orang tuanya. Kepemilikan orang tua, yang dianggap sah, atas embrio hanya dalam jangka waktu singkat dan berarti bahwa mereka memegang kendali atas masa depan biologis sang embrio. Persetujuan kehendak atas kepemilikan jaringan telah menjadi isu selama puluhan tahun dan dapat berdampak hukum. Dalam kasus Henrietta Lacks, para peneliti tidak memiliki persetujuan pasien untuk menggunakan jaringannya dalam penelitian genetik, dan hal ini menyebabkan banyak masalah hukum seputar hak keluarganya untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan sel-selnya.[14]

Keuntungan yang diharapkan dari industri ini

Banyak orang yang tidak menentang praktik IVF (yakni menciptakan kehamilan melalui cara "buatan") tetapi sangat kritis terhadap keadaan sekarang industri ini. Mereka berpendapat bahwa industri ini telah menjadi suatu industri yang bernilai miliaran dolar, tanpa regulasi secara luas dan rawan terhadap pelanggaran-pelanggaran serius yang dilakukan para praktisinya untuk memperoleh keuntungan. Sebagai contoh, pada tahun 2008, seorang dokter California memindahkan 12 embrio ke seorang wanita yang kemudian melahirkan bayi kembar delapan (lih. Bayi kembar delapan Suleman). Kasus ini menjadi berita internasional, dan telah menyebabkan tuduhan bahwa banyak dokter yang rela untuk membahayakan kesehatan dan bahkan kehidupan seorang wanita demi memperoleh uang. Robert Winston, profesor studi fertilitasi di Imperial College London, menyebut industri ini "korup" dan "serakah" dengan mengatakan kalau, "Salah satu masalah utama yang kita hadapi dalam perawatan kesehatan adalah bahwa IVF telah menjadi suatu industri komersial yang besar," dan, "Apa yang telah terjadi, tentu saja, adalah bahwa uang mengorupsi seluruh teknologi ini," dan menuduh pihak berwenang gagal melindungi pasangan-pasangan dari eksploitasi: "Pihak otoritas telah melakukan suatu pekerjaan buruk secara konsisten. [Mereka] tidak mencegah eksploitasi kaum wanita, [mereka] tidak memberikan informasi yang sangat baik kepada pasangan-pasangan, [mereka] tidak membatasi jumlah perlakuan-perlakuan yang tidak ilmiah yang dapat diakses orang-orang."[15] Industri IVF karenanya dapat dipandang sebagai salah satu contoh dari apa yang dideskripsikan para ilmuwan sosial sebagai suatu tren yang mengalami peningkatan menuju suatu pengembangan kesehatan, ilmu kedokteran, dan tubuh manusia, yang digerakkan oleh pasar.[16]

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, industri ini semakin digerakkan oleh uang karena para peneliti dan inovator masuk ke dalam perebutan hak-hak paten dan hak-hak kekayaan intelektual. Klausul Hak Cipta dalam Konstitusi AS melindungi hak-hak inovator atas hasil karya mereka masing-masing dalam upaya untuk mempromosikan kemajuan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya, perlindungan hukum ini memberikan insentif kepada para inovator dengan menyediakan mereka suatu monopoli sementara atas hasil karya mereka masing-masing. Dalam industri IVF, yang sudah sangat mahal bagi pasien, hak-hak paten berisiko membuat harga-harga yang lebih tinggi bagi pasien untuk mendapatkan prosedur ini karena mereka juga harus menanggung biaya-biaya dari hasil karya yang dilindungi. Sebagai contoh, perusahaan 23andMe telah mematenkan suatu proses yang digunakan untuk mengalkulasi probabilitas warisan gen.[17] Kendati inovasi ini mungkin membantu banyak orang, perusahaan tersebut tetap memiliki hak tunggal untuk mengelolanya dan dengan demikian tidak ada persaingan ekonomis. Tidak adanya kompetisi ekonomis mengakibatkan harga produk yang lebih tinggi.

Industri ini dituduh membuat klaim-klaim yang tidak ilmiah, dan mendistorsi fakta-fakta seputar infertilitas (ketidaksuburan, kemandulan), khususnya melalui banyak klaim berlebihan mengenai seberapa umum kasus infertilitas di dalam masyarakat, dalam suatu upaya untuk mendapatkan sebanyak mungkin pasangan yang dengan segera mencoba menggunakan IVF (daripada mengupayakan untuk hamil secara alami dalam waktu yang lebih lama). Hal ini berisiko menghapus infertilitas dari konteks sosialnya dan mereduksi pengalaman atas suatu malfungsi biologis sederhana, yang sebenarnya dapat diobati melalui prosedur-prosedur biomedis tetapi menjadi harus menggunakan perawatan dari mereka.[18][19] Bagaimanapun, terdapat berbagai kekhawatiran serius mengenai banyaknya penggunaan IVF. Dr Sami David, seorang spesialis fertilitas dan salah seorang pelopor masa awal pengembangan IVF, menyatakan kekecewaan atas keadaan sekarang industri ini, dan mengatakan bahwa banyak prosedur yang tidak diperlukan; ia mengatakan, "[IVF] telah menjadi pilihan pertama perawatan, bukannya pilihan terakhir. Ketika pertama kali diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an, awal tahun 1980-an, [IVF] dimaksudkan sebagai upaya terakhir. Sekarang ini menjadi suatu upaya pertama. Saya pikir itu adalah suatu ketidakadilan bagi kaum wanita. Saya juga berpikir bahwa [IVF] dapat membahayakan para wanita dalam jangka panjang."[20] Karenanya, IVF menimbulkan isu-isu etika sehubungan dengan penyalahgunaan fakta-fakta biomedis untuk 'menjual' prosedur-prosedur korektif seputar kondisi-kondisi berbeda dari suatu kondisi ideal tubuh 'sehat' atau 'normal' yang tercipta dalam perspektif masyarakat, yaitu pria dan wanita subur dengan sistem-sistem reproduksi yang mampu bekerja sama dalam menghasilkan keturunan.

Kehamilan pasca menopause

Meskipun menopause adalah suatu penghalang alami bagi konsepsi pada usia lanjut, IVF telah memungkinkan kaum wanita untuk hamil pada usia 50-an dan 60-an tahun. Kaum wanita yang rahimnya telah dipersiapkan menerima embrio-embrio yang berasal dari suatu sel telur donor. Oleh karena itu, meski para wanita ini tidak memiliki hubungan genetik dengan sang anak, mereka memiliki hubungan emosional melalui kehamilan dan persalinan. Dalam banyak kasus, ayah genetik sang anak adalah pasangan wanita tersebut. Setelah menopause, memang rahim masih mampu menanggung kehamilan.[21]

Memperbolehkan kaum wanita untuk hamil setelah masa alamiahnya dapat menjadikan masalah overpopulasi. Melalui diagnosis genetik praimplantasi (PGD), anak-anak yang terlahir melalui IVF diyakini memiliki tingkat harapan hidup yang lebih tinggi karena eliminasi embrio-embrio dengan penyakit-penyakit tertentu. Sehingga IVF dapat menimbulkan peningkatan jumlah wanita yang mampu melahirkan anak mengakibatkan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, sementara PGD dalam IVF mengurangi tingkat kematian, mengakibatkan peningkatan populasi.

Pasangan sesama jenis, orang tua tunggal dan tidak menikah

Pada tahun 2009, ASRM menyatakan kalau mereka tidak menemukan bukti persuasif bahwa anak-anak disakiti atau dirugikan hanya karena dibesarkan oleh orang tua tunggal, orang tua yang tidak menikah, atau orang tua homoseksual. Mereka tidak mendukung pembatasan akses pada teknologi reproduksi berbantuan atas dasar orientasi seksual atau status perkawinan calon orang tua.[22]

Kekhawatiran dari aspek etika meliputi hak-hak reproduksi, kesejahteraan anak, perlakuan non-diskriminatif terhadap individu-individu yang tidak menikah, homoseksual, dan otonomi profesional.[22]

Suatu kontroversi baru-baru ini di California berfokus pada pertanyaan apakah para dokter yang menentang hubungan sesama jenis diwajibkan untuk melakukan IVF bagi pasangan lesbian. Guadalupe T. Benitez, seorang asisten medis lesbian dari San Diego, menggugat dokter Christine Brody dan Douglas Fenton dari North Coast Women's Care Medical Group setelah Brody mengatakan kepadanya bahwa ia memiliki "keberatan-keberatan berlandaskan agama untuk menangani dia dan kaum homoseksual pada umumnya untuk membantu mereka mengandung anak melalui inseminasi buatan," dan Fenton menolak untuk mengesahkan pengulangan resepnya untuk obat kesuburan Clomid dengan alasan yang sama.[23][24] Asosiasi Medis California awalnya memihak Brody dan Fenton, tetapi, pada tanggal 19 Agustus 2008, kasus tersebut diputuskan dengan suara bulat dalam keberpihakan pada Benitez oleh Mahkamah Agung Negara Bagian California.[25][26]

Nadya Suleman mengundang perhatian internasional setelah melakukan implantasi dua belas embrio, delapan di antaranya bertahan hidup, menyebabkan ia melahirkan delapan bayi baru sebagai tambahan pada keluarganya saat itu yang beranak enam. Dewan Medis California berusaha untuk mencabut lisensi Michael Kamrava, dokter kesuburan yang menangani Suleman. Para pejabat negara bagian menyatakan bahwa prosedur penanganan Suleman adalah bukti adanya penilaian yang tidak beralasan, penanganan di bawah standar, dan kurangnya kepeluan pada delapan anak yang akan ia kandung serta enam anak yang masih ia perjuangkan untuk dibesarkan. Pada tanggal 1 Juni 2011, Dewan Medis tersebut mengeluarkan putusan bahwa lisensi kedokteran Kamrava akan efektif dicabut pada tanggal 1 Juli 2011.[27][28][29]

Donor anonim

Sejumlah anak yang dikandung melalui IVF dengan menggunakan donor anonim atau tanpa identitas dilaporkan menderita keresahan karena tidak mengetahui orang tua donor mereka serta kerabat genetik dan sejarah keluarga mereka.[30][31]

Alana Stewart, yang dikandung menggunakan sperma donor, memulai suatu forum daring bagi anak-anak donor dengan nama AnonymousUS pada tahun 2010. Forum tersebut menyambut baik segala sudut pandang yang disampaikan setiap orang yang terlibat dalam proses IVF.[32] Olivia Pratten, seorang Kanada yang dikandung menggunakan donor, menggugat provinsi British Columbia pada tahun 2008 agar ia mendapat akses ke catatan identitas ayah donornya.[33] "Saya bukan sebuah rawatan, saya seorang pribadi, dan catatan-catatan itu milik saya," kata Pratten.[30] Pada bulan Mei 2012, pengadilan memenangkan gugatan Pratten, setuju bahwa undang-undang pada saat itu mendiskriminasi anak-anak donor serta menjadikan donasi sel telur dan sperma anonim di British Columbia ilegal.[33]

Di Britania Raya, Swedia, Norwegia, Jerman, Italia, Selandia Baru, dan beberapa negara bagian Australia, para donor tidak dibayar dan tidak dapat anonim.

Pada tahun 2000, sebuah situs web bernama Donor Sibling Registry dibuat untuk membantu anak-anak biologis dengan donor umum saling terhubung satu sama lain.[31][34]

Pada tahun 2012, sebuah dokumenter berjudul Hari Ayah Anonim dirilis dengan berfokus pada anak-anak yang dikandung menggunakan sel donor.[35]

Embrio-embrio yang tidak diinginkan

Selama tahap pemilihan dan pemindahan, banyak embrio yang mungkin dibuang demi yang lainnya. Pemilihan tersebut mungkin didasarkan pada kriteria seperti kelainan genetik atau jenis kelamin.[36] Salah satu kasus paling awal seputar pemilihan gen khusus melalui IVF adalah kasus keluarga Collins pada tahun 1990-an, yang memilih jenis kelamin anak mereka.[37] Isu-isu etika masih belum terselesaikan karena dianggap belum ada konsensus dalam ilmu pengetahuan, agama, dan filsafat mengenai kapan embrio manusia harus diakui sebagai seorang pribadi. Bagi yang meyakini bahwa hal ini bermula sejak saat konsepsi (pembuahan), IVF menjadi suatu masalah moral ketika ada beberapa sel telur yang dibuahi, sehingga memulai perkembangan mereka, dan hanya sedikit atau satu saja yang dipilih untuk implantasi.

Apabila IVF melibatkan pembuahan satu sel telur saja, atau setidaknya hanya sejumlah yang akan diimplantasikan, maka hal ini dianggap bukan suatu isu. Bagaimanapun, hal ini mungkin mengakibatkan peningkatan biaya secara drastis karena hanya satu atau sedikit sel telur yang diupayakan pada satu waktu. Akibatnya, pasangan tersebut perlu memutuskan apa yang harus dilakukan dengan embrio-embrio tambahan yang dihasilkan. Tergantung pada pandangan mereka tentang aspek kemanusiaan sang embrio atau apakah mereka kelak menginginkan anak lagi, pasangan tersebut memiliki beberapa pilihan dalam memperlakukan embrio-embrio ekstranya. Pasangan memiliki pilihan untuk membekukan mereka, menyumbangkan mereka kepada pasangan infertil lainnya, melelehkan mereka, atau menyumbangkan mereka untuk penelitian medis.[38] Membekukan mereka membutuhkan biaya, menyumbangkan mereka tidak menjamin kalau mereka akan bertahan hidup, mencairkan atau melelehkan mereka dengan segera membuat mereka tidak dapat bertahan hidup, dan penelitian medis mengakibatkan pengakhiran kehidupan mereka. Dalam ranah penelitian medis, pasangan belum tentu diberitahu untuk apa embrio-embrio tersebut digunakan, dan sebagai hasilnya, beberapa dapat saja digunakan dalam penelitian sel punca embrionik, suatu bidang yang juga dipandang memiliki isu-isu etika.

Tanggapan keagamaan

Gereja Katolik menentang semua jenis teknologi reproduksi berbantuan dan kontrasepsi buatan, menegaskan bahwa Gereja memisahkan tujuan prokreatif hubungan seksual dalam perkawinan dengan tujuan penyatuan pasangan dalam perkawinan. Gereja Katolik mengizinkan penggunaan sejumlah kecil teknologi reproduksi dan metode kontrasepsi seperti keluarga berencana alami, yang mencakup pencatatan waktu ovulasi. Gereja memperbolehkan bentuk-bentuk lain teknologi reproduksi yang memungkinkan pembuahan terjadi melalui persetubuhan normatif, misalnya pelumas fertilitas. Paus Benediktus XVI secara terbuka menekankan kembali penentangan Gereja Katolik terhadap fertilisasi in vitro atau "bayi tabung", memandangnya menggantikan cinta antara pasangan suami-istri.[39] Katekismus Gereja Katolik menyatakan kalau hukum alam mengajarkan bahwa reproduksi memiliki suatu "hubungan yang tak terpisahkan" dengan hubungan seksual di antara kedua pribadi pasangan menikah.[40] Selain itu, Gereja menentang IVF karena dapat menyebabkan pembuangan embrio-embrio, mengeliminasi hak hidup mereka; dalam Katolisisme, embrio dipandang sebagai seorang individu dengan jiwa yang harus diperlakukan layaknya seorang pribadi manusia.[41] Gereja Katolik berpendapat bahwa infertilitas bukanlah suatu kemalangan secara objektif, dan mendukung adopsi sebagai pilihan bagi pasangan-pasangan yang masih ingin memiliki anak.[42]

Dikatakan bahwa umat Hindu menerima IVF sebagai anugerah bagi mereka yang tidak dapat memiliki anak dan menyebut dokter-dokter terkait IVF melakukan punya karena terdapat beberapa karakter yang mengaku dilahirkan tanpa hubungan seksual, terutama Karna dan kelima Pandawa.[43]

Mengenai tanggapan atas IVF dari Islam, kesimpulan dari fatwa Gad El-Hak Ali Gad El-Hak mengenai teknologi reproduksi berbantuan meliputi:[44]

  • IVF satu sel telur sang istri dengan sel sperma dari suaminya dan pemindahan kembali sel telur yang telah dibuahi ke rahim sang istri diperbolehkan, dengan syarat prosedur itu diindikasikan untuk suatu alasan medis dan dilaksanakan oleh seorang dokter ahli.
  • Karena pernikahan adalah suatu kontrak antara sang istri dan suami selama kurun waktu pernikahan mereka, seharusnya tidak ada pihak ketiga yang mengganggu fungsi-fungsi perkawinan dalam hubungan seksual dan penghasilan keturunan. Hal ini berarti bahwa donor pihak ketiga tidak dapat diterima, apakah ia menyediakan sel sperma, sel telur, embrio, atau rahim. Penggunaan pihak ketiga sama artinya dengan zina, atau perselingkuhan.

Dalam komunitas Yahudi Ortodoks, konsep ini diperdebatkan karena hanya ada sedikit preseden pada sumber-sumber tekstual hukum tradisional Yahudi. Mengenai hukum seksualitas, yang menjadi keberatan misalnya masturbasi (yang dapat dipandang sebagai "penyia-nyiaan benih"[41]), hukum-hukum terkait aktivitas seksual dan menstruasi (niddah) serta hukum khusus mengenai persetubuhan. Satu masalah tambahan yang penting adalah penetapan garis keturunan dan keayahan. Bagi seorang bayi yang dikandung secara alami, identitas ayahnya ditentukan melalui suatu presumsi legitimasi hukum (khazakah): rov bi'ot achar ha'baal - hubungan seksual seorang wanita diasumsikan dengan suaminya. Mengenai seorang anak IVF, asumsi ini tidak ada dan karenanya Rabi Eliezer Waldenberg (antara lain) mensyaratkan adanya seorang pengawas dari luar untuk secara positif mengidentikasi sang ayah.[45] Yudaisme Reformasi umumnya menyetujui fertilisasi in vitro.[41]

Masyarakat dan budaya

Banyak orang Afrika Sub-Sahara memilih untuk memercayakan pengasuhan anak-anak mereka pada kaum wanita infertil. IVF memungkinkan para wanita infertil itu untuk memiliki anak-anak mereka sendiri, sehingga memaksakan standar ideal baru pada suatu budaya di mana membesarkan anak-anak dianggap alami dan penting secara kultural. Banyak wanita infertil yang mampu mendapatkan lebih banyak rasa hormat dalam masyarakat mereka dengan cara merawat anak-anak yang bukan anak kandungnya, dan mereka mungkin akan kehilangan rasa hormat tersebut jika memilih untuk menggunakan IVF. Karena IVF dipandang tidak alamiah, IVF dapat mengganggu posisi sosial mereka serta tidak menjadikan mereka setara dengan para wanita fertil. Juga dipandang lebih menguntungkan secara ekonomis bagi kaum wanita infertil untuk membesarkan anak-anak asuh karena memberikan anak-anak ini kemampuan lebih besar untuk mengakses sumber daya yang penting bagi perkembangan mereka dan juga membantu perkembangan masyarakat pada umumnya. Jika IVF menjadi lebih populer tanpa penurunan angka kelahiran, akan ada lebih banyak rumah dengan keluarga besar yang memiliki sedikit pilihan untuk mengirim anak-anak mereka yang lahir. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan jumlah anak yatim dan/atau penurunan sumber daya bagi anak-anak dari keluarga besar. Pada akhirnya hal ini akan menahan pertumbuhan masyarakat dan anak-anak tersebut.[46]

Kaum pria dan IVF

Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan kaum pria memandang diri mereka sebagai kontributor 'pasif'[47] karena kurangnya 'keterlibatan fisik' mereka[48] dalam penggunaan IVF. Meskipun demikian, banyak laki-laki merasa tertekan setelah melihat dampak negatif injeksi hormonal dan intervensi fisik secara terus-menerus pada pasangan mereka.[49] Fertilitas (kesuburan) dipandang sebagai salah satu faktor signifikan dalam persepsi seorang laki-laki mengenai maskulinitasnya, menjadikan banyak laki-laki merahasiakan penggunaan IVF mereka.[49] Dalam kasus-kasus di mana kaum pria tidak menceritakan bahwa ia dan pasangannya sedang menjalani IVF, mereka dilaporkan mengalami olok-olok, terutama oleh laki-laki lain, kendati ada beberapa yang menganggap hal ini sebagai suatu penegasan dukungan dan persahabatan. Bagi yang lainnya, hal ini menyebabkan mereka merasa terisolasi secara sosial.[50] Dibandingkan dengan kaum wanita, kaum pria kurang mengalami penurunan kesehatan mental dalam masa setelah suatu kegagalan penanganan IVF.[51] Bagaimanapun, banyak laki-laki merasa bersalah, kecewa, dan tidak mampu, seraya menyatakan bahwa mereka sekadar mencoba untuk memberikan semacam peneguhan emosional bagi pasangan mereka. [50]

Ketersediaan dan pemanfaatan

Indonesia

Saat ini telah ada 26 klinik yang melayani pengobatan bayi tabung di Indonesia yang tersebar di kota-kota di Jawa, Bali, dan Sumatera. Klinik bayi tabung yang ada di Indonesia ini di bawah pengawasan perkumpulan dokter seminat (PERFITRI - Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia atau IA-IVF Indonesian Assoaciation In Vitro Fertilization) yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan.

Status hukum

Instansi-instansi pemerintah di Tiongkok meloloskan larangan penggunaan IVF pada tahun 2003 bagi wanita yang tidak menikah dan pasangan dengan penyakit-penyakit menular tertentu.[52]

Negara-negara Muslim Sunni umumnya memperbolehkan IVF di antara pasangan-pasangan yang telah menikah selama dilakukan dengan sel sperma dan sel-sel telur mereka masing-masing, tetapi tidak dengan sel-sel telur donor dari pasangan lain. Namun Iran, yang adalah negara Muslim Syi'ah, memiliki suatu skema yang lebih kompleks. Iran melarang donasi sel sperma tetapi mengizinkan donasi sel-sel telur yang telah dibuahi maupun belum dibuahi. Sel-sel telur yang telah dibuahi merupakan donasi dari suatu pasangan menikah kepada pasangan menikah lainnya, sedangkan sel-sel telur yang belum dibuahi merupakan sumbangan dalam konteks nikah mutah atau pernikahan sementara kepada sang ayah.[53]

Kosta Rika melarang sepenuhnya teknologi IVF, Mahkamah Agung negara ini menyatakannya tidak konstitusional karena IVF "melanggar kehidupan".[54] Kosta Rika dikatakan sebagai satu-satunya negara di belahan bumi barat yang sepenuhnya melarang IVF. Suatu proyek undang-undang yang dengan setengah hati dikirim oleh pemerintahan Presiden Laura Chinchilla telah ditolak oleh parlemen. Presiden Chinchilla belum pernah secara terbuka menyatakan posisinya mengenai isu IVF. Namun, mengingat pengaruh besar Gereja Katolik dalam pemerintahannya, setiap perubahan dalam status quo tampaknya sangat tidak mungkin terjadi.[55][56] Kendati kerasnya tentangan keagamaan dan peranan pemerintah Kosta Rika, larangan atas IVF dibatalkan oleh Mahkamah Hak Asasi Manusia Inter-Amerika dalam suatu keputusan pada tanggal 20 Desember 2012. Mahkamah tersebut mengatakan bahwa jaminan perlindungan Kosta Rika sejak dahulu bagi setiap embrio melanggar kebebasan reproduksi pasangan-pasangan infertil karena melarang mereka menggunakan IVF, yang seringkali melibatkan pembuangan embrio-embrio yang tidak ditanamkan dalam rahim pasien.[57] Pada tanggal 10 September 2015, Presiden Luis Guillermo Solís menandatangani sebuah dekret legalisasi fertilisasi in-vitro. Dekret tersebut dimasukkan dalam surat kabar resmi negara pada tanggal 11 September. Para penentang praktik ini sejak saat itu mengajukan gugatan hukum di hadapan Mahkamah Konstitusi Kosta Rika.[58]

Semua pembatasan utama di Australia pada wanita lajang namun infertil untuk menggunakan IVF dicabut pada tahun 2002 setelah pengajuan banding terakhir ke Pengadilan Tinggi Australia ditolak dengan alasan prosedural dalam kasus Leesa Meldrum. Suatu pengadilan federal Victoria telah memutuskan pada tahun 2000 bahwa larangan yang ada atas semua wanita lajang dan lesbian untuk menggunakan IVF merupakan diskriminasi gender.[59] Pemerintah Victoria mengumumkan perubahan dalam hukum IVF pada tahun 2007 dengan menghilangkan pembatasan pada lesbian dan wanita lajang, sehingga menjadikan Australia Selatan satu-satunya negara bagian yang masih mempertahankan batasan tersebut.[60]

Undang-undang federal di Amerika Serikat mencakup skrining kebutuhan dan pembatasan dalam hal donasi, tetapi umumnya tidak berpengaruh pada pasangan intim secara seksual.[61] Namun, dokter mungkin diperlukan untuk menyediakan perawatan karena undang-undang non-diskriminasi, seperti misalnya di California.[26] Negara bagian Tennessee mengusulkan suatu rancangan undang-undang pada tahun 2009 yang akan menetapkan donor IVF sebagai 'adopsi'.[62] Pada sesi yang sama diusulkan rancangan undang-undang lainnya yang membatasi adopsi dari pasangan yang tidak menikah dan hidup bersama; kelompok-kelompok aktivis menyatakan bahwa meloloskan rancangan undang-undang yang pertama akan secara efektif menghentikan orang-orang yang tidak menikah untuk menggunakan IVF.[63][64] Tak satu pun dari kedua rancangan undang-undang itu lolos.[65][66]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Inggris) Moreton, Cole (14 January 2007). "World's first test-tube baby Louise Brown has a child of her own". London: Independent. Diakses tanggal 21 May 2010. The 28-year-old, whose pioneering conception by in-vitro fertilisation made her famous around the world. The fertility specialists Patrick Steptoe and Bob Edwards became the first to successfully carry out IVF by extracting an egg, impregnating it with sperm and planting the resulting embryo back into the mother 
  2. ^ (Inggris) "After IVF, some couples get pregnant without help". Reuters. 2012-05-03. Diakses tanggal 2015-11-05. 
  3. ^ (Inggris) Adamson, G.D.; Tabangin, M.; Macaluso, M.; Mouzon, J. de. "The number of babies born globally after treatment with the assisted reproductive technologies (ART)". Fertility and Sterility. 100 (3). doi:10.1016/j.fertnstert.2013.07.1807. 
  4. ^ (Inggris) "1978: First 'test tube baby' born". BBC. 25 July 1978. Diakses tanggal 13 June 2009. The birth of the world's first "test tube baby" has been announced in Manchester (England). Louise Brown was born shortly before midnight in Oldham and District General Hospital 
  5. ^ (Inggris) Moreton, Cole (14 January 2007). "World's first test-tube baby Louise Brown has a child of her own". The Independent. London. Diakses tanggal 5 May 2010. The 28-year-old, whose pioneering conception by in-vitro fertilisation made her famous around the world.. The fertility specialists Patrick Steptoe and Bob Edwards became the first to successfully carry out IVF by extracting an egg, impregnating it with sperm and planting the resulting embryo back into the mother 
  6. ^ (Inggris) Schulman, Joseph D. (2010) Robert G. Edwards – A Personal Viewpoint, CreateSpace Independent Publishing Platform, ISBN 1456320750.
  7. ^ (Inggris) Is an "Indian Crab Syndrome" Impeding Indian Science? sciencemag.org. Retrieved 20 August 2013
  8. ^ (Inggris) Ayers C (2004). "Mother wins $1m for IVF mix-up but may lose son". Timesonline. 
  9. ^ (Inggris) Swedberg, Claire (15 October 2007). "Reproductive Clinic Uses RFID to Guarantee Parental Identity". RFID Journal. 
  10. ^ (Inggris) Lawson, Dominic (11 March 2008). "Of course a deaf couple want a deaf child". The Independent. London. Diakses tanggal Nov 12, 2009. 
  11. ^ (Inggris) Appel, Jacob (12 March 2009). More 'designer' options. The Winnipeg Sun
  12. ^ (Inggris) Sandel, Michael (2004) The Case Against Perfection, Atlantic Monthly, 293(3), 51-62.
  13. ^ (Inggris) Ahima, R.S. (2003) "Obesity gene therapy: slimming immature rats", Gene Therapy, 10:196–197.
  14. ^ (Inggris) Skloot, Rebecca. (2010). The Immortal Life of Henrietta Lacks. New York: Crown.
  15. ^ (Inggris) Jha, Alok (31 May 2007). "Winston: IVF clinics corrupt and greedy". The Guardian. London. 
  16. ^ (Inggris) Dumit, J. (2012) Drugs for Life: How Pharmaceutical Companies Define Our Health. Duke University Press: Durham
  17. ^ (Inggris) DeFrancesco, L. (2014). 23andMe's designer baby patent. Nature biotechnology, 32(1), 8-8.
  18. ^ (Inggris) Dietrich, H (1986, May). "IVF: what can we do?" Paper presented to the Liberation or Loss? conference, Canberra.
  19. ^ (Inggris) Warren MA (1988). "IVF and women's interests: an analysis of feminist concerns". Bioethics. 2 (1): 37–57. doi:10.1111/j.1467-8519.1988.tb00034.x. PMID 11649236. 
  20. ^ (Inggris) "Is In Vitro Fertilization Being Overused?". CBS News. 2009-08-12. 
  21. ^ (Inggris) Parks JA (1996). "A closer look at reproductive technology and postmenopausal motherhood". CMAJ. 154 (8): 1189–91. PMC 1487687alt=Dapat diakses gratis. PMID 8612255. 
  22. ^ a b (Inggris) The Ethics Committee of the American Society for Reproductive Medicine (2009). "Access to fertility treatment by gays, lesbians, and unmarried persons". Fertil. Steril. 92 (4): 1190–3. doi:10.1016/j.fertnstert.2009.07.977. PMID 19732884. 
  23. ^ (Inggris) Appel JM (2006). "May doctors refuse infertility treatments to gay patients?". Hastings Cent Rep. 36 (4): 20–1. doi:10.1353/hcr.2006.0053. PMID 16898357. 
  24. ^ (Inggris) Dolan, M. (29 May 2008) "State high court may give gays another victory". Los Angeles Times.
  25. ^ (Inggris) Goldstein, Jacob (19 August 2008) California Doctors Can’t Refuse Care to Gays on Religious Grounds. Wall Street Journal.
  26. ^ a b (Inggris) Egelko, Bob (19 August 2008), "Bob Doctors can't use bias to deny gays treatment", San Francisco Chronicle.
  27. ^ (Inggris) Mohajer, Shaya Tayefe (25 October 2010). "License hearing for Octomom doctor resumes in LA". Associated Press. 
  28. ^ (Inggris) Breuer, Howard (22 October 2010). "Octomom's Doctor Tearfully Apologizes, Admits Mistake". People. Diakses tanggal 22 May 2012. 
  29. ^ (Inggris) "Michael Kamrava's medical license revoked". Los Angeles Times. 1 June 2011. 
  30. ^ a b (Inggris) Rafferty, Alessandra (25 February 2012). "Donor-Conceived and Out of the Closet". Newsweek. 
  31. ^ a b (Inggris) "'My Daddy's Name is Donor'". NPR. 16 August 2010. 
  32. ^ (Inggris) Scheller, Christine A. "The Untold Story of Donor-Conceived Children". Christianity Today. 
  33. ^ a b (Inggris) Motluk, Alison (27 May 2011). "Canadian court bans anonymous sperm and egg donation". Nature. doi:10.1038/news.2011.329. 
  34. ^ (Inggris) "Donor-conceived children use Internet to find relatives and share information". Washington Post. 26 September 2011. 
  35. ^ (Inggris) McManus, Mike (24 June 2012). "Anonymous Father's Day". Greenfield Daily Reporter. 
  36. ^ (Inggris) Pro-Life Concerns About IVF Include Abortion, Exploitation. LifeNews.com (6 September 2011). Retrieved on 2013-08-03.
  37. ^ (Inggris) Lemonick, M. D. (1999). "Designer Babies" Time Magazine.
  38. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama cnn.com
  39. ^ (Inggris) "Pope Benedict XVI Declares Embryos Developed For In Vitro Fertilization Have Right To Life", Medical news today 
  40. ^ (Inggris) Pope Paul VI (25 July 1968). "Humanae Vitae: Encyclical of Pope Paul VI on the Regulation of Birth, sec 12". Rome: Vatican. Diakses tanggal 25 November 2008. 
  41. ^ a b c (Inggris) Reconciling religion and infertility By Alina Dain. July 30, 2009
  42. ^ (Inggris) "Paragraph 2379", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  43. ^ (Inggris) "Science in hinduism-Test tube babies". Oct 20, 2013. Diakses tanggal 30 May 2016. 
  44. ^ (Inggris) Inhorn, MC (December 2006). "Making Muslim babies: IVF and gamete donation in Sunni versus Shi'a Islam". Cult Med Psychiatry. hlm. 427–50. doi:10.1007/s11013-006-9027-x. PMC 1705533alt=Dapat diakses gratis. PMID 17051430. 
  45. ^ Tzitz Eliezer 9 p. 247
  46. ^ (Inggris) Drah B. "Orphans in Sub-Saharan Africa: The Crisis, the Interventions, and the Anthropologist". Africa Today. 59 (2 (Winter2012 2012)): 3–21. doi:10.2979/africatoday.59.2.3. 
  47. ^ (Inggris) Throsby, K, Gill, R 2004, ‘"it’s different for men": masculinity and IVF’, LSE Research Online, Men and Masculinities, vol. 6, no. 4, pp. 340.
  48. ^ (Inggris) Whittaker A 2009, ‘Global technologies and transnational reproduction in Thailand’, Asian Studies Review, vol. 33, no. 3, pp. 324
  49. ^ a b (Inggris) Throsby, K, Gill, R 2004, ‘"it’s different for men": masculinity and IVF’, LSE Research Online, Men and Masculinities, vol. 6, no. 4, pp. 344
  50. ^ a b (Inggris) Throsby, K, Gill, R 2004, ‘"it’s different for men": masculinity and IVF’, LSE Research Online, Men and Masculinities, vol. 6, no. 4, pp. 336
  51. ^ (Inggris) Beutel M, Kupfer J, Kirchmeyer P, Kehde S, Köhn FM, Schroeder-Printzen I, Gips H, Herrero HJ, Weidner W (1999). "Treatment-related stresses and depression in couples undergoing assisted reproductive treatment by IVF or ICSI". Andrologia. 31 (1): 27–35. doi:10.1111/j.1439-0272.1999.tb02839.x. PMID 9949886. 
  52. ^ (Inggris) "China Bars In-Vitro Fertilization for Pregnancy". Redorbit.com. 12 November 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-15. Diakses tanggal 22 May 2012. 
  53. ^ (Inggris) Inhorn, Marcia C. "Islam, IVF and Everyday Life in the Middle East" (PDF). AIME: Anthropology of the Middle East. 1 (1): 37–45. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-07. 
  54. ^ (Inggris) "IVF Prohibition In Costa Rica". Ivfcostworldwide.com. Diakses tanggal 22 May 2012. 
  55. ^ (Spanyol) Murillo, Álvaro (12 July 2011) La Costa Rica católica se atasca con la fertilización in vitro. El Pais.
  56. ^ (Inggris) CIDH Extends Deadline For Approval Of Law For In-Vitro Fertilization In Costa Rica. insidecostarica.com. 24 February 2011.
  57. ^ (Inggris) Court strikes down Costa Rican ban on in-vitro fertilization. Associated Press via New York Times (22 December 2012)
  58. ^ (Inggris) Costa Rica Finally Allows In Vitro Fertilisation after 15-Year Ban
  59. ^ (Inggris) Australian court OKs fertility treatment for single women, lesbians by Peter O'Connor (AP, 18 April 2002)
  60. ^ (Inggris) Hoare, Daniel (15 December 2007) Lesbian community welcomes Vic IVF changes. abc.net.au
  61. ^ (Inggris) "21 CFR 1271.90(a)(2)". US Food and Drug Administration. 
  62. ^ (Inggris) "Fiscal Note, HB 2159 – SB 2136, from Tennessee General Assembly Fiscal Review Committee" (PDF). Diakses tanggal 22 May 2012. 
  63. ^ (Inggris) "SB 0078 by Stanley, Bunch. (HB 0605 by DeBerry J, Hensley.)". Wapp.capitol.tn.gov. Diakses tanggal 22 May 2012. 
  64. ^ (Inggris) "Tennessee Seeking To Ban IVF For Unmarried Individuals". Eggdonor.com. 31 March 2009. Diakses tanggal 22 May 2012. 
  65. ^ (Inggris) Jones, Sam (1 November 2008). "Study shows barriers to same-sex adoption hurt children". Outandaboutnewspaper.com. 
  66. ^ (Inggris) "Legislative Update". Tnep.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-07. Diakses tanggal 22 May 2012. 

Bacaan lanjutan