Lompat ke isi

Tionghoa Bangka-Belitung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 26: Baris 26:


== Budaya ==
== Budaya ==
Budaya Tionghoa di Bangka agak sedikit berbeda dengan Tionghoa di Belitung.<ref name="historia-chinese-of-babel"/> Orang Tionghoa di Bangka didatangkan pada awal abad ke-18 ketika pertambangan resmi dibuka. Mereka umumnya tidak membawa istri sehingga menikahi penduduk bumiputera, sehingga Tionghoa di Bangka sebagian besar merupakan peranakan yang berbicara Bahasa Hakka yang bercampur Bahasa Melayu.<ref name="historia-chinese-of-babel"/>
Budaya Tionghoa di Bangka agak sedikit berbeda dengan Tionghoa di Belitung.<ref name="historia-chinese-of-babel"/> Orang Tionghoa di Bangka didatangkan pada awal abad ke-18 ketika pertambangan resmi dibuka. Mereka umumnya tidak membawa istri sehingga menikahi penduduk bumiputera, sehingga Tionghoa di Bangka sebagian besar merupakan peranakan yang berbicara Bahasa Hakka yang bercampur Bahasa Melayu.<ref name="historia-chinese-of-babel"/>


Tionghoa Belitung dianggap "totok" karena datang pada abad ke-19 membawa istri.<ref name="historia-chinese-of-babel"/> Mereka beradaptasi dengan kebudayaan Nusantara antara lain dengan mengganti pakaian mereka dengan pakaian suku Nusantara seperti [[baju kurung]] dengan [[kebaya]], celana dengan [[sarung]].<ref name="historia-chinese-of-babel"/> Mereka masih berbicara dengan Bahasa Hakka yang asli.<ref name="historia-chinese-of-babel"/>
Tionghoa Belitung dianggap "totok" karena datang pada abad ke-19 membawa istri.<ref name="historia-chinese-of-babel"/> Mereka beradaptasi dengan kebudayaan Nusantara antara lain dengan mengganti pakaian mereka dengan pakaian suku Nusantara seperti [[baju kurung]] dengan [[kebaya]], celana dengan [[sarung]].<ref name="historia-chinese-of-babel"/> Mereka masih berbicara dengan Bahasa Hakka yang asli.<ref name="historia-chinese-of-babel"/>


== Stereotipe ==
== Stereotipe ==
Baris 36: Baris 36:
* [[Lim Tau Kian]], tokoh Muslim Tionghoa.
* [[Lim Tau Kian]], tokoh Muslim Tionghoa.
* [[Lim Boe Sing]], pebisnis pada periode [[Hindia Belanda]].
* [[Lim Boe Sing]], pebisnis pada periode [[Hindia Belanda]].
* [[Tjoeng A-tiam]], mayor Tionghoa di Mentok.
* [[Tjoeng A-tiam]], mayor Tionghoa di Mentok.
* [[Tan Hong Kwee]], kapten Tionghoa di Mentok tahun 1832 – 1839
* [[Tan Hong Kwee]], kapten Tionghoa di Mentok tahun 1832 – 1839
* [[Tony Wen]], lahir di [[Sungailiat]], salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia.
* [[Tony Wen]], lahir di [[Sungailiat]], salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia.

Revisi per 25 Januari 2017 05.07

Tionghoa Bangka-Belitung
Daerah dengan populasi signifikan
Pulau Bangka, Pulau Belitung, Jakarta
Bahasa
Hakka, Melayu Bangka, Melayu Belitung, Hokkian
Agama
Agama tradisional Tionghoa, Buddhisme, Kristen, Islam

Tionghoa Bangka-Belitung adalah etnis Tionghoa yang tinggal di wilayah Babel (Bangka Belitung), Indonesia.[1][2] Bangka Belitung merupakan salah satu daerah dengan konsentrasi etnis Tionghoa yang besar di Indonesia selain di Jawa, Riau, Sumatera Timur dan Kalimantan Barat.[3]

Sejarah

Awal kedatangan dengan skala besar orang Tionghoa di Bangka Belitung terjadi antara tahun 1700-1800-an. Orang Hakka (客家) awalnya didatangkan dari berbagai wilayah di Provinsi Guangdong seperti Meixian, Prefektur Huizhou, Prefektur Chaozhou menjadi tenaga penambang timah.[4]

Sebagian besar etnis Tionghoa di Bangka Belitung didominasi Orang Hakka dengan minoritas Orang Minnan (Hokkian). Berdasarkan sensus di tahun 1920, Total populasi orang Tionghoa Bangka mencapai 44% dari keseluruhan 154.141 jiwa.

Demografi

Tionghoa di Bangka dan Belitung merupakan yang terbesar kedua setelah Suku Melayu.

Budaya

Budaya Tionghoa di Bangka agak sedikit berbeda dengan Tionghoa di Belitung.[1] Orang Tionghoa di Bangka didatangkan pada awal abad ke-18 ketika pertambangan resmi dibuka. Mereka umumnya tidak membawa istri sehingga menikahi penduduk bumiputera, sehingga Tionghoa di Bangka sebagian besar merupakan peranakan yang berbicara Bahasa Hakka yang bercampur Bahasa Melayu.[1]

Tionghoa Belitung dianggap "totok" karena datang pada abad ke-19 membawa istri.[1] Mereka beradaptasi dengan kebudayaan Nusantara antara lain dengan mengganti pakaian mereka dengan pakaian suku Nusantara seperti baju kurung dengan kebaya, celana dengan sarung.[1] Mereka masih berbicara dengan Bahasa Hakka yang asli.[1]

Stereotipe

Di masyarakat, warga Tionghoa Bangka dikenal memiliki etika kesopanan yang rendah (kasar). Bagi yang masih tinggal di kampung pedalaman, etika dalam makan kurang diperhatikan, seperti makan dengan menggunakan piring dan sendok secara beramai-ramai. Namun mereka memiliki rasa kekeluargaan dan persaudaraan (solidaritas) yang sangat tinggi apabila jika dibanding dengan suku etnis Tionghoa lainnya.[4]

Tokoh-tokoh Tionghoa Bangka-belitung

Referensi

  1. ^ a b c d e f (Indonesia)Peranakan Tionghoa di Bangka-Belitung, historia.id. 18-10-2016
  2. ^ (Indonesia)Melayu-Tionghoa Bersaudara Tanpa Sekat, edukasi.kompas.com. 18-10-2016
  3. ^ (Inggris)Reid, Anthony (1996). Sojourners and Settlers: Histories of Southeast China and the Chinese. University of Hawaii Press. 
  4. ^ a b (Indonesia)9 Sebutan dan Tipe Keturunan Tionghoa di Indonesia, tionghoa.info. 18-10-2016