Lompat ke isi

Pandu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
TXiKiBoT (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{TMH Infobox|
{{TMH Infobox|
| Image = Pandu-kl.jpg
| Image = Pandu kunti.jpg
| Caption = Prabu Pandu, Raja [[Hastinapura]], dalam versi pewayangan Jawa
| Caption = Pandu dan [[Kunti]], dalam sebuah lukisan India.
| Nama = Pandu
| Nama = Pandu
| Devanagari = पाण्‍डु
| Devanagari = पाण्‍डु
Baris 21: Baris 21:
Ayah Pandu adalah [[Wicitrawirya]] dan ibunya adalah [[Ambalika]]. Saat Wicitrawirya wafat, ia belum memiliki keturunan. Maka Ambalika diserahkan kepada Bagawan [[Byasa]] agar diupacarai sehingga memperoleh anak. Ambalika disuruh oleh [[Satyawati]] untuk mengunjungi Byasa ke dalam kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putera yang buta ([[Dretarastra]]) seperti yang telah dilakukan [[Ambika]]. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan ([[Byasa]]) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (puteranya), ayah para [[Pandawa]], terlahir pucat.
Ayah Pandu adalah [[Wicitrawirya]] dan ibunya adalah [[Ambalika]]. Saat Wicitrawirya wafat, ia belum memiliki keturunan. Maka Ambalika diserahkan kepada Bagawan [[Byasa]] agar diupacarai sehingga memperoleh anak. Ambalika disuruh oleh [[Satyawati]] untuk mengunjungi Byasa ke dalam kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putera yang buta ([[Dretarastra]]) seperti yang telah dilakukan [[Ambika]]. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan ([[Byasa]]) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (puteranya), ayah para [[Pandawa]], terlahir pucat.


[[Berkas:Pandu kunti.jpg|left|thumb|200px|Pandu dan [[Kunti]] dalam lukisan versi [[India]].]]
== Kehidupan ==
== Kehidupan ==


Baris 34: Baris 33:
Lima belas tahun setelah ia hidup membujang, ketika [[Kunti]] dan putera-puteranya berada jauh, Pandu mencoba untuk [[hubungan seksual|bersenggama]] dengan [[Madri]]. Atas tindakan tersebut, Pandu wafat sesuai dengan kutukan yang diucapkan oleh resi yang pernah dibunuhnya. Kemudian Madri menitipkan putera kembarnya, [[Nakula]] dan [[Sadewa]], agar dirawat oleh Kunti sementara ia membakar dirinya sendiri untuk menyusul suaminya ke alam baka.
Lima belas tahun setelah ia hidup membujang, ketika [[Kunti]] dan putera-puteranya berada jauh, Pandu mencoba untuk [[hubungan seksual|bersenggama]] dengan [[Madri]]. Atas tindakan tersebut, Pandu wafat sesuai dengan kutukan yang diucapkan oleh resi yang pernah dibunuhnya. Kemudian Madri menitipkan putera kembarnya, [[Nakula]] dan [[Sadewa]], agar dirawat oleh Kunti sementara ia membakar dirinya sendiri untuk menyusul suaminya ke alam baka.


== Versi Pewayangan Jawa ==
== Versi pewayangan Jawa ==
[[Berkas:Pandu-kl.jpg|right|240px|thumb|Pandu dalam versi pewayangan Jawa.]]
Dalam pewayangan, tokoh Pandu ([[jawa]]: ''Pandhu'') merupakan putra kandung [[Abyasa]] yang menikahi [[Ambalika]] janda [[Citrawirya]]. Bahkan, [[Abyasa]] dikisahkan naik takhta di negeri [[Hastina]] sebagai raja sementara sampai Pandu dewasa.

Dalam pewayangan, tokoh Pandu ([[Bahasa Jawa]]: ''Pandhu'') merupakan putera kandung [[Byasa]] yang menikahi [[Ambalika]], janda [[Wicitrawirya]]. Bahkan, [[Byasa]] dikisahkan mewarisi takhta [[Hastinapura]] sebagai raja sementara sampai Pandu dewasa.


=== Masa Muda ===
=== Masa Muda ===
Pandu digambarkan berwajah tampan namun memiliki cacad di bagian leher, sebagai akibat karena ibunya memalingkan muka saat pertama kali berjumpa [[Abyasa]]. Para [[dalang]] mengembangkan kisah masa muda Pandu yang hanya tertulis singkat dalam ''[[Mahabharata]]''. Misalnya, Pandu dikisahkan selalu terlibat aktif membantu perkawinan para sepupunya di [[Mandura]].


Pandu pernah diminta para [[dewa]] untuk menumpas musuh [[kahyangan]] bernama Prabu Nagapaya raja raksasa yang bisa menjelma menjadi naga dari negeri Goabarong. etelah berhasil melaksanakan tugasnya, Pandu mendapat hadiah berupa pusaka minyak Tala.
Pandu digambarkan berwajah tampan namun memiliki cacat di bagian [[leher]], sebagai akibat karena ibunya memalingkan muka saat pertama kali menjumpai [[Byasa]]. Para [[dalang]] mengembangkan kisah masa muda Pandu yang hanya tertulis singkat dalam ''[[Mahabharata]]''. Misalnya, Pandu dikisahkan selalu terlibat aktif dalam membantu perkawinan para sepupunya di [[Mathura]]. Pandu pernah diminta para [[dewa]] untuk menumpas musuh [[kahyangan]] bernama Prabu Nagapaya, raja raksasa yang bisa menjelma menjadi [[naga]] dari negeri Goabarong. Setelah berhasil melaksanakan tugasnya, Pandu mendapat hadiah berupa pusaka minyak Tala.


Pandu kemudian menikah dengan [[Kunti]] setelah berhasil memenangkan sayembara di negeri [[Mandura]]. Ia bahkan mendapatkan hadiah tambahan berupa [[Dewi Madrim]] setelah berhasil mengalahkan [[Salya]], kakak sang dewi. Di tengah jalan ia juga berhasil mendapatkan satu putri lagi bernama [[Gendari]] dari negeri Plasajenar setelah mengalahkan kakaknya yang bernama Prabu Gendara. Putri yang terakhir ini kemudian diserahkan kepada [[Dretarastra]], kakak Pandu.
Pandu kemudian menikah dengan [[Kunti]] setelah berhasil memenangkan sayembara di negeri [[Mathura]]. Ia bahkan mendapatkan hadiah tambahan, yaitu Puteri [[Madri]], setelah berhasil mengalahkan [[Salya]], kakak sang puteri. Di tengah jalan ia juga berhasil mendapatkan satu puteri lagi bernama [[Gandari]] dari negeri Plasajenar, setelah mengalahkan kakaknya yang bernama Prabu Gendara. Puetri yang terakhir ini kemudian diserahkan kepada [[Dretarastra]], kakak Pandu.


Pandu naik takhta di [[Hastina]] menggantikan [[Abyasa]] dengan bergelar '''Prabu Pandu Dewanata''' atau '''Prabu Gandawakstra'''. Ia memerintah didampingi [[Gandamana]] pangeran [[Pancala]] sebagai [[patih]]. Tokoh [[Gandamana]] ini kemudian disingkirkan oleh [[Sengkuni]], adik [[Gendari]] secara licik.
Pandu naik takhta di [[Hastina]] menggantikan [[Byasa]] dengan bergelar "Prabu Pandu Dewanata" atau "Prabu Gandawakstra". Ia memerintah didampingi [[Gandamana]], pangeran [[Kerajaan Panchala|Panchala]] sebagai [[patih]]. Tokoh Gandamana ini kemudian disingkirkan oleh [[Sangkuni]], adik [[Gandari]] secara licik.


=== Keluarga ===
=== Keluarga ===
Dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan lima orang putra yang disebut [[Pandawa]]. Berbeda dengan ''[[Mahabharata]]'', kelimanya benar-benar putra kandung Pandu, dan bukan hasil pemberian [[dewa]]. Para [[dewa]] hanya dikisahkan membantu kelahiran mereka. Misalnya, [[Batara Darma]] membantu kelahiran [[Puntadewa]], dan [[Batara Bayu]] membantu kelahiran [[Bimasena]].


Kelima putra Pandu semuanya lahir di [[Hastina]], bukan di hutan sebagaimana yang dikisahkan dalam ''[[Mahabharata]]''.
Dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan lima orang putra yang disebut [[Pandawa]]. Berbeda dengan kitab ''[[Mahabharata]]'', kelimanya benar-benar putera kandung Pandu, dan bukan hasil pemberian [[dewa]]. Para [[dewa]] hanya dikisahkan membantu kelahiran mereka. Misalnya, Bhatara [[Dharma]] membantu kelahiran [[Yudistira]], dan Bhatara [[Bayu]] membantu kelahiran [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Kelima putra Pandu semuanya lahir di [[Hastina]], bukan di hutan sebagaimana yang dikisahkan dalam ''[[Mahabharata]]''.


=== Kematian ===
=== Kematian ===
Kematian Pandu dalam pewayangan bukan karena bersenggama dengan [[Madrim]], melainkan karena berperang melawan Prabu Tremboko, muridnya sendiri.

Dikisahkan [[Madrim]] mengidam ingin bertamasya naik [[Lembu Andini]] kendaraan [[Batara Guru]]. Pandu pun naik ke kahyangan mengajukan permohonan istrinya. Sebagai syarat ia rela berumur pendek dan masuk [[neraka]]. [[Batara Guru]] mengabulkan permohonan itu.

Pandu dan [[Madrim]] pun bertamasya di atas punggung [[Lembu Andini]]. Setelah puas mereka mengembalikan sapi ajaib itu kepada [[Batara Guru]]. Beberapa bulan kemudian, [[Madrim]] melahirkan bayi kembar bernama [[Nakula]] dan [[Sadewa]].


Kematian Pandu dalam pewayangan bukan karena bersenggama dengan [[Madri]], melainkan karena berperang melawan Prabu Tremboko, muridnya sendiri.
Sesuai kesanggupannya, Pandu pun berusia pendek. Akibat adu domba dari [[Sengkuni]], Pandu pun terlibat peperangan melawan muridnya sendiri, seorang raja raksasa dari Pringgadani bernama Prabu Tremboko. Perang ini dikenal dengan nama '''Pamoksa'''. Dalam perang itu Tremboko gugur terkena anak panah Pandu, namun ia sempat melukai paha lawannya itu menggunakan keris Kyai Kalanadah.


Dikisahkan bahwa [[Madri]] mengidam ingin bertamasya naik Lembu [[Nandini]], wahana [[Batara Guru]]. Pandu pun naik ke kahyangan mengajukan permohonan istrinya. Sebagai syarat, ia rela berumur pendek dan masuk [[neraka]]. [[Batara Guru]] mengabulkan permohonan itu. Pandu dan [[Madri]] pun bertamasya di atas punggung Lembu Nandini. Setelah puas, mereka mengembalikan [[lembu]] itu kepada Batara Guru. Beberapa bulan kemudian, [[Madri]] melahirkan bayi kembar bernama [[Nakula]] dan [[Sadewa]].
Akibat luka di paha tersebut, Pandu jatuh sakit. Ia akhirnya meninggal dunia setelah berwasiat agar negeri [[Hastina]] untuk sementara diperintah oleh [[Dretarastra]], kakaknya, sampai kelak [[Pandawa]] dewasa.


Sesuai kesanggupannya, Pandu pun berusia pendek. Akibat adu domba dari [[Sangkuni]], Pandu pun terlibat dalam perang melawan muridnya sendiri, yaitu seorang raja raksasa dari negeri Pringgadani bernama Prabu Tremboko. Perang ini dikenal dengan nama ''Pamoksa''. Dalam perang itu, Tremboko gugur terkena anak panah Pandu, namun ia sempat melukai [[paha]] lawannya itu menggunakan [[keris]] bernama "Kyai Kalanadah". Akibat luka di paha tersebut, Pandu jatuh sakit. Ia akhirnya meninggal dunia setelah menurunkan wasiat agar [[Hastinapura]] untuk sementara diperintah oleh [[Dretarastra]] sampai kelak [[Pandawa]] dewasa. Antara putera-puteri Pandu dan Tremboko kelak terjadi perkawinan, yaitu [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] dengan [[Hidimbi]], yang melahirkan [[Gatotkaca]], seorang [[kesatria]] berdarah campuran, manusia dan raksasa.
Antara putra-putri Pandu dan Tremboko kelak terjadi perkawinan, yaitu [[Bimasena]] dengan [[Arimbi]], yang melahirkan [[Gatutkaca]], seorang ksatria berdarah campuran, manusia dan raksasa.


=== Naik ke Sorga ===
=== Naik ke sorga ===
Istilah ''Pamoksa'' seputar kematian Pandu kiranya berbeda dengan istilah [[moksa]] dalam [[Hindu]]. Dalam Pamoksa, Pandu meninggal dunia musnah bersama seluruh raganya. Jiwanya kemudian masuk [[neraka]] sesuai perjanjian.


Atas perjuangan putra keduanya, yaitu [[Bimasena]] beberapa tahun kemudian, Pandu akhirnya mendapatkan tempat di [[sorga]]. Versi lain yang lebih dramatis mengisahkan Pandu tetap memilih hidup di [[neraka]] bersama [[Madrim]] sesuai janjinya kepada [[dewa]]. Baginya, tidak menjadi masalah meskipun ia tetap tinggal di [[neraka]], asalkan ia dapat melihat keberhasilan putra-putranya di dunia. Perasaan bahagia melihat darma bakti para [[Pandawa]] membuatnya serasa hidup di [[sorga]].
Istilah ''Pamoksa'' seputar kematian Pandu kiranya berbeda dengan istilah [[moksa]] dalam [[agama Hindu]]. Dalam "Pamoksa", Pandu meninggal dunia musnah bersama seluruh raganya. Jiwanya kemudian masuk [[neraka]] sesuai perjanjian. Atas perjuangan putera keduanya, yaitu [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] beberapa tahun kemudian, Pandu akhirnya mendapatkan tempat di [[sorga]]. Versi lain yang lebih dramatis mengisahkan Pandu tetap memilih hidup di [[neraka]] bersama [[Madri]] sesuai janjinya kepada [[dewa]]. Baginya, tidak menjadi masalah meskipun ia tetap tinggal di [[neraka]], asalkan ia dapat melihat keberhasilan putera-puteranya di dunia. Perasaan bahagia melihat dharma bakti para [[Pandawa]] membuatnya merasa hidup di [[sorga]].


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 31 Mei 2008 08.10

Pandu
पाण्‍डु
Pandu dan Kunti, dalam sebuah lukisan India.
Pandu dan Kunti, dalam sebuah lukisan India.
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaPandu
Ejaan Dewanagariपाण्‍डु
AsalHastinapura, Kerajaan Kuru

Pandu (Sanskerta: पाण्‍डु; dieja Pāṇḍu) adalah nama salah satu tokoh dalam wiracarita Mahabharata, ayah dari para Pandawa. Pandu merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu Dretarasta yang sebenarnya merupakan pewaris dari Kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura, tetapi karena buta maka tahta diserahkan kepada Pandu dan Widura, yang tidak memiliki ilmu kesaktian apapun tetapi memiliki ilmu kebijaksanaan yang luar biasa terutama bidang ketatanegaraan.

Pandu memiliki dua orang istri, yaitu Kunti dan Madri. Sebenarnya Pandu Dewanata tidak bisa mempunyai anak karena dikutuk oleh seorang resi, karena pada saat resi tersebut menyamar menjadi kijang untuk bercinta, Pandu memanah hingga resi itu tewas. Kedua istri Pandu Dewanata mengandung dengan cara meminta kepada Dewa. Pandu Dewanata akhirnya tewas karena kutukan yang ditimpa kepadanya, dan Madri menyusul suaminya dengan membakar dirinya.

Arti nama

Nama Pandu atau pāṇḍu dalam bahasa Sansekerta berarti pucat, dan kulit beliau memang pucat, karena ketika ibunya (Ambalika) menyelenggarakan upacara putrotpadana untuk memperoleh anak, ia berwajah pucat.

Kelahiran

Ayah Pandu adalah Wicitrawirya dan ibunya adalah Ambalika. Saat Wicitrawirya wafat, ia belum memiliki keturunan. Maka Ambalika diserahkan kepada Bagawan Byasa agar diupacarai sehingga memperoleh anak. Ambalika disuruh oleh Satyawati untuk mengunjungi Byasa ke dalam kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putera yang buta (Dretarastra) seperti yang telah dilakukan Ambika. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan (Byasa) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (puteranya), ayah para Pandawa, terlahir pucat.

Kehidupan

Pandu merupakan seorang pemanah yang mahir. Ia memimpin tentara Dretarastra dan juga memerintah kerajaan untuknya. Pandu menaklukkan wilayah Dasarna, Kashi, Anga, Wanga, Kalinga, Magadha, dan lain-lain.

Pandu menikahi Kunti, puteri Raja Kuntibhoja dari Wangsa Wresni, dan Madri, puteri Raja Madra. Saat berburu di hutan, tanpa sengaja Pandu memanah seorang resi yang sedang bersenggama dengan istrinya. Atas perbuatan tersebut, Sang Resi mengutuk Pandu agar kelak ia meninggal saat bersenggama dengan istrinya. Maka dari itu, Pandu tidak bisa memiliki anak dengan cara bersenggama dengan istrinya. Dengan kecewa, Pandu meninggalkan hutan bersama istrinya dan hidup seperti pertapa. Di dalam hutan, Kunti mengeluarkan mantra rahasianya dan memanggil tiga Dewa, Yaitu Yama, Bayu, dan Indra. Dari ketiga Dewa tersebut, ia meminta masing-masing seorang putera. Ketiga putera tersebut adalah Yudistira, Bima, dan Arjuna. Kunti juga memberi kesempatan kepada Madri untuk meminta seorang putera dari Dewa yang dipanggilnya, dan Madri memanggil Dewa Aswin. Dari Dewa tersebut, Madri menerima putera kembar, diberi nama Nakula dan Sadewa.

Kelima putra pandu dikenal sebagai Pandawa.

Kematian

Lima belas tahun setelah ia hidup membujang, ketika Kunti dan putera-puteranya berada jauh, Pandu mencoba untuk bersenggama dengan Madri. Atas tindakan tersebut, Pandu wafat sesuai dengan kutukan yang diucapkan oleh resi yang pernah dibunuhnya. Kemudian Madri menitipkan putera kembarnya, Nakula dan Sadewa, agar dirawat oleh Kunti sementara ia membakar dirinya sendiri untuk menyusul suaminya ke alam baka.

Versi pewayangan Jawa

Berkas:Pandu-kl.jpg
Pandu dalam versi pewayangan Jawa.

Dalam pewayangan, tokoh Pandu (Bahasa Jawa: Pandhu) merupakan putera kandung Byasa yang menikahi Ambalika, janda Wicitrawirya. Bahkan, Byasa dikisahkan mewarisi takhta Hastinapura sebagai raja sementara sampai Pandu dewasa.

Masa Muda

Pandu digambarkan berwajah tampan namun memiliki cacat di bagian leher, sebagai akibat karena ibunya memalingkan muka saat pertama kali menjumpai Byasa. Para dalang mengembangkan kisah masa muda Pandu yang hanya tertulis singkat dalam Mahabharata. Misalnya, Pandu dikisahkan selalu terlibat aktif dalam membantu perkawinan para sepupunya di Mathura. Pandu pernah diminta para dewa untuk menumpas musuh kahyangan bernama Prabu Nagapaya, raja raksasa yang bisa menjelma menjadi naga dari negeri Goabarong. Setelah berhasil melaksanakan tugasnya, Pandu mendapat hadiah berupa pusaka minyak Tala.

Pandu kemudian menikah dengan Kunti setelah berhasil memenangkan sayembara di negeri Mathura. Ia bahkan mendapatkan hadiah tambahan, yaitu Puteri Madri, setelah berhasil mengalahkan Salya, kakak sang puteri. Di tengah jalan ia juga berhasil mendapatkan satu puteri lagi bernama Gandari dari negeri Plasajenar, setelah mengalahkan kakaknya yang bernama Prabu Gendara. Puetri yang terakhir ini kemudian diserahkan kepada Dretarastra, kakak Pandu.

Pandu naik takhta di Hastina menggantikan Byasa dengan bergelar "Prabu Pandu Dewanata" atau "Prabu Gandawakstra". Ia memerintah didampingi Gandamana, pangeran Panchala sebagai patih. Tokoh Gandamana ini kemudian disingkirkan oleh Sangkuni, adik Gandari secara licik.

Keluarga

Dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan lima orang putra yang disebut Pandawa. Berbeda dengan kitab Mahabharata, kelimanya benar-benar putera kandung Pandu, dan bukan hasil pemberian dewa. Para dewa hanya dikisahkan membantu kelahiran mereka. Misalnya, Bhatara Dharma membantu kelahiran Yudistira, dan Bhatara Bayu membantu kelahiran Bima. Kelima putra Pandu semuanya lahir di Hastina, bukan di hutan sebagaimana yang dikisahkan dalam Mahabharata.

Kematian

Kematian Pandu dalam pewayangan bukan karena bersenggama dengan Madri, melainkan karena berperang melawan Prabu Tremboko, muridnya sendiri.

Dikisahkan bahwa Madri mengidam ingin bertamasya naik Lembu Nandini, wahana Batara Guru. Pandu pun naik ke kahyangan mengajukan permohonan istrinya. Sebagai syarat, ia rela berumur pendek dan masuk neraka. Batara Guru mengabulkan permohonan itu. Pandu dan Madri pun bertamasya di atas punggung Lembu Nandini. Setelah puas, mereka mengembalikan lembu itu kepada Batara Guru. Beberapa bulan kemudian, Madri melahirkan bayi kembar bernama Nakula dan Sadewa.

Sesuai kesanggupannya, Pandu pun berusia pendek. Akibat adu domba dari Sangkuni, Pandu pun terlibat dalam perang melawan muridnya sendiri, yaitu seorang raja raksasa dari negeri Pringgadani bernama Prabu Tremboko. Perang ini dikenal dengan nama Pamoksa. Dalam perang itu, Tremboko gugur terkena anak panah Pandu, namun ia sempat melukai paha lawannya itu menggunakan keris bernama "Kyai Kalanadah". Akibat luka di paha tersebut, Pandu jatuh sakit. Ia akhirnya meninggal dunia setelah menurunkan wasiat agar Hastinapura untuk sementara diperintah oleh Dretarastra sampai kelak Pandawa dewasa. Antara putera-puteri Pandu dan Tremboko kelak terjadi perkawinan, yaitu Bima dengan Hidimbi, yang melahirkan Gatotkaca, seorang kesatria berdarah campuran, manusia dan raksasa.

Naik ke sorga

Istilah Pamoksa seputar kematian Pandu kiranya berbeda dengan istilah moksa dalam agama Hindu. Dalam "Pamoksa", Pandu meninggal dunia musnah bersama seluruh raganya. Jiwanya kemudian masuk neraka sesuai perjanjian. Atas perjuangan putera keduanya, yaitu Bima beberapa tahun kemudian, Pandu akhirnya mendapatkan tempat di sorga. Versi lain yang lebih dramatis mengisahkan Pandu tetap memilih hidup di neraka bersama Madri sesuai janjinya kepada dewa. Baginya, tidak menjadi masalah meskipun ia tetap tinggal di neraka, asalkan ia dapat melihat keberhasilan putera-puteranya di dunia. Perasaan bahagia melihat dharma bakti para Pandawa membuatnya merasa hidup di sorga.

Lihat pula

Didahului oleh:
Wicitrawirya
Raja Hastinapura Diteruskan oleh:
Dretarastra