Lompat ke isi

Ijmak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 17: Baris 17:
Menurut Imam Hanafi kedua macam ijma' tersebut adalah ijma' yang sebenarnya. Menurut Imam Syafi'i hanya ijma' yang pertama saja yang disebut ijma' yang sebenarnya.
Menurut Imam Hanafi kedua macam ijma' tersebut adalah ijma' yang sebenarnya. Menurut Imam Syafi'i hanya ijma' yang pertama saja yang disebut ijma' yang sebenarnya.


Selain ijma' umat tersebut masih ada macam-macam ijma' yang lain, yaitu:
Selain ijma' mjo
umat tersebut masih ada macam-macam ijma' yang lain, yaitu:
* Ijma' sahabat
* Ijma' sahabat
* Ijma' Khalifah yang empat
* Ijma' Khalifah yang empat

Revisi per 6 Maret 2020 09.21

Ijmak atau Ijma' (bahasa Arab: إجماع) adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis dalam suatu perkara yang terjadi.

Unsur-unsur Ijma'

  • Adanya kesepakatan seluruh mujtahid dari kalangan umat Islam (ulama).
  • Suatu kesepakatan yang dilakukan haruslah dinyatakan secara jelas.
  • Yang melakukan kesepakatan tersebut adalah mujtahid.
  • Kesepakatan tersebut terjadi setelah wafatnya Rasulullah.
  • Yang disepakati itu adalah hukum syara' mengenai suatu masalah/peristiwa hukum tertentu.

Macam-macam Ijma'

Ijma' umat terbagi menjadi dua:

  • Ijma' Qauli, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' mengeluarkan pendapatnya dengan lisan ataupun tulisan yang menerangkan persetujuannya atas pendapat mujtahid lain di masanya.
  • Ijma' Sukuti, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam, tidak mengatakan pendapatnya. Diam di sini dianggap menyetujui.

Menurut Imam Hanafi kedua macam ijma' tersebut adalah ijma' yang sebenarnya. Menurut Imam Syafi'i hanya ijma' yang pertama saja yang disebut ijma' yang sebenarnya.

Selain ijma' mjo umat tersebut masih ada macam-macam ijma' yang lain, yaitu:

  • Ijma' sahabat
  • Ijma' Khalifah yang empat
  • Ijma' Abu Bakar dan Umar
  • Ijma' ulama Madinah
  • Ijma' ulama Kufah dan Basrah
  • ijma' itrah (golongan Syiah)

Sandaran ijma'

Ijma' tidak dipandang sah, kecuali apabila ada sandaran, sebab ijma' bukan merupakan dalil yang berdiri sendiri. Sandaran tersebut dapat berupa dalil qath'i yaitu Qur'an dan Hadis mutawatir, juga dapat berupa dalil zhanni yaitu Hadis ahad dan qiyas.

Lihat pula

Referensi

  • "Usul Fiqh", oleh A. Hanafie, M.A., Cetakan ketiga 1962, halaman 125-128
  • "Ushul Fiqh", oleh Drs. H Abd. Rahman Dahlan, M.A., Cetakan pertama 2010, halaman 145-147