Akmal Nasery Basral: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 63: | Baris 63: | ||
=== 2002: MTV Trax === |
=== 2002: MTV Trax === |
||
Di awal 2002, Akmal menjadi pemimpin redaksi pertama ''MTV Trax'', majalah musik proyek kolaborasi [[MRA Group]] dengan kanal musik [[MTV]] |
Di awal 2002, Akmal menjadi pemimpin redaksi pertama ''MTV Trax'', majalah musik proyek kolaborasi [[MRA Media]] (anak perusahaan [[MRA Group]]} dengan kanal musik [[MTV]] dengan bendera PT Media Tiara Victory.<ref>http://eprints.binus.ac.id/4668/</ref>. Pada jajaran dewan direksi terdapat [[Meuthia Kasim]] (direktur [[MRA Media]]) dan [[Yoris Sebastian]] (GM [[Hard Rock Cafe]] [[Jakarta]]). Untuk GM ''MTV Trax'' ditempati [[Erwin Arnada]] (sebelum mundur dan mendirikan majalah [[Playboy Indonesia]], 2007) |
||
Akmal merumuskan isi ''MTV Trax'' dari nama rubrik sampai deskripsi konten. |
Akmal merumuskan isi ''MTV Trax'' dari nama rubrik sampai deskripsi konten. Versi ''dummy'' majalah edisi perdana diperbaiki oleh [[Reda Gaudiamo]], jurnalis senior yang menjadi konsultan media grup MRA. Setelah konsep final disepakati, Akmal membentuk jajaran redaksi dengan merekrut tiga penulis baru yang masih ''fresh'' di dunia jurnalistik. Mereka adalah [[Arian13]] (vokalis band indie [[Puppen]] dan [[Seringai]]); [[Salman Aristo]] yang baru lulus dari [[Universitas Padjajaran]] (sekarang [[penulis skenario]] [[film]] yang produktif) dan Gupta Mahendra (gitaris grup jazz Chlorophyl, sarjana Sastra Cina UI). Untuk liputan lapangan, ''MTV Trax'' merekrut lima orang mahasiswa/i dari berbagai kampus yang memiliki pergaulan luas dan menyukai musik. Mereka tak harus ke kantor setiap hari seperti kewajiban reporter media konvensional karena ''MTV Trax'' terbit bulanan. Mereka menyesuaikan kehadiran di kantor dengan jadwal kuliah dan ujian kampus masing-masing. Sistem ini berjalan baik. |
||
Pada Oktober |
Pada Oktober 2002 muncul ''MTV Trax Thailand'' sebagai ''franchisee'' (penerima [[waralaba]]) yang mengadopsi model bisnis ''MTV Trax'' (Indonesia). Akmal sebagai penggemar berat musik sangat menikmati pekerjaannya namun sulit beradaptasi dengan gaya hidup lingkungan sekelilingnya yang "work hard, party harder" yang baginya terasa glamor, liberal, permisif. Dengan berat hati dia putuskan mundur setelah setahun membangun ''MTV Trax'' dari nol besar. Posisinya sebagai pemimpin redaksi digantikan Hagi Hagoromo. Nama ''MTV Trax'' berubah menjadi ''Trax'' setelah kerjasama ''MRA Group'' dan ''MTV'' tak berlanjut. Setelah Hagi juga mundur pada 2005, Andre James Oscar Sumual (Andre Opa) menempati kursi pemimpin redaksi sampai ''Trax'' berhenti terbit pada 2016 bersama datangnya senjakala majalah-majalah musik versi cetak yang berguguran.<ref>http://kencomm-id.com/portfolio/andre-opa/</ref>. |
||
=== 2004-2010: Tempo === |
=== 2004-2010: Tempo === |
Revisi per 9 September 2022 01.02
Akmal Nasery Basral | |
---|---|
Lahir | 28 April 1968 Jakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Nama lain | Uda Akmal |
Almamater | Universitas Indonesia Institut Agama Islam Tazkia |
Pekerjaan | novelis da'i |
Dikenal atas | Sang Pencerah (novel) Trilogi Imperia |
Suami/istri | Sylvia Horo (m. 1998) |
Anak | Jihan Maghfira Aurora Elena Maryam Aylatira |
Orang tua | Basral Sutan Ma'ruf (1941-2005) Asmaniar (1941-2004) |
Kerabat | Betrina Basral (adik) |
Penghargaan | Fiksi Utama Islamic Book Fair 2011 (novel Sang Pencerah) National Writer's Award 2021 SATUPENA |
Akmal Nasery Basral (lahir 28 April 1968) adalah seorang novelis, penulis, dan mantan wartawan asal Indonesia berdarah Minangkabau yang sudah menulis 24 judul buku.[1]. Dia menerima penghargaan National Writer's Award 2021 kategori fiksi dari Perkumpulan Penulis Nasional SATUPENA.[2]
Kehidupan awal
Akmal Nasery Basral merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya Basral Sutan Ma'ruf bin Umar Datuk Batungkek (1941-2005) dari Lubuk Basung, Agam, Sumatra Barat seorang wiraswastawan yang pernah kuliah di FE Universitas Andalas. Ibunya Asmaniar binti Barakan Sutan Rajo Ameh (1941-2004) dari Magek, Kamang Magek, Agam, Sumatra Barat, adalah alumna IKIP Padang (sekarang Universitas Negeri Padang) dan memulai karir sebagai guru SMP sebelum menjadi kepala sekolah SMP PGRI di Jakarta.[3]. Mereka menikah pada 2 November 1966.
Akmal lahir di RS Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Tak lama kemudian orang tuanya membeli rumah sederhana di kelurahan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Akmal menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja sampai lulus SMA di daerah yang tak jauh dari aliran sungai Ciliwung itu. Di daerah tersebut tinggal juga keluarga Raja Dangdut Rhoma Irama bersama istri pertama (Hj. Veronica Agustina).[4]
Akmal dan adiknya Betrina disekolahkan orang tua mereka di TK 'Aisyiyah dan SD Muhammadiyah VI Pagi, Tebet Timur. Mulai kelas 3 SD, setiap hari dari jam 14-17 keduanya mendalami agama Islam di Madrasah Muhammadiyah. Ini berlangsung sampai lulus SD.[5]. Akmal melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 73 Jakarta yang lokasinya juga di Tebet Timur. Titi DJ, Astri Ivo dan Marissa Haque[6] adalah kakak kelasnya yang kemudian berkibar sebagai artis nasional.
Lulus SMP Akmal diterima sebagai siswa SMA Negeri 8 Jakarta di Taman Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.[7]. Kelak sekolah yang populer disebut SMANDEL ini muncul dalam novel Te o Toriatte (Genggam Cinta) (2019) sebagai bentuk apresiasinya bagi alma maternya.[8]. Sebagai siswa jurusan IPA, Akmal yang bercita-cita ingin melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun dia gagal dalam Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) 1986. Alih-alih malah diterima di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Awalnya dia menargetkan menjadi mahasiswa sosiologi hanya setahun sembari menunggu Sipenmaru tahun berikutnya. Keinginanannya tetap tembus ke FK UI. Namun pada hari pertama penataran sebagai mahasiswa baru UI, dia bertemu seorang kawan satu kelas yang cara bicara, keluasan pengetahuan, dan energinya sangat memukau. Mahasiswa itu bernama Radhar Panca Dahana, dramawan-sastrawan-budayawan yang pamornya sudah dikenal nasional. Dalam berbagai obrolan, Radhar menyuntikkan motivasi kepada Akmal untuk menekuni dunia penulisan. Begitu juga saat lesehan di emperan Melawai Blok M pada malam hari ketika Akmal mengikuti Radhar bertemu kawan-kawannya sesama seniman berdiskusi aneka topik budaya dan sosial politik. Hasil interaksi itu membuat Akmal melupakan impian menjadi dokter dan memantapkan hati untuk menjadi sosiolog yang bisa menulis populer.
Ketika Radhar wafat (22 April 2021) setelah menjalani bertahun-tahun penderitaan panjang akibat komplikasi belasan penyakit dan proses cuci darah,[9] Akmal menulis obituari untuk sosok yang telah menginspirasinya masuk ke dalam dunia penulisan itu. [10][11]
Karier
Awal '90'an: Radio
Menjelang lulus kuliah, Akmal menemani seorang kakak kelas yang ingin melamar kerja di radio ARH (Arif Rahman Hakim) milik pengusaha Fahmi Idris. (Sejak 2005 nama radio menjadi ARH Global Radio dan pada 2017 berubah lagi menjadi Global Radio) 88.4 FM.[12] Ketika menunggu di lobi, Akmal disodori formulir pendaftaran oleh resepsionis dan diminta mengikuti wawancara juga. Tak dinyana, bukannya kakak kelas yang diterima melainkan Akmal yang dinyatakan lulus dan ditempatkan sebagai Assistant Program Director.
Direktur Utama Radio ARH adalah Zainal Abidin Suryokusumo (1939-2007), aktivis mahasiswa 1966 dan tokoh radio yang memiliki nama julukan sohor Bung Daktur. [13] Bung Daktur kemudian mendirikan Anggit Radio Nusantara (ARN), sindikasi radio nasional yang membuat aneka program siap putar bagi puluhan radio anggota di seantero tanah air. Akmal ikut dalam gerbong karyawan yang meninggalkan ARH dan pindah ke ARN.[14]. Targetnya bukan untuk berkarier di dunia radio melainkan agar tetap punya pendapatan untuk membiayai kursus bahasa Jerman di Goethe-Institut Jakarta dan kursus bahasa Prancis di CCF (sekarang Institut Français Indonesia) Jakarta yang lumayan mahal untuk kantong mahasiswa bukan dari keluarga kaya. Dua bahasa asing itu dibutuhkannya untuk menambah bekal bagi mimpinya menjadi jurnalis Tempo (majalah Indonesia) yang diincarnya.
1994-1998: Gatra
Namun saat dia usai diwisuda, Tempo sedang tak membuka lowongan jurnalis. Majalah berita mingguan itu justru membuka Program Pengembangan Pemasaran bagi sarjana baru. Akmal melamar dan lolos seleksi sebagai satu dari 25 orang yang diterima dari 300-an pelamar. Peserta menjalani pelatihan intensif di Wisma Tempo Sirnagalih, Megamendung, Bogor, Jawa Barat selama sepekan dengan jadwal harian aneka topik promosi, pemasaran dan penjualan, juga pemahaman atas bisnis media cetak di Indonesia. Para mentor selain direksi dan para manajer Tempo, juga praktisi dan akademisi kampus seperti Rhenald Kasali yang baru meraih gelar doktor dari AS. Usai pelatihan peserta disebar ke bagian iklan atau sirkulasi grup Tempo yang saat itu memiliki cukup banyak media (Forum Keadilan, Matra, Swa, Humor, Vista, dan Aku Anak Saleh). Akmal mendapat penempatan di Tempo sebagai account executive. Dia berencana jika Tempo membuka lowongan untuk reporter baru, maka akan mengikuti seleksi yang disyaratkan.
Baru tiga bulan dia bekerja, Tempo diberedel Orde Baru. Presiden Soeharto berang membaca laporan utama korupsi impor 39 kapal perang bekas Jerman Timur yang menyinggung dugaan keterlibatan anak emasnya, B.J. Habibie dalam skandal itu. [15]. Bersama Tempo diberedel juga majalah Editor dan tabloid Detik.[16]. Sebagian wartawan dan karyawan berinisiatif mendirikan majalah baru, Gatra, yang beredar mulai 19 November 1994. Akmal ikut bergabung sebagai reporter di majalah yang dinakhodai wartawan senior Herry Komar mantan redaktur eksekutif Tempo.[17].
April 1995 terjadi lonjakan 'manusia perahu' (pengungsi) dari Timor Timur (sekarang Timor Leste) ke Australia.[18]. Akmal mendapat tugas melakukan investigasi sekaligus merupakan liputan pertamanya ke luar negeri setelah lima bulan bekerja. Dia mengumpulkan informasi di Melbourne dan Sydney melalui jaringan klandestin dan simpatisan Fretilin di kedua kota yang sulit menerimanya karena citra Gatra sebagai majalah yang pro-Soeharto. Untungnya di Melbourne dia bertemu seorang mantan pejabat protokol Gubernur Timor Timur José Abílio Osório Soares yang membelot dan bersedia membawa Akmal ke pertemuan tertutup komunitas mereka bahkan ke rumah pribadinya di kawasan Richmond yang tak jauh dari Stasiun kereta api Richmond, Melbourne. Sementara di Sydney Akmal mendapat bantuan dari Max Lane, penerjemah karya-karya Pramoedya Ananta Toer,[19] yang memperkenalkannya dengan beberapa orang Timor Timur.
Saat liputan ke Australia, Akmal belum pernah mengunjungi provinsi ke-27 yang berjuluk Timor Loro Sa'e ("matahari terbit"). Baru dua tahun kemudian dia mendapat kesempatan menjejakkan kaki. Ketika itu suasana sudah begitu panas dengan keinginan masyarakat untuk lepas dari Indonesia yang berujung pada Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999 yang diawasi PBB. Dengan hasil referendum 80 persen masyarakat Timor Timur ingin berpisah, maka wilayah itu tak lagi bagian Indonesia dan menjadi negara merdeka dengan nama Timor Leste.[20]
Pengalaman liputan lain yang berkesan baginya adalah tugas liputan ke London, Inggris awal September 1997 untuk pemakaman Diana Spencer (Diana, Putri Wales yang tewas secara tragis di terowongan Place de L'Alma, Paris, Prancis.[21]. Diana yang merupakan janda Pangeran Charles, saat itu sedang menjalani hubungan pribadi dengan Dodi al-Fayed dari keluarga miliuner al-Fayed.[22]
Akibat sempitnya waktu persiapan liputan, staf sekretariat redaksi Gatra tak bisa mencarikan kamar hotel di London yang sedang dibanjiri pelayat dari berbagai pelosok dunia.[23]. Untungnya, sebelum terbang Akmal sempat melakukan reservasi online ke sebuah hotel kecil di kawasan Knightsbridge tak jauh dari Harrods, toko serba ada kelas atas milik keluarga al-Fayed. Dalam liputan itu Akmal bukan hanya meliputi prosesi pemakaman yang melintasi Hyde Park (Taman Hyde, London) yang disesaki peziarah, juga mengunjungi Althorp Estate kawasan pribadi keluarga Spencer sebagai lokasi pemakaman Diana dan ke pemakaman Brookwood, Surrey, kuburan Dodi. Pengalaman liputan ini kemudian digunakan Akmal sebagai elemen kisah novelnya Dilarang Bercanda dengan Kenangan yang terbit dua dekade kemudian.[24][25]
1999-2001: Gamma, @-ha & Komunitasmusik.com
Gatra pecah di pengujung 1998 akibat konflik internal yang tak bisa diselesaikan. Seluruh direksi (Herry Komar, Mahtum Mastoem, Harjoko Trisnadi, Lukman Setiawan) dan separuh karyawan hengkang dan mendirikan majalah baru Gamma. Akmal bergabung dengan majalah ini. Selain menjadi staf redaksi di desk Seni & Budaya dan desk International, dia mendapat tugas tambahan sebagai pembuat sisipan (booklet) Virtual berisi topik-topik teknologi informasi. Dalam waktu singkat, perolehan iklan Virtual melebihi pendapatan iklan induknya Gamma seperti diamati dan ditulis wartawan-sastrawan kawakan Sori Siregar.[26]
Namun suasana kerja di Gamma yang tetap intrik membuat Akmal tak betah. Dia mencari mitra usaha yang berminat menerbitkan majalah tren digital yang berbeda dengan majalah-majalah komputer yang sudah beredar di pasaran. Maka berdirilah PT Koridor Sinergi Paramedia penerbit majalah @-ha. Akmal yang juga menjadi pemimpin redaksi mengambil inspirasi dari Wired (majalah) dan T3 (majalah) dengan sejumlah penyesuaian untuk pembaca Indonesia. Dalam perjalanannya, perbedaan strategi dengan mitra usaha kian membesar dan tak terjembatani dalam kompromi membuat mereka pecah kongsi.
Di tengah gelombang eforia portal berita digital yang baru muncul, Akmal menerima ajakan Nandi D. Nadpodo (CEO Enterprise), promotor musik yang mendatangkan musisi dunia seperti Julio Iglesias, Roxette, dll, di Jakarta, untuk membuat situs berita Komunitasmusik.com. Bersama Abang Edwin SA (CTO), Akmal sebagai CCO mengembangkan situs berita musik ini. Munculnya situs-situs berita hiburan baru yang dibiayai grup perusahaan raksasa dan rela 'membakar uang' untuk promosi jorjoran melalui baliho-baliho di berbagai lokasi strategis Jakarta serta membom iklan media cetak dan televisi nyaris secara intensif membuat Komunitasmusik.com tak mampu menghadapi perang iklan sehingga perlahan-lahan menepi ke pinggir lapangan. Komunitasmusik.com mengibarkan bendera putih di awal tahun kedua beroperasi.
2002: MTV Trax
Di awal 2002, Akmal menjadi pemimpin redaksi pertama MTV Trax, majalah musik proyek kolaborasi MRA Media (anak perusahaan MRA Group} dengan kanal musik MTV dengan bendera PT Media Tiara Victory.[27]. Pada jajaran dewan direksi terdapat Meuthia Kasim (direktur MRA Media) dan Yoris Sebastian (GM Hard Rock Cafe Jakarta). Untuk GM MTV Trax ditempati Erwin Arnada (sebelum mundur dan mendirikan majalah Playboy Indonesia, 2007)
Akmal merumuskan isi MTV Trax dari nama rubrik sampai deskripsi konten. Versi dummy majalah edisi perdana diperbaiki oleh Reda Gaudiamo, jurnalis senior yang menjadi konsultan media grup MRA. Setelah konsep final disepakati, Akmal membentuk jajaran redaksi dengan merekrut tiga penulis baru yang masih fresh di dunia jurnalistik. Mereka adalah Arian13 (vokalis band indie Puppen dan Seringai); Salman Aristo yang baru lulus dari Universitas Padjajaran (sekarang penulis skenario film yang produktif) dan Gupta Mahendra (gitaris grup jazz Chlorophyl, sarjana Sastra Cina UI). Untuk liputan lapangan, MTV Trax merekrut lima orang mahasiswa/i dari berbagai kampus yang memiliki pergaulan luas dan menyukai musik. Mereka tak harus ke kantor setiap hari seperti kewajiban reporter media konvensional karena MTV Trax terbit bulanan. Mereka menyesuaikan kehadiran di kantor dengan jadwal kuliah dan ujian kampus masing-masing. Sistem ini berjalan baik.
Pada Oktober 2002 muncul MTV Trax Thailand sebagai franchisee (penerima waralaba) yang mengadopsi model bisnis MTV Trax (Indonesia). Akmal sebagai penggemar berat musik sangat menikmati pekerjaannya namun sulit beradaptasi dengan gaya hidup lingkungan sekelilingnya yang "work hard, party harder" yang baginya terasa glamor, liberal, permisif. Dengan berat hati dia putuskan mundur setelah setahun membangun MTV Trax dari nol besar. Posisinya sebagai pemimpin redaksi digantikan Hagi Hagoromo. Nama MTV Trax berubah menjadi Trax setelah kerjasama MRA Group dan MTV tak berlanjut. Setelah Hagi juga mundur pada 2005, Andre James Oscar Sumual (Andre Opa) menempati kursi pemimpin redaksi sampai Trax berhenti terbit pada 2016 bersama datangnya senjakala majalah-majalah musik versi cetak yang berguguran.[28].
2004-2010: Tempo
Dalam keadaan tak terikat komitmen dengan perusahaan manapun, majalah Tempo melalui Arif Zulkifli dan Toriq Hadad memberikan kesempatan kepada Akmal untuk bergabung. Padahal saat itu santer beredar kabar bahwa orang-orang Tempo yang pindah haluan ke Gatra pasca pembredelan 1994, tak akan diterima lagi di Tempo karena dianggap sebagai 'pengkhianat'. Namun hal itu tak berlaku terhadap Akmal. Mungkin juga karena saat pembredelan terjadi status Akmal adalah account executive bukan reporter atau staf redaksi.
Juli 2005, Akmal meluncurkan novel perdana berjudul Imperia yang bergenre thriller politik di sebuah acara buku nasional di Istora Gelora Bung Karno. Pembahas adalah penulis-jurnalis senior Leila S. Chudori (Tempo) dan pengamat politik Eep S. Fatah. Moderator Krisnadi Yuliawan, redaktur Gatra.
Di tahun 2006 Akmal mendapat tugas liputan ke Busan, Korea Selatan untuk meliput Festival Film Internasional Busan dan fenomena kebangkitan K-Pop yang sedang menyaingi J-Pop di seluruh dunia.[29]. Tugas lain yang berkesan baginya liputan di Pakistan usai pembunuhan Benazir Bhutto, Desember 2007. Akmal berkeliling empat kota (Karachi, Islamabad, Rawalpindi, Lahore) sampai berlangsung Pemilu Februari 2008. Kendati negara itu tidak sedang dilanda perang saudara, namun dentum bom dan tembakan sesekali terdengar juga. [30][31].
Setelah enam tahun berkiprah sebagai wartawan Tempo dan melahirkan tiga buku (Imperia, Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku dan Nagabonar Jadi 2), Akmal memutuskan meninggalkan dunia jurnalistik, masuk kuadran kehidupan baru sebagai penulis kreatif penuh waktu. Keputusan itu dilakukannya pada awal 2010.
2010-sekarang: Novelis, Kolumnis, Da'i
Juli 2010 Akmal meluncurkan novel sejarah Sang Pencerah dalam momentum Satu Abad Muhammadiyah dan Muktamar ke-46 yang berlangsung di Daerah Istimewa Yogyakarta.[32]. Sampai Agustus 2022, Akmal sudah menghasilkan 24 buku yang mayoritas merupakan novel beragam genre (judul lengkap lihat Karya).
Untuk melatih kepekaannya terhadap fenomena sosial, Akmal menulis kolom (nonfiksi) bertajuk SKEMA (Sketsa Masyarakat) yang dimulai sejak bulan Ramadan 1443 H (April 2022) yang dipostingnya setiap hari ke beberapa WAG (grup WhatsApp) yang diikutinya. Ternyata hampir setiap tulisan diunggah ulang oleh berbagai portal dan situs berita di laman masing-masing.[33]. Melihat sambutan positif pembaca, usai Ramadan Akmal melanjutkan SKEMA dengan frekuensi 1-2 tulisan per pekan, tidak harian seperti saat Ramadan.[34]. Akmal tidak mengirimkan tulisan SKEMA ke media cetak konvensional selain untuk memangkas waktu tunggu penerbitan, juga karena ingin berwakaf tulisan kepada para pembaca kritis. Beberapa topik yang ditulisnya menempati artikel terpopuler di situs yang mengunggah. Misalnya tulisan tentang wafatnya santri asal Palembang di Pondok Modern Darussalam Gontor akibat dianiaya sesama santri.[35]
Pada 2014, Akmal mendapat tawaran beasiswa pascasarjana untuk studi Ekonomi syariah di Institut Agama Islam Tazkia, Sentul City, melalui Ahmad Mukhlis Yusuf, mantan Pemimpin Umum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara. Sejak itu dia mulai sering mendapatkan permintaan mengisi kajian di masjid komplek (pemukiman) atau perkantoran. Namun Akmal membatasi hanya menyampaikan materi yang berkaitan dengan sejarah Islam dan tokoh-tokoh Islam atau fenomena sosial budaya dalam bingkai peradaban, bukan berkaitan dengan fikih ibadah atau fikih muamalah yang lebih spesifik.
Akmal tak pernah mau dipanggil ustaz, dia selalu meminta dipanggil Uda Akmal karena dua alasan. Pertama, panggilan itu beraroma Minang (uda = kakak). Kedua, "Uda berarti ustaz dadakan," selorohnya dalam beberapa kesempatan. Namun dia tak keberatan jika disebut da'i. Sebab berbeda dengan ustaz yang berarti 'guru besar', maka da;i berarti 'penyeru'. Baginya apapun profesi dan latar belakang pendidikan seseorang, jika orang tersebut menyerukan ajakan kebaikan kepada sesama maka sang penyeru bisa dipanggil da'i.[36]
Kehidupan pribadi
Akmal menikah dengan Sylvia Emilia Horo, kolega kerjanya di Gatra (non-redaksi), pada 9 April 1998. Mereka dikaruniai tiga orang putri yakni Jihan Maghfira Nasery, Aurora Zaslin Elena Nasery dan Maryam Aylatira Nasery. Mereka tinggal di kawasan Cibubur.[37]
Pendidikan
- TK Aisyiyah, Tebet Timur, Jakarta Selatan
- SD Muhammadiyah VI Tebet Timur, Jakarta Selatan
- SMP Negeri 73 Tebet Timur, Jakarta Selatan
- SMA Negeri 8 Taman Bukit Duri, Jakarta Selatan
- Jurusan Sosiologi FISIP UI, Depok [38]
- Ekonomi Islam TAZKIA University College of Islamic Economics, Depok[39]
Karya
Ke-24 karya Akmal Nasery Basral yang sudah terbit terdiri dari 1 nonfiksi (tentang orkestra), 2 antologi cerpen 1 antologi puisi esai, dan 20 novel.
Nonfiksi
- Simfoni Untuk Negeri: Twilite Orchestra & Magenta Orchestra (2011)[40]
Antologi Cerpen
- Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006, catatan akhir oleh Prof. Dr. Budi Darma)[41]
- Putik Safron di Sayap Izrail (2020, endorsement oleh Prof. Dr. Budi Darma, "Kumpulan cerita pendek ini mengokohkan Akmal Nasery Basral sebagai pengarang yang kuat dengan pemikiran penting dalam sastra kita.")[42]
Antologi Puisi Esai
- Taman Iman Taman Peradaban (2021, antologi puisi esai 10 tokoh agama di Indonesia) [43]
Novel
- Imperia (2005)[44]
- Nagabonar Jadi 2 (2007)[45]
- Sang Pencerah (2010, novel sejarah kehidupan KH Ahmad Dahlan[46]
- Presiden Prawiranegara (2011, novel sejarah perjuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara era PDRI)[47]
- Batas (2011, novel)[48]
- Anak Sejuta Bintang (2012, novelisasi masa kanak-kanak Aburizal Bakrie)[49]
- Tadarus Cinta Buya Pujangga (2013, novel sejarah Buya Hamka)[50]
- Napoleon dari Tanah Rencong (2013, novel sejarah tentang Hasan Saleh)[51]
- Trilogi Imperia: Ilusi Imperia (2014)[52]
- Trilogi Imperia: Rahasia Imperia (2014)[53]
- Trilogi Imperia: Coda Imperia (2018)[54]
- Dilarang Bercanda dengan Kenangan (2018)[55]
- Teo Toriatte (Genggam Cinta) (2019) [56]
- Dilarang Bercanda dengan Kenangan 2: Gitasmara Semesta (2020)[57]
- Setangkai Pena di Taman Pujangga (2020, dwilogi novel sejarah Buya Hamka)[58]
- Disorder (2020)[59]
- Dwilogi Dayon & Sabai: Dayon (2021)[60]
- Kincir Waktu (2021)[61]
- Dwilogi Dayon & Sabai: Sabai Sunwoo (2022)[62]
- Serangkai Makna di Mihrab Ulama (2022, dwilogi novel sejarah Buya Hamka)[63]
- Kincir Waktu 2 (2022-segera terbit)
Penghargaan
- Longlist Khatulistiwa Literary Award/Kusala Sastra Khatulistiwa (2007)[64]
- Fiksi Utama Terbaik Islamic Book Fair (2011)[65]
- Penulis Produktif Republika Penerbit (2020)[66]
- National Writer's Award SATUPENA (2021)[67]
- Nominator Best Crime Story & Best Novel Scarlet Pen Awards (2022)[68]
Referensi
- ^ https://www.viva.co.id/gaya-hidup/inspirasi-unik/1462905-akmal-nasery-basral-luncurkan-buku-kisah-buya-hamka
- ^ https://www.youtube.com/watch?v=CGZ8WI3teZU
- ^ https://forumterkininews.id/berhari-raya-tanpa-orang-tua/
- ^ https://zh-cn.facebook.com/notes/forsa-fans-of-rhoma-irama-and-soneta-banjarmasin/rhoma-irama-tentang-sejarah-deklarasi-soneta-the-voice-of-moeslim/419757681418388
- ^ https://sdmuh06tebet.sch.id/sejarah-singkat-perguruan-muhammadiyah-tebet-timur.html
- ^ https://wiki-indonesia.club/wiki/Marissa_Haque
- ^ https://www.gpu.id/author-detail/38456/akmal-nasery-basral
- ^ https://www.gpu.id/book-detail/92772/te-o-toriatte-genggam-cinta
- ^ https://nationalgeographic.grid.id/read/132663247/sastrawan-budayawan-dramawan-radhar-panca-dahana-berpulang?page=all
- ^ https://kumparan.com/akmal-nasery-basral/mengenang-radhar-panca-dahana-1965-2021-hidup-harus-lebih-dari-sekadarnya-1vbo18LXdVv
- ^ https://mediaindonesia.com/opini/400362/mengenang-radhar-hidup-harus-lebih-daripada-sekadarnya
- ^ http://mncnetworks.com/index.php/radio-stations/detail/1/global-radio
- ^ http://bungdaktur-arh.blogspot.com/
- ^ https://pantau.or.id/liputan/2003/01/centang-perenang-industri-radio/
- ^ https://nasional.tempo.co/read/458741/habibie-heboh-kapal-perang-jerman-dan-beredel
- ^ https://nasional.tempo.co/read/1474929/kronologi-pembredelan-majalah-tempo-editor-dan-detik-27-tahun-silam
- ^ http://koleksikemalaatmojo.blogspot.com/2011/07/majalah-lama-gatra-edisi-perdana.html
- ^ https://espace.curtin.edu.au/handle/20.500.11937/86770
- ^ https://jakartaglobe.id/news/max-lane-not-get-lost-translating-pramoedya-ananta-toer
- ^ https://intisari.grid.id/read/032690242/timor-leste-lepas-dari-indonesia-pada-masa-pemerintahan-presiden-habibie-ternyata-ini-alasan-cerdas-presiden-ke-3-indonesia-biarkan-bumi-lorosae-merdeka-meski-s?page=all
- ^ https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/09/06/160800382/pemakaman-putri-diana-kesedihan-dunia-dan-prosesi-yang-ditonton-2-5
- ^ https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170901144039-277-238870/dodi-al-fayed-teman-kencan-pengantar-maut-putri-diana
- ^ https://www.liputan6.com/global/read/2594876/6-9-1997-25-miliar-orang-saksikan-prosesi-pemakaman-putri-diana
- ^ https://www.goodreads.com/book/show/43228281-dilarang-bercanda-dengan-kenangan
- ^ https://www.dipidiff.com/review-buku/indonesia-dan-terjemahan/114-review-buku-dilarang-bercanda-dengan-kenangan-akmal-nasery-basral
- ^ http://pantaulama.klienakses.com/?/=d/79
- ^ http://eprints.binus.ac.id/4668/
- ^ http://kencomm-id.com/portfolio/andre-opa/
- ^ https://books.google.co.id/books?id=d0vODwAAQBAJ&pg=PA34&lpg=PA34&dq=Akmal+Nasery+Basral++K-Pop+Tempo&source=bl&ots=N0gJISWkIT&sig=ACfU3U01-xc_5aNS5DQPFKsk-izMPiCEDA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj83s2mqoT6AhVnSmwGHUzZCasQ6AF6BAgREAM#v=onepage&q=Akmal%20Nasery%20Basral%20%20K-Pop%20Tempo&f=false
- ^ https://dunia.tempo.co/read/117667/pemilu-di-pakistan-super-sederhana
- ^ https://www.datatempo.co/MajalahTeks/detail/ARM20180612136451/selamat-tinggal-q
- ^ https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/07/100706_muhammadiyahintro#:~:text=Muhammadiyah%20menggelar%20Muktamar%20ke%2D46,dan%20Tajdid%20Menuju%20Peradaban%20Utama
- ^ https://jakarta.suaramerdeka.com/opini/pr-1343197379/masjid-isa-dan-perawan-maria
- ^ https://www.viva.co.id/vstory/opini-vstory/1511735-endgame-dua-akhir-dramatis-dari-hidup-yang-sebelumnya-manis?page=2
- ^ https://www.orbitindonesia.com/kolom/pr-5444546317/ke-gontor-apa-yang-kau-cari-penganiayaan-berbuah-kematian-di-perkemahan-kamis-dan-jumat
- ^ https://muslim.or.id/26662-syarat-syarat-menjadi-dai.html
- ^ https://www.gpu.id/author-detail/38456/akmal-nasery-basral
- ^ https://indonews.id/artikel/319963/Jejak-Alumni-FISIP-UI-Sastrawan-Akmal-Nasery-FISIP-UI-Menempa-dan-Mengembangkan-Wawasan-Saya/
- ^ https://alumni.tazkia.ac.id/tag/akmal-nasery-basral/
- ^ https://www.viva.co.id/amp/foto/showbiz/5184-peluncuran-buku-simfoni-untuk-negeri
- ^ http://bukuygkubaca.blogspot.com/2006/12/ada-seseorang-di-kepalaku-yang-bukan.html
- ^ https://adesolihat.com/2021/01/16/review-kumpulan-cerpen-putik-safron-di-sayap-izrail-anb/
- ^ https://mediaindonesia.com/humaniora/423898/novelis-akmal-nasery-basral-luncurkan-buku-taman-iman-taman-peradaban
- ^ https://www.goodreads.com/en/book/show/1396759.Imperia
- ^ http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/82218
- ^ https://www.academia.edu/8779786/Representasi_Hegemoni_dalam_Novel_Sang_Pencerah
- ^ https://www.tempo.co/dw/5568/lewat-novel-sejarah-penulis-akmal-nasery-basral-hidupkan-kembali-tokoh-kemerdekaan
- ^ https://www.researchgate.net/publication/332796936_Eksistensi_Budaya_Dayak_dalam_Novel_Batas_Karya_Akmal_Nasery_Basral
- ^ https://www.kompasiana.com/budiliem/550e96a4813311ba2cbc6475/resensi-novel-anak-sejuta-bintang
- ^ https://adoc.pub/nilai-nilai-religiusitas-islam-dalam-novel-tadarus-cinta-buy.html
- ^ https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20403474&lokasi=lokal
- ^ https://bookishstory.wordpress.com/2015/09/22/book-review-67-ilusi-imperia-by-akmal-nasery-basral/
- ^ https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20140905095753-234-2527/rahasia-imperia-labirin-pembunuhan-bernapaskan-indonesia
- ^ https://majalahpeluang.com/coda-imperia-babak-terakhir-jurnalis-melawan-konspirasi/
- ^ https://www.antvklik.com/rehat/178086-dilarang-bercanda-dengan-kenangan
- ^ https://www.thejakartapost.com/life/2020/03/18/indonesian-novel-genggam-cinta-to-become-series-in-jakarta-shimbun-newspaper.html
- ^ https://www.republika.co.id/berita/qbae2i440/resensi-gitasmara-semesta-tentang-jo-dan-kenangannya
- ^ https://kumparan.com/kumparanhits/akmal-nasery-basral-kembali-rilis-novel-soal-buya-hamka-1sw1asD8VY2
- ^ https://www.viva.co.id/vstory/lainnya-vstory/1346945-resensi-buku-disorder-menyelami-dunia-baru
- ^ https://dipidiff.com/28-terbaru-buku-impor/348-review-buku-dayon-akmal-nasery-basral
- ^ https://megapolitan.antaranews.com/berita/168549/novel-kincir-waktu-karya-akmal-nasery-basral-resmi-meluncur-di-iibf-2021
- ^ https://www.republika.co.id/berita/r7cjz0282/sabai-secangkir-kopi-model-blasteran-minangkorea
- ^ https://news.detik.com/berita/d-6011499/novel-akmal-nasery-tentang-buya-hamka-terbit-royalti-untuk-warga-mentawai
- ^ https://www.kusalasastrakhatulistiwa.com/pengumuman-hasil-seleksi-tahap-1-longlist-khatulistiwa-literary-award-2007/
- ^ https://www.youtube.com/watch?v=m-o218NcrWs
- ^ https://www.republika.id/posts/19602/akmal-nasery-basral-setiap-karya-punya-cerita
- ^ https://www.dailynewsindonesia.com/news/sastrawan-akmal-nasery-basral-raih-penghargaan-national-writers-award-2021/
- ^ https://www.indozone.id/life/Z8sPDM0/persaingan-scarlet-pen-awards-2022-para-nominasi-bersaing-ketat-di-11-kategori