Lompat ke isi

Kota Padang: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 0°57′2.76″S 100°21′41.64″E / 0.9507667°S 100.3615667°E / -0.9507667; 100.3615667 (Balai Kota Padang)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
VoteITP (bicara | kontrib)
k merapikan
foto
Baris 31: Baris 31:
| situs = http://www.padang.go.id/
| situs = http://www.padang.go.id/
}}
}}
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het Raadhuis aan het Michielsplein te Padang West-Sumatra. TMnr 60038882.jpg|thumb|300px|[[Balai kota]] Padang di tahun 1930-an]]

'''Kota Padang''' merupakan [[ibu kota]] [[provinsi]] [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Dan merupakan kota terbesar di pesisir barat pulau [[Sumatera]].
'''Kota Padang''' merupakan [[ibu kota]] [[provinsi]] [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Dan merupakan kota terbesar di pesisir barat pulau [[Sumatera]].



Revisi per 26 Juli 2010 17.28

Kota Padang
Daerah tingkat II
Panorama kota Padang
Panorama kota Padang
Lambang resmi Kota Padang
Motto: 
Padang Kota Tercinta
Peta
Peta
Kota Padang di Sumatra
Kota Padang
Kota Padang
Peta
Kota Padang di Indonesia
Kota Padang
Kota Padang
Kota Padang (Indonesia)
Koordinat: 0°57′20″S 100°21′38″E / 0.95556°S 100.36056°E / -0.95556; 100.36056
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
Tanggal berdiri7 Agustus 1669
Jumlah satuan pemerintahanDaftar
Pemerintahan
 • BupatiFauzi Bahar
Luas
 • Total694,96 km²[1] km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total856,815[1]
Demografi
 • AgamaIslam, Kristen, Buddhisme, Konghucu
 • BahasaMinang, Indonesia
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1371 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0751
Kode Kemendagri13.71 Edit nilai pada Wikidata
Situs webhttp://www.padang.go.id/
Balai kota Padang di tahun 1930-an

Kota Padang merupakan ibu kota provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Dan merupakan kota terbesar di pesisir barat pulau Sumatera.

Pada masa kolonial Hindia-Belanda, kota ini menjadi pelabuhan utama dalam perdagangan teh, kopi, dan rempah-rempah kemudian memasuki abad ke-20 ekspor batu bara dan semen telah dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur.

Bandar Udara Tabing merupakan pintu gerbang menuju kota Padang dan kota-kota lain di Sumatera Barat, sebelum jalur penerbangan sipil dialihkan ke Bandar Udara Internasional Minangkabau.

Nama kota ini juga dirujuk menjadi sebutan lain untuk etnis Minangkabau serta digunakan juga untuk menyebut masakan khas suku ini pada umumnya dengan nama Masakan Padang.

Saat ini kota Padang menjadi pusat perekonomian, pendidikan, kesehatan dan pelabuhan di Sumatera Barat.

Sejarah

Secara etimologi kata Padang berasal dari bahasa Minang yang dapat bermaksud pedang. Namun dapat juga untuk menunjukkan lapangan tempat kota ini berada[2].

Menurut tambo setempat, kawasan kota ini dahulunya merupakan bahagian dari kawasan rantau yang didirikan oleh para perantau suku Minangkabau dari dataran tinggi (darek). Dan sebagai tempat pemukiman pertama adalah perkampungan di pinggiran selatan Batang Arau di tempat yang sekarang bernama Seberang Padang, yang kemudian berkembang ke arah utara dan kemudian bergabung menjadi kenagarian Padang, yang juga dikenal sebagai Nan Delapan Suku[3].

Seperti kawasan rantau Minangkabau lainnya, dimana pada awalnya kawasan daerah pesisir pantai barat Sumatera berada di bawah kerajaan Pagarruyung[4]. Namun pada awal abad ke-17, telah menjadi bahagian dari kedaulatan kesultanan Aceh[5][6].

Kota Padang zaman kolonial Belanda

Kota Padang mulai berkembang sejak kehadiran VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun 1663 yang kemudian diiringi dengan migrasi penduduk Minangkabau dari kawasan luhak[7]. Selain memiliki muara yang bagus, VOC tertarik membangun pelabuhan di kawasan tersebut untuk memudahkan akses perdagangan dengan kawasan pedalaman Minangkabau. Dan pada tahun 1668, VOC berhasil mengusir pengaruh Aceh di sepanjang pesisir pantai barat Sumatera, mulai dari Barus sampai ke Kotawan(?), dan kemudian meminta Raja Pagaruyung untuk kembali melakukan hubungan dagang[8]. Dan kemudian VOC membangun kota ini sebagai kota pelabuhan dan pemukiman baru. Kota Padang pun tumbuh menjadi kota bandar pelabuhan dan perdagangan yang ramai di pantai barat Sumatera.

Kemudian pada tanggal 7 Agustus 1669 terjadi pergolakan masyarakat Pauh dan Koto Tangah melawan monopoli VOC, peristiwa ini kemudian diabadikan sebagai tahun lahir kota Padang[9].

Pada 31 Desember 1799 seluruh kekuasaan VOC diambil alih pemerintah Belanda dengan membentuk pemerintahan kolonial. Dan pada tahun 1837, kota Padang dijadikan pusat pemerintahan wilayah Gouvernement Sumatra's Westkust[10] yang meliputi Sumatera Barat dan Tapanuli.

Pada 1 Maret 1906 keluar ordonansi yang menetapkan Padang sebagai daerah Cremente (STAL 1906 No.151) yang berlaku sejak 1 April 1906.

Setelah kemerdekaan, pada tanggal 9 Maret 1950, kota Padang dikembalikan ke tangan Republik Indonesia yang sebelumnya merupakan negara bagian melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) Nomor 111. Kemudian ditindak lanjuti oleh Surat Keputusan Gubernur Sumatera Tengah No. 65/GP-50, tanggal 15 Agustus 1950 yang menetapkan Pemerintahan Kota Padang sebagai suatu daerah otonom sementara menunggu penetapannya sesuai UU No. 225 tahun 1948. Saat itu kota Padang diperluas, kewedanaan Padang dihapus dan urusannya pindah ke Walikota Padang[11].

Pada 29 Mei 1958, Gubernur Sumatera Barat melalui Surat Keputusan No. 1/g/PD/1958 secara de facto menetapkan kota Padang menjadi ibukota propinsi Sumatera Barat. Dan pada tahun 1975 secara de jure kota Padang menjadi ibukota Sumatera Barat, yang ditandai dengan keluarnya UU No.5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Kota Padang sebagai kotamadya dijadikan daerah otonom dan wilayah administratif yang dikepalai oleh seorang Walikota.

Kemudian, setelah menampung segala aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan peraturan pemerintah nomor 17 tahun 1980, yang menetapkan kota Padang sebagai pemerintah daerah beserta batas-batas wilayahnya.

Kota Padang mendapat piala Adipura untuk pertama kalinya pada tahun 1986 dari Presiden Soeharto atas prestasinya menjadi salah satu kota terbersih di Indonesia. Dan selanjutnya di tahun 1991 kota ini juga memperoleh Adipura Kencana[9].

Pada tanggal 30 September 2009, kota ini mengalami gempa berkekuatan 7.6 Skala Richter, dengan titik pusat gempa di laut pada 0.84° LS dan 99.65° BT dengan kedalaman 71 km, yang menyebabkan kehancuran 25 % infrastruktur yang ada di kota ini[12].

Geografi

Kota Padang terletak di pantai barat pulau Sumatera, dengan luas keseluruhan kota Padang adalah 694,96 km² atau setara dengan 1,65 persen dari luas provinsi Sumatera Barat. Dari luas tersebut lebih dari 60% nya yaitu ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, baru selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan.

Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 84 km dan pulau kecil sebanyak 19 buah diantaranya yaitu pulau Sikuai dengan luas 4.4 Ha di kecamatan Bungus Teluk Kabung, pulau Toran seluas 25 Ha[13] dan pulau Pisang Gadang[14] di Kecamatan Padang Selatan. Daerah perbukitan membentang dibagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di kota Padang di antaranya Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, dan Bukit Pegambiran.

Wilayah daratan kota Padang ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara 0 m sampai 1.853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan. Suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 23°-32° C pada siang hari dan pada malam hari adalah antara 22°-28° C, dengan kelembabannya berkisar antara 78-81%.[15]

Data iklim Kota Padang dan sekitarnya
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Sumber: [16]

Kependudukan

Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di provinsi Sumatera Barat, dengan rasio jenis kelamin 99.13, sedangkan jumlah angkatan kerja 344.497 orang dengan jumlah pengangguran 50.343 orang[1].

Tahun 1819 1874 1930 1971 1980 1990 2008
Jumlah penduduk 8.500 25.000 52.054 195.912 480.607 631.263 856.815
Sejarah kependudukan kota Padang
Sumber:[7][1]

Etnis

Penduduk kota Padang sebagian besar adalah etnis Minangkabau. Etnis lain yang juga menjadi penghuni adalah Jawa, Tionghoa, Nias, Mentawai, Batak, Aceh dan Tamil.

Orang Nias sempat menjadi kelompok minoritas terbesar pada abad ke-19. VOC membawa mereka sebagai budak sejak awal abad ke-17. Sistem perbudakan diakhiri pada tahun 1854 oleh Pengadilan Negeri Padang. Pada awalnya mereka menetap di Kampung Nias, namun kemudian kebanyakan tinggal di Gunung Padang. Cukup banyak juga orang Nias yang kawin dengan penduduk Minangkabau. Selain itu ada pula yang kawin dengan orang Eropa dan Tionghoa. Banyaknya perkawinan campuran ini menurunkan persentase suku Nias di Padang.

Belanda kemudian juga membawa suku Jawa sebagai pegawai dan tentara serta ada juga yang menjadi pekerja di perkebunan. Selanjutnya pada abad ke-20 orang Jawa kebanyakan datang sebagai transmigran. Selain itu suku Madura, Ambon dan Bugis juga pernah menjadi penduduk kota Padang, sebagai tentara Belanda pada masa perang Padri.

Suasana pelabuhan Emmahaven saat menyambut Gubernur jenderal Johan Paul van Limburg Stirum sekitar tahun 1916

Penduduk Tionghoa datang tidak lama setelah pendirian pos VOC. Orang Tionghoa di Padang yang biasa disebut dengan Cina Padang, sebagian besar sudah membaur dan biasanya berbahasa Minang. Pada tahun 1930 paling tidak 51 persen merupakan perantau keturunan ketiga, dengan 80 persen adalah Hokkian, 2 persen Hakka, dan 15 persen Kwongfu.

Suku Tamil atau biasa disebut sebagai orang Keling kemungkinan datang bersama tentara Inggris. Daerah hunian orang Tamil di Kampung Keling merupakan pusat niaga. Dan sebagian besar orang Keling di Padang sudah melupakan budayanya[17].

Orang-orang Eropa dan Indo yang pernah menghuni kota Padang menghilang selama tahun-tahun di antara kemerdekaan (1945) dan nasionalisasi perusahaan Belanda (1958).

Orang Minang di kota Padang merupakan perantau dari daerah lainnya di Sumatera Barat. Pada tahun 1970, pendatang merupakan 43 persen dari seluruh penduduk, dengan 64 persen datang dari daerah-daerah lainnya di provinsi tersebut. Dan pada tahun 1990, dari jumlah penduduk kota Padang 91% berasal dari etnis Minangkabau[7].

Agama

Penduduk kota Padang yang didominasi oleh suku Minangkabau yang juga pemeluk agama Islam, sedangkan pemeluk agama lain juga terdapat di kota ini seperti Kristen, Buddha, dan Khonghucu yang dianut oleh penduduk bukan dari suku Minangkabau.

Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini selain didominasi oleh masjid, gereja dan klenteng juga terdapat di kota Padang.

Pemerintahan

Awal kemerdekaan

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Mr. Abubakar Jaar diangkat sebagai walikota pertama kota Padang, yang merupakan seorang pamong sejak zaman Belanda[18], yang kemudian menjadi residen di Sumatera Utara[19]. Dan pada tanggal 15 Agustus 1946 dipilih Bagindo Azizchan sebagai walikota kedua[20], atas usulan Residen Mr. St. M. Rasjid[21][22], seiring dengan keadaan negara dalam situasi darurat perang akibat munculnya agresi Belanda. Kemudian pada tanggal 19 Juli 1947, Belanda melancarkan sebuah serangan militer dalam kota Padang, Bagindo Azizchan yang waktu itu berada di Lapai ikut tewas terbunuh sewaktu menjalankan tugasnya sebagai kepala pemerintahan kota Padang[23].

Untuk menghindari kekosongan pemerintahan, Said Rasad dipilih sebagai penganti, dan menjadi Walikota ketiga, dan kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke kota Padangpanjang[11]. Namun pada bulan September 1947, Belanda menunjuk Dr. A. Hakim, untuk menjadi walikota Padang[11].

Pada awal tahun 1950-an, sewaktu Dr. Rasidin menjadi walikota Padang, mengeluarkan kebijakan melarang penggunaan becak sebagai sarana transportasi angkutan umum di kota Padang karena dianggap kurang manusiawi[11]. Dan kemudian di tahun 1956 B. Dt. Pado Panghulu, seorang niniak mamak dari kota Bukittinggi terpilih sebagai walikota Padang berikutnya[18]. Dan tidak lama berselang pecah ketegangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dimana puncaknya pada tanggal 15 Februari 1958, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dideklarasikan. Dan kemudian apa yang dianggap sebagai pemberontakan[24] oleh pemerintah pusat dihancurkan dengan pengiriman kekuatan militer terbesar yang tercatat dalam sejarah Indonesia. Akibat peristiwa ini juga menyebabkan timbulnya eksodus besar-besaran suku Minangkabau ke daerah lain[25].

Selanjutnya pasca PRRI, pada tanggal 31 Mei 1958, Z.A. St. Pangeran dilantik menjadi walikota Padang yang ketujuh[25], dengan setumpuk beban berat selain melanjutkan pembangunan juga mesti memulihkan kondisi psikologis masyarakat yang tercabik akibat perang saudara.

Orde baru

DPRD kota Padang 2009-2014
Partai Kursi
Partai Demokrat 17
PKS 6
Partai Golkar 5
PAN 5
Partai Hanura 4
PPP 3
PBB 2
Partai Gerindra 2
PDI-P 1
Total 45
Sumber:[26]

Setelah runtuhnya demokrasi terpimpin pasca pemberontakan Gerakan 30 September, dan kemudian muncul istilah orde baru, pada tahun 1966 di masa transisi itu dipilih Drs. Azhari menjadi walikota Padang yang kedelapan[27]. Dan setahun berselang di tahun 1967 dipilih Drs. Akhiroel Yahya sebagai walikota kesembilan[9].

Pada tahun 1971, terpilih Drs. Hasan Basri Durin sebagai walikota Padang[28], dan kemudian pada tahun 1983 digantikan oleh Syahrul Ujud S.H.,[29] yang menjadi walikota Padang selama dua periode, dan pada tahun 1993, digantikan oleh mantan wartawan, Drs. Zuiyen Rais, M.S.,[28] yang juga memimpin kota Padang selama dua periode sampai pada tahun 2003.

Pemilihan langsung

Dalam suasana reformasi pemerintahan dan era otonomi daerah Drs. Fauzi Bahar, M.M, terpilih kembali pada tahun 2009 untuk masa jabatan kedua kalinya sebagai walikota Padang dalam pemilihan langsung pada kali pertama, sedangkan pada masa jabatan sebelumnya pada tahun 2004 dia masih dipilih melalui sistem perwakilan di DPRD kota[30].

Perwakilan

Sesuai dengan konstitusi yang berlaku, DPRD kota merupakan representasi dari perwakilan rakyat, untuk kota Padang anggota DRRD kota adalah sebanyak 45 orang[30]. Dari hasil Pemilu Legislatif 2009 tersusun DPRD kota Padang dari perwakilan sembilan partai[26].

Pendidikan

Berkas:Rektorat Universitas Andalas samping.JPG
Kampus Universitas Andalas di Limau Manis

Kota Padang sejak dari zaman kolonial Belanda telah menjadi pusat pendidikan di Sumatera Barat, tercatat pada tahun 1864 jumlah pelajar yang terdaftar di sekolah yang ada di kota ini sebanyak 237 orang[31].

Saat ini perguruan tinggi yang berada di kota ini terdiri atas universitas, institut, sekolah tinggi, akademi dan politeknik diantaranya, Universitas Andalas dan Politeknik Negeri Padang yang berlokasi di Limau Manis, Universitas Negeri Padang yang sebelumnya bernama IKIP Padang memiliki kampus yang terletak di Air Tawar, Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol di Lubuk Lintah, Politeknik Kesehatan Padang di Siteba, dan Akademi Teknologi Industri Padang di Tabing. Selanjutnya beberapa perguruan tinggi swasta yang juga berada di kota ini seperti Universitas Bung Hatta yang terletak di pinggir pantai Ulak Karang, Institut Teknologi Padang yang terletak di jalan Gajah Mada, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat yang terletak di Pasir Jambak dan lain sebagainya.

Pendidikan formal SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA negeri dan swasta MA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 477 129 49 10 42 58
Data sekolah di kota Padang
Sumber:[32][33][34]

Kesehatan

Sebagai ibukota provinsi, kota Padang telah memiliki beberapa pusat fasilitas kesehatan yang cukup lengkap di provinsi Sumatera Barat, selain memiliki beberapa rumah sakit yang bertaraf nasional, juga telah didukung oleh beberapa perguruan tinggi terutama yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Dr. M. Djamil[35] yang merupakan rumah sakit yang paling lengkap di provinsi ini dan juga berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Politeknik Kesehatan Padang.

Sedangkan pemerintahan kota Padang sendiri juga telah memiliki rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Rasidin[36]. Dan untuk memberikan pelayanan yang maksimal, pemerintahan kota Padang juga telah mendirikan sebanyak 20 buah puskesmas dan 58 buah puskesmas pembantu pada wilayah kecamatan di kota ini. Untuk tahun 2007 satu puskesmas di kota Padang rata-rata melayani 41.000 orang, angka ini lebih tinggi dari konsep ideal wilayah puskesmas yang hanya untuk melayani 30.000 orang saja[37].

Selain itu di kota ini juga terdapat rumah sakit yang dikelola oleh BUMN, Kepolisian, TNI AD dan pihak swasta.

Pelayanan publik

Untuk melayani kebutuhan akan air bersih, pemerintah kota melalui PDAM kota Padang sampai tahun 2007, telah memiliki 13 unit sumur bor dan Instalansi Pengolahan Air Lengkap (IPAL) di wilayah Gunung Pangilun dan Instalansi Pengolahan Air (IPA) di wilayah Lubuk Minturun, Ulu Gadut, Pegambiran dan Bungus[38], dimana sekitar 60% akan kebutuhan air bersih dipasok dari perusahaan pemerintah daerah ini[39]. Walaupun demikian kota ini belum memiliki fasilitas untuk penyediaan air siap minum.

Sementara itu untuk mengantisipasi kebutuhan akan energi listrik, di kota ini telah dibangun sebuah PLTU Teluk Sirih unit I yang terletak di kecamatan Bungus Teluk Kabung dan ditargetkan selesai pada Desember 2011 dengan kapasitas 1x112 MW[40].

Untuk jaringan telekomunikasi, hampir disetiap kawasan dalam kota ini telah terjangkau terutama untuk jaringan telepon selular.

Perhubungan

Angkutan kota di Padang

Sebelumnya rute utama yang menghubungkan kawasan rantau (kota Padang) dengan darek (pedalaman Minangkabau) masa lalu, adalah jalur yang pernah ditempuh Raffles pada tahun 1818 untuk menuju Pagaruyung melalui kawasan Kubung XIII di kabupaten Solok sekarang, yang masa itu menghabiskan waktu selama seminggu serta ditambah dengan menyeberangi danau Singkarak dengan perahu[41].

Saat ini ada tiga ruas jalan utama yang menghubungkan kota Padang dengan kota-kota lain di Sumatera. Jalan ke utara menghubungkan kota ini dengan Kota Bukittinggi, dan di sana bercabang ke kota Medan dan kota Pekanbaru. Terdapat pula cabang jalan di dekat Lubuk Alung ke arah kota Pariaman. Jalan ke timur menuju kabupaten Solok dan kota Solok yang tersambung dengan Jalan Lintas Sumatera bagian tengah, dan sebelumnya di Arosuka terdapat persimpangan menuju kabupaten Kerinci melalui kabupaten Solok Selatan. Jalan ke selatan yang menelusuri pantai barat Sumatera menghubungkan kota Padang dengan provinsi Bengkulu, melalui kabupaten Pesisir Selatan.

Terminal Regional Bingkuang (TRB) berada di Air Pacah selesai dibangun tahun 1999. Terminal ini menggantikan Terminal Lintas Andalas di Olo Ladang. Penggunaan TRB ini tidak seperti yang diharapkan, dan sampai beberapa tahun sesudahnya belum juga dapat menggantikan terminal lama[42]. Setelah gempa tanggal 30 September 2009, TRB dialihfungsikan sebagai kantor pemerintahan daerah kota Padang untuk sementara waktu.[43]

Penemuan cadangan batubara di kota Sawahlunto mendorong Pemerintah Hindia Belanda membangun rel kereta api serta rute jalan baru melalui kota Padangpanjang sekarang, yang diselesaikan pada 1896.[44]Jalur kereta api ini selain menghubungkan kota Padang dengan kota Sawahlunto, juga mencapai kota-kota lain seperti kota Solok, kota Pariaman, kota Padangpanjang, kota Bukittinggi dan kota Payakumbuh. Saat ini rel kereta api yang aktif hanyalah jalur Pariaman-Padang untuk kereta api wisata, dan Teluk Bayur-Indarung untuk pengangkutan semen.

Angkutan dalam kota dilayani oleh bis kota, mikrolet dan taksi. Selain itu di pusat kota masih dapat ditemukan bendi (sejenis kereta kuda), sedangkan ojek biasanya beroperasi di perumahan dan pinggiran kota.

Kota Padang memiliki beberapa kawasan pelabuhan diantaranya pelabuhan Teluk Bayur yang melayani pengangkutan laut baik ke kota-kota lain di Indonesia maupun ke luar negeri. Pelabuhan ini dibuka pada 1892 dan dahulunya bernama Emmahaven. Pelabuhan yang kedua adalah Pelabuhan Muara yang berfungsi melayani transportasi laut untuk kapal ukuran sedang terutama untuk tujuan ke atau dari kabupaten Kepulauan Mentawai dan kawasan sekitarnya. Kedua pelabuhan ini dikelola PT Pelindo II.

Sampai tahun 2005, Bandar Udara Tabing melayani perhubungan udara Padang dengan kota-kota lain. Dengan selesainya pembangunan Bandar Udara Internasional Minangkabau[45] di Ketaping, Kabupaten Padang Pariaman, penerbangan sipil dialihkan ke bandara baru tersebut.

Perekonomian

Reruntuhan Hotel Ambacang di kota Padang akibat gempa bumi 30 September 2009

Kota Padang merupakan kota yang memiliki pendapatan perkapita tertinggi di Sumatera Barat[46]. Sektor industri, perdagangan dan jasa menjadi andalan dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini terjadi karena transformasi ekonomi kota cenderung merubah lahan pertanian menjadi kawasan industri.

Di kota ini terdapat sebuah pabrik semen yang bernama PT Semen Padang dan telah beroperasi sejak didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini berlokasi di Indarung dan merupakan pabrik semen yang pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara, dengan kapasitas produksi 5.240.000 ton/tahun[47], yang mana hampir 63 persen dari produksinya[48] baik dalam bentuk kemasan zak maupun curah didistribusikan melalui laut dengan memanfaatkan Pelabuhan Teluk Bayur.

Meskipun kota Padang mengalami gempa bumi 30 September 2009, namun pertumbuhan ekonominya tidak mengalami inflasi yang tinggi, dimana dilaporkan bahwa kota Padang pada bulan Oktober 2009 mengalami inflasi sebesar 1,78%, dengan laju inflasi tahunan kota Padang tercatat sebesar 4,36% dan laju inflasi tahun kalender sebesar 3,27%[49]. Dan setelah pemulihan ekonomi pasca gempa, inflasi tahunan kota Padang pada akhir triwulan-I 2010 masih rendah dan berada pada kisaran 3,05%[50].

Plaza Andalas sebagai salah satu pusat perdagangan modern di kota Padang, yang ditutup pasca gempa, pada tanggal 1 April 2010 mulai beroperasi kembali[51], dan ini dapat menjadi indikator, sektor perdagangan telah bergerak dengan normal kembali, walaupun beberapa pasar tradisional masih dalam keadaan pasar darurat menunggu selesainya proses rekonstruksi dan rehabilitasi selesai.

Pariwisata

Museum Adityawarman di Padang

Kota Padang dikenal dengan legenda Siti Nurbaya dan Malin Kundang, dan saat ini kota Padang sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan.

Kota ini memiliki sebuah museum yang terletak di pusat kota dan bernama Museum Adityawarman, yang mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku Minangkabau, suku Mentawai dan suku Nias.

Selanjutnya dari kawasan Pelabuhan Muara banyak dijumpai beberapa bangunan peninggalan zaman Belanda, dan dari sehiliran Batang Arau itu, terdapat sebuah jembatan yang bernama jembatan Siti Nurbaya yang menghubungkan sebuah kawasan bukit yang dikenal juga dengan nama Gunung Padang. Dan kononnya pada bukit ini terdapat sebuah kuburan dari Siti Nurbaya tersebut[52]. Selain pantai Muara Padang, kawasan jembatan ini juga ramai dikunjungi masyarakat terutama pada sore harinya.

Kemudian kearah Pelabuhan Teluk Bayur juga terdapat beberapa kawasan wisata lain seperti kawasan pantai Air Manis tempat terdapat batu Malin Kundang tersebut[53]. Selain itu ada juga kawasan wisata pantai Caroline, pantai Bungus serta sebuah resort Wisata yang terletak di pulau Sikuai[54], dimana pada sore hari pantainya terkadang dilewati sekawanan lumba-lumba yang menambah daya tarik wisata.

Sedangkan kearah kecamatan Koto Tangah, terdapat suatu kawasan wisata alam Lubuk Minturun serta kawasan wisata pantai Pasir Jambak[55].

Kota ini juga terkenal akan masakan Padang, selain menjadi selera sebahagian besar masyarakat Indonesia, masakan ini juga populer sampai ke mancanegara[56], diantaranya seperti Gulai, Rendang, Ayam Pop, Terung Balado, Gulai Itik Cabe Hijau, Nasi Kapau, Sate Padang dan Karupuak Sanjai. Restoran Padang banyak terdapat di seluruh kota besar di Indonesia. Meskipun begitu yang dinamakan sebagai masakan Padang sebenarnya dikenal oleh suku Minangkabau secara umum.

Panorama pelabuhan Muara pada sehiliran Batang Arau tempo dulu

Olahraga

Beberapa klub utama sepak bola, diantaranya PS Semen Padang dan PSP Padang juga bermarkas di kota ini. Kedua kesebelasan ini menggunakan Stadion Agus Salim yang dibangun pada tahun 1957 sebagai tempat untuk pertandingan laga kandang.

Selain sepak bola, masyarakat kota Padang sangat menyukai olah raga berkuda, dimana setiap tahunnya selalu diselenggarakan lomba pacu kuda di kota-kota utama Sumatera Barat, termasuk kota Padang dengan tempat pacuan kudanya di Tunggul Hitam.

Kota ini juga setiap tahunnya mengadakan perlombaan selaju sampan atau dikenal dengan nama lomba perahu naga yang biasa diadakan di sungai Banda Bakali. Lomba perahu naga ini kemungkinan dipengaruhi oleh etnis Tionghoa yang ada di kota ini.

Pers dan Media

Kota Padang, sejak zaman Hindia-Belanda terkenal dengan kota surat kabar. Hal ini dikarenakan banyaknya surat kabar yang terbit di kota ini, disamping penduduknya yang merupakan salah satu pembaca surat kabar tertinggi di Indonesia.

Sumatera Courant merupakan koran pertama yang terbit di kota Padang, bahkan Sumatera. Koran ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1859. Setelah itu kota Padang banyak menerbitkan koran-koran berbahasa Melayu maupun Belanda, diantaranya Padangsche Nieuws en Advertentieblad (17 Desember 1859) oleh R.H. Van Wijk Rz, Padangsche Handelsblad (1871) oleh H.J. Klitsch & Co, Bentara Melayu (1877) oleh Arnold Snackey, Pelita Kecil (1 Februari 1886) pimpinan Mahyuddin Datuk Sutan Marajo, Pertja Barat (1892) di bawah pimpinan Dja Endar Moeda, De Padanger (1900) oleh J. van Bosse, dan Warta Berita (1901), surat kabar berbahasa Indonesia pertama yang didirikan oleh Mahyuddin Datuk Sutan Marajo. Dan selanjutnya pada tahun 1911 muncul surat kabar Soeting Melajoe yang merupakan surat kabar khusus untuk wanita, dan di tahun yang sama juga muncul surat kabar dua mingguan yang bernama al-Munir[57].

Hingga saat ini kota Padang masih menjadi kota penerbitan surat kabar, diantara yang cukup terkenal adalah Harian Haluan dan Singgalang, dimana kedua surat kabar ini termasuk yang masih konsisten menyediakan rubrik dalam bahasa Minang[58].

Beberapa stasiun pemancar radio juga terdapat di kota ini selain RRI Padang[59] diantaranya Radio Classy FM[60] dan Pronews 90 FM[61].

Selain TVRI Sumatera Barat yang berada di kota Padang, juga terdapat beberapa stasiun TV swasta yang beroperasi di kota ini diantaranya Padang TV, dan Favorit TV.

Rujukan

  1. ^ a b c d e sumbar.bps.go.id Luas Daerah dan Jumlah penduduk Kota Padang
  2. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 55. 
  3. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 56. 
  4. ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
  5. ^ Kathirithamby-Wells, J., (1969), Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663, JSEAH 10, 3:453-479.
  6. ^ Abdullah, Taufik. "Some Notes on the Kaba Tjindua Mato: An Example of Minangkabau Traditional Literature" (PDF). Diakses tanggal 30 Maret. 
  7. ^ a b c Colombijn, Freek, (1996), Padang, Cities (Elsevier), Vol. 13, Issue 4, August 1996, pp. 281-288, doi:10.1016/0264-2751(96)00010-8. (Jurnal berbayar)
  8. ^ NA, VOC 1277, Mission to Pagaruyung, fols. 1027r-v
  9. ^ a b c Pemda Tingkat II Kotamadya Padang, (1995), 326 tahun Padang kota tercinta, 7 Agustus 1669-7 Agustus 1995: gerbang pariwisata Indonesia kawasan barat, Pemda Tingkat II Kotamadya Padang bekerja sama dengan PT. Buana Lestari.
  10. ^ Asnan, Gusti, (2002), Transportation on the west coast of Sumatra in the nineteenth century, In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, On the road The social impact of new roads in Southeast Asia 158, no: 4, Leiden, 727-741. www.kitlv-journals.nl
  11. ^ a b c d Safwan, Mardanas, (1987), Sejarah kota Padang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
  12. ^ sirrma.bppt.go.id Bencana Gempa Bumi dan Kolateral Longsor dan Kebakaran di Sumbar (diakses pada 26 Juli 2010)
  13. ^ www.kp3k.dkp.go.id Kawasan Konservasi (diakses pada 27 Juni 2010)
  14. ^ www.ppk-kp3k.dkp.go.id Profil Pulau Pisang Gadang (diakses pada 27 Juni 2010)
  15. ^ www.padang.go.id Profil Geografis Kota Padang
  16. ^ iklim.bmg.go.id Rata-rata suhu udara Kota Padang
  17. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 69–77. 
  18. ^ a b Asnan, Gusti, (2007), Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-640-6.
  19. ^ Husein, Ahmad, (1992), Sejarah perjuangan kemerdekaan R.I. di Minangkabau/Riau 1945-1950, Volume 1, Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau, ISBN 978-979-405-126-9
  20. ^ Sudarmanto, J. B., (2007), Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia, Grasindo, ISBN 978-979-759-716-0.
  21. ^ Fatimah. Siti, Amri. Emizal, Ayu. Yasrina, Zed. Mestika, (2007), Bgd. Azizchan, 1910-1947: pahlawan nasional dari Kota Padang, Universitas Negeri Padang, ISBN 978-979-3458-14-4.
  22. ^ Rasyid. Sutan Mohamad, (1981), Rasjid-70, Panitia Peringatan Ulang Tahun Mr. Rasjid ke-70.
  23. ^ Tim Penulis, Pahlawan Indonesia, Niaga Swadaya, ISBN 978-979-1481-60-1.
  24. ^ Poesponegoro. Marwati Djoened, Notosusanto. Nugroho, (1992), Sejarah nasional Indonesia: Jaman Jepang dan jaman Republik Indonesia, PT Balai Pustaka, ISBN 978-979-407-412-1.
  25. ^ a b Syamdani, (2009), PRRI, pemberontakan atau bukan, Media Pressindo, ISBN 978-979-788-032-3.
  26. ^ a b www.padangkini.com Inilah Anggota DPRD Padang yang Telah Ditetapkan KPU (diakses pada 10 Juli 2010)
  27. ^ Colombijn, Freek, (1994), Patches of Padang: the history of an indonesian town in the twentieth century and the use of urban space, Research School CNWS, ISBN 978-90-73782-23-5.
  28. ^ a b Dusky Pandoe, Marthias, (2001), A nan takana (apa yang teringat): memoar seorang wartawan, Kompas, ISBN 978-979-709-002-9.
  29. ^ Anwar, Rosihan, (1986), Perkisahan Nusa, masa 1973-1986, Grafitipers.
  30. ^ a b Haris, Syamsuddin, (2007), Partai dan parlemen lokal era transisi demokrasi di Indonesia: studi kinerja partai-partai di DPRD kabupaten/kota, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, ISBN 978-979-799-052-7.
  31. ^ Graves, Elizabeth E., (2007), Asal-usul elite Minangkabau modern: respons terhadap kolonial Belanda abad XIX/XX, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 9789794616611.
  32. ^ www.diknas-padang.org Profil Sekolah
  33. ^ www.padang.go.id Dinas Pendidikan
  34. ^ nisn.jardiknas.org Data Siswa
  35. ^ Ikatan Dokter Indonesia, (1995), Kiprah dokter dalam era 50 tahun Indonesia merdeka, Ikatan Dokter Indonesia, ISBN 9789798129742.
  36. ^ www.padang.go.id RSUD Rasidin berbenah diri
  37. ^ www.depkes.go.id Buku Profil Kesehatan Tahun 2007 kota Padang (diakses pada 26 juni 2010)
  38. ^ www.pdampadang.com Tingkatkan Pelayanan, PDAM Bentuk Tim Khusus(diakses pada 26 juni 2010)
  39. ^ www.tempointeraktif.com PDAM Kota Padang Kesulitan Memperbaiki Jaringan Air(diakses pada 26 juni 2010)
  40. ^ bataviase.co.id PLTU Teluk Sirih Rampung Akhir 2011(diakses pada 26 juni 2010)
  41. ^ Raffles, Sophia, (1830), Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles, London: J. Murray.
  42. ^ Akar Persoalan Terminal Bingkuang
  43. ^ Kantor Pemerintah Kota Padang Akan Dipindahkan ke Timur Tempo Interaktif, 22 Oktober 2009
  44. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 65. 
  45. ^ PRESIDEN RESMIKAN BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU DAN RUAS JALAN TABING - DUKU Situs resmi Departemen Kimpraswil
  46. ^ Sjafrizal, Ekonomi Regional, Niaga Swadaya, ISBN 978-979-17475-2-3.
  47. ^ www.semenpadang.co.id Kapasitas Produksi (diakses pada 9 Juni 2010)
  48. ^ Penerbit Buku Kompas, Profil daerah kabupaten dan kota, Volume 2, Penerbit Buku Kompas, ISBN 978-979-709-054-8.
  49. ^ Kantor Bank Indonesia Padang, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Barat, Triwulan III - 2009.Sumbar Triwulan III-2009 (diakses pada 9 Juni 2010)
  50. ^ Kantor Bank Indonesia Padang, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Barat, Triwulan I - 2010.Sumbar Triwulan I-2010 (diakses pada 9 Juni 2010)
  51. ^ www.padang.go.id Plaza Andalas mulai dioperasikan kembali (diakses pada 9 Juni 2010)
  52. ^ Rusli, Marah, (1991), Sitti Nurbaya: kasih tak sampai, PT Balai Pustaka, ISBN 9789794071670.
  53. ^ Dwi Elisa, Caroline Johnson, (2000), Malin Kundang: folktales from West Sumatra, Penerbit PT Framedia Widiasarana Indonesia, ISBN 9789796698721.
  54. ^ www.newsikuai-island.com New Sikuai Island Resort
  55. ^ Backshall, Stephen, (2003), The Rough Guide to Indonesia, pp. 403, Rough Guides, ISBN 1-85828-991-2.
  56. ^ Ramli, Andriati, 2008, Masakan Padang: Populer & Lezat, Niaga Swadaya, ISBN 978-979-1477-09-3.
  57. ^ Sejarah Indonesia Modern 1200–2008, Penerbit Serambi, ISBN 9789790241152.
  58. ^ Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemasyarakatan dan Kebudayaan, (1999), Pesona bahasa Nusantara menjelang abad ke-21, hlm. 46, Kepustakaan Populer Gramedia, ISBN 978-979-9023-34-6.
  59. ^ rripadang.co.id RRI Padang
  60. ^ www.classyfm.co.id Radio Classy FM
  61. ^ www.pronewsfm.com PT. Radio Swara Carolina

Bacaan selanjutnya

  • Colombijn, Freek (2006). Paco-Paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia pada Abad ke-20 dan Penggunaan Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 
  • Brosur Dinas Pariwisata Kota Padang

Pranala luar

0°57′2.76″S 100°21′41.64″E / 0.9507667°S 100.3615667°E / -0.9507667; 100.3615667 (Balai Kota Padang)

  Kota Provinsi Populasi     Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11.135.191 Kota Padang
Kota Padang
7 Makassar Sulawesi Selatan 1.477.861
2 Surabaya Jawa Timur 3.017.382 8 Batam Kepulauan Riau 1.294.548
3 Bandung Jawa Barat 2.579.837 9 Pekanbaru Riau 1.138.530
4 Medan Sumatera Utara 2.539.829 10 Bandar Lampung Lampung 1.073.451
5 Palembang Sumatera Selatan 1.781.672 11 Padang Sumatera Barat 939.851
6 Semarang Jawa Tengah 1.699.585 12 Malang Jawa Timur 885.271
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit.