Lompat ke isi

Raduga KS-1 Komet: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k r2.6.4) (bot Mengubah: it:KS-1 Kometa
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 40: Baris 40:


Dikemudian hari AS-1 "Kennel" digantikan oleh [[AS-5 Kelt]] (KSR-2/Kh-11), yang digunakan pertama kali pada 1966. KS-1 terakhir dipensiunkan pada 1969 di Uni Sovyet, sedangkan di Indonesia, segera setelah rejim [[Orde Lama]] jatuh (1965), maka senjata-senjata buatan Uni Sovyet segera dipensiunkan.
Dikemudian hari AS-1 "Kennel" digantikan oleh [[AS-5 Kelt]] (KSR-2/Kh-11), yang digunakan pertama kali pada 1966. KS-1 terakhir dipensiunkan pada 1969 di Uni Sovyet, sedangkan di Indonesia, segera setelah rejim [[Orde Lama]] jatuh (1965), maka senjata-senjata buatan Uni Sovyet segera dipensiunkan.

==Sejarah==

Jauh sebelum era Exocet, Harpoon, C-802 dan Yakhont, TNI di tahun 60-an sudah mempunyai rudal lintas cakrawala, alias over the horizon. Rudal yang dimaksud adalah AS-1 Kennel. Rudal ini terbilang fenomenal saat itu dan kenangannya masih cukup menarik untuk disimak hingga saat ini, pasalnya ukuran rudal jelajah ini super bongsor dan sampai kini cuma Indonesia, negara di kawasan Asia Tenggara yang punya riwayat mengoperasikan rudal yang masuk kategori heavy missile tersebut. Walau teknologi dan platformnya ketinggalan jauh dengan rudal Tomahawk milik AS, tapi saat operasi Trikora dikobarkan Ir. Soekarno, daya deteren Kennel nyatanya mampu membuat pusing pihak Belanda, Amerika Serikat dan NATO.

AS-1 Kennel (dalam kode aslinya dari Uni Soviet disebut KS-1 Komet) merupakan rudal antikapal permukaan yang diproduksi Uni Soviet pada 1953 dengan basis konstruksi pesawat MIG-15 dan MIG-17. Rudal yang disiapkan untuk dibopong bomber strategis Tupolev Tu-16 Badger B ini dibuat setelah desakan AL Uni Soviet kala itu untuk memiliki rudal jelajah antikapal. Tu-16 mampu membawa sekaligus dua rudal seberat lebih dari 3 ton ini di kedua sayapnya. AS-1 yang berkecepatan sub sonic ditenagai mesin turbojet yang mampu membuatnya mampu menjangkau sasaran sejauh 100 km.

Dengan bobot sekitar 3 ton, AS-1 dibekali hulu ledak seberat 600 Kg High Explosive. Tak ayal dengan daya hantam yang menakutkan membuat kala konflik Indonesia vs Belanda, rudal ini menjadi salah satu alutsista TNI yang sangat diperhitungkan oleh militer Belanda. Bahkan beberapa analis menyatakan, kapal induk kebanggaan Belanda yang kala itu ikut mangkal diperairan Irian (HNLMS Karel Doorman) dapat dihancurkan dengan dua hantaman rudal Kennel.

AS-1 dirancang oleh A. Ya Bereznyak dari Mikoyan’s di kota Dhubna, Uni Soviet. Cara kerja rudal ini adalah setelah operator memprogram autopilotnya untuk diluncurkan dan menanjak dan menggunakan radar semiaktif untuk sistem terminal flight. Rudal ini diperkirakan mulai operasional pada sekitar tahun 1961. Sayang tidak ada informasi yang pasti tentang jumlah Kennel yang dibeli oleh Indonesia. Tapi bila sekedar ingin melihat sosok rudal ber-air intake ini bisa dijumpai di Museum Dirgantara Yogyakarta.

AS-1 Kennel sendiri umurnya tak terlalu panjang, Uni Soviet hanya mengoperasikan rudal ini dalam rentang 1955 sampai 1961. Seiring hangat-hangatnya lomba senjata dalam Perang Dingin, pihak Uni Soviet lalu mengembangkan rudal lain dalam platform Kennel, yakni masing-masing SSC-2a Salish dan SSC-2b Samlet. Jika Salish diluncurkan dari kendaraan semitrailer yang menarik truk traktor peluncur KrAz-214, maka Samlet adalah rudal pantai yang diluncurkan dari truk ZIL-157V. Secara umum AS-1 yang selintas nyaris sebesar MIG-15 memiliki panjang 8,2 meter (MIG : 10,11 m), rentang sayap 4,9 meter dan kecepatan 0,9 mach. Sejauh ini yang diketahui mengoperasikan selain Uni Soviet (Rusia) adalah Indonesia dan Mesir.

==Spesifikasi==
{{commonscat}}
* Kode soviet : KS-1 Komet
* Propulsi : turbojet
* Pemandu : terminal active radar terminal homing
* Hulu ledak : 600 kg HE
* Penggerak : RD-500K turbojet
* Jangkauan : 140 km
* Berat lontar : 3000 kg
* Panjang : 8,29 meter
* Diameter : 1,20 meter
* Pabrik : Mikoyan
* Platform : Tu-16 Badger


== Operator ==
== Operator ==
Baris 45: Baris 71:
* {{flag|Indonesia}}
* {{flag|Indonesia}}
* {{flag|Uni Soviet}}
* {{flag|Uni Soviet}}

{{commons|}}
==Referensi==
{{commonscat}}
* {{cite book|last=Gordon|first=Yefim|title=Soviet/Russian Aircraft Weapons Since World War Two|year=2004|location=Hinckley, England|publisher=Midland Publishing|isbn=1-85780-188-1}}


{{Technology}}
{{Technology}}

Revisi per 29 Februari 2012 10.32

KS-1 Komet/AS-1 'Kennel'

KS-1 Komet/AS-1 'Kennel'
Jenis anti-ship missile
Negara asal Uni Soviet
Sejarah pemakaian
Masa penggunaan 1955
Sejarah produksi
Produsen MKB Raduga
Spesifikasi
Berat 3,000 kg (6,614 lb)
Panjang 8.29 m (27 ft 2 in)
Diameter 1.20 m (3 ft 11 in)

Hulu ledak 600 kg (1300 lb) High Explosive

Jenis Mesin RD-500K turbojet
Rentang sayap 4.77 m (15 ft 7 in)
Daya jelajah 90 km (56 miles)
Kecepatan Mach 0.9
Sistem
pemandu
initial - inertial, terminal - active radar homing
Alat
peluncur
Tupolev Tu-16 'Badger'


Berkas:Tu-16 KS.jpg
Tu-16 AURI Meluncurkan AS-1 Kennel

AS-1 atau Raduga KS-1 (крылатый снаряд - rudal bersayap ) Komet (Rusia: КС-1 "Комета", Kode nama NATO: Kennel) adalah sebuah peluru kendali udara ke permukaan jarak dekat, biasanya digunakan untuk menyerang kapal permukaan. Dibuat oleh Uni Sovyet dan secara khusus dibawa oleh Tupolev Tu-16 Badger.

Tercatat Indonesia pernah memilikinya dan bersama Tu-16 dipersiapkan untuk operasi Pembebasan Irian Barat.

Pembuatan rudal ini dimulai pada 1947 bersama dengan versi luncur daratnya yaitu SSC-2B "Samlet" (S-2 Sopka), Keduanya dikembangkan dari MiG-15 'Fagot' dan dikembangkan sebagai rudal anti kapal dengan kode nama "Komet".

Pada dasarnya, rudal ini adalah sebuah pesawat Mig-15 yang dihilangkan kanopi dan peralatan bagian bawahnya. Mesin yang digunakan adalah turbojet RD-500K sama dengan Mig-15. Pengendalian dikontrol oleh sistem navigasi inersial pada tahap jelajah dan radar semi-aktif pada tahap akhir saat menghantam target. Sebuah hulu ledak daya tinggi ( high explosive - HE) seberat 600 kg (armor-piercing) dipasangkan pada rudal ini.

AS-1 dipercaya mulai dioperasikan pada 1955, pada awalnya diluncurkan dari Tupolev Tu-4 'Bull' dan kemudian dioperasikan dari Tu-16KS 'Badger-B' pada dua cantelan dibawah sayap. selain Indonesia, mesir juga tercatat pernah membelinya.

Dikemudian hari AS-1 "Kennel" digantikan oleh AS-5 Kelt (KSR-2/Kh-11), yang digunakan pertama kali pada 1966. KS-1 terakhir dipensiunkan pada 1969 di Uni Sovyet, sedangkan di Indonesia, segera setelah rejim Orde Lama jatuh (1965), maka senjata-senjata buatan Uni Sovyet segera dipensiunkan.

Sejarah

Jauh sebelum era Exocet, Harpoon, C-802 dan Yakhont, TNI di tahun 60-an sudah mempunyai rudal lintas cakrawala, alias over the horizon. Rudal yang dimaksud adalah AS-1 Kennel. Rudal ini terbilang fenomenal saat itu dan kenangannya masih cukup menarik untuk disimak hingga saat ini, pasalnya ukuran rudal jelajah ini super bongsor dan sampai kini cuma Indonesia, negara di kawasan Asia Tenggara yang punya riwayat mengoperasikan rudal yang masuk kategori heavy missile tersebut. Walau teknologi dan platformnya ketinggalan jauh dengan rudal Tomahawk milik AS, tapi saat operasi Trikora dikobarkan Ir. Soekarno, daya deteren Kennel nyatanya mampu membuat pusing pihak Belanda, Amerika Serikat dan NATO.

AS-1 Kennel (dalam kode aslinya dari Uni Soviet disebut KS-1 Komet) merupakan rudal antikapal permukaan yang diproduksi Uni Soviet pada 1953 dengan basis konstruksi pesawat MIG-15 dan MIG-17. Rudal yang disiapkan untuk dibopong bomber strategis Tupolev Tu-16 Badger B ini dibuat setelah desakan AL Uni Soviet kala itu untuk memiliki rudal jelajah antikapal. Tu-16 mampu membawa sekaligus dua rudal seberat lebih dari 3 ton ini di kedua sayapnya. AS-1 yang berkecepatan sub sonic ditenagai mesin turbojet yang mampu membuatnya mampu menjangkau sasaran sejauh 100 km.

Dengan bobot sekitar 3 ton, AS-1 dibekali hulu ledak seberat 600 Kg High Explosive. Tak ayal dengan daya hantam yang menakutkan membuat kala konflik Indonesia vs Belanda, rudal ini menjadi salah satu alutsista TNI yang sangat diperhitungkan oleh militer Belanda. Bahkan beberapa analis menyatakan, kapal induk kebanggaan Belanda yang kala itu ikut mangkal diperairan Irian (HNLMS Karel Doorman) dapat dihancurkan dengan dua hantaman rudal Kennel.

AS-1 dirancang oleh A. Ya Bereznyak dari Mikoyan’s di kota Dhubna, Uni Soviet. Cara kerja rudal ini adalah setelah operator memprogram autopilotnya untuk diluncurkan dan menanjak dan menggunakan radar semiaktif untuk sistem terminal flight. Rudal ini diperkirakan mulai operasional pada sekitar tahun 1961. Sayang tidak ada informasi yang pasti tentang jumlah Kennel yang dibeli oleh Indonesia. Tapi bila sekedar ingin melihat sosok rudal ber-air intake ini bisa dijumpai di Museum Dirgantara Yogyakarta.

AS-1 Kennel sendiri umurnya tak terlalu panjang, Uni Soviet hanya mengoperasikan rudal ini dalam rentang 1955 sampai 1961. Seiring hangat-hangatnya lomba senjata dalam Perang Dingin, pihak Uni Soviet lalu mengembangkan rudal lain dalam platform Kennel, yakni masing-masing SSC-2a Salish dan SSC-2b Samlet. Jika Salish diluncurkan dari kendaraan semitrailer yang menarik truk traktor peluncur KrAz-214, maka Samlet adalah rudal pantai yang diluncurkan dari truk ZIL-157V. Secara umum AS-1 yang selintas nyaris sebesar MIG-15 memiliki panjang 8,2 meter (MIG : 10,11 m), rentang sayap 4,9 meter dan kecepatan 0,9 mach. Sejauh ini yang diketahui mengoperasikan selain Uni Soviet (Rusia) adalah Indonesia dan Mesir.

Spesifikasi

  • Kode soviet : KS-1 Komet
  • Propulsi : turbojet
  • Pemandu : terminal active radar terminal homing
  • Hulu ledak : 600 kg HE
  • Penggerak : RD-500K turbojet
  • Jangkauan : 140 km
  • Berat lontar : 3000 kg
  • Panjang : 8,29 meter
  • Diameter : 1,20 meter
  • Pabrik : Mikoyan
  • Platform : Tu-16 Badger

Operator

Referensi

  • Gordon, Yefim (2004). Soviet/Russian Aircraft Weapons Since World War Two. Hinckley, England: Midland Publishing. ISBN 1-85780-188-1.