Lompat ke isi

Soeprijadi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mradiks2257 (bicara | kontrib)
k Fenomena Baru Supriyadi
Mradiks2257 (bicara | kontrib)
Baris 52: Baris 52:
Saat gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah kepada Supriyadi,Andaryoko sengaja tetap menyembunyikan identitas. Dia khawatir pemerintah Orde Baru malah menangkap dan membuangnya ke Pulau Buru seperti nasib para tahanan politik lain.
Saat gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah kepada Supriyadi,Andaryoko sengaja tetap menyembunyikan identitas. Dia khawatir pemerintah Orde Baru malah menangkap dan membuangnya ke Pulau Buru seperti nasib para tahanan politik lain.


Begitu rapi dia menyimpan rahasia, hingga sangat jarang yang mengenalinya sebagai Supriyadi. �Saya memang tidak menceritakan ke siapa-siapa sebelum ini, termasuk kepada anak saya,� tutur Ketua Umum Perkumpulan Kesenian Sobokarti Semarang ini.
Begitu rapi dia menyimpan rahasia, hingga sangat jarang yang mengenalinya sebagai Supriyadi. "Saya memang tidak menceritakan ke siapa-siapa sebelum ini, termasuk kepada anak saya " tutur Ketua Umum Perkumpulan Kesenian Sobokarti Semarang ini.


Dia juga memiliki banyak foto semasa masih muda. Dilihat dari foto yang dipunyainya, wajah Andaryoko muda memang tidak berbeda dengan gambar Supriyadi yang kini beredar di masyarakat. Mengapa baru membuka diri sekarang? Andaryoko mengaku menuruti pesan Bung Karno. Dia diminta mencernitakan sejarah bangsa yang banyak diketahuinya. 
Dia juga memiliki banyak foto semasa masih muda. Dilihat dari foto yang dipunyainya, wajah Andaryoko muda memang tidak berbeda dengan gambar Supriyadi yang kini beredar di masyarakat. Mengapa baru membuka diri sekarang? Andaryoko mengaku menuruti pesan Bung Karno. Dia diminta mencernitakan sejarah bangsa yang banyak diketahuinya. 

Revisi per 13 Februari 2014 09.53

Soeprijadi
Berkas:Supriyadi1.JPG
Menteri Pertahanan Republik Indonesia 1
Masa jabatan
2 September 1945 – 14 November 1945
PresidenIr. Soekarno
Sebelum
Pendahulu
Tidak Ada,Jabatan baru
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1923-04-13)13 April 1923
Belanda Trenggalek, Jawa Timur, Hindia Belanda
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Soeprijadi (lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 13 April 1923 - tidak diketahui) adalah pahlawan nasional Indonesia dan pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Presidensial, tetapi digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo pada 20 Oktober 1945 karena Supriyadi tidak pernah muncul. Bagaimana dan di mana Supriyadi wafat, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Kehidupan awal

Dalam laporan tahun 1945 ini, Menteri Pertahanan masih "beloem diangkat" akibat ketidakjelasan nasib Supriyadi.

Supriyadi lahir di Jawa Timur, Hindia Belanda, pada tanggal 13 April 1923. Sesudah menamatkan Europeesche Lagere School (setingkat Sekolah Dasar), Soeprijadi melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (setingkat Sekolah Pertama), dan kemudian memasuki Sekolah Pamong Praja di Magelang. Namun, Jepang menyerbu Hindia Belanda sebelum ia lulus. Ia kemudian mengikuti pelatihan Seimendoyo di Tangerang, Jawa Barat.[1]

Keterlibatan dengan PETA

Pada Oktober 1943, Jepang mendirikan milisi PETA untuk membantu tentara Jepang menghadapi Sekutu. Supriyadi bergabung dengan PETA dengan pangkat shodancho atau komandan platon, dan setelah mengikuti pelatihan ditugaskan di Blitar, Jawa Timur. Ia ditugaskan mengawasi pekerja romusha. Penderitaan pekerja-pekerja tersebut mendorongnya untuk memberontak melawan Jepang.

Pemberontakan Blitar

Saat Soekarno sedang mengunjungi orangtuanya di Blitar, pasukan PETA memberitahunya bahwa mereka sedang merencanakan pemberontakan dan meminta pendapat Soekarno. Soekarno meminta mereka untuk mempertimbangkan akibatnya, tetapi Supriyadi yakin pemberontakan akan berhasil.

Pada 14 Februari 1945, tentara PETA mulai memberontak. Namun, Jepang berhasil memadamkan pemberontakan ini. Enam (atau delapan[2]) orang dihukum mati dan sisanya dipenjara antara tiga tahun hingga seumur hidup. Namun, Supriyadi tidak dihukum mati. Ada yang mengatakan Supriyadi melarikan diri dan bersembunyi dari Jepang dan tidak pernah ditemukan sesudahnya.[1][3]

Hilang

Pada 6 Oktober 1945, pemerintah Indonesia yang baru didirikan menyatakan Supriyadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat. Namun, ia tidak pernah muncul, dan pada tanggal 20 Oktober digantikan oleh menteri ad interim Imam Muhammad Suliyoadikusumo. Hingga kini nasibnya masih misterius.[1][4]

Ia secara resmi dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 9 Agustus 1975 berdasarkan Keputusan Presiden No. 063/TK/1975.

'Ditemukan' Kembali ?

muncul klaim dari sosok yang menyebut dirinya Supriyadi. Tapi, yang dilakukan warga Semarang, Andaryoko Wisnuprabu, menjelang ultah ke-63 Proklamasi Kemerdekaan RI ini lebih meyakinkan. Tak sekadar mengaku sebagai sosok pahlawan nasional yang hilang misterius, tapi dia juga menerbitkan memoar.

Dalam buku Mencan Supriyadi: Kesaksian Pembantu Bung Karno, penulisan sejarah hidup Supriyadi alias Andaryoko Wisnuprabu dibantu sejarahwan Baskara T. Wardaya dan Universitas Sanata Dharma, Jogja.

Setelah berganti identitas menjadi Andaryoko, aktivitasnya tak jaub-jauh dan Bung Karno. Bisa dikatakan dia menjadi seorang asisten atau pembantu utama presiden pertama RI. Dia selalu menemani Bung Karno mulai menjabat presiden hingga dilengserkan lewat keputusan MPRS 1967. Karena Bung Karno mengetahui bahwa Supriyadi masih hidup, di masa Orde Lama, pemerintah tidak memberikan gelar pahlawan untuk Supriyadi. Gelar pahlawan nasional baru diberikan pada 9 Agustus 1975 oleh Presiden Soeharto yang menganggap Supriyadi telah gugur seperti catatan sejarah.

Saat gelar pahlawan nasional diberikan pemerintah kepada Supriyadi,Andaryoko sengaja tetap menyembunyikan identitas. Dia khawatir pemerintah Orde Baru malah menangkap dan membuangnya ke Pulau Buru seperti nasib para tahanan politik lain.

Begitu rapi dia menyimpan rahasia, hingga sangat jarang yang mengenalinya sebagai Supriyadi. "Saya memang tidak menceritakan ke siapa-siapa sebelum ini, termasuk kepada anak saya " tutur Ketua Umum Perkumpulan Kesenian Sobokarti Semarang ini.

Dia juga memiliki banyak foto semasa masih muda. Dilihat dari foto yang dipunyainya, wajah Andaryoko muda memang tidak berbeda dengan gambar Supriyadi yang kini beredar di masyarakat. Mengapa baru membuka diri sekarang? Andaryoko mengaku menuruti pesan Bung Karno. Dia diminta mencernitakan sejarah bangsa yang banyak diketahuinya. 

Catatan kaki

  1. ^ a b c Sudarmanto (1996), hal. 231-232
  2. ^ Ricklefs (1982) hal. 196
  3. ^ Mutiara (1999), hal. 90
  4. ^ Simanjuntak (2003), hal. 18

Daftar pustaka

  • Mutiara Sumber Widya (publisher) (1999) Album Pahlawan Bangsa, Jakarta
  • Ricklefs (1982), A History of Modern Indonesia, Macmillan Southeast Asian reprint, ISBN 0-333-24380-3
  • Simanjuntak, P.H.H (2003) Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi, Penerbit Djambatan, Jakarta, ISBN 979-428-499-8
  • Sudarmanto, Y.B. (1996) Jejak-Jejak Pahlawan dari Sultan Agung hingga Syekh Yusuf, Penerbit Grasindo, Jakarta ISBN 979-553-111-5
  • Mr. Soediharjo (1970), Riwajat Pahlawan Indonesia, Medan