Rasul
Istilah rasul dikenal dalam Islam dan Kristen. Meski demikian, terdapat perbedaan pemahaman mengenai istilah tersebut. Dalam Islam, rasul adalah seorang nabi yang wajib menyampaikan wahyu yang dia terima, berbeda dengan nabi biasa yang tidak dibebankan kewajiban tersebut. Dalam Kristen, rasul mengacu pada murid-murid Yesus, utamanya kedua belas rasul. Pada zaman modern, para misionaris gerakan Pentakosta kerap menyebut diri mereka sendiri sebagai rasul.
Etimologi
Rasul berasal dari bahasa Arab رسول (rasūl; jamak: رسل, rusul) yang artinya utusan.
Islam
Dalam Islam, nabi adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah. Di antara para nabi, ada yang diangkat menjadi rasul, yakni seorang yang mendapat wahyu Allah dan wajib menyebarkan ajarannya.
Mengimani nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Di antara para nabi, Adam merupakan nabi pertama, sedangkan Muhammad merupakan nabi terakhir. Di antara para rasul, ada lima orang yang mendapat gelar ulul 'azmi, yakni para rasul yang memiliki ketabahan luar biasa. Mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, 'Isa, dan Muhammad.
Beberapa perbedaan antara nabi dan rasul:
- Nabi sebatas menerima wahyu tanpa keharusan untuk mendakwahkannya, sedangkan seorang rasul wajib mendakwahkannya kepada kaumnya.
- Seorang rasul sudah pasti seorang nabi, tapi seorang nabi belum tentu seorang rasul.
- Para rasul diutus dengan membawa syari’at/hukum baru, sedangkan nabi hanya mengikuti hukum dan aturan dari rasul sebelumnya.
- Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian.[1]
Sebelum Nabi Muhammad diutus, Allah telah mengutus rasul-rasul pada tiap-tiap umat.[2] Meski demikian, hanya beberapa saja yang kisahnya diceritakan dalam Al-Qur'an.[3] Ajaran para rasul ini hanya ditujukan khusus untuk umatnya saja. Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir dan diutus untuk seluruh umat manusia. Ajarannya menyempurnakan ajaran para rasul terdahulu.
Kristen
Umat Kristen Indonesia menggunakan istilah rasul sebagai padanan kata Yunani, ἀπόστολος (apóstolos). Kata ἀπόστολος terbentuk oleh pengimbuhan awalan ἀπό- (apó-), yang berarti "dari", pada kata dasar στέλλω (stéllō), yang berarti "aku kirim" atau "aku berangkatkan", dan mula-mula berarti "utusan" atau "duta". Kendati demikian, makna kata apóstolos lebih dalam dari sekadar "utusan", dan lebih dekat dengan makna kata "delegasi" atau "perutusan".[4]
Dalam eklesiologi dan teologi Kristen, para rasul, khususnya "Kedua Belas Rasul", adalah murid-murid utama Yesus, tokoh pusat dalam agama Kristen. Semasa Yesus hidup dan berkarya pada abad pertama tarikh Masehi, para rasul adalah pengikut-pengikut terdekatnya. Di kemudian hari, pengikut-pengikut terdekat ini menjadi narasumber utama kabar Baik yang diwartakan Yesus.
Pada zaman modern, para misionaris gerakan Pentakosta kerap menyebut diri mereka sendiri sebagai rasul. Praktik semacam ini berpangkal dari padanan bahasa Latin untuk kata "rasul", yakni "missio", cikal bakal dari kata "misionaris" dalam bahasa Indonesia. Karena alasan yang sama pula umat Katolik menyandangkan sebutan rasul kepada misionaris-misionaris tertentu, misalnya Santo Patrisius (373–463) dihormati sebagai "Rasul Irlandia", Santo Bonifasius (680–755) dihormati sebagai "Rasul Bangsa Jerman", dan Santo Fransiskus Xaverius (1506–1552) dihormati sebagai "Rasul Hindia".
Rujukan
- ^ Lawami’ Al-Anwar: 1/50
- ^ Qur'an Surah Fathir (35): 24
- ^ Qur'an Surah Ghafir (40): 78
- ^ "Catholic Encyclopedia: Apostles".
Lihat pula
- Nabi, sudut pandang umum
- Nabi dan Rasul, sudut pandang Islam
- Para rasul, sudut pandang Kristen
Nabi dan Rasul dalam Islam |
---|
Portal Islam |