Lompat ke isi

Papua Pegunungan

Koordinat: 4°46′S 137°48′E / 4.767°S 137.800°E / -4.767; 137.800
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Papua Pegunungan
Dari atas ke bawah, kiri ke kanan.: Puncak Trikora; Festival Budaya Lembah Baliem; Membuat Noken; Bakar Batu (Kit Oba Isogoa) di Baliem; Honai suku Dani
Bendera Papua Pegunungan
Motto: 
Bangkit Bersama Membangun
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU No. 16 Tahun 2022
Tanggal25 Juli 2022
Ibu kotaJayawijaya
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 8
  • Kota: -
  • Distrik: 252
  • Kelurahan: 10
  • Kampung: 2.617
Pemerintahan
 • GubernurVelix Wanggai (Pj.)
 • Wakil Gubernurlowong
 • Sekretaris DaerahSumule Tumbo (Pj.)
Luas
 • Total51.213,00 km2 (19,773,45 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[1]
 • Total1.464.466
 • Kepadatan29/km2 (74/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 1,83% Islam
  • 0,15% Kepercayaan
  • 0,02% Lainnya[1]
 • BahasaIndonesia (resmi), Dani, Ketengban, Kimyal, Kosarek, Lani, Nduga, Ngalum, Nggem, Walak, Yali
Zona waktuUTC+09:00 (WIT)
Kode area telepon+62 969 - Wamena
Kode ISO 3166ID-PE
Pelat kendaraanPA
Kode Kemendagri95 Edit nilai pada Wikidata
Rumah adatRumah Honai
Senjata tradisionalKapak batu, panah
Situs webpapuapegunungan.go.id

Papua Pegunungan adalah sebuah provinsi di Indonesia dengan ibu kota yang berkedudukan di Kabupaten Jayawijaya, tepatnya di perbatasan Walesi dan Wouma.[2] Papua Pegunungan dimekarkan dari provinsi Papua bersama dua provinsi lainnya yakni Papua Selatan dan Papua Tengah pada 30 Juni 2022 berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2022.[3] Sebelumnya nama usulan provinsi ini bernama "Provinsi Papua Pegunungan Tengah". Papua Pegunungan adalah provinsi pertama dan satu-satunya di Indonesia yang tidak memiliki garis pantai (terkurung daratan).[4]

Secara geografis, Provinsi Papua Pegunungan berbatasan dengan Provinsi Papua di utara, Papua Nugini di timur, Provinsi Papua Selatan di selatan, dan Provinsi Papua Tengah di barat. Provinsi Papua Pegunungan berlokasi di Pegunungan Jayawijaya bagian timur. Pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan tertinggi di Indonesia dengan puncak seperti Puncak Mandala dan Puncak Trikora.

Provinsi ini termasuk dalam wilayah adat La Pago dengan berbagai macam suku yang tinggal di lembah yang diapit gunung-gunung tinggi, mereka menanam ubi dan beternak babi. Salah satu lembahnya adalah Lembah Baliem yang terkenal dengan festival tradisionalnya.[5][6]

Sejarah

Eksplorasi Hindia Belanda

Orang Dayak dari Kalimantan berbaris di suatu sungai di Lembah Baliem sehingga bisa dilintasi anggota ekspedisi Archbold.

Pelaut seperti Jan Carstenszoon pada abad ke-17 telah mencatat adanya pegunungan tinggi yang tertutup salju di tengah pulau Papua padahal letaknya di khatulistiwa. Bangsa Eropa menyebut kawasan ini dengan terra incognita yang berarti daerah yang belum terpetakan. Ekspedisi yang dipimpin Hendrikus Albertus Lorentz pada tahun 1909, berhasil melakukan kontak dengan suku di pedalaman Provinsi Papua Pegunungan, ekspedisi ini saat itu sedang mencari jalur mencapai Puncak Wilhelmina (sekarang disebut Puncak Trikora) yang terjal dan tertutup salju. Anggota ekspedisi tersebut beristirahat dan melihat prosesi adat di perkampungan suku Pesechem atau Pesegem (Nduga). Namanya kemudian diabadikan dalam nama Taman Nasional Lorentz. Setelah ekspedisi tersebut, dilakukan banyak ekspedisi lain oleh de Bruyn, Franssen Herderschee, Karel Doorman, dan lain-lain.[7][8]

Ekspedisi oleh van Overeem dan Kremer tahun 1920 berhasil menemukan Lembah Swart (sekarang Lembah Toli di wilayah Tolikara) beserta suku Lani yang tinggal disana. Ekspedisi ini kemudian menemukan Danau Habema dan berhasil mencapai Puncak Wilhelmina dari sisi utara. Lembah Baliem yang dihuni suku Dani ditemukan secara tidak sengaja dari pesawat terbang oleh ekspedisi yang dipimpin Richard Archbold dari Museum Sejarah Alam Amerika di tahun 1938. Ekspedisi ini diperkuat oleh puluhan tentara Belanda beserta orang-orang Dayak sebagai pemikul barang. Bangsa Belanda menyebut Lembah Baliem dengan Groote Vallei atau "Lembah Besar".[7][9]

Kopral Margaret Hastings, salah satu korban selamat dari insiden Gremlin Special tahun 1945 bersama penduduk suku Dani di Lembah Baliem.

Mitchel Zuckoff dalam bukunya Lost in Shangri-La tahun 2011 mengungkapkan, pada masa Perang Dunia II wilayah ini belum banyak dipetakan. Geografinya berupa pegunungan tinggi yang berawan dan hutan lebat ditambah suku pedalaman yang tidak familier banyak memakan korban. Salah satu insiden yang terkenal terjadi pada 13 Mei 1945 oleh pesawat Gremlin Special yang menabrak tepi gunung. Operasi khusus kemudian dikirimkan dan tiga orang berhasil diselamatkan. Kisah mereka bertahan hidup masuk berita di tahun itu.[10]

Misi gereja dan berdirinya pemerintahan kolonial

Pegawai Belanda di Lembah Baliem, tahun 1958.

Agama Kristen masuk ke Lembah Baliem tahun 1954 oleh tim misionaris dari Christian and Missionary Alliance (C&MA) Amerika yang diterbangkan dari Sentani. Anggotanya antara lain pendeta Lioyd Van Stone dan Einer Michelson. Tidak lama kemudian, Pemerintah Belanda melalui kontrolir Frits Veldkamp juga mendirikan pos pemerintahan disini untuk memperkuat pengaruhnya di pedalaman. Kemudian dibangunlah perkampungan, lapangan udara, dan sarana prasarana lain di wilayah ini yang menjadi cikal bakal Kota Wamena. Hari jadi Wamena diperingati tiap 10 Desember 1956 sesuai pendirian pos pemerintahan Belanda ini.[7][11]

Sterrengebergte atau Pegunungan Bintang yang terletak di ujung timur dekat perbatasan negara adalah salah satu wilayah yang belum dijelajahi Belanda. Perkumpulan Geografi Kerajaan Belanda atau KNAG (Koninklijk Nederlands Aardrijkskundig Genootschap) kemudian meluncurkan ekspedisi besar-besaran di tahun 1959 dengan membawa ilmuwan dari berbagai bidang seperti zoologi, botani, dan antropologi. Selain mendapatkan berbagai pengetahuan baru mengenai keadaan wilayah dan penduduknya, anggota ekspedisi juga berhasil menaiki Puncak Juliana (sekarang disebut Puncak Mandala). Sebelum memulai ekspedisi besar ini, dilakukan survei terlebih dahulu untuk mencari tempat yang cocok dijadikan kamp dan lapangan terbang. Pegawai Belanda seperti Jan Sneep, Nol Hermans, dan Pim Schoorl dikirim dalam ekspedisi kecil menuju Lembah Sibil di tahun 1955 dan bertemu penduduknya yaitu Suku Sibil atau Ngalum. Tahun 1958, Pemerintah Belanda meresmikan pos pemerintahan di Lembah Sibil yang nantinya akan menjadi Kota Oksibil ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang. Pemerintahan Belanda di wilayah ini cukup singkat dengan masuknya wilayah Nugini Belanda ke Indonesia di tahun 1963.[12][13]

Pasca kolonial

Setelah pemerintahan UNTEA Nugini Belanda (Papua) diserahkan kepada Indonesia, pemerintah melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri no.37 tahun 1968 dan no. 38 tahun 1968 membentuk delapan DPRD Kabupaten Provinsi Irian Barat, dengan DPRD Kabupaten Pegunungan Jayawijaya dibentuk tanggal 4 Juli 1968 dalam rangka persiapan melaksanakan Penentuan Pendapat Rakyat.[14] Untuk mendukung PEPERA, beberapa kepala suku di Pegunungan Tengah seperti Alex Doga, Kurulu Mabel (atau disebut juga Gutelu), Ukhumiarek Asso, mendirikan markas PEPERA (sekarang gedung RRI Wamena). Beberapa kepala suku Pegunungan Tengah yang dipimpin Silo Doga kemudian diundang untuk bertemu Sukarno di Istana Merdeka, disana mereka manyampaikan ikrar kesetiaan kepada NKRI dan mengangkat Sukarno sebagai Kepala Suku Pegunungan Papua dengan cara tukar darah (ibu jari Silo Doga dan Sukarno dilukai dan darahnya dicampurkan). Jadi darah Sukarno dianggap sudah menyatu dengan darah Papua. Setelah kembali Silo Doga dikenal dengan nama Silo Karno Doga.[15][16] Dewan Musyawarah Penentuan Pendapat Rakyat Kabupaten Jayawijaya yang diketuai Clement Kiriwaib (mantan anggota Dewan Nugini) melaksanakan kegiatannya di Wamena pada tanggal 16 Juli 1969, dan menentapkan dua keputusan yaitu, Irian Barat merupakan wilayah mutlak dari NKRI dan tidak dipisahkan dari Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.[14]

Pada bulan Desember 1969, pemerintah mengeluarkan UU No.12 tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat. Salah satunya adalah Kabupaten Jayawijaya yang meliputi Kepala Pemerintahan Setempat Baliem, Bokondini, Tiom, dan Oksibil.[17] Kabupaten ini adalah cikal bakal Provinsi Papua Pegunungan. Tahun 2002, Kabupaten Jayawijaya dimekarkan menjadi Kabupaten Jayawijaya, Yahukimo, Pegunungan Bintang, dan Tolikara. Kemudian di tahun 2008, Kabupaten Jayawijaya kembali dimekarkan menjadi Kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya, Nduga, Mamberamo Tengah, dan Yalimo. 8 Kabupaten pecahan Jayawijaya akhirnya bersatu kembali menjadi Provinsi Papua Pegunungan dengan ibukotanya di Wamena pada tahun 2022.

Penyanderaan pilot Susi Air di tahun 2023 oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka.

Sejak masuk ke wilayah Indonesia, daerah ini sering diwarnai dengan aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis teroris Organisasi Papua Merdeka (OPM). Beberapa insiden yang disebabkan oleh OPM antara lain penyanderaan tim peneliti di Mapenduma tahun 1996,[18] pembunuhan pekerja Istaka Karya yang membangun jembatan di Nduga tahun 2018,[19] pembakaran SMA dan puskesmas disertai pembunuhan tenaga kesehatan di Pegunungan Bintang,[20][21] dan penyanderaan pilot Susi Air Phillips Mertens pada Februari 2023 di Bandar Udara Paro, Nduga.[22] Di Papua Pegunungan juga sering terjadi kericuhan masyarakat yang menimbulkan kerugian materi dan korban jiwa, misalnya penyerangan dan pembakaran masjid untuk salat Id di ibu kota Kabupaten Tolikara tahun 2015,[23] pembakaran kantor pemerintah di Yalimo akibat pilkada tahun 2021,[24] kerusuhan di Wamena di tahun 2019 yang menewaskan 10 perantau Minang,[25] dan bentrok antara warga Lanny Jaya dengan warga Nduga di Wouma, Jayawijaya menggunakan panah disertai pembakaran rumah di tahun 2022.[26]

Provinsi Papua Pegunungan

Kantor Sekretariat Provinsi Papua Pegunungan.

Setelah UU No. 16 Tahun 2022 diresmikan, para bupati di provinsi baru ini bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri melalui Kelompok Kerja (Pokja) III Satgas Pengawalan Daerah Otonomi Baru untuk menyusun hal-hal yang perlu dipersiapkan supaya provinsi baru ini dapat segera berjalan seperti lokasi kantor gubernur dan dinas sementara, anggaran sementara sebelum diadakannya Pilkada, Aparatur Sipil Negara (ASN), serta dana hibah dari masing-masing kabupaten, provinsi induk, dan pemerintah pusat.[27] Pokja juga meninjau calon lokasi pusat perkantoran Pemerintah Provinsi kedepannya dengan alternatif yang ditawarkan antara Distrik Muliama, Wamena Kota, Megapura, atau Hubikiak. Sedangkan untuk kantor gubernur sementara berada di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Jayawijaya walaupun ada rekomendasi lain seperti Mall Wamena. Plang nama kantor gubernur sementara terpasang di tanggal 6 September 2022 namun dirusak sehari kemudian oleh 9 anggota Himpunan Mahasiswa Kabupaten Jayawijaya (HMKJ) yang akhirnya ditangkap oleh kepolisian.[28][29][30] Tanggal 11 November 2022, Provinsi Papua Pegunungan beserta dua provinsi baru lainnya diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri. Pada hari itu juga, mantan Kepala Kejaksaan Tinggi Papua Nikolaus Kondomo dilantik sebagai penjabat gubernur Papua Pegunungan.

Geografi

Peta kabupaten di provinsi Papua Pegunungan.

Berdasarkan estimasi dari Badan Informasi Geospasial, luas wilayah Provinsi Papua Pegunungan adalah 51.213,330 km².[31] Papua Pegunungan adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang tidak berbatasan dengan laut atau landlocked.

Batas wilayah

Utara Provinsi Papua
Timur Provinsi Sandaun dan Provinsi Barat, Papua Nugini
Selatan Provinsi Papua Selatan
Barat Provinsi Papua Tengah

Topografi

Taman Nasional Lorentz

Sebagian besar wilayah di Papua Pegunungan adalah dataran tinggi yang diberi nama Pegunungan Tengah. Pegunungan ini memanjang dari Papua Tengah, Papua Pegunungan, hingga ke Papua Nugini dengan berbagai puncak yang tingginya dapat mencapai lebih dari 4000 mdpl. Sisi barat Pegunungan Tengah yang berada di wilayah Indonesia dinamai Pegunungan Jayawijaya. Beberapa gunung yang berada di wilayah provinsi Papua Pegununan antara lain Puncak Trikora (4.760 mdpl) dan Puncak Mandala (4.750 mdpl). Diantara gunung-gunung tersebut terdapat lembah-lembah dengan elevasi lebih dari 1.500 mdpl yang memiliki kesuburan yang tinggi sehingga dijadikan lokasi pemukiman dan lahan perkebunan terutama ubi jalar yang menjadi makanan pokok suku lokal. Lembah di wilayah ini antara lain Lembah Baliem di Kabupaten Jayawijaya dan Lembah Toli di Kabupaten Tolikara. Pegunungan ini menjadi sumber air bagi sungai-sungai besar di Pulau Papua seperti Sungai Mamberamo dan Sungai Digul yang masing-masing mengalir ke utara dan selatan.[32]

Beberapa wilayah rentan terkena embun beku karena suhu yang sangat dingin yang menyebabkan gagal panen hingga timbul bencana kelaparan, seperti yang pernah terjadi di Kuyawage, Lanny Jaya. Infrastruktur yang minim serta ancaman kelompok teroris Organisasi Papua Merdeka menyebabkan bantuan sulit dikirim.[33] Sisi selatan dan utara pegunungan ini terdapat dataran yang lebih rendah. Ibukota Yahukimo di Dekai dan ibukota Nduga di Kenyam berada di dataran rendah ini. Karena lokasinya yang tidak sedingin pegunungan, kawasan dataran rendah rentan wabah malaria.[34][35]

Dari segi ekoregion (kawasan ekosistem dan keanekaragaman hayati), Papua Pegunungan dapat dibagi menjadi dua. Yaitu zona hutan hujan pegunungan dari ketinggian sekitar 1.000 - 3.000 mdpl dan zona padang rumput pegunungan diatas 3.000 mdpl. Flora dan faunanya memiliki kemiripan dengan benua Australia seperti cenderawasih dan nokdiak. Salah satu kawasan konservasi yang dibentuk untuk menjaga wilayah ini adalah Taman Nasional Lorentz yang merupakan taman nasional terbesar di Asia Tenggara.[36]

Pemerintahan

Gubernur

Berikut ini adalah daftar Gubernur Papua Pegunungan yang pernah menjabat sejak jabatan ini dibentuk pada tahun 2022.

Gubernur Papua Pegunungan
No. Foto Gubernur Mulai Jabatan Akhir Jabatan Wakil Gubernur Ref.
Belum tersedia
  Independen


Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/
kota
Ibu kota Bupati/
wali kota
Luas wilayah (km²) Jumlah
penduduk
Distrik Kelurahan/
kampung
Lambang
Peta lokasi
1 Kabupaten Jayawijaya Wamena Thony Mayor (Pj.) 13.925,31 277.923 40 4/328
2 Kabupaten Lanny Jaya Tiom Alpius Yigibalom (Pj.) 6.077,4 201.461 39 1/354
3 Kabupaten Mamberamo Tengah Kobakma Manogar Sirait (Pj.) 3.743,64 51.719 5 -/59
4 Kabupaten Nduga Kenyam Elai Giban (Pj.) 12.941,00 109.630 32 -/248
5 Kabupaten Pegunungan Bintang Oksibil Spei Yan Birdana 15.683,00 78.466 34 -/277
6 Kabupaten Tolikara Karubaga Marthen Kogoya (Pj.) 14.564,00 244.345 46 4/541
7 Kabupaten Yalimo Elelim Nahor Nekwek 4.330,29 103.387 5 -/300
8 Kabupaten Yahukimo Sumohai (de jure)
Dekai (de facto)
Didimus Yahuli 17.152,00 350.880 51 1/510


Demografi

Suku bangsa

Sebagian besar penduduk provinsi Papua Pegunungan dihuni oleh suku asli Papua. Data dari Badan Pusat Statistik melalui Sensus Penduduk Indonesia 2010, kelompok suku bangsa di Papua dikategorikan sebagai orang Papua dan Non Papua atau bukan penduduk asli Papua. Berdasarkan data sensus tersebut, untuk wilayah Papua Pegunungan, jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa berdasarkan jenis kelamin laki-laki, bahwa sebanyak 440.689 jiwa atau 96,61% adalah orang Papua dan selebihnya sebanyak 15.469 jiwa atau 3,39% adalah Non Papua, yang sebagian besarnya berada di Kabupaten Jayawijaya.[37]

Suku Momuna di Kampung Keikey, Dekai, Yahukimo

Kebanyakan suku-suku di provinsi ini adalah bagian dari wilayah adat La Pago seperti Dani, Lani, Yali, Walak, dan Nduga. Di sebelah timurnya wilayah Kabupaten Yahukimo seperti Hubla, Kimyal, Momuna, Una-Ukam, Mek, Yalimek, Ngalik, Tokuni, Obini, Korowai, Duwe, Obukain, Kopkaka, dan Bese; di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang seperti Arintap, Ketengban, Kimki, Lepki, Murop, Ngalum, dan Yetfa.

Berikut adalah jumlah penduduk provinsi Papua Pegunungan berdasarkan orang asli Papua dan pendatang menurut sensus tahun 2010:

No Kabupaten Papua % Non Papua % Jumlah
1 Jayawijaya 90.618 89,53% 10.599 10,47% 101.217
2 Lanny Jaya 79.608 99,90% 83 0,10% 79.691
3 Mamberamo Tengah 21.213 99,47% 114 0,53% 21.327
4 Nduga 42.721 99,13% 376 0,87% 43.097
5 Pegunungan Bintang 33.422 94,67% 1.883 5,33% 35.305
6 Tolikara 61.120 98,90% 681 1,10% 61.801
7 Yalimo 26.753 99,14% 232 0,86% 26.985
8 Yahukimo 85.234 98,27% 1.501 1,73% 86.735
Total 440.689 96,61% 15.469 3,39% 456.158

Perekonomian

Pertambangan

Kamp penambang emas ilegal di wilayah Korowai.

Kandungan emas ditemukan di wilayah suku Korowai yang berada di perbatasan lima kabupaten di Papua Selatan dan Papua Pegunungan. Wilayah Korowai di Papua Pegunungan berada di Kabupaten Yahukimo dan Pegunungan Bintang. Penambangan di kawasan ini bersifat ilegal atau tidak memiliki izin resmi namun banyak dilakukan. Lokasi penambangan berada di tengah hutan yang sangat jauh dari kota dengan akses darat yang sulit sehingga hanya dapat dituju dengan helikopter atau menaiki perahu kecil selama berjam-jam kemudian berjalan kaki. Para penambang kemudian mendirikan tenda-tenda di area tambang sebagai tempat tinggal. Potensi emas di wilayah ini menarik perhatian masyarakat setempat maupun orang luar Papua. Pendulangan emas umumnya dilakukan di sungai secara sederhana menggunakan wajan walaupun diduga ada yang menggunakan alat penyedot pasir yang menimbulkan polusi di sungai seperti Sungai Deiram. Barang kebutuhan seperti beras, rokok, garam, dan lainnya didatangkan dari luar dan ditukar dengan emas. Salah satu lokasi tambang di Papua Pegunungan adalah Kampung Kawe, Awinbon, Pegunungan Bintang. Daerah ini sudah diakui sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) oleh Kementerian ESDM di tahun 2022 sehingga rakyat setempat didorong untuk mengurus Izin Pertambangan Rakyat (IPR) supaya aktivitas tambang mereka menjadi legal.[38][39][40]

Pertanian dan perdagangan

Penjual sayur, umbi, dan buah di Pasar Wamena.

Masyarakat di Pegunungan Tengah Papua sudah bertani sejak 6.000 tahun yang lalu sehingga menjadi salah satu kelompok yang mengembangkan pertanian pertama di Nusantara ketika suku lain masih berburu dan meramu. Beberapa tanaman yang ditanam masyarakat di wilayah ini antara lain keladi, pisang, buah merah, buah woromo, dan ubi jalar. Masyarakat mengembangkan jenis-jenis ubi jalar seperti helaleke, yeleli, musaneken, suwemul, kepale, arulek, abukul, dan utorok.[41] Ubi jalar adalah makanan pokok masyarakat Papua Pegunungan dan bagian penting dari budaya bakar batu yaitu memasak makanan dari batu-batu panas untuk upacara tertentu.[42] Budaya pertanian ubi jalar makin tergerus dengan masuknya padi pasca kemerdekaan Indonesia. Salah satu kawasan sawah padi di Lembah Baliem adalah Kampung Honelama, Wamena.[43] Sedangkan suku Lani terutama mengolah bola nasi menjadi kuliner khas Lani di Tolikara, Lanny Jaya, dan Wamena yang disebut kue nasi.[44] Masyarakat Lembah Baliem berdagang di berbagai pasar tradisional di Wamena seperti Pasar Jibama dan Pasar Potikelek. Masyarakat asli Papua berdagang umbi-umbian, pinang, sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan masyarakat pendatang berjualan beras, telur, peralatan motor, perlengkapan mandi, pulsa, dan barang-barang lain dari luar daerah.[45]

Pendidikan

Papua Pegunungan memiliki beberapa perguruan tinggi swasta, antara lain Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena (UNAIM) yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Islam (Yapis). Perguruan tinggi ini sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Amal Ilmiah (STISIP-AI) Yapis Wamena dan kemudian resmi menjadi universitas di tahun 2020.[46] Perguruan tinggi lainnya di provinsi ini adalah Universitas Okmin Papua yang diresmikan di tahun 2021, berlokasi di Kabupaten Pegunungan Bintang yang merupakan daerah perbatasan negara. Pembangunan kampus ini didukung penuh dan dibantu oleh pemerintah pusat.[47] Selanjutnya juga ada Universitas Baliem Papua di Wamena yang baru terbentuk di tahun 2024 dan merupakan perubahan nama Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen dan Ilmu Komputer (STIMIK) Agamua.[48] Selain perguruan tinggi swasta, juga terdapat kampus Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jayapura di Wamena yang saat ini hanya membuka program studi D3 Keperawatan.[49]

Pariwisata

Sebuah kampung di Lembah Baliem dengan latar belakang pegunungan.

Bentang alam Papua Pegunungan berupa lembah-lembah tempat penduduk bermukim yang diapit oleh pegunungan tinggi. Pemandangan yang indah dan masih asri ditambah udara yang segar membuat wilayah ini menjadi destinasi untuk berpetualang. Dengan jasa pemandu wisata, wisatawan dapat berjalan kaki mengunjungi kampung yang tersebar di seluruh lembah dengan rumah honainya dan gaya hidup yang masih tradisional. Namun banyak kampung harus ditempuh melalui jalur yang terjal dan berbahaya seperti dekat jurang bahkan menyeberang sungai.[50]

Festival Budaya Lembah Baliem

Sebuah pertunjukan dalam Festival Lembah Baliem.

Festival Budaya Lembah Baliem yang digelar sejak 1989 adalah sebuah festival yang mempertunjukkan kehidupan suku-suku yang menghuni Lembah Baliem seperti Dani, Lani, dan Yali. Festival ini diadakan secara tahunan dan berisi atraksi perang-perangan antar kelompok yang diiringi musik tradisional. Atraksi ini adalah upaya menjaga tradisi suku di Lembah Baliem yang dulunya menggunakan peperangan untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi. Selain atraksi perang juga ada acara karapan babi dan bakar batu. Festival ini banyak didatangi oleh turis internasional tiap tahunnya dan menjadi ikon pariwisata Pulau Papua.[51][52]

Taman Nasional Lorentz

Danau Habema di Taman Nasional Lorentz.

Taman Nasional Lorentz adalah taman nasional yang terletak di antara tiga provinsi yaitu Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan. Taman nasional ini memiliki luas 2,5 juta hektare sehingga menjadi taman nasional terbesar di Asia Tenggara dan merupakan situs warisan dunia UNESCO. Taman nasional ini terkenal karena mencakup berbagai ekosistem dari pegunungan bersalju, hutan hujan tropis hingga wilayah rawa yang luas dan memiliki banyak satwa endemik. Taman nasional ini diresmikan di tahun 1997 dan sekarang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Beberapa suku yang menghuni taman nasional ini antara lain suku Dani dan Nduga.[53]

Kebudayaan

Koteka

Dua pria dewasa memakai koteka.

Koteka adalah penutup kelamin tradisional pria yang dipakai oleh beberapa suku pedalaman di pegunungan Papua, seperti suku Dani, Lani, Nduga, Ngalum, Walak, dan lain-lain. Koteka terbuat dari buah labu panjang (Lagenaria siceraria) yang isinya dibuang dan dibakar, di mana setiap suku dan mungkin kampung memiliki perbedaan bentuk koteka. Pemerintah pada masa Orde Baru meluncurkan Operasi Koteka untuk menghapuskan penggunaan koteka dan diganti dengan pakaian modern, salah satunya dengan menjatuhkan puluhan ton pakaian ke pedalaman menggunakan pesawat terbang. Berangsur-angsur penggunaan koteka di kehidupan sehari-hari semakin menurun, namun koteka tetap dipakai untuk kepentingan perayaan atau pariwisata. Koteka tercatat sebagai Warisan Budaya Tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.[54]

Noken

Noken terbuat dari anyaman tali.

Noken merupakan tas tradisional khas Papua. Noken berbentuk jaring-jaring yang terbuat dari akar kayu pohon atau daun yang dikeringkan berupa tali-tali yang kuat dan dirajut menjadi tas jaring. Keberadaan Noken Papua telah diakui Dunia dengan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda atau warisan dunia oleh Lembaga Kebudayaan Dunia di Markas UNESCO, Paris, Prancis pada 4 Desember 2012.[55]

Bakar batu

Prosesi dalam ritual bakar batu.

Bakar batu adalah kegiatan memasak yang dilakukan di kawasan pegunungan Papua menggunakan batu-batu yang dibakar hingga panas. Pelaksanaan bakar batu melibatkan banyak orang saat upacara tertentu atau sebagai tanda perdamaian setelah perang suku. Batu dan kayu bakar diletakkan kedalam lubang yang telah dipersiapkan kemudian ditutup oleh dedaunan seperti daun pisang dan rumput. Bahan makanan seperti daging babi dan umbi-umbian diletakkan di atas alas daun ini kemudian ditutup dengan dedaunan.[42] Di berbagai tempat/suku, tradisi ini memiliki berbagai nama, misalnya Barapen (Biak), Lago Lakwi (Lani, Tolikara) atau Logo Lakwi (Dani, Puncak), Mogo Gapil (Paniai), Kit Oba Isogoa (Wamena, Jayawijaya), Kerep Kan (Nduga), dan Hupon (Pegunungan Bintang).[56]

Honai

Rumah Honai, rumah adat suku Dani.

Rumah Honai adalah rumah adat di pegunungan Papua yang digunakan suku Dani dan suku lain di sekitarnya. Honai berbentuk bundar dan dibangun dari kayu dengan atap alang-alang. Tingginya mencapai 2,5 meter dan terdiri dari dua lantai. Honai memiliki satu pintu dan tidak memiliki jendela untuk melindungi dari suhu dingin, di bagian tengah lantai bawah terdapat api unggun. Honai dihuni 5-10 orang dan digunakan untuk berbagai aktivitas, bersantai, dan tempat menyimpan peralatan.[57]

Mumi

Mumi dari Wim Montok Mabel, Panglima Perang dari Distrik Kurulu di Lembah Baliem.

Suku-suku di pegunungan Papua seperti suku Dani, Hubula, dan Yali memiliki tradisi mumifikasi atau pengawetan jasad manusia. Dalam bahasa Hubula, mumi disebut dengan akonipuk yang berarti "manusia yang dikeringkan". Umumnya mayat anggota suku Dani ditangani dengan cara dibakar atau kremasi sedangkan pengawetan jasad menjadi mumi cukup jarang dilakukan. Tercatat sekitar empat mumi yang dinamai Araboda, Aikima, Pumo, dan Yiwika di Lembah Baliem dikonservasi oleh Pemerintah Kabupaten Jayawijaya ditambah dengan mumi di kabupaten lain seperti Yamen Silok dari Yahukimo. Mumi-mumi tersebut adalah jasad orang penting seperti kepala suku atau panglima perang. Mumifikasi dilakukan dengan cara pengasapan sehingga terbentuk mayat dengan kulit yang kering dan berwarna gelap. Mumi di Lembah Baliem dapat dikunjungi wisatawan.[58][59][60]

Transportasi

Pesawat Susi Air di daerah terisolir Papua Pegunungan.

Wilayah yang luas dengan geografis berupa pegunungan yang tinggi serta infrastruktur darat yang belum maksimal membuat transportasi udara menjadi sektor transportasi yang penting di Papua Pegunungan. Seluruh ibukota kabupaten di Papua Pegunungan telah memiliki bandar udara yakni sebagai berikut:[61]

Terdapat pula bandar udara lain di berbagai ibukota distrik yang telah berstatus kelas III yaitu: Batom dan Kiwirok di Pegunungan Bintang serta Bokondini di Tolikara.[61] Selain itu, banyak lapangan terbang yang melayani kampung-kampung terisolir dengan infrastruktur seadanya. Lapangan terbang ini dilayani oleh rute perintis yang disubsidi oleh pemerintah.[62]

Papua Pegunungan merupakan provinsi yang tidak berbatasan dengan laut. Namun, provinsi ini masih dapat diakses melalui sungai walaupun dengan infrastruktur yang minim. Salah satunya adalah Pelabuhan Logpond di Yahukimo yang memiliki akses langsung ke ibukotanya yaitu Dekai serta Pelabuhan Batas Batu Nduga.[63] Kementerian Perhubungan berencana membangun pelabuhan baru di Kabupaten Asmat, Papua Selatan yaitu Pelabuhan Mumugu yang nantinya memiliki akses darat ke ibukota Kabupaten Nduga di Kenyam. Pelabuhan ini akan menjadi gerbang tol laut bagi provinsi Papua Pegunungan.[64]

Referensi

  1. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2024. 
  2. ^ "Sudah Tak Ada Masalah dengan Loksi Pembangunan Kantor Gubernur". Cenderawasih Pos. 2023-07-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-13. Diakses tanggal 2023-07-13. 
  3. ^ Marlinda Oktavia Erwanti, ed. (29-07-2022). "Jokowi Teken UU Pembentukan 3 Provinsi Baru Papua". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-29. Diakses tanggal 29-07-2022. 
  4. ^ Aryo Putranto Saptohutomo, ed. (1 Juli 2022). "Papua Pegunungan, Provinsi "Landlocked" Satu-satunya di Indonesia". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Juli 2022. Diakses tanggal 1 Juli 2022. 
  5. ^ "La Pago". Badan Penghubung Daerah Provinsi Papua (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-10. Diakses tanggal 2021-04-10. 
  6. ^ Marthen, Timo, ed. (2018). "Mengenal suku Ngalum Ok Pegunungan Bintang". jubi.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-11. Diakses tanggal 2022-07-05. 
  7. ^ a b c Saberia, Saberia; Yamin, Ade; Rasyid, Ramlah A.; Sinaga, Rosmaida (2013). Komunitas Islam di Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya. Jayapura: Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua. ISBN 9786021228043. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-05. Diakses tanggal 2022-07-05. 
  8. ^ Firdausi, Fadrik A. (2020-09-02). "Jejak Albertus Lorentz dalam Perlombaan Merambah Rimba Papua". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-10. Diakses tanggal 2022-07-05. 
  9. ^ "The Central New Guinea Expedition (1920-1921)". papua-insects.nl. Papua Insects Foundation. 2010-01-27. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-05. Diakses tanggal 2022-07-05. 
  10. ^ Neary, Lynn (2011-04-26). "A WWII Survival Epic Unfolds Deep In 'Shangri-La'". npr.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-05. Diakses tanggal 2022-07-05. 
  11. ^ "Profil Kabupaten Jayawijaya". papua.go.id. Pemerintah Provinsi Papua. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-01. 
  12. ^ Sneep, Jan (2005). Einde van het stenen tijdperk: bestuursambtenaar in het witte hart van Nieuw-Guinea. Rozenberg Publishers. ISBN 9789051709278. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-06. Diakses tanggal 2022-08-06. 
  13. ^ "KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG". papua.go.id. Pemerintah Provinsi Papua. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-09. Diakses tanggal 2022-08-07. 
  14. ^ a b 25 tahun Trikora. Yayasan Badan Kontak Keluarga Besar Perintis Irian Barat. 1988. Diakses tanggal 2021-11-01 – via Google Play Books. 
  15. ^ "Disebut Tidak Mengerti Adat Karena Angkat Kepala Suku Besar, Ini Kata Alex Doga". PapuaSatu.com. 2018-09-29. Diakses tanggal 2024-01-08. 
  16. ^ Kustiani, Rini (2020-12-02). "Nama Distrik Silo Karno Doga Papua, Kepala Suku Terkesan dengan Presiden Sukarno". Tempo. Diakses tanggal 2024-01-08. 
  17. ^ "UU no 12 tahun 1969". Pemerintah Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 2022-07-05. 
  18. ^ Nathaniel, Felix (2020-01-08). "Penyanderaan Mapenduma Mengerek Pamor Prabowo dan Kelly Kwalik". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 2022-07-06. 
  19. ^ Praditya, Ilyas Istianur (2018-12-04). Gideon, Arthur; Nurdiarsih, Fadjriah, ed. "31 Pekerja Trans Papua Dibunuh Kelompok Bersenjata, Istaka Karya Berduka". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 2022-07-06. 
  20. ^ Anugrahadi, Ady (2021-09-16). Rimadi, Luqman, ed. "Dua Nakes Hilang Usai Pembakaran Puskesmas oleh KKB Papua di ditemukan, Satu Meninggal Dunia". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 2022-07-06. 
  21. ^ Liputan6.com (2021-12-06). Fahmi, Yusron, ed. "Gedung SMAN 1 Oksibil Dibakar, Pelaku Diduga Kelompok Pimpinan Lamek Taplo". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 2022-07-06. 
  22. ^ "West Papuan separatists release video of New Zealand pilot they took hostage". The Guardian. 2023-02-14. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-09-12. Diakses tanggal 2023-05-13. 
  23. ^ "Ini Kronologi Pembakaran Masjid di Tolikara". republika.co.id. 2015-07-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-14. Diakses tanggal 2023-05-14. 
  24. ^ Liputan6.com (2021-07-09). Rimadi, Luqman, ed. "Situasi di Yalimo Papua Mulai Kondisif usai Pembakaran Kantor Pemerintah". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 2022-10-31. 
  25. ^ "10 Warga Minang Meninggal Dunia, Korban Kerusuhan di Wamena". JPNN.com. 2019-09-25. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 2022-10-31. 
  26. ^ "Bentrok Suku Lanny Jaya dan Nduga, Dua SSK Prajurit TNI Disiagakan". CNN Indonesia. 2022-01-10. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 2022-10-31. 
  27. ^ Kurniawan, Haris (2022-09-08). Kurniawan, Haris, ed. "Jelang Peresmian Provinsi Papua Pegunungan, Kemendagri Terjunkan Tim Pengawalan DOB". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 2022-10-30. 
  28. ^ "Plang Nama Kantor Gubernur Papua Pegunungan Akhirnya Terpasang". Cenderawasih Pos. 2022-09-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 2022-10-31. 
  29. ^ "Aithosa dan Mall Wamena Direkomendasikan". Cenderawasih Pos. 2022-07-27. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 2022-10-31. 
  30. ^ "Polisi Amankan 9 Mahasiswa yang Merusak Papan Nama Kantor Gubernur Provinsi Papua Pegunungan". Tribrata News Polri. 2022-09-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 2022-10-31. 
  31. ^ "PEMBERIAN DAN PEMUTAKHIRAN KODE, DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAN PULAU". Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 100.1.1-6117 Tahun 2022 Tahun 2022. 
  32. ^ "New Guinea". www.britannica.com. Encyclopedia Britannica. Diakses tanggal 2024-03-02. 
  33. ^ Suwandi, Dhias (2022-08-04). "Embun Beku di Kuyawage Papua, Fenomena Pertama Tahun 1998 hingga Ada Warga yang Tewas Kelaparan". kompas.com. 
  34. ^ Levi, Cunding (2015-04-25). "Penderita Malaria di Papua Masih Tertinggi". TEMPO. 
  35. ^ Yewun, Marius Frisson (2018--04-18). "Dinkes Nduga bagi kelambu di daerah endemik malaria". ANTARA. 
  36. ^ "New Guinea & Surrounding Islands bioregion". oneearth.org. One Earth. 
  37. ^ Jumlah Penduduk menurut Klasifikasi Suku - Provinsi Papua, Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Diakses 2 November 2022
  38. ^ Utama, Abraham. "Tambang emas ilegal di pedalaman Papua: Mendulang dari derita Suku Korowai". bbc.com/indonesia. BBC News Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-19. Diakses tanggal 2018-08-14. 
  39. ^ Abubar, Musa (2020-07-02). "Penambang di Korowai barter barang dengan emas". papua.antaranews.com. ANTARA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-19. Diakses tanggal 2023-05-19. 
  40. ^ "Gobay Bangga Putra Papua mulai urus Izin Pertambangan Rakyat". dpr-papua.go.id. Dewan Perwakilan Rakyat Papua. 2023-02-23. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-30. Diakses tanggal 2023-05-19. 
  41. ^ Ato, Stefanus; Yunus, Saiful Rijal (2022-01-29). "Sejarah Pertanian Tua Ada di Baliem". kompas.id. KOMPAS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-22. Diakses tanggal 2023-05-29. 
  42. ^ a b "Warisan Budaya Takbenda Indonesia - Barappen". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. 2013-01-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-24. Diakses tanggal 2022-04-24. 
  43. ^ Rumagit, Alfian (2019-08-05). "Berkurangnya cocok tanam ubi jalar di Wamena jadi keprihatin arkeolog". antaranews.com. ANTARA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal 2023-05-29. 
  44. ^ Weya, Teku; Kiwo, Diko; Bogum, Ika; Kogoya, Resalina; Yikwa, Nelson; Bogum, Yerni. "Namendek Budaya An Pigagin (Saya Punya Budaya Saya Yang Pegang), E-Katalog Budaya Suku Lani". Diakses tanggal 2024-01-07. 
  45. ^ Zamzami, Fitriyan (2019-10-31). "Kontras di Pasar-Pasar Wamena". REPUBLIKA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal 2023-05-29. 
  46. ^ "Sejarah". unaim-wamena.ac.id. Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-09-10. 
  47. ^ Hendayana, Yayat (2021-08-17). "Pendirian Universitas Okmin Papua, Mata Air bagi Pembangunan SDM di Papua". dikti.kemdikbud.go.id. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-09-10. .
  48. ^ Diniyanto, Try Ryan (2024-09-01). "STIMIK Agamua Siap Jadi Universitas Baliem Papua". rri.co.id. Radio Republik Indonesia. Diakses tanggal 2024-05-22. 
  49. ^ "Pangkalan Data Pendidikan Tinggi". pddikti.kemdikbud.go.id/. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-07. Diakses tanggal 2022-12-20. 
  50. ^ Kustiani, Rini, ed. (2020-11-25). "Wisata Trekking di Lembah Baliem Papua, Tak Bisa Menghitung Jarak dengan Meter". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-30. Diakses tanggal 2022-10-31. 
  51. ^ "Festival Lembah Baliem sudah 30 Tahun". indonesia.go.id (Portal Informasi Indonesia - Kominfo). 2019-08-18. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-03. Diakses tanggal 2022-09-03. 
  52. ^ "Jejak Perang Suku di Festival Lembah Baliem". CNN Indonesia. 2019-08-09. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-03. Diakses tanggal 2022-09-03. 
  53. ^ "Lorentz National Park". whc.unesco.org. UNESCO World Heritage Centre. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-04. Diakses tanggal 2023-05-02. 
  54. ^ Koridama, Jeremias (2012). INVENTARISASI WARISAN BUDAYA TAKBENDA (WBTB) - KOTEKA (PDF). Jayapura: Balai Pelestarian Nilai Budaya Jayapura - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-06-17. Diakses tanggal 2023-04-23. 
  55. ^ "Mengenal Noken: Tas Buatan Mama dari Bumi Cendrawasih". Kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-21. Diakses tanggal 22 April 2019. 
  56. ^ Makatita, Ahmad; Wahid, Maulana; Nugroho, Ahmad (2022). "Nilai-Nilai Kosmopolitanisme Islam Dalam Tradisi Bakar Batu di Jayawijaya, Papua". Transformasi. 4 (1). Diakses tanggal 2024-05-25. 
  57. ^ Laily, Iftitah Nurul (2021-09-28). "Mengenal Honai, Rumah Adat Papua yang Ramah Lingkungan". katadata.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-04. Diakses tanggal 2023-04-29. 
  58. ^ Kondologit, Erico; Assa, Veibe; Hapsari, Windy (2017). Mumi dalam budaya suku Hubula : di lembah Balim kabupaten Jayawijaya. Yogyakarta: Amara Books. 
  59. ^ Alfarizi, Khory (2019-12-27). "Cerita Tradisi Mumi Prasejarah di Papua, Begini Prosesnya". tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-01. Diakses tanggal 2023-07-01. 
  60. ^ Abubar, Musa (2019-06-07). "Peneliti: warga Yahukimo temukan mumi Angguruk". ANTARA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-01. Diakses tanggal 2023-07-01. 
  61. ^ a b "Daftar Bandara". Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 
  62. ^ .Suwandi, Dhias (2022-09-11). "Papua Punya Lebih Dari 500 Landasan Terbang, Sebagian Besar Rawan Gangguan Keamanan". KOMPAS. 
  63. ^ Firmansyah, Arul (2022-12-05). "Binmas Noken Masyarakat Ajak Warga Pelabuhan Logpond Yahukimo Jaga Kamtibmas". rri.co.id. Radio Republik Indonesia. 
  64. ^ "Sepakat Bangun Jalan Trans Keneyam - Batas Batu Mamugu". www.ceposonline.com. Cenderawasih Pos. 2021-07-05. 

4°46′S 137°48′E / 4.767°S 137.800°E / -4.767; 137.800