Lompat ke isi

Syi'ah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 28 November 2006 12.15 oleh Thijs!bot (bicara | kontrib) (robot Modifying: bg:Шиитски ислям)

Syi’ah (Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia: شیعه) ialah salah satu aliran / mazhab dalam Islam. Muslim Syi'ah mengikuti Islam sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan Ahlul Bait-nya. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari Syi'ah adalah Shī`ī (Arabic: شيعي.) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali.

Etimologi

Perangko pos dari Iran, berhubung dengan Hadits Gadir Kum, ketika Nabi Muhammad memilih Ali sebagai mawla
Perangko pos dari Iran, berhubung dengan Hadits Gadir Kum, ketika Nabi Muhammad memilih Ali sebagai mawla

Istilah Syi'ah berasal dari kata Arab شيعة Shī`ah. Bentuk tunggal dari kata ini dalam Bahasa Arab adalah Shī`ī شيعي.

"Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي, artinya "pengikut Ali". Sumber-sumber Sunni dan Syi'ah menyatakan kalimat tersebut berasal dari Nabi Muhammad. Kalimat Syi'ah Ali adalah sebutan yang diberikan oleh Nabi Muhammad dan kemudian oleh keturunannya (Ahlul Bait) untuk menghormati pengikut Ali dan Ahlul Bait-nya.

Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu’ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Al-Awaji) Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm) Syi’ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok ini terpecah menjadi lima sekte yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat, dan Isma’iliyyah. Dari kelimanya, lahir sekian banyak cabang-cabangnya. (Al-Milal Wan Nihal, hal. 147, karya Asy-Syihristani.

Syi'ah dikenal juga dengan nama Rafidhah, yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna, meninggalkan (Al-Qamus Al-Muhith, hal. 829). Sedangkan dalam terminologi syariat bermakna: Mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakr dan ‘Umar c, berlepas diri dari keduanya, dan mencela lagi menghina para shahabat Nabi . (Badzlul Majhud fi Itsbati Musyabahatir Rafidhati lil Yahud, 1/85, karya Abdullah Al-Jumaili) Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka beliau menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar’.” (Ash-Sharimul Maslul ‘Ala Syatimir Rasul hal. 567, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah) Sebutan “Rafidhah” ini erat kaitannya dengan Zaid bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abu Thalib dan para pengikutnya ketika memberontak kepada Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan di tahun 121 H. (Badzlul Majhud, 1/86) Asy-Syaikh Abul Hasan Al-Asy’ari berkata: “Zaid bin ‘Ali adalah seorang yang melebihkan ‘Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, mencintai Abu Bakr dan ‘Umar, dan memandang bolehnya memberontak1 terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai’atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakr dan ‘Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka:

“Kalian tinggalkan aku?” Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka “Rafadhtumuunii.” (Maqalatul Islamiyyin, 1/137). Demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (13/36). Rafidhah pasti Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah.

Ikhtisar

Muslim Syia'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (Para Imam) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an, Islam, and Emulation (Guru terbaik tentang Islam setelah Muhammad), dan pembawa serta penjaga terpercaya dari tradisi Sunnah Nabi Muhammad.

Secara khusus, Muslim Syi'ah mengakui Ali bin Abi Thalib (sepupu Muhammad, menantu, dan kepala keluarga Ahlul Bait) sebagai penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan Khalifah yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung dari Nabi Muhammad, dimana perintah Muhammad berarti wahyu dari Allah.

Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran Al Qur'an, Hadis, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadis dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.

Tanpa memperhatikan perbedaan tentang Khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Illahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.

Doktrin

Seperti halnya Sunni, Syi'ah juga menggunakan Rukun Islam yang lima, hanya ada perbedaan dalam aplikasi, sebagai contoh di bawah ini:

Lima Prinsip Pokok Semula golongan ini muncul karena kepentingan politik, namun akhirnya menjadi aliran teologi yang memiliki lima prinsip pokok, yakni:

  1. Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
  2. al-‘Adl. bahwa Allah SWT adalah Maha Adil.
  3. an-Nubuwwah. Kepercayaannya pada keberadaan para nabi sama seperti muslimin lain. I’tikadnya tentang kenabian ialah:
    • Jumlah nabi dan rasul Allah ada 124.000.
    • Nabi dan Rasul terakhir ialah Rasulullah SAW.
    • Beliau suci dari segala aib dan tiada cacat apa pun. Beliaulah nabi paling utama dari seluruh Nabi yang ada.
    • Para istrinya bersih dan suci dari segala kotoran dan hal jelek.
    • al-Qur'an ialah mukjizat kekal Rasulullah SAW.
  4. al-Imamah, baginya berarti pemimpin urusan agama dan dunia, yakni seorang yang bisa menggantikan peran Rasulullah SAW sebagai pemelihara syari’at Islam, mewujudkan kebaikan dan ketenteraman umat.
  5. al-Ma’ad, maksudnya kehidupan akhirat.

Sekte dalam Syi'ah

Syi’ah terpecah menjadi 22 sekte. Dari 22 sekte itu, hanya tiga sekte yang masih ada sampai sekarang, yakni:

Dua Belas Imam

Disebut juga Imamiah atau Itsna ‘Asyariah. Dinamakan demikian sebab mereka percaya yang berhak memimpin muslimin hanya imam. Mereka yakin ada dua belas imam, yakni:

  1. Ali bin Abi Thalib (600661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
  2. Hasan bin Ali (625669), juga dikenal dengan Hasan al Mujtaba
  3. Husain bin Ali (626680), juga dikenal dengan Husain as Syahid
  4. Ali bin Husain (658713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
  5. Muhammad bin Ali (676743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
  6. Jafar bin Muhammad (703765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
  7. Musa bin Jafar (745799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim
  8. Ali bin Musa (765818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha
  9. Muhammad bin Ali (810835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi
  10. Ali bin Muhamad (827868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi
  11. Hasan bin Ali (846874), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari
  12. Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi

Ismailiyah

Disebut juga Tujuh Imam, yakni sekte yang percaya bahwa imam hanya tujuh orang dari ‘Ali bin Abi Thalib, dan mereka percaya bahwa imam ketujuh ialah Isma’il.

Zaidiyah

Yakni sekte pengikut Zaid bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib. Mereka tergolong Syi’ah moderat, karena mereka tak berpendapat ‘Ali dan keturunannya berhak jadi khalifah dan tak memvonis ketiga khalifah sebelum ‘Ali tidak sah.

Kontroversi tentang Syi'ah

Ada pendapat yang mengatakan aliran ini dipelopori 'Abdullah bin Saba', rabbi Yahudi Yaman yang masuk Islam pada zaman khalifah 'Utsman bin 'Affan. Tetapi ada juga pendapat yang menunjukkan Abdullah bin Saba ini tidak wujud langsung. Ia mengadakan oposisi dengan berfatwa bahwa sebenarnya yang berhak menjadi khalifah setelah Rasulullah SAW ialah Ali bin Abi Thalib, dan tiga khalifah sebelumnya tidak sah.

Lihat juga

Pranala luar

Pranala pro Syi'ah

Pranala anti Syi'ah