Lompat ke isi

SMS Goeben

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
SMS Goeben
SMS Goeben
Sejarah
German Empire
Nama Goeben
Asal nama August Karl von Goeben
Dipesan 8 April 1909
Pembangun Blohm & Voss, Hamburg
Pasang lunas 28 August 1909
Diluncurkan 28 March 1911
Mulai berlayar 2 July 1912
Nasib Transferred to the Ottoman Empire 16 August 1914
Ottoman Empire
Nama Yavuz Sultan Selim
Asal nama Selim I
Diperoleh 16 August 1914
Mulai berlayar 16 August 1914
Dipensiunkan 20 December 1950
Ganti nama Yavuz in 1936
Dicoret 14 November 1954
Nasib Scrapped in 1973
Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis battlecruiser kelas-Moltke
Berat benaman
  • Design: 22,979 t (22,616 ton panjang)
  • Full load: 25,400 t (24,999 ton panjang)[1]
Panjang 1.866 m (6.122 ft 1 in)[1]
Lebar 30 m (98 ft 5 in)[1]
Sarat air 92 m (301 ft 10 in)[1]
Tenaga
  • Design: 51,289 shp (38,246 kW)
  • Maximum: 84,490 shp (63,004 kW)[2]
Pendorong 4 screws, Parsons steam turbines
Kecepatan
  • Design: 255 kn (472 km/h; 293 mph)
  • Maximum: 284 kn (526 km/h; 327 mph)[1]
Jangkauan 4,120 nmi (7,630 km; 4,741 mi) at 14 kn (26 km/h; 16 mph)[1]
Awak kapal
  • 43 officers
  • 1,010 men[1]
Senjata
  • 10 × [[28 cm SK L/50 gun|28 cm ([convert: unit tak dikenal]) SK L/50 guns]] (5 × 2)
  • 12 × 15 cm (5,9 in) SK L/45 guns
  • 12 × 88 cm (35 in) SK L/45 guns[1]
  • Pelindung
  • Belt: 280–100 mm (11,0–3,9 in)
  • Barbettes: 230 mm (9,1 in)
  • Turrets: 230 mm
  • Deck: 762–254 mm (30–10 in)
  • Conning tower: 350 mm (14 in)[3]
  • SMS[a] Goeben merupakan kapal penjelajah tempur kelas Moltke kedua sekaligus terakhir yang dimiliki oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jerman. Kapal ini dibuat pada periode 1909-1911 dan kemudian diserahkan kepada Angkatan Laut Kekaisaran Ottoman pada masa Perang Dunia I—tiga tahun setelah beroperasi di Angkatan Laut Jerman. SMS Goeben merupakan salah satu kapal tempur tercanggih pada masanya dan terlibat berbagai peristiwa penting selama Perang Dunia I. Jika dibandingkan dengan kapal perang milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris dari kelas yang serupa (kelas indefatigable[b]), SMS Goeben memiliki sistem persenjataan dan perlindungan yang lebih baik. Bahkan, dalam peristiwa pengejaran Goeben dan Breslau yang terjadi di masa-masa awal Perang Dunia I, Ernest Troubridge, laksamana skuadron kapal Inggris yang melakukan pengejaran, akhirnya memutuskan untuk menghentikan aksinya akibat menganggap kapal ini sebagai suatu "kekuatan super" yang sebaiknya dihindari.

    Beberapa bulan setelah diserahkan secara resmi kepada Angkatan Laut Kekaisaran Jerman, yakni pada Perang Balkan, SMS Goeben bersama dengan sebuah kapal penjelajah ringan SMS Breslau membentuk sebuah skuadron untuk ditugaskan untuk berpatroli di Laut Tengah. Skuadron yang terdiri dari kedua kapal ini kemudian menjadi satu-satunya skuadron kapal Kekaisaran Jerman yang berpatroli di Laut Tengah. Saat meletusnya Perang Dunia I, kedua kapal ini ditugaskan membombardir kota-kota pelabuhan koloni Perancis di Aljazair. Setelah itu, kedua kapal ini berhasil melarikan diri ke Konstantinopel sekaligus membawa misi diplomatik kepada Kekaisaran Ottoman. Keberhasilan pelarian kedua kapal untuk membawa misi diplomatik Kekaisaran Jerman membuat Winston Churchill yang pada Perang Dunia I merupakan komandan utama Angkatan Laut Kerajaan Inggris beberapa tahun pascaperang menuliskan : "kompas kapal-kapal ini (Goeben & Breslau) telah mengakibatkan lebih banyak pembunuhan, lebih banyak penderitaan, dan lebih banyak kehancuran, dari kapal manapun."

    Bersama SMS Breslau, SMS Goeben secara resmi diserahkan kepada Angkatan Laut Kekaisaran Ottoman pada 16 Agustus 1914. Pascapenyerahannya, SMS Goeben kemudian berganti nama menjadi Yavuz Sultan Selim atau biasa disingkat Yavuz. Kapal ini kemudian digunakan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Ottoman untuk membombardir kota-kota pelabuhan milik Rusia di Laut Hitam dan menandai secara resmi masuknya Kekaisaran Ottoman untuk berperang di pihak Jerman pada Perang Dunia I.

    Pada tahun 1936, di bawah pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk kapal ini kembali berganti nama menjadi TGC (kapal Republik Turki) Yavuz. Saat Mustafa Kemal Ataturk meninggal dunia pada November 1938, kapal ini kemudian diberikan tugas untuk membawa jenazahnya dari kota Istanbul ke Izmit. Yavuz tetap beroperasi di bawah bendera Angkatan Laut Turki hingga kemudian dipensiunkan pada tahun 1950. Kapal ini kemudian dibongkar pada tahun 1973 setelah pemerintah Jerman Barat menolak permintaan pembelian kapal tersebut dari Turki. SMS Goeben merupakan kapal buatan Kekaisaran Jerman terakhir yang dapat bertahan sekaligus menjadi kapal tipe-dreadnought dengan masa tugas terlama.

    Deskripsi

    Deskripsi umum

    SMS Goeben adalah kapal tempur jenis penjelajah dengan panjang 186.6 meter, lebar 29,4 meter. Bobot kosong dari SMS Goeben adalah 25.400 ton. Kecepatan penuh dari kapal ini dapat mencapai 25.5 knots (47.2 km/jam; 29.3 mpj).[1] Pada kecepatan 14 knots (26 km/jam; 16 mpj), daya jelajah dari kapal ini dapat mencapai 4,120 mil laut (7,630 km; 4,740 mil). Kapal ini dipersenjatai oleh oleh 10 buah meriam utama SK L/50 berkaliber 28 cm yang terpasang pada lima buah kubah meriam di sekeliling kapal. Kapal ini juga dilengkapi oleh 4 torpedo bawah air berkaliber 50 cm.

    Meriam utama

    Posisi 10 buah meriam utama dapat dibagi kedalam 5 indeks yakni A,B,C,D dan E.

    The mountings for the 11.1-inch guns utilized electric pumps to drive hydraulic elevation gear while the training of the guns was powered by electric generators. The positioning of the turrets had the "A" turret (or "Anton") on the bow at the center line. The "B" turret was on the starboard side between the two funnels - off center line - close to the outside railing of the deck. The "C" and "D" turrets were on the center line behind the aft mast. The "C" turret was higher with "D" below and both faced the stern on the main deck. "E" turret was stationed along the port side, aft of the amidships funnel, and forward of the aft conning tower. Three of the five main turrets were along the ship's center line for stability. This main turret placement provided maximum firepower with turrets A, C, D, and E able to fire an eight-gun broadside to port and turrets A, B, C, and D to fire a broadside to starboard. If the battlecruiser needed to flee from a battleship, she could fire eight guns aft from turrets B, C, D, and E towards the pursuing enemy battleship which, in turn, could only bring about one or two of its own main turrets to bear on the escaping Goeben. Conversely, if the German battlecruiser was chasing an enemy cruiser, turrets A, B, and E could fire a six-gun volley forward against the fleeing target.

    Meriam sekunder

    The secondary guns mounted were 12x5.9-inch (15cm) SKL/45 150mm fast-firing guns. The placement was in barbettes on the second deck with the crews protected by armor on the inside of the hull. Six guns were placed on the port side and six on the starboard to fire broadsides against smaller surface ships - including incoming torpedo boats or escaping merchants. One gun on the port and starboard side could fire directly aft and forward if needed. Goeben had two of the guns removed in 1915 and another two of her 5.9-inch guns removed during a 1927 refit. For aircraft defense, a scant amount of 12x3.45-inch SKL/45 88mm AA (Anti-Aircraft) guns were placed onboard in various locations: Four were found on the forward conning tower main bridge area, two on the rear tower, two more on the main deck forward (protecting the bridge) and the balance of guns scattered on the decks around the bulk of the ship. 4x19.7-inch 500mm submerged torpedo tubes were installed and twelve torpedoes carried.

    Lapisan pelindung

    The battlecruiser concept allowed for more armor protection than a typical cruiser of the period though less protection when compared to a battleship. Goeben's armored deck protection ranged from 3.2-inches over the engine and ammunition spaces to 1-inch over areas needing less protection. To guard against torpedo attacks, Blohm & Voss used Krupp steel in the 10.7-inch armored belt from turret "A" to the turret "D" below the water line. The belt armor was reduced in thickness to 4-inches close to the bow and stern. Bulkhead armor was 8-inches to 4-inches in thickness while AA batteries had 8-inches to 6-inches. The 6-inch gun barbettes held 9-inches of armor in front, thinning to 1.2-inches along the sides. The main gun turrets were given 9-inch thick top protection (from plunging fire) and an angled frontal face to help deflect horizontal fire. The armor on the back of the turrets reached 2.4-inches thick and the conning towers held a maximum protection of 14-inches to a minimum of 0.2-inches.

    Mesin penggerak

    Propulsion for the ship included 4 x Schulz Thornycroft coal-fired boilers that produced the steam required to run the 4 x Parsons steam turbines. These turbines relied on pressurized steam to generate the needed rotary motion in an effort to drive the 4 x shafts, each providing upwards of 85,782 horsepower (63,968 kW). The propellers blades themselves were 12.3 feet (3.74m) in diameter. The steering gear was connected to two rudders, one situated just ahead of the other. As designed, the propulsion arrangement allowed the Goebens to make headway at 25.5 knots (47.2 km/h; 29.3 mph) with a maximum speed of 28.4 knots (52.6 km/h; 32.7 mph) for shorter distances. Her range depended on the coal supply as well as fresh water and food for the crew. Her coal bunkers could hold 1,100 tons standard and 3,300 tons of coal maximum. Added later were tanks for 200 tons of oil. Sortie ranges also depended on her fuel supply and the weather, possibly allowing her to steam 4,120 nautical miles (7,630 km; 4,740 mi) at 14 knots (26 km/h; 16 mph) with a maximum operational range of 6,500 nautical miles(12,038km; 7,480 mi) when running at 10 knots.

    Tambahan lainnya

    Goeben was granted two cranes, one on each side of the amidships funnel. Their purpose was to lower and lift supply pallets - from coal to food - when in port and collect the two Captain's gigs and two Pinnace boats stored opposite of the "B" and "E" turrets while at sea. Two smaller Quarter Boats were hung on a pair of davits over the side of the ship opposite of the amidships funnel. The Captain's gig was a craft with smart lines, used to take the Capitan (or other officers) ashore and return them to the ship. The gig proved a vessel some 20 feet long and 3- to 6-feet wide while being manned by six to eight oars and lig sails. The Pinnace vessel was approximately 30 feet long and rowed by twelve oars, six per side, with two lig sails and used to carry sailors to and from shore when the ship could not dock (shallow waters for instance). The boats were not used as life boats for the entire crew could vary from 1,000 to 1,350 men. Instead, each man was issued a life jacket and rubber rafts were available for most.

    Angkatan laut kekaisaran Jerman

    Pascaresmi beroperasi
    Pengejaran kapal Goeben dan Breslau

    Angkatan laut Inggris dan Perancis sebenarnya telah mewaspadai pergerakan SMS Goeben dan Breslau di Laut Tengah yang diyakini akan mengganggu kapal-kapal transportasi Perancis.[4] Perkiraan ini sesuai dengan perintah Kaisar Wilhelm II yang telah mengintruksikan SMS Goeben dan Breslau untuk melakukan serangan di bagian barat Laut Tengah, sebagai antisipasi kembalinya pasukan Perancis dari koloninya di Aljazair ke Eropa, ataupun kemudian meloloskan diri ke Samudra Atlantik untuk kembali ke perairan Jerman.[5] Namun, Jerman telah bersiap lebih awal akan hal ini — sebelum dideklarasikannya perang. Pada tanggal 3 Agustus 1914, Souchon telah mengarahkan kedua kapalnya ke Aljazair, dan dalam perjalanan, Souchon menerima kabar bahwa, Kekaisaran Jerman telah mendeklarasikan perang terhadap Perancis.[6] Pada 4 Agustus 1914, setibanya di wilayah Aljazair, SMS Goeben kemudian membombardir kota Philippevile. Berselang 10 menit kemudian, SMS Breslau memborbardir kota Bône sesuai perintah Kaisar.[7][8] Meskipun serangan ini mengakibatkan kerusakan yang relatif minor, serangan ini mengakibatkan dampak psikologis terhadap armada Sekutu dan berhasil menunda pengiriman tentara Perancis ke Eropa.[8] Setelah melakukan serangan tersebut, Wilhelm Souchon menerima telegram perintah lain dari atasannya— Alfred von Tirpitz dan Hugo von Pohl — untuk secara diam-diam berlayar ke Konstantinopel. Perintah ini berlawanan dan bahkan dilakukan tanpa sepengetahuan Kaisar Wilhelm II.[9]

    Dikarenakan Goeben dan Breslau tidak dapat sampai ke Konstantinopel tanpa mengisi ulang bahan bakar yang berupa batubara, kedua kapal ini kemudian berlayar kearah timur menuju Messina untuk mengisi ulang bahan bakar.[10] Dalam perjalanan, mereka bertemu dua kapal Inggris—HMS Indomitable dan Indefatigable—yang bergerak berlawanan arah. Pada saat itu, Inggris belum mendeklarasikan perang terhadap Jerman sehingga tidak terjadi kontak senjata antar kapal.[11][12] Kapal-kapal Inggris ini kemudian hanya diperintahkan melacak dan mengikuti pergerakan dari SMS Goeben dan Breslau.[11] Mengetahui kapalnya diikuti, Souchon memerintahkan agar skuadronnya berlayar dengan kecepatan penuh untuk sampai ke Messina. Meskipun diketahui bahwa, kecepatan dari SMS Goeben dapat mencapai 25.5 knot (47,2 km/jam),[1] kerusakan komponen menyebabkan Goeben hanya dapat berlayar dengan kecepatan 22 knot.[13] Hal ini pun tercapai setelah melalui usaha yang sangat keras dari kru kapal. Tercatat setidaknya empat orang kru kapal yang bertugas di tungku pembakaran SMS Goeben tewas akibat kepanasan.[13][14] Dibandingkan Goeben dan Breslau, kedua kapal Inggris ini memiliki kecepatan yang lebih rendah, sehingga tak lama kemudian Goeben dan Breslau lolos dari pantauan kedua kapal ini. Keesokan paginya, pada 5 Agustus 1914, ketika Inggris dan Jerman secara resmi telah dalam keadaan berperang, skuadron kapal Souchon telah sampai tanpa gangguan ke wilayah Messina.[12]

    Saat mengisi batu bara di Messina, Souchon menerima telegram yang berisi perintah pembatalan misi ke Konstantinopel, dikarenakan Kekaisaran Ottoman saat itu telah membatalkan izin yang sebelumnya diberikan kepada Goeben dan Breslau untuk melewati Dardanelles. Di bawah tekanan dari pemerintah Italia di Messina yang menghendaki kepergian kedua kapal secepatnya, Souchon pada akhirnya memutuskan untuk tetap berlayar ke Konstantinopel. Ia mengetahui bahwa, kapal-kapal Inggris dan Perancis telah menunggunya di Laut Tengah, dan lebih memilih memaksa Ottoman untuk menerima kedua kapalnya.[8]

    Sebelum tengah malam, pada 6 Agustus 1914, Ernest Troubridge yang merupakan komandan kapal penjelajah Inggris di Laut Tengah menerima laporan terkait posisi terkini SMS Goeben dan Breslau. [15] Beberapa saat kemudian, Goeben dan Breslau mengangkat jangkarnya dan pergi ke arah timur menuju Konstantinopel.[16] Awalnya kedua kapal ini terlihat menuju Laut Adriatik. Melihat kondisi ini, skuadron kapal penjelajah inggris yang terdiri dari HMS DefenceWarriorBlack Prince dan Duke of Edinburgh melakukan gerakan memotong untuk menghalangi kedua kapal Jerman ini memasuki Laut Adriatik. Namun, rupanya gerakan ini sengaja dibuat oleh Souchon untuk mengelabui angkatan laut Inggris—alih-alih meneruskan pelayarannya ke Laut Adriatik, Souchon kemudian memerintahkan kapal-kapalnya untuk berbelok arah menuju Dardanelles.[15][17] Menyadari kesalahannya, Ernest Troubridge juga ikut memutar haluannya dan memerintahkan HMS Dublin beserta dua buah kapal penghancur yang mengikutinya untuk menyusul dan kemudian menyerang kedua kapal Jerman tersebut..[15] Pada 7 Agustus 1914, Troubridge memutuskan untuk menghentikan pengejaran terhadap Goeben dan Breslau.[18] Sebelumnya Winston Churchill diketahui telah mengirimkan telegram[c][19] agar angkatan laut Inggris di Laut Tengah menghindari kontak senjata terhadap "kekuatan super"—maksud Churchill terkait "kekuatan super" adalah angkatan laut Austria-Hongaria yang kemungkinan pada saat itu tengah berpatroli di Laut Adriatik.[4][13] Ernest Troubridge menyalahartikan maksud dari Churchill dan menganggap bahwa, "kekuatan super" tersebut adalah SMS Goeben dan Breslau, yang dari segi ukuran dan persenjataan jauh lebih besar sekaligus lebih canggih jika dibandingkan dengan armada Troubridge yang saat itu melakukan pengejaran.[13][20]

    SMS Goeben dan Breslau kemudian berlabuh di Pulau Donoussa untuk kembali mengisi bahan bakarnya.[21] Pada sore hari, 10 Agustus 1914, kedua kapal ini memasuki wilayah Dardanelles dan bertemu kapal Ottoman yang kemudian mengawal mereka melewati Laut Marmara.[22] Untuk mempertahankan netralitasnya di publik internasional, pada saat itu, Kekaisaran Ottoman menawarkan pengalihan kepemilikan kapal melalui sebuah transaksi penjualan fiktif. Sebelum penawaran ini disetujui oleh Jerman, pada tanggal 11 Agustus 1914, Kekaisaran Ottoman mengumumkan bahwa, mereka telah melakukan pembelian senilai 80 juta Mark terhadap kapal ini.[23][24] Pada tanggal 16 Agustus 1914, kedua kapal ini secara resmi diserahkan kepada Kekaisaran Ottoman oleh Jerman. Setelah itu, SMS Goeben berganti nama menjadi Yavuz Sultan Selim dan SMS Breslau berganti nama menjadi Midilli.[23]

    Angkatan Laut Kekaisaran Ottoman

    Operasi Laut Hitam

    1914
    1915
    1916-1917
    1918

    Penugasan pasca-Perang Dunia I

    Sebelum Perang Dunia II
    Pasca-Perang Dunia II

    Baca juga

    Notes

    Catatan kaki

    1. ^ "SMS" merupakan kepanjangan dari "Seiner Majestät Schiff ", atau "Kapal Sang Kaisar" dalam bahasa Jerman
    2. ^ Kapal Indefatigable atau sejenis memiliki bobot 22.100 t (21.800 ton panjang; 24.400 ton pendek) saat dalam keadaan penuh, sebagai perbandingan, kapal SMS Goeben atau sejenis memiliki bobot penuh 25.400 t (25.000 ton panjang; 28.000 ton pendek). Indefatigable juga dilindungi oleh lapisan baja setebal 4–6 in (100–150 mm). Sementara, lapisan baja Goeben's memiliki ketebalan 11–3 in (279–76 mm) . Lihat: Gardiner & Gray, hlm. 26 & 152.
    3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Telegram

    Citations

    1. ^ a b c d e f g h i j Staff, hlm. 12.
    2. ^ Staff, hlm. 14.
    3. ^ Staff, hlm. 13.
    4. ^ a b Guns of August.
    5. ^ Halpern, hlm. 51.
    6. ^ Massie, hlm. 29-30.
    7. ^ The Man Who Let Goeben Escape.
    8. ^ a b c the Malta garrison.
    9. ^ Herwig, hlm. 153.
    10. ^ Halpern, hlm. 52.
    11. ^ a b Massie, hlm. 30-31..
    12. ^ a b Halpern, hlm. 51-52.
    13. ^ a b c d Strachan, hlm. 646.
    14. ^ Tuchman, hlm. 184.
    15. ^ a b c The Man Who Let Goeben Escape.
    16. ^ Halpern, hlm. 54.
    17. ^ Massie, hlm. 41-42.
    18. ^ Tuchman, hlm. 180-182.
    19. ^ Milne, hlm. 39.
    20. ^ Massie & 31.
    21. ^ Halpern, hlm. 56.
    22. ^ German ships Goeben and Breslau reach Constantinople.
    23. ^ a b Hamilton & Herwig, hlm. 164.
    24. ^ Strachan, hlm. 650.

    References

    • Barlas, D. Lek; Güvenç, Serhat (2002). "To Build a Navy with the Help of Adversary: Italian-Turkish Naval Arms Trade, 1929–32". Middle Eastern Studies. London: Taylor & Francis. 38 (4): 143. doi:10.1080/714004485. ISSN 1743-7881. 
    • Bennett, Geoffrey (2005). Naval Battles of the First World War. London: Pen & Sword Military Classics. ISBN 978-1-84415-300-8. OCLC 57750267. 
    • Brice, Martin H. (1969). "S.M.S. Goeben/T.N.S. Yavuz: The Oldest Dreadnought in Existence—Her History and Technical Details". Warship International. Toldedo, OH: Naval Records Club. VI (4): 272–279. 
    • Buxton, Ian (2008). Big Gun Monitors: Design, Construction and Operations 1914–1945 (edisi ke-2nd, revised and expanded). Annapolis, MD: Naval Institute Press. ISBN 978-1-59114-045-0. 
    • Campbell, N. J. M. (1978). Battle Cruisers. Warship Special. 1. Greenwich, England: Conway Maritime Press. ISBN 978-0-85177-130-4. 
    • Corbett, Julian (1997) [1929]. Naval Operations. History of the Great War: Based on Official Documents. II (edisi ke-reprint of the 1929 second). London and Nashville, TN: Imperial War Museum in association with the Battery Press. ISBN 978-1-870423-74-8. 
    • Deringil, Selim (2004). Turkish Foreign Policy During the Second World War: An 'Active' Neutrality. LSE Monographs in International Studies. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-52329-5. 
    • Gardiner, Robert; Gray, Randal, ed. (1985). Conway's All the World's Fighting Ships: 1906–1921. Annapolis: Naval Institute Press. ISBN 978-0-87021-907-8. 
    • Güvenç, Serhat; Barlas, Dilek (2003). "Atatürk's Navy: Determinants of Turkish Naval Policy, 1923–38". Journal of Strategic Studies. London: Routledge. 26 (1): 1. doi:10.1080/01402390308559306. ISSN 1743-937X. 
    • Halpern, Paul G. (1995). A Naval History of World War I. Annapolis: Naval Institute Press. ISBN 978-1-55750-352-7. 
    • Hamilton, Richard F.; Herwig, Holger H. (2005). Decisions for War, 1914–1917. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-51119-678-2. 
    • Herwig, Holger H. (1998) [1980]. "Luxury" Fleet: The Imperial German Navy 1888–1918. Amherst, New York: Humanity Books. ISBN 978-1-57392-286-9. OCLC 57239454. 
    • Hough, Richard (2003). Dreadnought: A History of the Modern Battleship. Cornwall, UK: Penzance. ISBN 978-1-904381-11-2. 
    • Langensiepen, Bernd; Güleryüz, Ahmet (1995). The Ottoman Steam Navy 1828–1923. London: Conway Maritime Press. ISBN 978-0-85177-610-1. 
    • McLaughlin, Stephen (2001). "Predreadnoughts vs a Dreadnought: The Action off Cape Sarych, 18 November 1914". Dalam Preston, Antony. Warship 2001–2002. London: Conway Maritime Press. hlm. 117–140. ISBN 978-0-85177-901-0. 
    • Nekrasov, George (1992). North of Gallipoli: The Black Sea Fleet at War 1914–1917. East European monographs. CCCXLIII. Boulder, Colorado: East European Monographs. ISBN 978-0-88033-240-8. 
    • Rohwer, Jürgen; Monakov, Mikhail S. (2001). Stalin's Ocean-Going Fleet: Soviet Naval Strategy and Shipbuilding Programmes, 1935–1953. London: Routledge. ISBN 978-0-7146-4895-8. 
    • Staff, Gary (2006). German Battlecruisers: 1914–1918. Oxford: Osprey Books. ISBN 978-1-84603-009-3. 
    • Stillwell, Paul (1996). Battleship Missouri: An Illustrated History. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 978-1-55750-780-8. 
    • Sturton, Ian, ed. (1987). Conway's All the World's Battleships: 1906 to the Present. London: Conway Maritime Press. ISBN 978-0-85177-448-0. OCLC 246548578. 
    • Whitley, M. J. (1998). Battleships of World War Two: An International Encyclopedia. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 978-1-55750-184-4. OCLC 40834665. 
    • Willmott, H.P. (2002). Battleship. London: Cassell Military. ISBN 978-0-304-35810-6. 
    • Worth, Richard (2001). Fleets of World War II. Cambridge, MA: Da Capo Press. ISBN 978-0-306-81116-6. 

    Other sources

    Topik Jerman juga tersedia dalam Proyek Wikimedia lainnya.
    Commons
    Galeri dan peta
    Wiktionary
    Kamus dan tesaurus
    Wikiquote
    Kutipan
    Wikibooks
    Buku dan manual
     
    Wikisource
    Perpustakaan
    Wikiversity
    Bahan belajar