Andi Abdullah Bau Massepe
Letjen TNI Andi Abdullah Bau Massepe | |
---|---|
Berkas:Abdulah bau massepe pahlawan nasional.jpg | |
[[Panglima TRI Divisi Hasanuddin]] 1 | |
Masa jabatan 20 Januari 1946 – 2 februari 1947 | |
Presiden | Soekarno |
Informasi pribadi | |
Lahir | Massepe, Sulawesi Selatan tahun 1916 |
Meninggal | 2 Februari 1947 sulawesi selatan, Indonesia | (umur 29) invalid month invalid day
Suami/istri | Andi Maccaya, Linge Daeng Singara, We Soji Datu Kanjenne |
Anak | Andi Habibah, Andi Ibrahim, Andi Subaedah Bau Te'ne, Bau Kuneng, Bau Ammasengeng, Bau Dala Uleng, Bau Fatimah Dala We Toeng |
Almamater | HIS (Holland Inlandsche Schools |
Penghargaan sipil | Pahlawan Nasional Indonesia(2005), Bintang Mahaputra Adipradana(2005), Anugerah Bintang Gerilya Republik Indonesia (1958) |
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat
|
Pangkat | Letnan Jenderal TNI Anumerta |
Pertempuran/perang | Revolusi Nasional Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Letnan Jenderal TNI Andi Abdullah Bau Massepe (lahir di Massepe, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, pada tahun 1918 - wafat di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 2 Februari 1947 pada umur 29 Tahun) adalah pejuang heroik dari daerah Sulawesi Selatan. Ia merupakan Panglima pertama TRI Divisi Hasanuddin dengan pangkat Letnan Jendral[1]. Ia dianugerahi gelar Pahlawan nasional Indonesia oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November 2005 dalam kaitan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2005.[2]
Biografi
Kelahiran
Andi Abdullah Bau Massepe adalah putra dari Andi Mappanyukki (salah satu pahlawan Nasional dari Sulawesi Selatan) dengan pernikahan dengan We Besse Arung Bulo. We Besse Bulo sendiri merupakan putri Raja Sidenreng, anak dari La Sadapotto Addatuang Sidenreng dengan I Baeda Addatuang Sawitto) lahir di daerah Massepe, Kabupaten Sidenreng Rappang. (Massepe dahulunya merupakan salah satu pusat kerajan Addatuang (kerajaan) Sidenreng.
Masa Kecil
Abdullah Bau Massepe berusia 5 (lima) tahun ketika ibunya We Besse Bulo wafat, ia kemudian dipelihara oleh neneknya I Baedah Addatuang Sawitto (Merupakan Raja Sawitto ke 23 dan Arung Ri Rappang). Dan kemudian pada usia 7 (tujuh) tahun mengikuti Ayahnya (La Mappanyukki) ke Makassar dan dibesarkan dilingkungan Istana Jongaya. Di kota ini pula dia memperoleh pendidikan di HIS (Hollands Inslandsche Schools) dan dipersiapkan sebagai pewaris tahta kerajaan.
Setelah tamat, tahun 1931 ia pun kembali mengikuti Ayahnya ke Bone (yang waktu itu La Mappanyukki diangkat menjadi Raja Bone)
Merupakan anak sulung dari tiga bersaudara seibu sebapak dengan saudara lain adalah Andi Rukiyah Bau Bocco Addatuang Sawitto dan Andi Pasulle Datu Bulaeng. Selain itu memiliki saudara tiri Andi Pangerang Petta Rani (L), dari sisi ibu yang lain (I Mane'ne Karaengta Balla Sari) bersaudara dengan Andi Bau Tenri Padang Opu Datu (P) Istri dari Andi Djemma Datu Luwu, Andi Bau Datu Cella Bone (P), Andi Bau Tenri Datu Bau (p), Andi Bau Parenrengi Datu Lolo (L), Andi Bau To'Appo Datu Appo (L), Andi Bau Datu Sawa (L).
Keturunan & Silsilah raja/ kebangsawanan
Abdullah Bau Massepe merupakan ana'Mattola (anak Raja) yang lahir ketika ayahnya Andi Mappanyukki masih menjadi Datu Suppa, sebelum diangkat menjadi Raja Bone ke 32 pada tanggal 12 April 1931 atau 13 Syawal 1349 H. Ia merupakan pewaris tahta dari lima kerajaan di sebelah barat Danau Sidenreng dikenal dengan kawasan ajattapareng yaitu Suppa,Sidenreng,Sawito, Allita, Rappang[3]. Bila merunut silsilah, ayahnya Andi Mappanyukki adalah anak dari I Makkulau Daeng Parani Karaeng Lembang Parang Somba Ri Gowwa To Minanga Ri Bundu'na (Somba Ri Gowa adalah isitlah raja yang memerintah di kerajaan Gowa, I Makkulau merupakan Raja Gowa ke 34), hasil pernikahan dari We Tenri Padanreng Arung Alitta. Sehingga dapat dkatakan bahwa dalam darahnya mewarisi trah Kerajaan Bone, Kerajaan Gowa dan lima kerajaan ajattapareng (Suppa, Sawitto, Sidenreng, Allita dan Rappang).
Perkawinan
Semasa hidupnya Abdullah Bau Massepe memiliki permaisuri (istri)
- Permaisuri yang pertama bernama Andi Maccaya melahirkan putri bernama Andi Habibah,
- Permaisuri yang kedua bernama Linge Daeng Singara melahirkan
- seorang putra yang bernama Andi Ibrahim dan
- seorang putri bernama Andi Subaedah Bau te’ne.
- Pada tahun 1933 menikah dengan We Soji Datu Kanjenne yang kemudian dianugerahi putra-putri yang masing-masing bernama:
- Bau Kuneng, (Datu Lolo)
- Bau Amessangeng (Datu Iccang)
- Bau Dala Uleng (datu Uleng)/ Hj.Andi Dala Uleng Bau Massepe
- Bau Fatimah (datu Toeng)/Andi Fatimah Bau Massepe
Pendidikan
Semasa hidupnya pernah mengecap pendidikan formal pada Sekolah Rakyat selama 1 tahun (1924), HIS (Hollands Inslander School (selesai 1932). Selain itu Dia juga memperoleh pendidikan dilingkungan kerajaan yang dikenal dengan pangngadereng dikalangan budaya Bugis Makassar
Menjadi Raja
Andi Abdullah Bau Massepe merupakan Datu Suppa ke 25 dari Kerajaan Suppa atau Kedatuan Suppa mengantikan Andi Makkassau Parenrengi (taklain pamannya sendiri) pada tahun 1938 dan memerintah sampai ia wafat tahun 1947.
Kepemimpinan
Jabatan pada organisasi yang pernah dipimpin oleh dia antara lain:
- Panglima Pertama TNI (dahulu TRI) Divisi Hasanuddin dengan pangkat Letnan Jenderal, Konferensi Paccekke 20 Januari 1946
- Ketua Bunken Kanrekan Pare-Pare, Ketua Organisasi SUDARA afderling Pare-Pare tahun 1945
- Ketua Pusat Keselamatan Rakyat Penasehat Pemuda/Pandu Nasional Indonesia
- Ketua Umum BPRI (Badan Penunjang Republik Indonesia) tahun 1945
- Kordinator perjuangan bersenjata bagi pemuda di Sulawesi Selatan
Tanda Jasa
- Piagam Gelar Pahlawan Nasional dari President Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada 7 November 2005 (Surat Keputusan President RI No 82/TK/2005 tanggal 7 November 2005
- Bintang Mahaputra Adipradana dari President RI, Susilio Bambang Yudhoyono, pada tahun 2005, (Surat Keputusan President RI No 82/TK/2005 tanggal 7 November 2005
- Angugerah Bintang Gerilja Setjara Anumerta dari President RI, Ir.Soekarno, Nomor 175, 12 Agustus 1959
Kematian
Andi Abdullah Bau Massepe wafat dibunuh (walaupun versi kematiannya masih diperdebatkan apakah ditembak atau di bekam karena Belanda sangat pantang membunuh raja-raja dengan menembak atau melukai hinga berdarah) oleh pasukan Mayor Raymond Westerling -Korps Baret Merah Belanda- pada tanggal 2 Februari 1947 setelah ditahan selama 160 hari. Wafat 10 hari sesudah konferensi Pacekke (tanggal 20 Januari 1947). Makam dia dapat ditemukan di Taman Makam Pahlawan kota Pare-Pare (110 kilometer utara Kota Makassar). Perihal kematiannya dalam wawancara pihak keluarga (Hajjah Andi Habibah, putri tertua dia) menyatakan tidak ditembak mati oleh Westerling, tetapi diduga dibunuh dengan menyumbat pernapasannya. Kematiannya pun disembuyikan oleh pihak Belanda dan tidak adapun sanksi mata yang melihat dia terbunuh.
Pejuang yang teguh
Dia diakui sebagai pejuang yang teguh pendirian dan berani berkorban demi tegaknya NKRI. Hal ini diakui oleh Westerling yang disampaikan kepada istrinya, We Soji Datu Kanjenne, dia berkata; “suamimu adalah jantan dan laki-laki pemberani. Ia bertanggung jawab atas semua tindakannya, tidak mau mengorbankan orang lain demi kepentingan sendiri, sikap jantan ini sangat saya hormati.”
Pesan-pesan dia
Beberapa pesan dia yang sangat heroik yang dapat dijadikan inspirasi bagi generai muda sekarang dalam melanjutkan pembangunan negara ini antara lain:
"Lebih baik ditembak mati daripada menyerah kepada Belanda" Pesan kepada Andi Pangerang Petta Rani, merupakan saudara tiri nya, yang menjadi Gubernur Sulawesi Selatan
"Tetaplah memelihara anak kita, sekolahkan semuanya, karena kalau bukan saya yang menikmati hasil perjuangan ini, maka anak-anak serta pemuda-pemuda yang sedang tumbuh yang akan menikmatinya". (pesan kepada istrinya We Soji Datu Kanjenne sewaktu dia di penjara KIS di Makassar)
"Jangan nikahi dengan keluarga atau golongan orang-orang Belanda dan antek-anteknya. Lebih baik memelihara dan bersahabat dengan anjing daripada bersahabat dengan orang Belanda dan orang-orang anti republik" (dimuat di Harian Fajar,17 April 2003)
Referensi
- ^ Jejak Pahlawan Dalam Aksara, IKPN (Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia), Jakarta 2006
- ^ buku biografi Andi Abdullah Bau Massepe, diterbitkan Pemerinta Provinsi Sulsel, tahun 1980 oleh Muhammad arfah)
- ^ Ganjeng,Mustaka H.L., 2003 Andi Abdullah Bau Massepe, Birokrat, Pejuang dan Pahlawan, Pemerintah Dearah Sulawesi Selatan