Lompat ke isi

Rasul

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 Januari 2020 08.30 oleh Hafidh Wahyu P (bicara | kontrib) (Lihat diskusi di laman Nabi dan Rasul)

Istilah rasul dikenal dalam Islam dan Kristen. Meski demikian, terdapat perbedaan pemahaman mengenai istilah tersebut. Dalam Islam, rasul adalah seorang nabi yang wajib menyampaikan wahyu yang dia terima, berbeda dengan nabi biasa yang tidak dibebankan kewajiban tersebut. Dalam Kristen, rasul mengacu pada murid-murid Yesus, utamanya kedua belas rasul. Pada zaman modern, para misionaris gerakan Pentakosta kerap menyebut diri mereka sendiri sebagai rasul.

Etimologi

Rasul berasal dari bahasa Arab رسول (rasūl; jamak: رسل, rusul) yang artinya mengutus.

Islam

Kaligrafi bertuliskan "Muhammad Rasul (utusan) Allah" yang terpahat di gerbang Masjid Nabawi, Madinah. Umat Islam mengimani Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul.

Dalam Islam, nabi adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah. Di antara para nabi, ada yang diangkat menjadi rasul, yakni seorang yang mendapat wahyu Allah dan wajib menyebarkan ajarannya.

Mengimani nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Di antara para nabi, Adam merupakan nabi sekaligus manusia pertama, sedangkan Muhammad merupakan nabi terakhir. Di antara para rasul, ada lima orang yang mendapat gelar ulul 'azmi, yakni para rasul yang memiliki ketabahan luar biasa. Mereka adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi 'Isa, dan Nabi Muhammad.

Beberapa perbedaan antara nabi dan rasul:

  • Nabi sebatas menerima wahyu tanpa keharusan untuk mendakwahkannya, sedangkan seorang rasul wajib mendakwahkannya kepada kaumnya.
  • Seorang rasul sudah pasti seorang nabi, tapi seorang nabi belum tentu seorang rasul.
  • Para rasul diutus dengan membawa syari’at/hukum baru, sedangkan nabi hanya mengikuti hukum dan aturan dari rasul sebelumnya.
  • Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian.[1]

Kristen

Perjamuan Terakhir, lukisan mural karya Leonardo da Vinci dari penghujung era 1490-an di Gereja Santa Maria della Grazie, Milan, adalah penggambaran peristiwa perjamuan terakhir Yesus bersama kedua belas rasulnya pada malam hari menjelang penyalibannya.

Umat Kristen Indonesia menggunakan istilah rasul sebagai padanan kata Yunani, ἀπόστολος (apóstolos). Kata ἀπόστολος terbentuk oleh pengimbuhan awalan ἀπό- (apó-), yang berarti "dari", pada kata dasar στέλλω (stéllō), yang berarti "aku kirim" atau "aku berangkatkan", dan mula-mula berarti "utusan" atau "duta". Kendati demikian, makna kata apóstolos lebih dalam dari sekadar "utusan", dan lebih dekat dengan makna kata "delegasi" atau "perutusan".[2]

Dalam eklesiologi dan teologi Kristen, para rasul, khususnya Kedua Belas Rasul, adalah murid-murid utama Yesus, tokoh pusat dalam agama Kristen. Semasa Yesus hidup dan berkarya pada abad pertama tarikh Masehi, para rasul adalah pengikut-pengikut terdekatnya. Di kemudian hari, pengikut-pengikut terdekat ini menjadi narasumber utama kabar Baik yang diwartakan Yesus.

Pada zaman modern, para misionaris gerakan Pentakosta kerap menyebut diri mereka sendiri sebagai rasul. Praktik semacam ini berpangkal dari padanan bahasa Latin untuk kata "rasul", yakni "missio", cikal bakal dari kata "misionaris" dalam bahasa Indonesia. Karena alasan yang sama pula umat Katolik menyandangkan sebutan rasul kepada misionaris-misionaris tertentu, misalnya Santo Patrisius (373–463) dihormati sebagai "Rasul Irlandia", Santo Bonifasius (680–755) dihormati sebagai "Rasul Bangsa Jerman", dan Santo Fransiskus Xaverius (1506–1552) dihormati sebagai "Rasul Hindia".

Referensi

  1. ^ Lawami’ Al-Anwar: 1/50
  2. ^ "Catholic Encyclopedia: Apostles". 

Lihat pula