Lompat ke isi

Portal:Surakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Januari 2020 14.02 oleh RianHS (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Semua portal menggunakan HotCat)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Budaya
Budaya
Budaya (k)
Filsafat
Filsafat
Filsafat (k)
Geografi
Geografi
Geografi (k)
Ilmu
Ilmu
Ilmu (k)
Indonesia
Indonesia
Indonesia (k)
Masyarakat
Masyarakat
Masyarakat (k)
Matematika
Matematika
Matematika (k)
Sejarah
Sejarah
Sejarah (k)
Seni
Seni
Seni (k)
Teknologi
Teknologi
Teknologi (k)
Tokoh
Tokoh
Tokoh (k)
edit  

Portal Surakarta

Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta, Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah pada tahun 1755.

Gambar pilihan

Gladag Langen Bogan
Gladag Langen Bogan
Credit: Flickr
Pusat jajanan Galabo di kala malam

Artikel pilihan

Mataram Baru
Mataram Baru

Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah sebuah kerajaan di Jawa Tengah yang berdiri tahun 1755 sebagai hasil dari perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Perjanjian antara VOC dengan pihak-pihak yang bersengketa di Kesultanan Mataram, yaitu Sunan Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi, menyepakati bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam dua wilayah kekuasaan yaitu Surakarta dan Yogyakarta.

Pada tanggal 13 Februari 1755 pihak VOC yang sudah mengalami kebangkrutan berhasil mengajak Pangeran Mangkubumi berdamai untuk bersatu melawan pemberontakan Raden Mas Said yang tidak mau berdamai. Semula Pangeran Mangkubumi bersekutu dengan Raden Mas Said. Perjanjian Giyanti yang ditanda-tangani oleh Pakubuwana III, Belanda, dan Mangkubumi, melahirkan dua kerajaan baru yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi sebagai raja di separuh wilayah Mataram mengambil gelar Sultan Hamengkubuwana, sedangkan raja Kasunanan Surakarta mengambil gelar Sunan Pakubuwana. Seiring dengan berjalannya waktu, negeri Mataram yang dipimpin oleh Hamengkubuwana kemudian lebih terkenal dengan nama Kasultanan Yogyakarta, sedang negeri Mataram yang dipimpin oleh Pakubuwana terkenal dengan nama Kasunanan Surakarta.

Selanjutnya wilayah Kasunanan Surakarta semakin berkurang, karena Perjanjian Salatiga 17 Maret 1757 menyebabkan Raden Mas Said diakui sebagai seorang pangeran merdeka dengan wilayah kekuasaan berstatus kadipaten, yang disebut dengan nama Praja Mangkunegaran. Sebagai penguasa, Raden Mas Said bergelar Adipati Mangkunegara. Wilayah Surakarta berkurang lebih jauh lagi setelah usainya Perang Diponegoro pada tahun 1830, di mana daerah-daerah mancanegara diberikan kepada Belanda sebagai ganti rugi atas biaya peperangan.

Di awal masa kemerdekaan Republik Indonesia (1945 - 1946), Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran sempat menjadi Daerah Istimewa. Akan tetapi karena kerusuhan dan agitasi politik saat itu maka pada tanggal 16 Juni 1946 oleh Pemerintah Indonesia statusnya diubah menjadi Karesidenan, menyatu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Selengkapnya...)

Biografi pilihan


Poerbatjaraka
Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi (Lesya) Poerbatjaraka (Surakarta, 1884Jakarta, 1964) adalah seorang budayawan, ilmuwan Jawa dan terutama pakar sastra Jawa Kuna. Poerbatjaraka adalah putra seorang abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta yang bernama Raden Tumenggung Purbadipura (ejaan modern). Purbadipura adalah abdi dalem kesayangan Sunan/Susuhunan Pakubuwana X, beliau adalah seorang sastrawan dan seringkali menggubah perjalanan-perjalanan Sunan Pakubuwana X dalam bentuk tembang.

Poerbatjaraka, dengan nama kecil Lesya, juga dididik di lingkungan keraton. Ia bersekolah di HIS (Hollandsch-Indische School) yang berlangsung selama 7 tahun. Di sini Lesya belajar bahasa Melayu, bahasa Belanda dan pengetahuan dasar lainnya. Berkat pengetahuannya akan bahasa Belanda, Lesya bisa bercakap-cakap dengan tentara Belanda yang berada di Solo. Para serdadu Belanda ini kelihatannya senang bercakap-cakap dengan anak yang pandai ini.

Lesya gemar membaca. Pada usia muda ia sudah belajar membaca kitab-kitab klasik Jawa, beberapa di antaranya dalam bentuk naskah manuskrip yang bisa ia temukan dalam perpustakaan ayahnya. Perkenalan pertamanya dengan sastra Jawa Kuna terjadi ketika ia menemukan buku karangan ahli Indologi termasyhur, Prof. Dr. Hendrik Kern.

Buku ini sebenarnya hadiah seorang pejabat Belanda kepada Sunan Pakubuwana X. Tetapi beliau kurang mengerti isi buku ini sehingga memberikannya kepada Purbadipura, mungkin maksudnya untuk menjelaskannya. Lalu buku ini dibaca oleh Lesya dan ia menjadi sangat tertarik.

Para abdi dalem keraton yang gemar akan sastra Jawa kala itu suka mengadakan pertemuan-pertemuan diskusi di mana mereka membicarakan sastra Jawa dan terutama beberapa bagian syair dan karya sastra lainnya yang sulit. Lesya yang masih muda suka mengikuti pertemuan ini. Karena ia merasa sudah banyak berpengetahuan kala itu berkat buku-buku Belanda, pernah suatu ketika menantang seorang abdi dalem senior. Hal ini ternyata berbuntut panjang dan Lesya merasa tidak betah lagi dalam suasana ini.

Karena ia merasa lebih cocok dengan pendekatan ilmiah yang dibacanya dari buku-buku Belanda, maka ia menulis surat kepada Residen Surakarta waktu itu. Sang residen yang sudah mendengar kepandaian Lesya lalu mengirimnya ke Batavia/Jakarta pada tahun 1910. Di sana Lesya dipekerjakan kepada Dinas Purbakala di Museum Gajah.

Pada masa ini Lesya mendapatkan nama Poerbatjaraka. Nama ini terdiri dari kata purba seperti nama ayahnya dan kata caraka, dari aksara Hanacaraka yang juga memiliki arti duta atau utusan. Gelar kebangsawanan Raden Ngabehi, yang lebih rendah dari gelar Raden Tumenggung milik ayahnya, juga diberikan pada kala ini. Sedangkan gelar terhormat Raden Mas, diperolehnya jauh di kemudian hari ketika menikah dengan seorang wanita bangsawan (yang bergelar Raden Ayu).

Di museum, Poerbatjaraka dianggap pandai dan sering dimintai tolong oleh para pakar. Di sini ia juga melanjutkan pelajarannya akan sastra Jawa Kuna dan juga mulai mempelajari bahasa Sanskerta.

Kemudian ia ditugaskan di Universitas Leiden, Belanda sebagai asisten Prof. Dr. Hazeu, mahaguru sastra Jawa. Pada tahun 1926, meskipun tidak pernah kuliah, Poerbatjaraka diperkenankan berpromosi dan mendapatkan gelar doktor dengan disertasinya: Agastya in den Archipel.

Sekembalinya di Museum Gajah pada tahun 1930-an, ia diberi pekerjaan sebagai kurator naskah manuskrip dan diberi tugas untuk mengkatalogisasi semua naskah Jawa.

Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi profesor di Universitas Indonesia, Jakarta, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Bahkan di Denpasar, ia lah yang mendirikan fakultas sastra.


Gambar pilihan

Bonang barung dan panerus
Perangkat gong: bonang barung dan panerus

Tahukah Anda...

  • ... bahwa Solo memiliki 5 kecamatan dan 51 kelurahan?
  • ... bahwa luas Solo hanya sekitar 44 km2?
  • ... bahwa penduduk Solo sebanyak 500.000 jiwa?

Portal terkait

Portal Surakarta

Geografi: Asia • Indonesia • Jawa

Agama: Buddhisme • Hindu • Islam • Kristen • Katolik

Budaya: Wayang •

Dalam berita

http://www.eventsolo.com/ FB

...berita sebelumnya

Yang dapat Anda lakukan

Umum
  • Mendaftarkan artikel-artikel bertopik Surakarta berdasarkan kepentingannya
  • Mengembangkan satu artikel bertopik Surakarta hingga menjadi Artikel Pilihan
  • Membuat artikel-artikel baru yang bertopik Surakarta atau yang berhubungan dengan Surakarta.
  • Membuat daftar-daftar seputar Surakarta, mis: Daftar sekolah, daftar museum, daftar rumah sakit, dll.
  • Mengembangkan artikel yang masih mengandung templat rintisan.
  • Menambahi gambar-gambar seputar Surakarta
  • Memperbarui berita terkini di Portal:Surakarta
5 kecamatan & 51 kelurahan Solo
  • Mengembangkan artikel kelurahan dan kecamatan yang masih berupa rintisan
  • Menstandarkan dan melengkapi kotak info masing-masing dengan info terbaru
  • Membuat peta per kelurahan di Surakarta dan mencantumkannya di tiap artikel kelurahan
  • Daftar kelengkapan: foto kantor kecamatan/kelurahan, kepala wilayah, jumlah penduduk, etimologi, sejarah singkat, batas-batas, kampung.

Panduan memberi nilai kualitas dan kepentingan:

  • Kelas/kualitas: "AP" atau "AB" jika sudah terpilih melalui prosedur masing-masing, "Stub" jika masih rintisan (pendek), "Daftar" jika berupa daftar, "A" jika merupakan bekas AP atau AB, "B" jika sudah bagus, cukup panjang, lengkap dengan referensi, "C" jika sudah cukup panjang, tapi masih kurang referensi/gaya bahasa perlu perbaikan.
  • Kepentingan: rujuk pada en.wiki jika ada interwikinya, biarkan kosong jika ragu-ragu, ubah jika dirasa tidak sesuai.

ProyekWiki terkait

ProyekWiki Surakarta
Anda diundang untuk berpartisipasi di ProyekWiki Solo, sebuah ProyekWiki yang didedikasikan untuk mengembangkan artikel-artikel Surakarta.

Topik

Kategori

Wikipedia dalam bahasa yang digunakan di Surakarta

Bahasa Indonesia           Bahasa Jawa           Jawa Banyumasan           Bahasa Sunda          
Bahasa Inggris           Bahasa Melayu           Bahasa Aceh           Bahasa Banjar           Bahasa Bugis           Bahasa Tionghoa

Proyek Wikimedia terkait

Bersihkan tembolok server