Lompat ke isi

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Juli 2020 18.29 oleh Mrachmad59 (bicara | kontrib) (Tidak ada corak hijau pada kapas dalam lambang resmi TNI AL. Pengecekan silang dengan lambang di Mabesal serta situs web resmi https://www.tnial.mil.id/)
Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut
Lambang Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut
Dibentuk10 September 1945
Negara Indonesia
Tipe unitAngkatan Laut
Jumlah personel74.000[1] (2011)
Bagian dariTentara Nasional Indonesia
MotoJalesveva Jayamahe
(Kawi, lit:"Di Laut Kita Jaya")
Kapal perang dan perlengkapannya150[2] (2012)
PertempuranPertempuran Laut Aru
Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Dwikora
Trikora
Situs webwww.tnial.mil.id
Tokoh
Kepala StafLaksamana TNI Yudo Margono
Wakil Kepala StafLaksdya TNI Mintoro Yulianto
Insignia
Bendera Kapal
Roundel & Fin Flash
Bendera

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (atau biasa disingkat TNI Angkatan Laut atau TNI-AL) adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di laut.

TNI Angkatan Laut dibentuk pada tanggal 10 September 1945 yang pada saat dibentuknya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR Laut) yang merupakan bagian dari Badan Keamanan Rakyat.

TNI Angkatan Laut dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Laut (MABESAL). Sejak 20 Mei 2020 posisi KASAL dijabat oleh Laksamana TNI Yudo Margono.

Kekuatan TNI-AL saat ini terbagi dalam 3 komando armada yaitu, Komando Armada I (Koarmada I) yang berpusat di Jakarta, Komando Armada II (Koarmada II) yang berpusat di Surabaya, dan Komando Armada III (Koarmada III) yang berpusat di Sorong serta satu Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Selain itu juga membawahi Korps Marinir.

Sejarah

KRI Irian, kapal kelas penjelajah yang pernah dimiliki TNI AL berbobot mati 16.640 ton. Digunakan selama operasi Trikora melawan Belanda. Hingga kini Indonesialah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang pernah mengoperasikan kelas penjelajah

Sejarah TNI-AL dimulai tanggal 10 September 1945, setelah masa awal diproklamasikannya kemerdekaan negara Indonesia, administrasi pemerintah awal Indonesia mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut). BKR Laut dipelopori oleh pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda) pada masa penjajahan Belanda dan Kaigun pada masa pendudukan Jepang.

Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal-kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu. Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia. Di samping itu mereka juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri.

Selama 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya. Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut.

Pada 1990-an TNI AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal-kapal perang jenis korvet kelas Parchim, kapal pendarat tank (LST) kelas 'Frosch', dan Penyapu Ranjau kelas Kondor. Penambahan kekuatan ini dinilai masih jauh dari kebutuhan dan tuntutan tugas, lebih-lebih pada masa krisis multidimensional ini yang menuntut peningkatan operasi namun perolehan dukungannya sangat terbatas. Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh besar pada tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan di laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam flotila-flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan Marinir-I di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta.

Tugas Pokok

Sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI Pasal 9, Angkatan Laut bertugas:

  1. melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan;
  2. menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi;
  3. melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah;
  4. melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut;
  5. melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut.

Dalam Perpres Nomor 62 Tahun 2016 ini ditegaskan, bahwa perubahan dan/atau pembentukan unit organisasi baru yang dijabat oleh Perwira Tinggi ditetapkan oleh Presiden.[3] Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 14 Juli 2016, juga memuat organisasi Markas Besar TNI Angkatan Laut. Menurut Pepres ini Markas Besar TNI Angkatan Laut terdiri atas: a. unsur pimpinan: 1. Kepala Staf TNI Angkatan Laut; dan 2. Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut; b. unsur pembantu pimpinan; c. unsur pelayanan diatur dengan Peraturan Panglima. d. Badan Pelaksana Pusat; dan e. Komando Utama Pembinaan.[4]

Organisasi

TNI-AL berada di bawah Markas Besar TNI. Perwira tersenior Angkatan Laut, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, adalah perwira tinggi berbintang empat dengan pangkat Laksamana mengepalai Angkatan Laut di bawah Panglima TNI.

Unsur pimpinan

Unsur pembantu pimpinan

Seluruh pejabat pembantu pimpinan adalah perwira tinggi bintang dua dengan pangkat Laksamana Muda/Mayor Jenderal Marinir

  • Inspektorat Jenderal TNI Angkatan Laut;
  • Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Laut;
  • Staf Kebijakan Perencanaan dan Anggaran TNI Angkatan Laut;
  • Staf Intelijen TNI Angkatan Laut;
  • Staf Operasi TNI Angkatan Laut;
  • Staf Personalia TNI Angkatan Laut;
  • Staf Logistik TNI Angkatan Laut;
  • Staf Potensi Maritim;
  • Staf Komunikasi dan Elektronika TNI Angkatan Laut.

Komando Utama

Komando Pendidikan

Komando Tempur

Satuan Khusus

Badan Pelaksana Pusat

Dinas Militer

Pangkalan Angkatan Laut

Kekuatan

Bendera kapal perang Indonesia.

Nama kapal yang dimiliki TNI-AL selalu dimulai dengan KRI, singkatan dari Kapal Perang Republik Indonesia. Selain itu juga ada kapal yang diawali dengan KAL, singkatan dari Kapal Angkatan Laut. Suatu sistem penomoran diadopsi guna membedakan tiap Kapal. Nama kapal bervariasi, mulai dari nama Pahlawan (kapal pengawal), Teluk (kapal pendarat), hingga binatang (kapal cepat atau patroli).

Setiap kapal dipersenjatai dengan salah satu atau lebih dari berbagai macam persenjataan yang tersedia menurut kelasnya, mulai dari senapan mesin 12,7mm, kanon, meriam hingga peluru kendali.

Saat ini TNI AL memiliki sekitar 68.800 prajurit, termasuk di dalamnya 18.500 personel marinir dan 1.090 penerbangan/personel udara AL. Kekuatan TNI AL secara garis besar sebagai berikut:

Kapal perang

KRI Oswald Siahaan, menembakkan rudal yakhont dalam sebuah latihan di Selat Sunda.
KRI Diponegoro, korvet terbaru TNI AL jenis Sigma.
KRI Cut Nyak Dien, Parchim Class merupakan kapal pemukul dengan armada terbesar di TNI AL.
KRI Clurit, merupakan Kapal Cepat Rudal 40 meter buatan dalam negeri

Kapal Republik Indonesia (KRI) berjumlah 167 kapal, KRI dibagi menjadi tiga kelompok kekuatan:

  • Kekuatan Pemukul (Striking Force) terdiri dari 51 KRI yang memiliki persenjataan strategis:
  • Kekuatan Patroli (Patrolling Force) berjumlah 53 KRI.
  • 10 kapal FPB buatan PT. PAL kelas Pandrong, 5 di antaranya yang bertipe Nav-5 sudah dipersenjatai dengan rudal
  • 2 kapal (hibah dari Brunei) kelas Salawaku
  • 1 Kapal cepat buatan Fasharkan TNI AL 40 meter kelas Krait
  • 2 Kapal cepat buatan Fasharkan 40 meter kelas Tarihu
  • 25 kapal Fiber buatan Fasharkan TNI AL kelas Boa
  • 15 kapal PC kelas Sibarau
  • 2 buru ranjau (BR) kelas Pulau Rengat
  • Kekuatan Pendukung (Supporting Force) berjumlah 63 KRI, terdiri dari:
  • 5 Landing Platform Dock (LPD) kelas Makassar
  • 7 angkut tank (AT) kelas Teluk Bintuni
  • 12 angkut tank (AT) kelas Frosch
  • 5 angkut tank (LST) kelas Teluk Semangka
  • 1 markas (MA) kelas Multatuli
  • 6 penyapu ranjau (PR) kelas kondor
  • 5 bantuan cair minyak (BCM): ARN, SRG, SGG, SMB,BPP
  • 1 Bantuan Rumah Sakit (BRS) Kelas dr. Suharso
  • 2 bantu tunda (BTD) kelas Soputan
  • 4 bantu umum (BU): KMT, MTW, NTU, WGO
  • 1 bantu angkut personel (BAP) kelas Tanjung Kambani
  • 2 bantu angkut personel (BAP) kelas Tanjung Nusanive
  • 3 bantu hidrooseanografi (BHO) kelas Pulau Rondo
  • 1 bantu hidrooseanografi (BHO) kelas Dewa Kembar
  • 1 kapal latih kelas Ki Hajar Dewantara
  • 2 kapal latih

TNI AL sudah mempunyai 4 kapal LPD. Kapal multipurpose ini 2 unit dibuat di Korea Selatan (KRI MKS dan KRI SBY) dan 2 unit dikerjakan oleh PT. PAL (KRI BAC DAN KRI BJN) [5]

Kapal patroli pendukung

Kapal Angkatan Laut (KAL) adalah kapal patroli yang berfungsi untuk mendukung Pangkalan TNI AL (Lanal) dalam melaksanakan tugas-tugas patroli keamanan laut dan tugas-tugas dukungan lainnya.

Pesawat udara

Pesawat udara berjumlah 82 unit, terdiri dari 52 sayap tetap dan 30 sayap putar.

Pasukan pendarat

Peralatan tempur Korps Marinir sejumlah 437 kendaraan tempur (ranpur), tetapi 307 ranpur berusia di atas 30 tahun, 37 ranpur berusia 21-30 tahun, sisanya 103 ranpur berusia 1-10 tahun.

Kekuatan marinir Indonesia saat dibagi dalam 3 Pasmar (Jakarta, Surabaya dan Sorong) membawahi Brigif, Menbanpur, Menart, Menkav, Lanmar dsb.

Pangkat

Sebagaimana di kecabangan lainnya, kepangkatan terdiri dari Perwira, Bintara dan Tamtama. Adapun pangkat tertinggi di Angkatan Laut adalah Laksamana Besar dengan bintang lima. Pangkat ini ditandai dengan lima bintang emas di pundak. Pangkat ini sepadan dengan Jenderal Besar di TNI Angkatan Darat dan Laksamana Besar di TNI Angkatan Laut. Sampai saat ini belum ada seorang pun perwira TNI Angkatan Udara yang dianugerahi pangkat tersebut, Marsekal dengan bintang empat, Marsekal Madya dengan bintang tiga, Marsekal Muda dengan bintang dua, Marsekal Pertama dengan bintang satu.

Rujukan

  1. ^ "TNI AD Takkan Tambah Personel Tahun Ini". Investor Daily Indonesia. 25 Januari 2012. Diakses tanggal 3 Januari 2014. 
  2. ^ "Military Strength of Indonesia". GlobalFirepower.com. Diakses tanggal 3 Januari 2014. 
  3. ^ "Susunan Organisasi TNI AU Sesuai Perpres Baru"
  4. ^ "Perpres No. 62/2016 Tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia"
  5. ^ "TNI AL SELENGGARAKAN RAPIM TAHUN 2015" website tni al.mil.id

Pranala luar