SCTV
SCTV | |
---|---|
Jenis | Jaringan televisi |
Slogan | Satu Untuk Semua |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Pendiri | Peter F. Gontha Bambang Trihatmodjo Sudwikatmono Henry Pribadi Aziz Mochtar Halimah Agustina Kamil Mohammad Noer |
Tanggal siaran perdana | 19 Juli 1990 (siaran percobaan) |
Tanggal peluncuran | 24 Agustus 1990 |
Kantor pusat | SCTV Tower, Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot 19, Tanah Abang, Jakarta Pusat |
Wilayah siaran | Nasional |
Pemilik | Surya Citra Media (Elang Mahkota Teknologi) |
Anggota jaringan | lihat #Transmisi |
Tokoh kunci | Sutanto Hartono (Direktur Utama) |
Format gambar | 1080i HDTV 16:9 (menggunakan area aman 4:3 576i untuk umpan SDTV) |
Satelit |
|
Kabel | First Media: 10 (SD), 413 (HD) |
IPTV |
|
Televisi internet |
|
Situs web | www |
PT Surya Citra Televisi | |
---|---|
Jakarta Pusat, DKI Jakarta Indonesia | |
Saluran | Analog: 45 UHF Digital: 24 UHF |
Slogan | Satu Untuk Semua (lihat #Slogan) |
Pemrograman | |
Afiliasi | SCTV (stasiun induk) |
Kepemilikan | |
Pemilik |
|
| |
Riwayat | |
Siaran perdana | 19 Juli 1990 (siaran percobaan) 24 Agustus 1990 (siaran resmi) |
Makna tanda panggil | Surya Citra Televisi |
Informasi teknis | |
Otoritas perizinan | Kemkominfo dan KPID Provinsi DKI Jakarta |
Pranala | |
Situs web | www |
SCTV (singkatan dari Surya Citra Televisi) adalah sebuah jaringan televisi swasta nasional di Indonesia. SCTV merupakan televisi swasta kedua di Indonesia setelah RCTI. SCTV lahir pada tanggal 24 Agustus 1990 sebagai stasiun televisi lokal di Surabaya yang berpusat di Jl. Darmo Permai, Surabaya, Jawa Timur. Meski tanggal itu ditetapkan sebagai tanggal lahir SCTV, tetapi baru tanggal 1 Januari 1993, SCTV mendapatkan izin sebagai stasiun televisi nasional di Jakarta. Kantor operasional SCTV pun secara bertahap dipindahkan dari Surabaya ke Jakarta, tetapi studio dan kantor pusat SCTV tetap berada di Surabaya hingga 1998.
Meski berkali-kali berpindah kantor (di Jakarta), SCTV tetap mengudara setiap hari. Pada tahun 1995 misalnya, SCTV berpindah kantor ke Wisma AKR, Jakarta Barat yang letaknya berdekatan dengan kantor RCTI. Lalu pada akhir tahun 1998, SCTV berpindah kantor lagi ke Wisma Indovision, yang diiringi dengan perpindahan kantor pusat dari Surabaya. Menginjak usia ke-11, pada tahun 2001, SCTV kemudian memusatkan kegiatan operasionalnya di Gedung Graha SCTV (sekarang Gedung Graha Mitra milik Indika Group), Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dan pada tahun 2007, kegiatan operasional SCTV berpusat di Senayan City kerjasama dengan Agung Podomoro Group. Namun, stasiun pemancar dan studio Penta tetap dipusatkan di Kebon Jeruk.
Sejak 29 Januari 1999, mayoritas saham SCTV diakuisisi oleh Surya Citra Media. Pada awal Mei 2013, SCTV dan Indosiar resmi bergabung.[1]
Sejarah
Televisi lokal
Pada awalnya, PT Surya Citra Televisi didirikan dengan nama PT Foresta Maju pada 5 Mei 1987.[2] Perusahaan ini dimiliki oleh Henry Pribadi dan Sudwikatmono, dan keduanya kemudian mengajukan izin pendirian SST (Siaran Saluran Terbatas) di kota Surabaya pada 28 April 1989. Pendirian SCTV sendiri didukung oleh mantan Gubernur Jawa Timur, M. Noer, karena menurutnya TVRI Surabaya tidak mendapat anggaran yang baik dan sudah saatnya memberikan alternatif informasi ke masyarakat.[3] Persetujuan dari Dirjen RTF (Direktur Jenderal Radio, Televisi dan Film) didapat pada 27 September 1989 dengan nama perusahaan baru: PT Surabaya Central Televisi[4] dan izin siaran didapatkan dari pemerintah lewat penandatanganan kerjasama dengan TVRI pada 17 Januari 1990.[5]
Pembangunan gedung SCTV di Jalan Darmo Permai, Surabaya kemudian dimulai pada 1 Februari 1990 yang dihadiri Menteri Penerangan Harmoko,[6] dan peletakan batu pertama untuk studionya sebelumnya sudah dilakukan di Hari Pahlawan, 10 November 1989. Modal awal yang dikeluarkan untuk membangun SCTV adalah Rp 150 miliar. Pada 19 Juli 1990, SCTV mulai berancang-ancang melakukan siaran percobaannya yang direncanakan sekitar tiga bulan.[7][8] Namun, baru esok harinya siaran percobaan ini dilakukan pada 20-21 Juli dan 26 Juli 1990, dengan pada saat itu hanya berupa siaran pendek singkat beberapa menit seperti test pattern, kata-kata pendek ataupun Indonesia Raya di kanal 43 UHF (647,25 MHz). Lalu, pada hari-hari selanjutnya, siaran percobaan dilakukan dengan menayangkan lagu-lagu dengan suara stereo (Zweiton). Siaran ini dilakukan dari jam 18:00-20:30 WIB.[9]
Surabaya Centra Televisi (SCTV)[10] akhirnya mulai mengudara secara resmi pada tanggal 24 Agustus 1990 di Surabaya, Jawa Timur, dengan jangkauan wilayah Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan) yang mengacu pada izin Departemen Penerangan No. 1415/RTF/K/IX/1989 dan SK No. 150/SP/DIR/TV/1990. SCTV pada awalnya dimaksudkan untuk bersiaran dengan sistem televisi berbayar menggunakan dekoder layaknya RCTI ketika diberi izin pada 17 Januari 1990[9] namun kemudian seiring kebijakan pemerintah yang mengizinkan TV swasta bersiaran tanpa dekoder, maka SCTV sudah bersiaran secara terestrial dari awal.[11] Siaran SCTV sendiri dimulai pada jam 19:30 WIB 24 Agustus 1990, dengan penyampaian ucapan HUT TVRI dan pembukaan oleh seorang penyiar wanita. Program pertama yang ditayangkan adalah The British Record Industrial Awards, sebuah siaran penghargaan musik dari Inggris. Siaran perdana SCTV hanya berlangsung selama 1,5 jam hingga jam 21:00 WIB. Selanjutnya pada hari-hari berikutnya siaran SCTV kemudian diperpanjang, dari jam 12:00 WIB-00:30 WIB (akhir pekan) atau dimulai dari 17:00 WIB (hari kerja).[6]
Meski pada saat itu SCTV masih berstatus televisi lokal di Surabaya, beberapa merek sempat beriklan produk di SCTV, misalnya Baygon[12] dan Citra.[13] Di saat itu pula, SCTV dikenal sebagai dikenal sebagai "Saudara Kembar" dari stasiun TV Jakarta RCTI, karena SCTV selalu bersama menayangkan acara-acara yang ditayangkan RCTI meskipun waktu tayang antara keduanya selalu berbeda. Hal ini bisa terjadi karena, walaupun keduanya memiliki struktur kepemilikan dan manajemen yang berbeda, tetapi keduanya melakukan kerjasama programming yang didorong oleh pemerintah.[14][15] Alasan kerjasama ini adalah kemungkinan SCTV bisa mendapat program yang lebih murah karena membeli program yang sudah ditayangkan RCTI. (Bagaimanapun, SCTV pada 1991 justru sempat "tersandung" masalah karena programnya dituduh tidak mencerminkan masyarakat Surabaya dengan menyiarkan acara impor RCTI). Selain kerjasama program dengan RCTI, kerjasama juga dilakukan dengan magang pada calon karyawan SCTV dari Februari 1990. Upaya persiapan lain juga dilakukan dengan mengirim beberapa tenaga ahli ke luar negeri seperti Australia. Pada 14 September 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai Denpasar, Bali.[3] Lalu, pada November 1991 siaran SCTV juga menjangkau Mataram, Nusa Tenggara Barat.[16] Sejak itulah kepanjangan SCTV berubah menjadi Surya Citra Televisi. Ide perubahan nama ini sebenarnya sudah disampaikan Dirut SCTV saat itu, Henry Pribadi sehari sebelum siaran perdana SCTV mengingat jangkauan siarannya yang mencapai Gerbangkertosusila, tetapi tampaknya hingga 1991 masih belum terwujud.[6]
Televisi nasional
Pada tanggal 30 Januari 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No. 04A/1993 (18 Januari 1993), SCTV mendapatkan izin mengudara secara nasional. Namun, siarannya secara nasional dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1993 pukul 21.00 WIB, tepat saat SCTV berulang tahun yang ke-3. Diberikannya izin SCTV untuk bersiaran nasional, berarti juga mengakhiri kerjasama dengan RCTI yang sudah dijalin sejak 1990. Sejak saat itu, program SCTV (kecuali berita) selalu berbeda dengan RCTI. Namun, pada akhirnya kerjasama kedua pihak dalam programming berita benar-benar berakhir setelah SCTV mulai menghentikan program berita RCTI dan menyiarkan acara beritanya sendiri bernama Liputan 6 sejak 20 Mei 1996 pukul 18.00. Kerjasama yang pada saat ini tersisa antara RCTI-SCTV (dan kemudian ditambah Indosiar), hanyalah dalam pengelolaan stasiun relai (di beberapa daerah, termasuk di Jakarta sendiri yang kini juga disewa oleh berbagai stasiun televisi lain) dimana masing-masing akan menanggung 50% biaya dari operasional stasiun relai tersebut sejak 1993.[17]
Secara bertahap, mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi media siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Khusus pemindahan kantor pusat, pemindahan ini sudah direncanakan akan selesai pada akhir 1997, dengan alasan untuk menghemat biaya, terutama dalam transportasi yang cukup besar. Sebelum perpindahan itu, praktis SCTV merupakan satu-satunya TV swasta yang berkantor pusat di luar Jakarta.[18][19] Namun, baru pada 1998 kegiatan ini bisa dilaksanakan.[20] Saat ini, melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa.
Pada tanggal 1 Juni 1997, SCTV mulai menggunakan slogan "SCTV NgeTop!". Menurut pihak SCTV, makna dari slogan ini adalah merupakan upaya SCTV untuk memberikan yang terbaik kepada pemirsanya sekaligus memacu para karyawan SCTV sendiri untuk melakukan yang terbaik.[19] Selain itu, station ID SCTV ini menonjolkan warna orange yang diharapkan menggugah semangat. Dalam perubahan ini juga, diperkenalkan maskot bernama "Tevi" (singkatan dari televisi) dan adanya repositioning target pasar dari wanita ke keluarga.[18]
Pada tahun 2002, SCTV (dengan induknya yang bernama Surya Citra Media), mulai mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Jakarta.
Pada tanggal 29 Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi "Satu Untuk Semua" (yang baru dikenal sejak 1 Desember 2004). Pada tahun 2006, SCTV memiliki hak siar dalam ajang sepak bola bergengsi di dunia Piala Dunia FIFA 2006.
Saat ini kantor pusat SCTV terletak di SCTV Tower, Senayan City, Jalan Asia Afrika Lot 19, Jakarta Selatan. Sebelum 23 November 2007, kantor pusat SCTV berada di Jalan Gatot Subroto Kavling 21 Jakarta yang kini ditempati oleh perusahaan dibawah naungan Indika Group. SCTV juga memiliki studio khusus di Jalan Raya Kebon Jeruk Nomor 66 Jakarta Barat. Kepemilikan SCTV dikuasai oleh grup Elang Mahkota Teknologi melalui Surya Citra Media (SCM). Direktur Utama SCTV saat ini adalah Sutanto Hartono.
Program olahraga
Pada 22 Desember 2011, SCTV berhasil memenangkan bidding hak siar UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup untuk musim 2012/13 hingga musim 2014/15. SCTV mengucapkan terima kasih kepada RCTI dan Indovision atas penayangan hak siar UCL dan UEL selama 10 tahun berturut-turut. dan SCTV kembali menyiarkan UCL dan UEL untuk musim 2016/17 hingga musim 2017/18 setelah mendapatkan lisensi dari beIN Sports dan sebelumnya RCTI hanya menyiarkan UCL dan UEL selama semusim 2015/16. Pada bulan Agustus 2019, SCTV kembali lagimenjadi pemegang hak siar UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup untuk kali ketiga mulai musim 2019-20 setelah Futbal Momentum Asia (FMA), selaku pemilik saham dari Total Sports Blast (TSB) gagal membayar hak siar ketiga kompetisi tersebut untuk dua musim selanjutnya, yaitu 2019-20 dan 2023-24. Sehingga, rivalnya RCTI juga tidak bisa melanjutkan penayangannya dan hanya menyiarkan musim 2018-19 di RCTI.[21] SCTV sendiri akan menyiarkan siaran langsung pertandingan UEFA Champions League, mulai dari babak play-off (satu babak sebelum penyisihan grup) hingga babak final, berbeda dengan RCTI yang biasanya memulai tayangannya dengan babak penyisihan grup (tidak termasuk play-off) hingga final.[22][23] Siaran langsung UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup juga ditayangkan oleh Champions TV yang merupakan saluran olahraga di bawah naungan Indonesia Entertainment Group. Pertandingan UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup disiarkan sepenuhnya oleh SCTV.
Pada pertengahan 2013, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar Liga Utama Inggris musim 2013–2014 sampai 2015–2016 bersama Indosiar dan TV berbayar Nexmedia. Tidak hanya Liga Utama Inggris, SCTV juga menyiarkan siaran langsung pertandingan Semifinal The FA Cup dan Piala EFL (sebelumnya Football League Cup) selama tiga musim yaitu 2013-14 hingga dan 2015-16 ditambah pertandingan FA Community Shield 2013, 2014, dan 2015 untuk melengkapi paket hak siar kompetisi/turnamen sepak bola Inggris juga dengan kerjasama beIN Sports.[24] dan kembali lagi SCTV menyiarkan Premier League dan Carabao Cup hanya untuk musim 2021–22 bertepatan dengan musim terakhir Mola TV selaku pemegang lisensi hak siar di wilayah Indonesia dan Timor Leste.
Pada pertengahan 2016, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar La Liga selama tiga musim, yaitu 2016–17 sampai musim 2018–19 juga dengan kerjasama beIN Sports.
Pada bulan Desember 2019, SCTV telah mendapatkan hak siar turnamen sepak bola Piala Dunia Antarklub FIFA (2019 dan 2020). Pada musim 2019 hanya menayangkan pertandingan final.[25]
Pada bulan Mei 2021, SCTV resmi jadi partner Mola TV akan menyiarkan siaran langsung sisa pertandingan babak Kualifikasi Piala Dunia 2022 (AFC) hanya zona Asia Tim nasional sepak bola U-23 Indonesia berkat kerjasama dengan pemilik lisensi dari Mola TV mulai Juni 2021 mendatang. Pasalnya, Laga babak kualifikasi piala dunia Qatar zona Asia timnas Indonesia pernah disiarkan di TVRI lewat kanal TVRI Nasional dan TVRI Sport HD pada tahun 2019 silam (semenjak dibawah naungan Helmy Yahya dan Apni Jaya Putra) tidak lagi memimpin TVRI karena TVRI tidak lagi menyiarkan pertandingan babak kualifikasi piala dunia Qatar zona Asia timnas Indonesia adanya permasalahan terkait krisis keuangan dalam pembelian hak siar dari Mola TV.[26]
Kepemilikan
Sejarah SCTV memang bisa dikatakan terikat kuat dengan trah Soeharto selama awal beroperasinya. Pada awalnya SCTV saat di Surabaya, dikuasai bukan oleh satu pihak, melainkan kerjasama beberapa pihak, seperti Sudwikatmono, Henry Pribadi dan Mohammad Noer (mantan gubernur Jawa Timur). Dalam perkembangannya, kepemilikan Noer kemudian menghilang dari SCTV dan digantikan oleh trah Cendana lain, yaitu Halimah Agustina Kamil, istri Bambang Trihatmodjo sebanyak 25% dan Aziz Mochtar sebesar 20%. Pada 1993, Peter F. Gontha juga mendapatkan 2,5% saham SCTV.[27] Kondisi ini berlangsung hingga 1997-1998, ketika pemilik saham yang sudah ada berupa individu tersebut kemudian mengubah struktur kepemilikan menjadi lebih sederhana. Hasilnya, SCTV pada tahun 1998 dikuasai oleh dua perusahaan yaitu PT Mitrasari Persada (yang dikendalikan oleh Henry dan Sudwikatmono, sejak 14 Agustus 1997) dan PT Datakom Asia (yang dikuasai Bambang Tri dan Peter F. Gontha ditambah dengan pemilik Indosiar pada saat itu, Anthony Salim, sejak 31 Agustus 1998). Henry dengan PT Mitrasari tampak lebih agresif dalam pengelolaan SCTV, misalnya berani menyuntikkan dana sebesar Rp 150 miliar pada 1997 dan menaikkan sahamnya menjadi 73,15% di SCTV pada November 1999.[28][29]
Pada tahun 2000, masuklah keluarga Sariaatmadja, dari grup Elang Mahkota Teknologi dengan bendera PT Abhimata Mediatama (Sariaatmadja pada saat itu menggandeng Singleton Group Australia dan Bambang Tri untuk menyuntik modal di PT Abhimata).[30][31] Sebagian saham PT Mitrasari kemudian beralih tangan kepada PT Abhimata. PT Abhimata dan PT Mitrasari kemudian mendirikan PT Cipta Aneka Selaras (kemudian berganti nama menjadi PT Surya Citra Media/SCM) sebagai induk perusahaan SCTV. Dalam posisi ini di tahun 2001, pihak Cendana masih menguasai sebagian kepemilikan SCTV, dimana Henry dan Sudwikatmono lewat sebagian saham di PT Mitrasari (yang mengendalikan induk SCTV, PT Cipta Aneka Selaras) serta Bambang, Peter Gontha, dan Anthony Salim lewat PT Datakom (sebanyak 27% saham langsung di SCTV). Namun, kemudian kepemilikan mereka berangsur-angsur dilepas dimana PT Datakom melepaskan kepemilikannya di SCTV kepada SCM pada 1 Mei 2002[32] dan Henry-Sudwikatmono melepaskan seluruh sahamnya di SCM (masing-masing Henry lewat PT Citrabumi Sacna sebanyak 25% dan Sudwikatmono lewat PT Indika Multimedia sebesar 14,42%) pada 27 Juli 2005.[33][34] Praktis, sejak saat itu SCTV berada di bawah kendali keluarga Sariaatmadja sampai sekarang.[35][36]
Tampak bahwa pasca krisis ekonomi 1997-1998, terjadi pergesekan antara pemegang saham di SCTV (dan kemudian induknya, SCM) mengenai pengelolaan stasiun TV ini. Penjualan saham PT Datakom Asia, yang dimiliki Gontha sendiri di SCTV banyak yang menduga karena ia bergesekan dengan PT Mitrasari milik Henry dan Sudwikatmono.[37] Lalu, sebelum dilepas, tampak bahwa Henry dan Sudwikatmono sudah berpisah dari sebelumnya di PT Mitrasari (sejak 7 Agustus 2003),[38] dimana Henry kini dengan PT Citrabumi Sacna dan Sudwikatmono dengan sahamnya dialihkan ke perusahaan anaknya, Agus Lasmono yaitu Indika Group. Penjualan saham Henry di induk SCTV, SCM ke keluarga Sariaatmadja ini diduga karena terjadi konflik dalam pengelolaan stasiun TV ini antara mereka berdua sehingga akhirnya Henry memaksa Sariaatmadja untuk membeli sahamnya. Awalnya, sempat dirumorkan bahwa saham yang dibeli keluarga Sariaatmadja itu akan dijual ke Bakrie Group, atau STAR TV pada 2005-2006, tetapi tampaknya itu hanya rumor.[30]
Ada hal yang cukup menarik dari perubahan kepemilikan ini, yaitu upaya dari Hary Tanoesoedibjo untuk masuk menguasai SCTV. Pada Mei 2000, perusahaan HT PT Bhakti Investama melihat peluang dengan adanya surat hutang induk SCTV, PT Mitrasari di Citibank. Dalam pembentukan SCM (yang pada saat itu bernama PT Cipta Aneka Selaras), selain PT Abhimata dan PT Mitrasari, PT Bhakti juga ikut masuk dengan kepemilikan 33,5%. Bhakti juga sempat berencana untuk menguasai PT Datakom yang pada saat itu terlilit hutang, dengan harapan akhir menguasai SCTV. Bahkan, sebelumnya pada 24 April 2000 Bhakti menyatakan mereka sudah siap membeli saham SCTV sebesar 100%, yang diperkirakan akan di-share swap dengan saham PT Agis Tbk. Namun, pada akhirnya rencana HT gagal karena Henry sebagai pemilik PT Cipta Aneka Selaras tidak mau menyerahkan kepemilikannya dan pengendaliannya pada SCTV. HT kemudian memutuskan melepaskan saham PT Bhakti dalam PT Cipta Aneka Selaras seluruhnya dan membatalkan rencana pembelian saham PT Datakom di SCTV.[39] Saham PT Bhakti dalam PT Cipta Aneka Selaras, kemudian beralih kepada PT Abhimata. Selain upaya pembelian oleh Bhakti, sempat juga ada isu yang menyatakan bahwa SCTV akan dibeli sahamnya oleh Arab Radio & Television (ART) dari Mesir.[40]
Seperti telah disebutkan, sejak 2005 saham induk SCTV, PT Surya Citra Media berada di bawah Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) via PT Abhimata Mediatama. Pada 2008, dilakukan restrukturisasi sehingga SCM kini di bawah langsung kendali EMTEK. Tindakan ini dilakukan dengan menjual saham PT Abhimata Mediatama di SCM kepada EMTEK.[41] Kepemilikan EMTEK atas SCTV tetap bertahan sampai sekarang, walaupun pada September 2010 sempat tersiar rumor bahwa SCM maupun SCTV akan dijual pada STAR TV milik Rupert Murdoch, tetapi kemudian dibantah.[42][43]
Acara
Selain acara berita, hiburan dan sinetron SCTV memiliki tayangan serial barat yang cukup terkenal serta telenovela banyak sering ditayangkan. Semenjak 30 Januari 2005, SCTV baru saja menayangkan film dari luar negeri tertentu misalnya Gala Mandarin, Gala Bollywood, Gala Hollywood, Gala Sinema dan Gala Keluarga tidak lupa meliputi acara sinetron setiap malam hari yaitu Gala Sinetron.
Penyiar
Identitas
Logo
Logo SCTV awalnya terdiri dari setengah sabit warna biru dan setengah lingkaran warna merah di atas serta persegi panjang berwarna abu-abu di bawah. Di tengah-tengah kedua bentuk tersebut, ada tulisan SCTV dengan jenis huruf Swiss 721 BT. Logo ini digunakan dari 24 Agustus 1990 hingga 29 Januari 2005 (dengan beberapa perubahan minor). Pertama kali dimunculkan pada siaran pertama SCTV, logo tersebut merupakan hasil sayembara ke publik. Dari 100 kandidat, kemudian terpilih 1 logo yang dirasa mampu merepresentasikan SCTV.[6]
Pada tanggal 29 Januari 2005, SCTV mengubah logo barunya menjadi tulisan SCTV warna biru dan lingkaran besar gradien warna jingga dan kuning yang melambangkan simbol surya atau sinar matahari di pojok kiri atas pada tulisan. Slogannya menjadi "Satu Untuk Semua".
Slogan
- SCTV, Surabaya Televisi (24 Agustus 1990-24 Agustus 1991)
- Ayo SCTV-Selangkah Lebih Maju (24 Agustus 1991-24 Agustus 1993)
- Saluran Hiburan dan Informasi (24 Agustus 1991-24 Agustus 1993, bersama RCTI)
- Selalu Siap Menemani Anda/Selalu Siap Menemanimu (24 Agustus 1993-31 Mei 1997)
- Ayo SCTV (24 Agustus 1994-31 Mei 1997)
- SCTV NgeTop! (1 Juni 1997-29 Januari 2005)
- Semakin Istimewa (????-29 Januari 2005)
- Satu Untuk Semua (1 Desember 2004-sekarang)
Direksi dan Komisaris
Daftar direktur utama
No. | Nama | Awal jabatan | Akhir jabatan |
---|---|---|---|
1 | Henry Pribadi[6] | 1987 | 1990 |
2 | Slamet Supoyo | 1990 | 1997 |
3 | Agus Mulyanto | 1997 | 2002 |
4 | Lanny Rahardja | 2002 | 2003 |
5 | Wisnu Hadi | 2003 | 2006 |
6 | Fofo Sariaatmadja | 2006 | 2011 |
7 | Sutanto Hartono | 2011 | 2013 |
8 | Grace Wiranata | 2013 | 2015 |
9 | Sutanto Hartono | 2015 | sekarang |
Direksi saat ini
Struktur dewan direksi SCTV saat ini adalah sebagai berikut:
No. | Nama | Jabatan |
---|---|---|
1 | Sutanto Hartono | Direktur Utama |
2 | Raden Alvin Widarta Sariaatmadja | Direktur Penjualan dan Pemasaran |
3 | Rusmiyati Djajaseputra | Direktur Keuangan |
Komisaris saat ini
Struktur dewan komisaris SCTV saat ini adalah sebagai berikut:
No. | Nama | Jabatan |
---|---|---|
1 | R. Suyono | Komisaris Utama |
2 | Eddy Kusnadi Sariaatmadja | Komisaris |
3 | Fofo Sariaatmadja | Komisaris |
4 | Siti Hediati Hariyadi | Komisaris |
5 | Budi Harianto | Komisaris |
6 | Suryani Zaini | Komisaris |
Transmisi
SCTV memiliki 42 stasiun transmisi yang mampu menjangkau lebih dari 133 juta penonton televisi di Indonesia.
Berikut ini adalah transmisi SCTV dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo[45] dan laporan keuangan SCM.[46][47]
Keterangan: yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relay dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.
Nama Jaringan | Daerah | Frekuensi Analog (PAL) | Frekuensi Digital (DVB-T2)[48] |
---|---|---|---|
PT Surya Citra Televisi | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | 45 UHF | 24 UHF |
PT Surya Citra Pesona | Gorontalo | 38 UHF | |
Tanjung Selor | 33 UHF | 32 UHF | |
PT Surya Citra Sentosa | Banda Aceh | 46 UHF | 43 UHF |
PT Surya Citra Media Kreasi | Denpasar | 31 UHF | |
Mataram | 32 UHF | ||
PT Surya Citra Kirana | Bengkulu | 26 UHF | 31 UHF (segera) |
Bandar Lampung, Metro | 34 UHF | ||
PT Surya Citra Nugraha | Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates | 34 UHF | 25 UHF |
PT Surya Citra Ceria | Jambi | 35 UHF | 30 UHF (segera) |
Palembang | 32 UHF | 25 UHF | |
PT Surya Citra Mediatama | Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur | 52 UHF | 39 UHF |
Cilegon, Serang | 55 UHF | 24 UHF | |
Cirebon, Indramayu, Kuningan | 36 UHF | 37 UHF | |
Garut | 30 UHF | 27 UHF | |
Ciamis, Tasikmalaya | 37 UHF (segera) | ||
Sumedang, Majalengka | 39 UHF | ||
Cianjur Selatan | 39 UHF | ||
Pandeglang | 24 UHF | ||
Malingping, Lebak | 39 UHF | ||
PT Surya Citra Wisesa | Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus | 35 UHF | 32 UHF |
Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan | 55 UHF | 33 UHF | |
Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Cilacap | 45 UHF | 31 UHF | |
Purworejo, Kebumen | 33 UHF | ||
Blora, Cepu | 31 UHF (segera) | ||
Pati, Rembang | 31 UHF (segera) | ||
PT Surya Citra Media Gemilang | Pontianak | 35 UHF | 46 UHF (segera) |
Palangkaraya | 35 UHF | ||
PT Surya Citra Multikreasi | Banjarmasin, Martapura, Marabahan | 34 UHF | 33 UHF |
Amuntai | |||
Samarinda | 47 UHF | 36 UHF | |
Balikpapan | 32 UHF | 36 UHF | |
Tanjung Redeb, Berau | |||
Bontang | 26 UHF | 36 UHF | |
PT Surya Citra Cendrawasih | Ambon | 46 UHF | |
Jayapura | 30 UHF | ||
PT Surya Citra Pesona Media | Pekanbaru | 26 UHF | |
Batam | 47 UHF | 42 UHF | |
PT Surya Citra Dimensi Media | Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene | 35 UHF | |
Kendari | 24 UHF | ||
Mamuju | 38 UHF | ||
PT Surya Citra Kreasitama | Palu | 31 UHF | |
Manado | 34 UHF | ||
PT Surya Citra Visi Media | Padang, Pariaman | 47 UHF | |
Bukittinggi, Padang Panjang | |||
Medan | 35 UHF | 34 UHF | |
PT Elang Citra Perkasa | Surabaya, Gresik, Mojokerto, Lamongan, Pasuruan, Bangkalan | 34 UHF | 29 UHF |
Jember, Bondowoso | 62 UHF | 27 UHF | |
Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung | 53 UHF | ||
Malang | 46 UHF | 29 UHF | |
Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo | 48 UHF | 24 UHF | |
Banyuwangi | off air | 31 UHF (segera) | |
Pacitan | 45 UHF (segera) | ||
Pamekasan, Sumenep | 29 UHF (segera) |
Lihat pula
Referensi
- ^ "Indosiar" dan "SCTV" Resmi Merger – Diakses tanggal 5 April 2013
- ^ Prospektus EMTEK 2009
- ^ a b SURABAYA KITA: BUKAN AKAN BERSAING, SCTV MITRA TVRI
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 14,Masalah 21-24
- ^ Giliran Surabaya Punya Swasta
- ^ a b c d e SURABAYA KITA: PELETAKAN BATU PERTAMA SCTV 1 FEBRUARI 1990 SORE
- ^ Sctv, rame rek!
- ^ Ishadi S.K. 2014. Media dan Kekuasaan - Televisi di Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
- ^ a b SCTV MUNCUL, SUDAH BANYAK YANG MINTA LAGU
- ^ Nama Perusahaan SCTV saat mengudara perdana di Surabaya
- ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia
- ^ Iklan Baygon (1991) @ SCTV Surabaya di YouTube
- ^ Iklan Citra Body Lotion – Designer (1991–1992) @ SCTV Surabaya di YouTube
- ^ Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia
- ^ Pola Penggunaan Waktu Dalam Kehidupan Pelajar di Jawa Timur
- ^ Mataram - sctv mulai menarik perhatian pemirsa di mataram
- ^ PROSPEKTUS MNC 2007
- ^ a b KEGIATAN OPERASIONAL AKAN DIPINDAHKAN KE JAKARTA, SURYA CITRA TELEVISI (SCTV) TERANCAM
- ^ a b SCTV UBAH CITRA, AKHIR TAHUN 1997 OPERASIONAL DARI JAKARTA
- ^ Wacana gender & layar televisi: studi perempuan dalam pemberitaan televisi swasta
- ^ "Uefa close to replacing collapsed Champions League deal in Indonesia". SportBusiness Media (dalam bahasa Inggris). 2019-08-06. Diakses tanggal 2019-08-19.
- ^ "SCTV Pemegang Hak Siar Liga Champions dan Liga Eropa Mulai Musim 2019/2020". iSatelit.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-28. Diakses tanggal 14 Agustus 2019.
- ^ "SCTV Tayangkan Piala Super Cup Mulai Musim 2019". www.bola.net. Diakses tanggal 14 Agustus 2019.
- ^ [SCTV, Indosiar, dan Nexmedia Tayangkan Premier League di Indonesia
- ^ "Saksikan Final Piala Dunia Antarklub 2019 Hanya di SCTV dan Vidio.com". Liputan6.com. 2019-12-21. Diakses tanggal 2020-01-01.
- ^ Liputan6.com. 2021-05-25 https://m.liputan6.com/amp/4566496/sctv-siarkan-langsung-3-laga-timnas-indonesia-di-kualifikasi-piala-dunia-2022. Diakses tanggal 2020-05-26. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia
- ^ Ayo sctv, jangan bubar
- ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ a b sctv, satu untuk dijual
- ^ Televisi Batavia
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 14,Masalah 21-24
- ^ Henry Pribadi Jual Semua Saham di SCTV ke Abhimata Mediatama
- ^ Eddy Sariaatmadja, Obama dan Harta Rp 18,2 T
- ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia hlm. 148-149
- ^ Politics and the Media in Twenty-First Century Indonesia: Decade of Democracy
- ^ Tempo: Indonesia's Weekly News Magazine, Volume 3,Masalah 1-8
- ^ "Lapkeu Q1 SCM 2004" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2004-10-20. Diakses tanggal 2004-10-20.
- ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran Hlm 28-29
- ^ JP/TV industry seeks foreign boost
- ^ Emtek Kuasai Langsung SCTV
- ^ Rupert Murdoch Dikabarkan Incar SCTV, Harga 3 Saham TV Melejit Tajam
- ^ SCTV Bantah Akan Dibeli Star TV
- ^ Logo SCTV saat masih di Surabaya
- ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
- ^ Laporan Keuangan Tahunan SCM 2014
- ^ Laporan Keuangan Tahunan SCM 2019
- ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi
- (Indonesia) Situs web resmi Liputan 6 SCTV
- (Indonesia) Situs web resmi SCTV atas Liputan 6 Bola
- (Inggris) Situs web resmi Surya Citra Media
- SCTV di Facebook
- SCTV di Instagram
- SCTV di Twitter
- Saluran SCTV di YouTube