Trans7
Trans7 | |
---|---|
Jenis | Jaringan televisi |
Slogan | Aktif, Cerdas dan Menghibur #IniBaruTrans7 (sekunder) |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Pendiri | H. Sukoyo Jakob Oetama |
Tanggal peluncuran | 25 November 2001 (sebagai TV7)[1] 15 Desember 2006 (sebagai Trans7) |
Kantor pusat | Gedung Trans Media, Jl. Kapten Pierre Tendean Kav 12-14 A, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Indonesia |
Wilayah siaran | Nasional |
Pemilik | Trans Media |
Anggota jaringan | lihat #Transmisi |
Tokoh kunci | Atiek Nur Wahyuni (Direktur Utama) Chairul Tanjung (Komisaris Utama) Ishadi S.K. (Komisaris) |
Format gambar | 1080i HDTV 16:9 (diturunkan menjadi 576i 16:9 untuk umpan SDTV) |
Satelit |
|
Kabel |
|
IPTV |
|
Televisi internet | |
Situs web | www |
PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh | |
---|---|
Jakarta Selatan, DKI Jakarta Indonesia | |
Saluran | Analog: 49 UHF Digital: 40 UHF Virtual: 21 |
Pemrograman | |
Afiliasi | Trans7 (stasiun induk) |
Kepemilikan | |
Pemilik |
|
| |
Riwayat | |
Siaran perdana | 25 November 2001 (sebagai TV7)[1] 15 Desember 2006 (sebagai Trans7) |
Bekas tanda panggil | TV7 (2001–2006) |
Makna tanda panggil | Trans + TV7 (nama sebelumnya, mungkin merujuk pada keadaannya sebagai televisi nasional ketujuh di Indonesia) |
Informasi teknis | |
Otoritas perizinan | Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia |
Pranala | |
Situs web | www |
Trans7 (sebelumnya bernama TV7) adalah sebuah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. Trans7 yang pada awalnya menggunakan nama TV7, melakukan siaran perdananya secara terestrial di Jakarta pada 25 November 2001 pukul 17:00 WIB. Pada tanggal 4 Agustus 2006, Trans Corp menjajaki kerja sama strategis dengan mengakuisisi saham TV7 dan melakukan relaunch (peluncuran ulang) pada tanggal 15 Desember 2006 pukul 17:00 WIB menggunakan nama baru, menjadi Trans7. Pada tahun 2017, Trans7 memegang hak siar berlisensi dalam ajang Piala Dunia FIFA 2018 bersama Trans TV dan Transvision.[2]
Sejarah
Awalnya, Trans7 tidak direncanakan "dilahirkan" dengan nama TV7, melainkan bernama Duta Visual Nusantara Televisi (atau disingkat DVN TV) yang lisensinya dikeluarkan pada 12 Oktober 1999 oleh Departemen Penerangan bersama 4 televisi swasta nasional lain (Trans TV, PRTV, Global TV dan MetroTV). TV baru ini dimiliki oleh H. Sukoyo, seorang pengusaha tambak udang dari Jawa Timur. Namun, kemudian Sukoyo memutuskan untuk menjual lisensi pendirian televisi miliknya kepada kelompok Kompas Gramedia sebesar 80%. Tercatat Kompas Gramedia menguasai TV ini lewat tiga perusahaan miliknya: PT Teletransmedia (48%), PT Transito Tatamedia (38,7%), dan PT Duta Panca Pesona (3,3%). Sementara itu, Sukoyo hanya menguasai sekitar 1% dan 9% sisanya dipegang oleh dua individu lain. Sukoyo sendiri rupaya kemudian mendapatkan keuntungan besar dari penjualan ini dan kemudian mendirikan TV swasta lisensi dari Uni Emirat Arab di tahun 2005, yaitu TV Anak Spacetoon.[3][4][5][6] Nama stasiun TV baru itu, yang awalnya direncanakan bernama DVN TV, kemudian diganti menjadi TV7 yang didirikan pada 2 Maret 2000 berdasarkan izin dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000 yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh Kompas Gramedia. Pada tanggal 25 November 2001 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Logo TV7 sendiri diartikan sebagai simbol dari "JO" yang merupakan singkatan dari Jakob Oetama (1931-2020), pemilik TV7.
TV7 dan Al Jazeera
TV7 semakin dikenal masyarakat pada triwulan pertama 2003. TV7 merelai siaran Al Jazeera secara langsung setiap harinya selama invasi Amerika Serikat ke Irak berlangsung melalui tayangan berita bertajuk "Invasi ke Irak". Langkah TV7 ini diikuti oleh ANTV yang merelai siaran stasiun televisi yang berbasis di Dubai, Al Arabiya, ihwal invasi Amerika Serikat ke Irak.[7]
Masyarakat Indonesia secara umum menyambut baik langkah TV7 ini, terutama bagi pihak yang kurang setuju dengan "kebenaran" media Barat.[8] Meski beredar kabar Megawati mendesak TV7 agar menghentikan relai siaran Al Jazeera, humas TV7 saat itu, Uni Lubis, membantah kabar itu. Bahkan, Uni menegaskan bahwa relai tetap diteruskan dan gangguan-gangguan dalam relai tersebut terus di atasi.[9]
Pergantian nama dan logo
Pada tanggal 15 Desember 2006 (bertepatan dengan ulang tahun Trans TV yang ke-5) pukul 19:00 WIB, TV7 mengubah logo dan namanya menjadi Trans7 setelah 55% sahamnya dibeli oleh Trans Media pada 4 Agustus 2006, yaitu dengan mengubah kata "TV" menjadi "Trans". Meski perubahan ini terjadi, namanya tetap menggunakan angka 7. Sejak itu letak logonya pun diubah pula, dari posisi yang biasanya di sudut kiri atas menjadi sudut kanan atas agar letak logonya sama dengan Trans TV yang letak logonya selalu di sudut kanan atas. Layaknya logo Trans TV, logo Trans7 kali ini juga terinspirasi dari batu, yaitu safir persegi panjang berwarna biru, dengan makna ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Batu safir juga dianggap simbol keindahan yang tidak lekang oleh waktu.[10]
Menjadi Trans7
Berdasarkan kutipan dari buku yang berjudul Chairul Tanjung si Anak Singkong, pada 4 Agustus 2006, Para Group melalui PT Para Inti Investindo resmi membeli 55% saham PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Jakob Oetama sebagai Presiden Direktur Kompas Gramedia juga menyetujui kerja sama dengan Trans TV karena adanya kesamaan kultur yang dipegang oleh kedua belah pihak, yakni adanya kesamaan antara visi dan misinya. Proses kerja sama pun berlangsung dengan cepat yang diikuti oleh Rapat Umum Pemegang Saham pada hari yang sama.
Selain itu, melalui kerja sama dengan Trans TV. Manajemen pun secara langsung diganti. Agung Adiprasetyo yang kemudian juga menjabat sebagai CEO Kompas Gramedia pun ditunjuk sebagai Komisaris Trans7 hingga kini. Seiring dengan berjalannya waktu, redaksi dan kantor pun secara berangsur-angsur pindah dari Wisma Dharmala Sakti (sekarang Intiland Tower) di Kawasan Soedirman, Jakarta Pusat serta di Cawang, Jakarta Timur ke Gedung Trans TV. Dengan dilaksanakannya re-launch pada tanggal 15 Desember 2006, TV7 resmi berganti nama menjadi Trans7 sekaligus menjadikan hari jadi Trans7. Semua operasional dan teknisi juga digabung dengan Trans TV sebagai upaya mengurangi biaya operasional yang mencapai Rp 15 miliar per bulan.
Kesuksesan Trans7
Berbeda dengan saat menjadi TV7, terhitung mulai 2007, keuntungan yang dicapai Trans7 telah memasuki puncaknya. Bahkan, menurut buku Chairul Tanjung si Anak Singkong pun, keuntungan Trans7 mampu mengalahkan Trans TV sebagai saudaranya sendiri. Dan, berkat keuntungannya, Trans7 menyewa gedung sendiri meski sudah bergabung dengan Trans TV.
Pertengahan tahun 2011, Trans7 memiliki gedung sendiri yang lokasinya berada di seberang gedung Trans TV. Gedung yang ditempati Trans7 itu awalnya adalah bekas gedung Sampoerna. Di gedung berlantai lima itu, terdapat studio berita dan beberapa divisi yang memang terpisah dari Trans TV. Namun untuk meja direksi dan komisioner, serta beberapa divisi menetap satu gedung dengan Trans TV karena efisiensi dan juga mobilitas.[11]
Pada bulan Agustus 2019, TVRI bersama dua televisi swasta nasional (MetroTV dan Trans7) dan Kemenkominfo secara resmi meluncurkan siaran televisi digital untuk wilayah-wilayah perbatasan Indonesia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Dengan tujuan agar masyarakat di seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan acara terbaik dan berkualitas yang ditayangkan seluruh TV nasional dan lokal dengan gambar yang lebih tajam dan jernih dari televisi analog, tanpa membutuhkan biaya seperti televisi berlangganan (hanya sekali bayar untuk membeli antena dan dekoder). Yang paling utama dan terpenting masyarakat sudah siap untuk melakukan migrasi (peralihan) TV analog ke digital dalam rangka menghadapi ASO (Analog Switch Off) yang akan diberlakukan pemerintah Republik Indonesia dalam waktu dekat ini.[12]
Identitas
Perubahan logo
Pada 15 Desember 2013, Trans7 meluncurkan logo baru bersamaan dengan ulang tahun Trans Media yang ke-12. Logo dengan simbol "Diamond A" di tengah kata Trans7 merefleksikan "kekuatan dan semangat baru yang memberikan inspirasi bagi semua orang di dalamnya untuk menghasilkan karya yang gemilang, diversifikasi konten atau keunikan tersendiri serta kepemimpinan yang kuat".
Masing-masing warna dalam logo ini memiliki makna dan filosofi. Warna kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir pantai yang berbinar dan hasil alam nusantara sekaligus melambangkan optimisme masyarakat Indonesia. Sedangkan rangkaian warna hijau menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang hijau dan subur, serta memiliki ketangguhan sejarah bangsa. Warna biru melambangkan luasnya cakrawala dan laut biru sekaligus menggambarkan kekuatan generasi muda bangsa Indonesia yang handal dan memiliki harapan tinggi. Yang terakhir adalah rangkaian warna ungu, menggambarkan keagungan dan kecantikan budaya dan seni bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan dihargai sepanjang masa.
Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita di dalamnya, menyatu dengan serasi dan membentuk simbol yang utuh, kuat dan bercahaya di dalam berlian berbentuk A ini. Sehingga bisa dipahami makna dari logo baru Trans7 ini menjadi tanda yang menyuarakan sebuah "semangat dan perjuangan untuk mencapai keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa mendatang".
Daftar slogan
Sebagai TV7
- Makin Lengkap, Makin Seru! (2001-2003)
- Memberi Inspirasi (2003-2005)
- Semakin Beragam Semakin Menarik (2005-2006)
Sebagai Trans7
- Cerdas, Tajam, Menghibur dan Membumi (2006-2008)
- Aktif, Cerdas dan Menghibur (2008-sekarang)
- #IniBaruTrans7 (2019-sekarang, sekunder)
Acara
Penyiar
Transmisi
Trans7 memiliki 36 stasiun transmisi yang mampu menjangkau lebih dari 133 juta penonton televisi di Indonesia. Berikut ini adalah transmisi Trans7 dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo.[13]
Nama Jaringan | Daerah | Frekuensi Analog (PAL) | Frekuensi Digital (DVB-T2)[14] |
---|---|---|---|
PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | 49 UHF | 40 UHF |
PT Trans7 Padang Aceh | Padang, Pariaman, Bukittinggi | 23 UHF | |
Banda Aceh | 42 UHF | 33 UHF | |
PT Trans7 Tanah Datar Sukabumi | Batusangkar, Tanah Datar | 23 UHF | |
Sukabumi | 44 UHF | 45 UHF | |
PT Trans7 Palu Gorontalo | Palu | 29 UHF | |
Gorontalo | 52 UHF | 31 UHF | |
PT Trans7 Denpasar Banjarmasin | Kota Denpasar, Singaraja | 45 UHF | |
Banjarmasin, Martapura, Marabahan | 22 UHF | 37 UHF | |
PT Trans7 Yogyakarta Bandung | Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates | 46 UHF | 47 UHF |
Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur, Sukabumi | 44 UHF | 45 UHF | |
PT Trans7 Semarang Makassar | Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus | 41 UHF | 42 UHF |
Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene | 41 UHF | ||
PT Trans7 Pontianak Samarinda | Pontianak | 31 UHF | 41 UHF |
Samarinda | 49 UHF | 31 UHF | |
PT Trans7 Lampung Pekanbaru | Bandar Lampung, Kota Metro | 22 UHF | |
Pekanbaru | 30 UHF | 33 UHF | |
PT Trans7 Kupang Jayapura | Kupang | 36 UHF | |
Jayapura | 22 UHF | 34 UHF | |
PT Trans7 Surabaya Manado | Surabaya, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan | 56 UHF | 27 UHF |
Manado | 32 UHF | 35 UHF | |
PT Trans7 Medan Palembang | Medan | 41 UHF | 30 UHF |
Pematang Siantar | 38 UHF | ||
Palembang, Prabumulih | 22 UHF | 35 UHF | |
PT Trans7 Bengkulu Jambi | Bengkulu | 36 UHF | |
Jambi | 41 UHF | 32 UHF | |
PT Trans7 Sumedang Situbondo | Sumedang | 35 UHF | 41 UHF |
Situbondo | |||
PT Trans7 Balikpapan Palangkaraya | Balikpapan | 56 UHF | 44 UHF |
Palangkaraya | 47 UHF | 42 UHF | |
PT Trans7 Pangkalpinang Mamuju | Pangkal Pinang | 58 UHF | |
Mamuju | 22 UHF | ||
PT Trans7 Ambon Ternate | Ambon | 30 UHF | |
Ternate | 30 UHF | 40 UHF | |
PT Trans7 Batam Mataram | Batam, Tanjung Balai Karimun | off air | 46 UHF |
Mataram | 62 UHF | ||
PT Trans7 Cirebon Kediri | Cirebon | 50 UHF | 41 UHF |
Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung | 56 UHF | 48 UHF | |
PT Trans7 Tegal Malang | Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan | 41 UHF | 44 UHF |
Malang, Kota Batu | off air | 27 UHF | |
PT Trans7 Madiun Garut | Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo | off air | 30 UHF |
Garut | 44 UHF | 40 UHF | |
PT Trans7 Kendari Manokwari | Kendari | ||
Manokwari | 56 UHF | ||
PT Trans7 Banten Kaltara | Cilegon, Serang | 44 UHF[butuh rujukan] | 46 UHF |
Tarakan | 29 UHF | ||
PT Trans7 Purwokerto Jember | Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap | off air | 40 UHF |
Jember | off air | 48 UHF | |
Pandeglang | 40 UHF | ||
Pematang Siantar | 38 UHF | ||
Nunukan | 28 UHF | ||
Tasikmalaya, Ciamis | 42 UHF | ||
Lhokseumawe | 38 UHF | ||
Rantau Prapat | 39 UHF | ||
Tanah Grogot | 37 UHF | ||
Tanjung Redeb | 34 UHF | ||
Bireuen | 37 UHF | ||
Sibolga, Pandan | 39 UHF | ||
Kandangan, Rantau, Amuntai, Barabai | 35 UHF | ||
Padangsidempuan | 38 UHF | ||
Meulaboh | 38 UHF | ||
Siborongborong | 47 UHF |
Direksi dan komisaris
Daftar direktur utama
No. | Nama | Awal jabatan | Akhir jabatan |
---|---|---|---|
1 | August Parengkuan | 2001 | 2003 |
2 | Lanny Rahardja | 2003 | 2006 |
3 | Wishnutama | 2006 | 2008 |
4 | Atiek Nur Wahyuni | 2008 | sekarang |
Direksi saat ini
No. | Nama | Jabatan |
---|---|---|
1 | Atiek Nur Wahyuni | Direktur Utama |
2 | Ch. Suswati Handayani | Direktur Keuangan dan Sumber Daya |
3 | Andi Chairil | Direktur Produksi |
Komisaris saat ini
No. | Nama | Jabatan |
---|---|---|
1 | Chairul Tanjung | Komisaris Utama |
2 | Ishadi Soetopo Kartosapoetro | Komisaris |
3 | Julius Ruslan | Komisaris |
4 | Michelle Tjokrosaputro | Komisaris |
Lihat pula
Referensi
- ^ a b Profil Trans7 – Trans7.co.id
- ^ "Transmedia Jadi Pemegang Hak Siar Piala Dunia 2018" (dalam bahasa Indonesian). CNN Indonesia. 15 Desember 2017. Diakses tanggal 15 Desember 2017.
- ^ Televisi Batavia
- ^ LIMA TEVE SWASTA BARU, BEREBUT IKLAN DAN KAVLING DI UDARA
- ^ Membuka Kejadian Menonjol Media Massa Indonesia Sejak Era Reformasi Sampai 2000 hlm. 38-39
- ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Jaringan di Indonesia, hlm. 146
- ^ "Wartawan AS Tewas, Arnett Dikontrak "Al-Arabiya"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-17. Diakses tanggal 2013-12-17.
- ^ "Pamor TV7 Ikut Terangkat Berkat Kepopuleran Al Jazeera". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 2013-12-17.
- ^ "TV7 Bantah Mega Desak Relai Aljazeera Dihentikan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-17. Diakses tanggal 2013-12-17.
- ^ "Selamat Tinggal, Berlian dan Batu Safir!"
- ^ Gedung Baru Trans7
- ^ "Kemenkominfo". 2019-09-02. Diakses tanggal 2019-09-07.
- ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
- ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi
- (Indonesia) "Bukan Empat Mata" di Trans7 Diarsipkan 2008-05-24 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Berita di Tempo Diarsipkan 2007-03-11 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Berita di Kompas
- (Indonesia) [1]
- Trans7 di Facebook
- Trans7 di Twitter
- Trans7 di Instagram